Material Semikonduktor
Teori Atom
Elemen terkecil dari suatu bahan yang masih memiliki sifat-sifat kimia dan fisika
yang sama adalah atom. Suatu atom terdiri atas tiga partikel dasar, yaitu : neutron,
proton, dan elektron. Dalam struktur atom, proton dan neutron membentuk inti atom
yang bermuatan positif, sedangkan elektron-elektron yang bermuatan negatif
mengelilingi inti. Elektron-elektron ini tersusun berlapis-lapis.
Sesuai dengan struktur atom pada gambar, atom silikon mempunyai elektron yang
mengorbit (mengelilingi inti) sebanyak 14 dan atom germanium mempunyai 32
elektron. Pada atom yang seimbang (netral) jumlah elektron dalam orbit sama
dengan jumlah proton dalam inti. Elektron yang menempati lapisan terluar disebut
sebagai elektron valensi. Atom silikon dan germanium masing mempunyai empat
elektron valensi. Setiap elektron valensi akan membentuk ikatan kovalen dengan
elektron valensi dari atom-atom yang bersebelahan.
Semikonduktor
Bahan Semikonduktor adalah bahan penghantar listrik yang tidak sebaik Konduktor,
tetapi tidak pula seburuk Isolator yang sama sekali tidak menghantarkan arus listrik.
Pada dasarnya Semikonduktor berada diantara Konduktor dan Isolator.
Semikonduktor berbeda dengan Resistor, karena Semikonduktor dapat berfungsi
sebagai Konduktor jika diberikan arus listrik tertentu, suhu tertentu dan juga tata cara
atau persyaratan tertentu. Bahan Semikonduktor sendiri terbagi menjadi 2 jenis :
Gambar Germanium
Gambar Silikon
Gambar Arsen
Gambar Indium
N-Type Semikonduktor
P-Type Semikonduktor
Dikatakan P-type karena Semikonduktor jenis ini kekurangan Elektron atau disebut
dengan Hole. Ketika pembawa muatannya (Charge Carrier) adalah Hole maka
Semikonduktor tersebut merupakan Semikonduktor bermuatan positif. Pada
Semikonduktor yang berbahan Silikon (Si), Proses Doping dengan menambahkan
Indium akan menjadikan Semikonduktor tersebut sebagai P-type Semikonduktor.
Dua pembawa muatan yang terdapat dalam P-type Semikonduktor
adalah Hole sebagai Majority Carrier dan Elektron sebagai Minority Carrier.
BAB 2. Komponen-komponen Semikonduktor
Dioda
Dioda dibentuk dengan cara menyambungkan semikonduktor tipe P dan tipe N.
Pada saat terjadinya sambungan (junction) P dan N, hole pada bahan P dan
elektron pada bahan N disekitar sambungan cenderung untuk
berkombinasi. Hole dan elektron yang berkombinasi ini saling meniadakan, sehingga
pada daerah sekitar sambungan ini kosong dari pembawa muatan dan terbentuk
daerah pengosongan (depletion region).
Dalam keadaan seperti ini, dioda masih belum aktif. Agar dioda aktif, diperlukan
sumber tegangan diatas 0.7 volt untuk bahan Silikon atau di atas 0.3 volt untuk
bahan Germanium, dan pemberian tegangan bias maju (forward bias) pada dioda
yang dimana kutub Anoda atau P (+) dioda dihubungkan ke kutub positif sumber
tegangan dan kutub katodanya atau N (-) dihubungkan ke kutub negatif sumber
tegangan. Pemberian tegangan bias maju tersebut dapat mengecilkan depletion
region dan seakan-akan dioda seperti saklar tertutup, akan tetapi terdapat
penurunan tegangan (voltage drop) sebesar 0.7 volt (Silikon) atau 0.3 volt
(Germanium).
Gambar Bias Maju
Emitor merupakan bahan semikonduktor yang diberi tingkat doping sangat tinggi.
Kolektor diberi doping dengan tingkat yang sedang. Sedangkan Basis diberi doping
yang sangat rendah. Semakin rendah tingkat doping suatu bahan maka semakin
kecil konduktivitasnya, yang dikarenakan jumlah Majority Carrier (elektron untuk
bahan N, dan hole untuk bahan P) adalah sedikit. Struktur dan simbol Transistor
Bipolar adalah berikut :
Prinsip kerja Transistor bisa dianalogikan dengan prinsip kerja keran air.
Mengalirnya air pada saluran kran tergantung dari pengaturan pada tutup keran.
