Anda di halaman 1dari 48

BAB 1.

Material Semikonduktor

Teori Atom
Elemen terkecil dari suatu bahan yang masih memiliki sifat-sifat kimia dan fisika
yang sama adalah atom. Suatu atom terdiri atas tiga partikel dasar, yaitu : neutron,
proton, dan elektron. Dalam struktur atom, proton dan neutron membentuk inti atom
yang bermuatan positif, sedangkan elektron-elektron yang bermuatan negatif
mengelilingi inti. Elektron-elektron ini tersusun berlapis-lapis. 

Gambar Struktur Atom Silikon dan Germanium

Sesuai dengan struktur atom pada gambar, atom silikon mempunyai elektron yang
mengorbit (mengelilingi inti) sebanyak 14 dan atom germanium mempunyai 32
elektron. Pada atom yang seimbang (netral) jumlah elektron dalam orbit sama
dengan jumlah proton dalam inti. Elektron yang menempati lapisan terluar disebut
sebagai elektron valensi. Atom silikon dan germanium masing mempunyai empat
elektron valensi. Setiap elektron valensi akan membentuk ikatan kovalen dengan
elektron valensi dari atom-atom yang bersebelahan. 

Gambar Struktur Kristal Silikon


Meskipun terikat dengan kuat dalam struktur kristal, namun elektron valensi tersebut
bisa keluar dari ikatan kovalen menuju daerah konduksi apabila diberikan energi
panas. Bila energi panas tersebut cukup kuat untuk memisahkan elektron dari ikatan
kovalen maka elektron tersebut menjadi elektron bebas. Semakin besar energi
panas yang diberikan semakin banyak jumlah elektron bebas yang keluar dari ikatan
kovalen, dengan kata lain konduktivitas bahan meningkat.

Semikonduktor
Bahan Semikonduktor adalah bahan penghantar listrik yang tidak sebaik Konduktor,
tetapi tidak pula seburuk Isolator yang sama sekali tidak menghantarkan arus listrik.
Pada dasarnya Semikonduktor berada diantara Konduktor dan Isolator.
Semikonduktor berbeda dengan Resistor, karena Semikonduktor dapat berfungsi
sebagai Konduktor jika diberikan arus listrik tertentu, suhu tertentu dan juga tata cara
atau persyaratan tertentu. Bahan Semikonduktor sendiri terbagi menjadi 2 jenis :

Bahan Semikonduktor intrinsik


Bahan Semikonduktor intrinsik adalah bahan yang terdiri dari satu unsur saja
(murni). Bahan Semikonduktor antara lain Germanium (Ge), Silikon (Si), Selenium
(Se), Tellurium (Te), Boron (B), dan lain-lain. 

Gambar Germanium
Gambar Silikon

Bahan Semikonduktor ekstrinsik


Bahan Semikonduktor ekstrinsik adalah bahan yang telah melalui
proses doping. Proses doping adalah proses untuk menambahkan ketidakmurnian
(Impurity) pada semikonduktor yang murni (intrinsik) sehingga dapat mengubah sifat
atau karakteristik kelistrikannya. Bahan-bahan yang digunakan untuk proses doping
yaitu Arsen (Arsenic), Indium dan Antimony.

Gambar Arsen

Gambar Indium

Bahan-bahan ini disebut dopant. Semikonduktor ekstrinsik sendiri dapat dibagi


menjadi 2 jenis :

N-Type Semikonduktor

Dikatakan N-type karena Semikonduktor jenis ini pembawa muatannya (Charge


Carrier) terdiri dari elektron. Elektron bermuatan negatif sehingga disebut dengan
Tipe Negatif atau N-type. Pada Semikonduktor yang berbahan Silikon (Si), Proses
Doping dengan menambahkan Arsenic atau Antimony akan menjadikan
Semikonduktor tersebut sebagai N-type Semikonduktor. Terdapat dua Charge
Carrier dalam N-type Semikonduktor, yaitu elektron sebagai Majority
Carrier dan hole sebagai Minority Carrier. 

Gambar Semikonduktor Tipe N

P-Type Semikonduktor

Dikatakan P-type karena Semikonduktor jenis ini kekurangan Elektron atau disebut
dengan Hole. Ketika pembawa muatannya (Charge Carrier) adalah Hole maka
Semikonduktor tersebut merupakan Semikonduktor bermuatan positif. Pada
Semikonduktor yang berbahan Silikon (Si), Proses Doping dengan menambahkan
Indium akan menjadikan Semikonduktor tersebut sebagai P-type Semikonduktor.
Dua pembawa muatan yang terdapat dalam P-type Semikonduktor
adalah Hole sebagai Majority Carrier dan Elektron sebagai Minority Carrier.

Gambar Semikonduktor Tipe P

 
BAB 2. Komponen-komponen Semikonduktor

Dioda
Dioda dibentuk dengan cara menyambungkan semikonduktor tipe P dan tipe N.
Pada saat terjadinya sambungan (junction) P dan N, hole pada bahan P dan
elektron pada bahan N disekitar sambungan cenderung untuk
berkombinasi. Hole dan elektron yang berkombinasi ini saling meniadakan, sehingga
pada daerah sekitar sambungan ini kosong dari pembawa muatan dan terbentuk
daerah pengosongan (depletion region).

Gambar Daerah Pengosongan

Dalam keadaan seperti ini, dioda masih belum aktif. Agar dioda aktif, diperlukan
sumber tegangan diatas 0.7 volt untuk bahan Silikon atau di atas 0.3 volt untuk
bahan Germanium, dan pemberian tegangan bias maju (forward bias) pada dioda
yang dimana kutub Anoda atau P (+) dioda dihubungkan ke kutub positif sumber
tegangan dan kutub katodanya atau N (-) dihubungkan ke kutub negatif sumber
tegangan. Pemberian tegangan bias maju tersebut dapat mengecilkan depletion
region dan seakan-akan dioda seperti saklar tertutup, akan tetapi terdapat
penurunan tegangan (voltage drop) sebesar 0.7 volt (Silikon) atau 0.3 volt
(Germanium). 
Gambar Bias Maju

Jika dioda diberikan tegangan bias mundur (reverse bias), maka depletion


region akan semakin melebar yang membuat dioda seakan-akan seperti saklar
terbuka. Selain itu, jika tegangan bias mundur yang diberikan terlalu tinggi, maka
dapat merusak dioda.

Gambar Bias Mundur

BJT (Bipolar Junction Transistor)


Transistor Bipolar adalah komponen Semikonduktor yang terdiri atas sebuah bahan
tipe P dan diapit oleh dua bahan tipe N (transistor NPN). Atau terdiri atas sebuah
bahan tipe N dan diapit oleh dua bahan tipe P (transistor PNP). Sehingga transistor
mempunyai tiga terminal. Dan ketiga terminal tersebut dikenal dengan Emitor (E),
Basis (B) dan Kolektor (C).

Gambar Terminal Transistor

Emitor merupakan bahan semikonduktor yang diberi tingkat doping sangat tinggi.
Kolektor diberi doping dengan tingkat yang sedang. Sedangkan Basis diberi doping
yang sangat rendah. Semakin rendah tingkat doping suatu bahan maka semakin
kecil konduktivitasnya, yang dikarenakan jumlah Majority Carrier (elektron untuk
bahan N, dan hole untuk bahan P) adalah sedikit. Struktur dan simbol Transistor
Bipolar adalah berikut :

Gambar Diagram Transistor NPN dan PNP

Prinsip kerja Transistor bisa dianalogikan dengan prinsip kerja keran air.
Mengalirnya air pada saluran kran tergantung dari pengaturan pada tutup keran.
Gambar Prinsip Kerja Transistor

Pada Transistor NPN, terminal Basis diberi tegangan positif (+) dan arus yang kecil
untuk mengendalikan aliran arus dan tegangan yang lebih besar dari Kolektor ke
Emitor. Sedangkan pada transistor PNP, terminal Basis diberi tegangan negatif (-)
dan arus yang kecil untuk mengendalikan aliran arus dan tegangan yang lebih besar
dari Emitor ke Kolektor. Contoh rangkaian NPN dan PNP adalah berikut :