Gambar Prinsip Kerja Transistor
Pada Transistor NPN, terminal Basis diberi tegangan positif (+) dan arus yang kecil
untuk mengendalikan aliran arus dan tegangan yang lebih besar dari Kolektor ke
Emitor. Sedangkan pada transistor PNP, terminal Basis diberi tegangan negatif (-)
dan arus yang kecil untuk mengendalikan aliran arus dan tegangan yang lebih besar
dari Emitor ke Kolektor. Contoh rangkaian NPN dan PNP adalah berikut :
Setiap transistor memiliki karakteristik dan kemampuan masing-masing dalam
melewatkan Arus pada nilai tertentu. Penggunaan transistor harus disesuaikan
dengan beban yang akan dia dapatkan. Karakteristik setiap transistor ini bisa
didapatkan dari datasheet masing-masing Transistor.
Gambar Datasheet Transistor
FET juga mempunyai beberapa jenis, yaitu JFET, MOSFET, dan UJT. Namun
keluarga FET yang penting adalah JFET dan MOSFET
JFET berbeda dengan BJT. JFET tidak memiliki PN-junction sepert BJT tetapi
memiliki sepotong sempit bahan semikonduktor resistivitas tinggi membentuk “kanal”
(channel) baik tipe-N atau tipe-P silikon untuk Majority Carrier mengalir melalui dua
koneksi listrik di kedua ujungnya yang masing-masing disebut Drain dan
Source. Ada dua konfigurasi dasar transistor JFET, yaitu N-channel JFET dan P-
channel JFET. Pada kanal N-channel JFET didoping dengan donor impurity yang
berarti bahwa aliran arus melalui channel negatif (N-channel) dalam bentuk elektron.
Sedangkan pada kanal P-channel JFET didoping dengan acceptor impurity yang
berarti bahwa aliran arus melalui channel adalah positif (P-channel) dalam
bentuk hole.
1.
a. Depletion Type – memerlukan tegangan Gate-Source (VGS) agar
transistor “non-aktif”. Depletion Type MOSFET sama dengan saklar NC
(Normally Closed).
b. Enhancement Type – memerlukan tegangan Gate-Source (VGS) agar
transistor “aktif”. Enhancement Type MOSFET sama dengan saklar NO
(Normally Open).
IC (Integrated Circuit)
IC adalah komponen elektronika aktif yang terdiri dari gabungan banyak transistor,
dioda, resistor dan kapasitor yang diintegrasikan menjadi suatu rangkaian
elektronika dalam sebuah kemasan kecil. Bahan utama yang membentuk sebuah IC
adalah bahan Semikonduktor. Silikon merupakan bahan semikonduktor yang paling
sering digunakan dalam teknologi fabrikasi Integrated Circuit.
Gambar IC
o Penguat Daya (Power Amplifier)
o Penguat Sinyal (Signal Amplifier)
o Penguat Operasional (Operational Amplifier / Op Amp)
o Penguat Sinyal Mikro (Microwave Amplifier)
o Penguat RF dan IF (RF and IF Amplifier)
o Voltage Comparator
o Multiplier
o Penerima Frekuensi Radio (Radio Receiver)
o Regulator Tegangan (Voltage Regulator)
o Flip-flop
o Gerbang Logika (Logic Gates)
o Timer
o Counter
o Multiplexer
o Calculator
o Memory
o Clock
o Microprocessor (Mikroprosesor)
o Mikrokontroler
BAB 3. Penerapan Komponen Semikonduktor
1. Dioda
2. Dioda Zener
Salah satu jenis dioda yang dirancang khusus agar tidak terjadi kerusakan saat
diberi tegangan tinggi reverse bias. Dioda Zener memiliki fungsi dioda pada
umumnya dan juga sebagai penstabil tegangan pada rangkaian.
3. Transistor
Pada saklar keadaan on, persamaan yang digunakan untuk menghitung arus basis
(Ib), arus kolektor (Ic) dan parameter lainnya adalah sebagai berikut :
Karena kondisi saturasi Vce = 0V, maka arus kolektor dapat dicari dengan
Dalam implementasi nya Rc adalah beban yang digerakkan oleh transistor (LED,
Relay dll). Sekarang arus kolektor diatas adalah arus kolektor saturasi (Ic(sat)), agar
transistor tersebut dapat mengalirkan Ic(sat), maka arus basis (Ib(sat)) harus bernilai
:
Ib = 10 x Ib(sat)
Ib = (Vi – Vbe) / Rb
Rb = (Vi – Vbe) / Ib
BAB 4. Umpan Balik
Terdapat dua tipe sistem Umpan Balik, yaitu Umpan Balik Negatif (Negative
Feedback) dan Umpan Balik Positif (Positive Feedback). Penguat dengan Umpan
Balik negatif akan mempunyai faktor penguatan yang lebih kecil, akan tetapi
memperbaiki beberapa parameter penguat lainnya. Sedangkan penguat Umpan
Balik positif akan dipakai dalam rangkaian osilator.