Gambar Rangkaian NPN

Gambar Rangkaian PNP

 
Setiap transistor memiliki karakteristik dan kemampuan masing-masing dalam
melewatkan Arus pada nilai tertentu. Penggunaan transistor harus disesuaikan
dengan beban yang akan dia dapatkan. Karakteristik setiap transistor ini bisa
didapatkan dari datasheet masing-masing Transistor. 
Gambar Datasheet Transistor
 

FET (Field Effect Transistor)


FET adalah jenis transistor yang mempunyai fungsi hampir sama dengan BJT.
Perbedaan utama antara BJT dan FET adalah bahwa dalam BJT arus output
Kolektor (IC) dikendalikan oleh arus input Basis (IB). Sedangkan dalam FET arus
output Drain (ID) dikendalikan oleh tegangan input Gate-Source (VGS), karena arus
input Gate-Source adalah nol. Oleh sebab itu, resistansi input FET sangat besar,
dalam orde puluhan megaohm. Selain itu ketiga terminal pada FET juga berbeda.
Ketiga terminalnya dikenal dengan Source (S), Gate (G) dan Drain (D).

Gambar Terminal FET

FET juga mempunyai beberapa jenis, yaitu JFET, MOSFET, dan UJT. Namun
keluarga FET yang penting adalah JFET dan MOSFET

JFET (Junction Field Effect Transistor) 

JFET berbeda dengan BJT. JFET tidak memiliki PN-junction sepert BJT tetapi
memiliki sepotong sempit bahan semikonduktor resistivitas tinggi membentuk “kanal”
(channel) baik tipe-N atau tipe-P silikon untuk Majority Carrier mengalir melalui dua
koneksi listrik di kedua ujungnya yang masing-masing disebut Drain dan
Source. Ada dua konfigurasi dasar transistor JFET, yaitu N-channel JFET dan P-
channel JFET. Pada kanal N-channel JFET didoping dengan donor impurity yang
berarti bahwa aliran arus melalui channel negatif (N-channel) dalam bentuk elektron.
Sedangkan pada kanal P-channel JFET didoping dengan acceptor impurity yang
berarti bahwa aliran arus melalui channel adalah positif (P-channel) dalam
bentuk hole.
 

Gambar N-channel dan P-channel JFET

Contoh rangkaian N-Channel JFET dan P-Channel JFET 

Gambar Rangkaian N-channel dan P-channel JFET

MOSFET (Metal Oxide Semiconductor Field Effect Transistor)


MOSFET beroperasi sama dengan JFET tetapi memiliki terminal gerbang yang
terisolasi secara elektrik dari channel konduktif. Seperti JFET, MOSFET adalah tiga
perangkat terminal dengan Gate (G), Drain (D) dan Source (S), juga terdapat P-
channel MOSFET (PMOS) dan N-channel MOSFET (NMOS). Perbedaan utama kali
ini adalah bahwa MOSFET tersedia dalam dua bentuk dasar: 

1.
a. Depletion Type  – memerlukan tegangan Gate-Source (VGS) agar
transistor “non-aktif”. Depletion Type MOSFET sama dengan saklar NC
(Normally Closed).
b. Enhancement Type  – memerlukan tegangan Gate-Source (VGS) agar
transistor “aktif”. Enhancement Type  MOSFET sama dengan saklar NO
(Normally Open).

Gambar Jenis-Jenis MOSFET

IC (Integrated Circuit)
IC adalah komponen elektronika aktif yang terdiri dari gabungan banyak transistor,
dioda, resistor dan kapasitor yang diintegrasikan menjadi suatu rangkaian
elektronika dalam sebuah kemasan kecil. Bahan utama yang membentuk sebuah IC
adalah bahan Semikonduktor. Silikon merupakan bahan semikonduktor yang paling
sering digunakan dalam teknologi fabrikasi Integrated Circuit.

Gambar IC

Berdasarkan Aplikasi dan Fungsinya, IC dapat dibedakan menjadi IC Linear, IC


Digital dan juga gabungan dari keduanya.

IC Linear biasanya difungsikan sebagai :


o Penguat Daya (Power Amplifier)


o Penguat Sinyal (Signal Amplifier)


o Penguat Operasional (Operational Amplifier / Op Amp)


o Penguat Sinyal Mikro (Microwave Amplifier)


o Penguat RF dan IF (RF and IF Amplifier)


o Voltage Comparator


o Multiplier


o Penerima Frekuensi Radio (Radio Receiver)

o Regulator Tegangan (Voltage Regulator)

IC Digital biasanya difungsikan sebagai :


o Flip-flop
o Gerbang Logika (Logic Gates)
o Timer
o Counter
o Multiplexer
o Calculator
o Memory
o Clock
o Microprocessor (Mikroprosesor)
o Mikrokontroler

 
BAB 3. Penerapan Komponen Semikonduktor

Komponen-komponen semikonduktor tentunya juga mempunyai penerapannya


sendiri. Komponen-komponen semikonduktor dasar yang sering digunakan oleh
banyak orang adalah dioda dan transistor.

Contoh penerapannya adalah berikut ini :

1. Dioda

Dioda dapat digunakan sebagai penyearah setengah gelombang, penyearah


gelombang penuh, rangkaian clipper, rangkaian clamper, dan rangkaian pelipat
tegangan.

Gambar Rangkaian Dioda Sebagai Penyearah

Gambar Rangkaian Dioda Sebagai Clipper

2. Dioda Zener
Salah satu jenis dioda yang dirancang khusus agar tidak terjadi kerusakan saat
diberi tegangan tinggi reverse bias. Dioda Zener memiliki fungsi dioda pada
umumnya dan juga sebagai penstabil tegangan pada rangkaian.

Gambar Rangkaian Dioda Zener Sebagai Penstabil Tegangan

3. Transistor

Dapat digunakan sebagai penguat (Amplifier), saklar ON-OFF, osilator, dan biasing.

Gambar Rangkaian Transistor Sebagai Saklar

Pada rangkaian transistor sebagai saklar diperlukan beberapa perhitungan untuk


menyesuaikan arus dan tegangan pada terminalnya. Rumusnya sebagai berikut :

Pada saklar keadaan on, persamaan yang digunakan untuk menghitung arus basis
(Ib), arus kolektor (Ic) dan parameter lainnya adalah sebagai berikut :

Vcc – Ic.Rc – Vce = 0


 

Maka besar tegangan kolektor emitor (Vce)

Vce = Vcc – Ic.Rc

Karena kondisi saturasi Vce = 0V, maka arus kolektor dapat dicari dengan

Ic(sat) = (Vcc – Vce) / Rc = Vcc / Rc

Dalam implementasi nya Rc adalah beban yang digerakkan oleh transistor (LED,
Relay dll). Sekarang arus kolektor diatas adalah arus kolektor saturasi (Ic(sat)), agar
transistor tersebut dapat mengalirkan Ic(sat), maka arus basis (Ib(sat)) harus bernilai
:

Ib(sat) ≥ Ic(sat) / βdc

Ib = 10 x Ib(sat)

Untuk mencari arus basis (Ib) ini menggunakan rumus :

Ib = (Vi – Vbe) / Rb

Rb = (Vi – Vbe) / Ib

Rb = (Vi – 0,7V) / Ib      ……… (Untuk transistor silikon)

Rb = (Vi – 0,3V) / Ib      ……… (Untuk transistor germanium)

 
BAB 4. Umpan Balik

Sistem Umpan Balik atau bisa disebut Feedback System merupakan suatu proses


pengembalian sebagian sinyal output ke input. Sistem Umpan Balik banyak
digunakan dalam rangkaian penguat (amplifier), osilator, dan lain-lain. 

Gambar Diagram Umpan Balik

Terdapat dua tipe sistem Umpan Balik, yaitu Umpan Balik Negatif (Negative
Feedback) dan Umpan Balik Positif (Positive Feedback). Penguat dengan Umpan
Balik negatif akan mempunyai faktor penguatan yang lebih kecil, akan tetapi
memperbaiki beberapa parameter penguat lainnya. Sedangkan penguat Umpan
Balik positif akan dipakai dalam rangkaian osilator. 