Ketika rangkaian umpan balik dihubungkan secara seri, impedansi output daya akan
berkurang dan impedansi input daya diperbesar.
Ketika rangkaian umpan balik dihubungkan dengan tahanan shunt, impedansi output
daya & impedansi input daya akan berkurang.
Tegangan output daya dihubungkan pada tegangan input daya secara seri.
Ketika rangkaian umpan balik dihubungkan secara seri, impedansi output daya &
impedansi input daya akan meningkat.
Ketika rangkaian umpan balik dihubungkan secara seri melalui output daya namun
secara paralel dengan input, impedansi output daya akan meningkat dan impedansi
input daya akan berkurang.
BAB 5. Penstabil Tegangan
Disipasi daya pada transistor Q2 ( PQ2 ) = VCE x ( IL + IR1 ) Dimana IL adalah arus
beban dan IR1 adalah arus yang mengalir pada R1 yang digunakan untuk umpan
balik.
Agar regulator dapat bekerja dengan baik, maka Es harus lebih besar dari nilai Vz.
Pada regulator tegangan seri, elemen kontrol yang dihubung seri dengan beban
mengontrol besarnya tegangan masukan yang akan menuju ke keluaran. Tegangan
keluaran dicuplik (sampling) oleh rangkaian sampling sehingga diperoleh tegangan
umpan balik untuk kemudian dibandingkan dengan tegangan referensi. Apabila
tegangan keluaran naik, maka rangkaian pembanding memberikan sinyal kontrol
kepada elemen kontrol sehingga elemen kontrol ini menurunkan besarnya tegangan
keluaran.
Apabila terjadi perubahan beban (IL naik atau turun), maka tegangan keluaran juga
cenderung untuk berubah. Perubahan ini dirasakan oleh rangkaian sampling yang
kemudian akan memberikan sinyal umpan balik kepada pembanding. Rangkaian
pembanding berdasarkan sinyal umpan balik dan tegangan referensi akan
memberikan sinyal ke pengontrol agar dapat mengalirkan arus Ish sesuai dengan
kebutuhan, sehingga memberikan efek penstabilan tegangan keluaran (Vo).
BAB 6. Respon Penguat (Amplifier)
Terlihat pada kurva respon frekuensi bahwa pada daerah frekuensi rendah,semakin
rendah frekuensi semakin kecil pula penguatannya (atau gain). Hal ini disebabkan
karena pengaruh CE (C by-pass pada emitor), CS (C kopling pada masukan), dan
CC (C kopling pada keluaran). Ketiga kapasitor ini reaktansi kapasitifnya akan
semakin besar bila frekuensinya semakin rendah, sehingga faktor penguatannya
menjadi berkurang. Sedangkan pada daerah frekuensi tinggi, semakin tinggi
frekuensi semakin kecil penguatan. Hal ini disebabkan karena reaktansi dari
kapasitor liar menjadi kecil dan ini akan membebani penguat sehingga
penguatannya menjadi menurun.
Lebar frekuensi yang menentukan ukuran bandwidth dari suatu respon frekuensi
dibatasi oleh f1 (atau fL) untuk frekuensi rendah dan f2 (atau fH) untuk frekuensi
tinggi. Istilah f1 dan f2 ini biasanya disebut dengan frekuensi corner, cut off, break,
atau half power (setengah daya).
Faktor sebesar 0.707 ini dipilih karena pada titik ini daya keluaran menjadi setengah
dari daya keluaran pada frekuensi menengah.
BAB 7. Oscillator menggunakan Transistor
Prinsip kerja osilator dapat dianalogikan dengan bandul yang berayun. Secara teori,
bandul akan terus berayun dengan simpangan yang tetap tanpa diperlukan energi
tambahan dari luar berbentuk dorongan yang searah ayunan. Tetapi pada
kenyataannya, ayunan tersebut makin lama makin mengecil simpangannya sampai
akhirnya berhenti di titik setimbangnya. Hal ini disebabkan karena sistem bandul
mengalami gaya gesekan dengan udara selama dia mengayun yang akhirnya
mengurangi energi bandul sampai menjadi nol.