Gambar Umpan Balik Positif dan Umpan Balik Negatif

TOPOLOGI DASAR RANGKAIAN UMPAN BALIK


Dalam rangkaian umpan balik, terdapat 4 topologi dasar yang sering dipakai, yaitu :

1. Penguat Umpan Balik Tegangan Seri

Tegangan output daya dihubungkan ke tegangan input secara seri.


Gambar Topologi Umpan Balik Tegangan Seri

Ketika rangkaian umpan balik dihubungkan secara seri, impedansi output daya akan
berkurang dan impedansi input daya diperbesar.

2. Penguat Umpan Balik Tegangan Shunt

Tegangan output daya dihubungkan ke tegangan input secara paralel.

Gambar Topologi Umpan Balik Tegangan Shunt

Ketika rangkaian umpan balik dihubungkan dengan tahanan shunt, impedansi output
daya & impedansi input daya akan berkurang.

3. Penguat Umpan Balik Arus Seri

Tegangan output daya dihubungkan pada tegangan input daya secara seri.

Gambar topologi umpan balik arus seri

Ketika rangkaian umpan balik dihubungkan secara seri, impedansi output daya &
impedansi input daya akan meningkat.
 

4. Penguat Umpan Balik Arus Shunt

Tegangan output daya dihubungkan pada tegangan input daya.

Gambar Topologi Umpan Balik Arus Shunt

Ketika rangkaian umpan balik dihubungkan secara seri melalui output daya namun
secara paralel dengan input, impedansi output daya akan meningkat dan  impedansi
input daya akan berkurang.

Karakteristik pada penguat umpan balik negatif 

Gambar Tabel Karakteristik Penguat Umpan Balik Negatif

 
BAB 5. Penstabil Tegangan

Regulator power supply digunakan untuk menstabilkan tegangan output, meskipun


tegangan input dan arus beban berubah. Regulator dengan sistem umpan balik
negatif menyebabkan tegangan output lebih stabil dibandingkan dengan regulator
biasa.

Gambar Rangkaian Penstabil Tegangan Dengan Dioda Zener

Potensiometer P menentukan tegangan basis arus kolektor Q1. Tegangan emitor Q1


distabilkan oleh zener sebesar Vz. Bila terjadi penambahan arus beban maka Vo
cenderung turun. Akibatnya Vp turun  IB Q1 berkurang, Q2 menjadi lebih konduksi 
IC Q2 naik, sehingga Vo naik. Begitu pula sebaliknya.

Disipasi daya pada transistor Q2 ( PQ2 ) = VCE x ( IL + IR1 ) Dimana IL adalah arus
beban dan IR1 adalah arus yang mengalir pada R1 yang digunakan untuk umpan
balik. 

Agar regulator dapat bekerja dengan baik, maka Es harus lebih besar dari nilai Vz.
 

Regulator Power Supply mempunyai beberapa bentuk rangkaian, diantaranya :

Regulator Tegangan Seri

Gambar Diagram Regulator Tegangan Seri

Pada regulator tegangan seri, elemen kontrol yang dihubung seri dengan beban
mengontrol besarnya tegangan masukan yang akan menuju ke keluaran. Tegangan
keluaran dicuplik (sampling) oleh rangkaian sampling sehingga diperoleh tegangan
umpan balik untuk kemudian dibandingkan dengan tegangan referensi. Apabila
tegangan keluaran naik, maka rangkaian pembanding memberikan sinyal kontrol
kepada elemen kontrol sehingga elemen kontrol ini menurunkan besarnya tegangan
keluaran.

Dengan demikian elemen kontrol berusaha untuk menstabilkan tegangan keluaran.


Apabila tegangan keluaran turun, maka rangkaian pembanding memberikan sinyal
kontrol kepada elemen kontrol sehingga elemen kontrol ini menaikkan besarnya
tegangan keluaran. Dengan demikian elemen kontrol berusaha untuk menstabilkan
tegangan keluaran.

Regulator Tegangan Paralel


Gambar Diagram Regulator Tegangan Paralel

Regulator tegangan paralel melakukan pengontrolan tegangan keluaran dengan


cara melewatkan sebagian arus beban (arus keluaran) melalui komponen pengontrol
yang terhubung paralel dengan beban. Regulator ini terutama dipakai untuk beban
bervariasi. Istilah beban ringan berarti memerlukan arus kecil, sehingga tegangan
beban (tegangan keluaran, Vo) cenderung untuk naik. Sedangkan beban berat
berarti memerlukan arus besar, sehingga tegangan beban (tegangan keluaran, Vo)
cenderung untuk turun. Pada regulator tegangan paralel, sebagian arus yang
berasal dari tegangan masukan (Vi) juga dilewatkan ke elemen kontrol (Ish)
disamping diberikan ke beban (IL).

Apabila terjadi perubahan beban (IL naik atau turun), maka tegangan keluaran  juga
cenderung untuk berubah. Perubahan ini dirasakan oleh rangkaian sampling yang
kemudian akan memberikan sinyal umpan balik kepada pembanding. Rangkaian
pembanding berdasarkan sinyal umpan balik dan tegangan referensi akan
memberikan sinyal ke pengontrol agar dapat mengalirkan arus Ish sesuai dengan
kebutuhan, sehingga memberikan efek penstabilan tegangan keluaran (Vo).

 
BAB 6. Respon Penguat (Amplifier)

Secara umum penguat hanya mampu melewatkan daerah frekuensi menengah.


Frekuensi menengah yang dimaksud adalah semua kapasitor dianggap hubung
singkat (mempunyai reaktansi kapasitif sangat kecil) dan transistor serta komponen-
komponen lain tidak terpengaruh oleh stray capacitance (kapasitansi liar). Hal ini
berarti faktor penguatan dari penguat tersebut menurun baik pada daerah frekuensi
rendah dan frekuensi tinggi. Oleh karena itu penguat tersebut dikatakan mempunyai
respon frekuensi tertentu. Respon frekuensi dari setiap penguat berbeda-beda, yakni
tergantung dari penggunaan penguat tersebut.

Ukuran untuk menyatakan seberapa lebar tanggapan frekuensi suatu penguat


biasanya disebut dengan lebar pita (bandwidth). Untuk lebih jelasnya, respon
frekuensi dapat dilihat pada kurva berikut :

Gambar Kurva Respon Frekuensi

Terlihat pada kurva respon frekuensi bahwa pada daerah frekuensi rendah,semakin
rendah frekuensi semakin kecil pula penguatannya (atau gain). Hal ini disebabkan
karena pengaruh CE (C by-pass pada emitor), CS (C kopling pada masukan), dan
CC (C kopling pada keluaran). Ketiga kapasitor ini reaktansi kapasitifnya akan
semakin besar bila frekuensinya semakin rendah, sehingga faktor penguatannya
menjadi berkurang. Sedangkan pada daerah frekuensi tinggi, semakin tinggi
frekuensi semakin kecil penguatan. Hal ini disebabkan karena reaktansi dari
kapasitor liar menjadi kecil dan ini akan membebani penguat sehingga
penguatannya menjadi menurun.

Lebar frekuensi yang menentukan ukuran bandwidth dari suatu respon frekuensi
dibatasi oleh f1 (atau fL) untuk frekuensi rendah dan f2 (atau fH) untuk frekuensi
tinggi. Istilah f1 dan f2 ini biasanya disebut dengan frekuensi corner, cut off, break,
atau half power (setengah daya).

Nilai penguatan pada titik f1 dan f2 ini adalah sebesar :


0.707 Avmid

Faktor sebesar 0.707 ini dipilih karena pada titik ini daya keluaran menjadi setengah
dari daya keluaran pada frekuensi menengah.

Dalam penggambaran kurva respon frekuensi digunakan ukuran desibel untuk


menunjukkan level penguatan (gain). Kurva dengan satuan desibel dapat dibuat
dengan mengkonversi satuan penguatan ke decibel (dB).