Pada penerapan rangkaian dasar osilator dengan LC (induktor-kapasitor), Dalam
keadaan diam, sebuah tank-circuit hanyalah sebuah rangkaian biasa seperti
ditunjukkan pada Gambar (a) dibawah. Tetapi bila diinjeksikan muatan listrik pada
kapasitornya sampai penuh seperti ditunjukkan pada Gambar (b) dibawah, maka
disitulah akan dimulai osilasi. Energi listrik yang telah tersimpan dalam kapasitor
akan mengalami pengosongan (discharge) ke induktor sampai muatan kapasitor
tersebut habis. Energi listrik tersebut kemudian berpindah seluruhnya ke induktor.
Setelah itu proses discharge terjadi sebaliknya, yaitu dari induktor ke kapasitor
sampai muatan seluruhnya ditampung kapasitor seperti ditunjukkan pada Gambar
(c) dibawah. Selanjutnya siklus yang sama terjadi dan demikian seterusnya.
Untuk mempertahankan osilasi tersebut, maka harus ada energi tambahan dari
luar tank-circuit. Pelaksanaan pemberian energi tambahan dari luar tank-circuit agar
osilasi berlangsung terus, dilakukan dengan proses positive feedback dari output
ke tank-circuit.
Osilator Audio
Gambar Rangkaian Osilator Audio
Osilator colpitt
Osilator Hartley
BAB 8. Uni Junction Transistor (UJT)
Uni Junction Transistor atau dapat disingkat UJT adalah transistor yang khusus
digunakan sebagai switch dan tidak dapat digunakan sebagai penguat seperti
transistor lainnya. UJT juga berbeda dari jenis FET lainnya dimana UJT memiliki dua
terminal Basis (B1 dan B2) dan 1 terminal Emitor (E).
Untuk cara kerja UJT dapat dilihat dari rangkaian ekuivalen di atas. Channel tipe-N
pada dasarnya mirip seperti dua resistor R B2 dan RB1 dihubung secara seri dengan
dioda (mewakili P-N junction) yang terhubung ke titik pusatnya. Resistansi R B1 ada di
antara E (Emitor) dan terminal B1, sedangkan resistansi R B2 ada di antara E dan
terminal B2. Karena posisi fisik P-N junction lebih dekat ke terminal B2, maka nilai
resistif RB2 akan lebih kecil dari RB1. Saat UJT dipakai pada suatu rangkaian,
biasanya terminal B1 terhubung ke ground dan terminal E berfungsi sebagai input.
Jika tegangan VBB diterapkan, dengan input emitor adalah nol, maka tegangan
RB1 dapat dihitung :
Jadi, jika tegangan input emitor (VE) kurang dari VRB1 (VE < VRB1), maka UJT reverse
bias dan seakan-akan “OFF”. UJT akan “ON” jika forward bias, dimana tegangan
input emitor lebih dari VRB1 (VE > VRB1). Saat UJT “ON”, arus tambahan dari emitor
yang mengalir ke basis dapat menurunkan resistansi R B1, sehingga arus yang
mengalir dari emitor menjadi lebih besar. Dari hal ini terlihat bahwa resistansi
RB1 adalah varian, dengan arus emitor (IE) sebagai pemicunya.
BAB 9. Operasional Amplifier
Operasional amplifier atau yang lebih sering disebut Op-Amp merupakan suatu
komponen elektronika analog yang berfungsi sebagai penguat atau amplifier
multiguna yang diwujudkan dalam sebuah IC. Pada dasarnya Op-Amp adalah suatu
penguat diferensial yang memiliki 2 input dan 1 output. Op-Amp juga memiliki 2
terminal sebagai penyuplai tegangan ke komponen.
Prinsip kerja sebuah Op-Amp adalah membandingkan nilai kedua input (input
inverting dan input non-inverting). Apabila kedua input bernilai sama maka output
Op-Amp tidak ada (nol) dan apabila terdapat perbedaan nilai input keduanya maka
output Op-Amp akan memberikan tegangan output. Selain itu, Op-Amp hanya bisa
menghasilkan tegangan output di antara tegangan pada kedua terminal suplai.
Gambar Op Amp
Tujuan pengurangan Gain dari Op-Amp ini adalah untuk menghindari terjadinya
Noise yang berlebihan dan juga untuk menghindari respon yang tidak diinginkan.