 
BAB 7. Oscillator menggunakan Transistor

Osilator (Oscillator) adalah suatu rangkaian yang membangkitkan sinyal. Osilator


mengubah input DC ke output AC, dengan sinyal dapat berbentuk gelombang sinus
atau non-sinus tergantung pengaplikasiannya. 

Gambar Perubahan Sinyal Oleh Osilator

Prinsip kerja osilator dapat dianalogikan dengan bandul yang berayun. Secara teori,
bandul akan terus berayun dengan simpangan yang tetap tanpa diperlukan energi
tambahan dari luar berbentuk dorongan yang searah ayunan. Tetapi pada
kenyataannya, ayunan tersebut makin lama makin mengecil simpangannya sampai
akhirnya berhenti di titik setimbangnya. Hal ini disebabkan karena sistem bandul
mengalami gaya gesekan dengan udara selama dia mengayun yang akhirnya
mengurangi energi bandul sampai menjadi nol.

Gambar Bandul yang Diayunkan

 
Pada penerapan rangkaian dasar osilator dengan LC (induktor-kapasitor), Dalam
keadaan diam, sebuah tank-circuit hanyalah sebuah rangkaian biasa seperti
ditunjukkan pada Gambar (a) dibawah. Tetapi bila diinjeksikan muatan listrik pada
kapasitornya sampai penuh seperti ditunjukkan pada Gambar (b) dibawah, maka
disitulah akan dimulai osilasi. Energi listrik yang telah tersimpan dalam kapasitor
akan mengalami pengosongan (discharge) ke induktor sampai muatan kapasitor
tersebut habis. Energi listrik tersebut kemudian berpindah seluruhnya ke induktor.
Setelah itu proses discharge terjadi sebaliknya, yaitu dari induktor ke kapasitor
sampai muatan seluruhnya ditampung kapasitor seperti ditunjukkan pada Gambar
(c) dibawah. Selanjutnya siklus yang sama terjadi dan demikian seterusnya. 

Gambar Perpindahan Muatan Listrik Pada Osilator

Untuk mempertahankan osilasi tersebut, maka harus ada energi tambahan dari
luar tank-circuit. Pelaksanaan pemberian energi tambahan dari luar tank-circuit agar
osilasi berlangsung terus, dilakukan dengan proses positive feedback dari output
ke tank-circuit.

Gambar Umpan Balik Positif dari Output

Osilator dapat dirancang dengan menggunakan rangkaian berikut :

Osilator Audio
Gambar Rangkaian Osilator Audio

Osilator colpitt

Gambar Osilator Colpitt

Frekuensi output dapat dihitung dengan rumus berikut :


 

Osilator Hartley

Gambar Osilator Hartley

Frekuensi output dapat dihitung dengan rumus berikut :

 
BAB 8. Uni Junction Transistor (UJT)

Uni Junction Transistor atau dapat disingkat UJT adalah transistor yang khusus
digunakan sebagai switch dan tidak dapat digunakan sebagai penguat seperti
transistor lainnya. UJT juga berbeda dari jenis FET lainnya dimana UJT memiliki dua
terminal Basis (B1 dan B2) dan 1 terminal Emitor (E).

Gambar Struktur UJT

Untuk cara kerja UJT dapat dilihat dari rangkaian ekuivalen di atas. Channel tipe-N
pada dasarnya mirip seperti dua resistor R B2 dan RB1 dihubung secara seri dengan
dioda (mewakili P-N junction) yang terhubung ke titik pusatnya. Resistansi R B1 ada di
antara E (Emitor) dan terminal B1, sedangkan resistansi R B2 ada di antara E dan
terminal B2. Karena posisi fisik P-N junction lebih dekat ke terminal B2, maka nilai
resistif RB2 akan lebih kecil dari RB1. Saat UJT dipakai pada suatu rangkaian,
biasanya terminal B1 terhubung ke ground dan terminal E berfungsi sebagai input.
Jika tegangan VBB diterapkan, dengan input emitor adalah nol, maka tegangan
RB1 dapat dihitung :

Rasio resistif dari RB1 ke RBB disebut intrinsic stand-off ratio dengan simbol η (eta).