Sedangkan pada Konfigurasi Lingkar Terbuka atau Open-Loop Configuration, besar
penguatannya adalah tak terhingga (∞) sehingga besarnya tegangan output hampir
atau mendekati tegangan Vcc.
keterangan :
Av = Vout / Vin
= – Rf / Ri
Av = Vout / Vin
= 1 + (R1 / R2 )
BAB 10. Penguat Daya
Sumber sinyal suara yang dimaksud tersebut dapat berasal dari alat-alat Transduser
seperti Mikrofon yang dapat mengkonversikan energi suara menjadi sinyal listrik.
Sinyal listrik yang berbentuk sinyal AC tersebut kemudian diperkuat arus (I) dan
tegangannya (V) sehingga menjadi Output yang lebih besar.
Besaran penguatannya ini sering disebut dengan istilah gain. Gain yang biasanya
dilambangkan dengan G atau A dengan satuan desibel (dB) ini merupakan hasil
bagi dari daya di bagian Output (Pout) dengan daya di bagian inputnya (Pin) dalam
bentuk-bentuk frekuensi listrik AC.
Yang dimaksud dengan fidelitas pada Penguat Daya adalah kemiripan bentuk sinyal
output terhadap sinyal input. Sebuah Penguat Daya dikatakan memiliki fidelitas
tinggi (High Fidelity) apabila menghasilkan sinyal output yang bentuknya persis
sama dengan sinyal masukan input. Perbedaannya hanya pada tingkat penguatan
pada amplitudo atau tegangannya saja.
B. Faktor Efisiensi
Yang dimaksud dengan efisiensi pada Penguat Daya adalah efisiensi daya dari
sebuah penguat yang dinyatakan dengan besaran rasio atau persentase dari output
Daya dengan input Daya. Sebuah Penguat Daya dikatakan memiliki efisiensi tinggi
atau 100% efisiensinya apabila tidak terjadi kehilangan daya pada proses
penguatannya.
Penguat kelas AB adalah gabungan dari penguat kelas A dan penguat kelas B.
Penguat kelas AB dapat menghasilkan penguat sinyal yang tidak distorsi seperti
pada penguat kelas A dan mendapatkan efisiensi daya yang lebih tinggi seperti pada
penguat kelas B.
BAB 11. Filter Aktif
Filter adalah suatu sistem yang berfungsi untuk menyaring sinyal, sebagian sinyal
akan dibiarkan lewat, sedangkan sebagian yang lain akan akan ditahan. Filter yang
sering digunakan adalah filter untuk menyaring sinyal berdasarkan frekuensi sinyal,
artinya sinyal dengan frekuensi tertentu akan dibiarkan lewat, sinyal frekuensi yang
lain akan ditahan.
Filter Aktif adalah suatu rangkaian yang digunakan untuk membuang tegangan
output pada frekuensi tertentu, yang terdapat komponen pasif (R,L,C) dan
komponen aktif (Op-Amp, transistor) didalamnya. Filter Aktif dapat dikelompokkan
menjadi empat :
1. Low-Pass Filter
Contoh :
Jawab :
f = 1 / 2π . R . C
f = 1/2 (3.14)(1000)(0.000000001)
Jadi frekuensi yang berada dibawah 15,9 KHz akan dilewatkan dan frekuensi yang
berada diatas 15,9 KHz akan diredam.
2. High-Pass Filter
f = 1 / 2π . R . C
Contoh :
Jawab :
f = 1 / 2π . R . C
f = 1 / 2(3.14)(1000)(0.000000001)
Jadi frekuensi yang berada diatas 15,9 KHz akan dilewatkan dan frekuensi yang
berada dibawah 15,9 KHz akan diredam.
3. Band-Pass Filter
Gambar Rangkaian Band-pass Filter
Band Pass Filter digunakan untuk meneruskan atau melewatkan sinyal yang berada
di antara frekuensi tinggi dan frekuensi rendah, dan meredam sinyal frekuensi
lainnya. Kurva respon frekuensi Band-Pass Filter yang ideal :
f = 1 / 2π . R . C
Contoh :
Jawab :
o High Pass Filter
C1 = 1 / 2π . fL .R
C1 = 15,9 nF
o Low Pass Filter
C2 = 1 / 2π fH . R
C2 = 796pF
4. Band-Stop Filter
fC=√(fL x fH)
f = 1 / 2π . R . C
Contoh :
Jawab :
o Low Pass Filter
RL= 1 / 2π . FL . C
RL = 5.308Ω
o High Pass Filter
RH = 1 / 2π . fH . C
RH = 1.592Ω
o Frekuensi tengah
fC =√300.000
fC = 547,72Hz