Nilai η pada umumnya berkisar 0,5 hingga 0,8.

Jadi, jika tegangan input emitor (VE) kurang dari VRB1 (VE < VRB1), maka UJT reverse
bias dan seakan-akan “OFF”. UJT akan “ON” jika forward bias, dimana tegangan
input emitor lebih dari VRB1 (VE > VRB1). Saat UJT “ON”, arus tambahan dari emitor
yang mengalir ke basis dapat menurunkan resistansi R B1, sehingga arus yang
mengalir dari emitor menjadi lebih besar. Dari hal ini terlihat bahwa resistansi
RB1 adalah varian, dengan arus emitor (IE) sebagai pemicunya.

 
BAB 9. Operasional Amplifier

Operasional amplifier atau yang lebih sering disebut Op-Amp merupakan suatu
komponen elektronika analog yang berfungsi sebagai penguat atau amplifier
multiguna yang diwujudkan dalam sebuah IC. Pada dasarnya Op-Amp  adalah suatu
penguat diferensial yang memiliki 2 input dan 1 output. Op-Amp juga memiliki 2
terminal sebagai penyuplai tegangan ke komponen.

Prinsip kerja sebuah Op-Amp adalah membandingkan nilai kedua input (input
inverting dan input non-inverting). Apabila kedua input bernilai sama maka output
Op-Amp tidak ada (nol) dan apabila terdapat perbedaan nilai input keduanya maka
output Op-Amp akan memberikan tegangan output. Selain itu, Op-Amp hanya bisa
menghasilkan tegangan output di antara tegangan pada kedua terminal suplai.

Gambar Op Amp

Karakteristik penguat pada Op-Amp pada umumnya ditentukan oleh Resistor


Eksternal yang terhubung antara Output dan Input pembalik (Inverting Input).
Konfigurasi dengan umpan balik negatif (Negative Feedback) ini biasanya disebut
dengan Closed-Loop configuration atau Konfigurasi Lingkar Tertutup. Umpan balik
negatif ini akan menyebabkan penguatan atau gain menjadi berkurang dan
menghasilkan penguatan yang dapat diukur serta dapat dikendalikan.

Tujuan pengurangan Gain dari Op-Amp ini adalah untuk menghindari terjadinya
Noise yang berlebihan dan juga untuk menghindari respon yang tidak diinginkan.
Sedangkan pada Konfigurasi Lingkar Terbuka atau Open-Loop Configuration, besar
penguatannya adalah tak terhingga (∞) sehingga besarnya tegangan output hampir
atau mendekati tegangan Vcc.

Karakteristik Ideal Op-Amp



o Penguatan Tegangan Open-loop atau Av                                = ∞ (tak
terhingga)
o Tegangan Offset Keluaran (Output Offset Voltage) atau Voo  = 0
(nol)
o Impedansi Masukan (Input Impedance) atau Zin                    = ∞ (tak
terhingga)
o Impedansi Output (Output Impedance ) atau Zout                  = 0 (nol)
o Lebar Pita (Bandwidth) atau BW                                             = ∞ (tak
terhingga)
o Karakteristik tidak berubah dengan suhu

Parameter CMRR (Commom Mode Rejection Ratio) pada sebuah Op-Amp


merupakan salah satu parameter yang penting dan menentukan kualitas dari
penguat operasional (Op-Amp), dimana semakin tinggi nilai parameter CMRR
(Commom Mode Rejection Ratio) ini maka Op-Amp memiliki respon frekuensi yang
semakin baik.

CMRR didefinisikan dengan rumus :

CMRR = AD/AC dengan satuan dB

keterangan :

Ad = faktor penguatan dalam differential-mode 

Ac = faktor penguatan dalam common-mode

Penguat Inverting Op-Amp


Penguat inverting berarti suatu penguat yang keluarannya selalu berlawanan fasa
dengan masukannya.
Gambar Rangkaian Inverting Op-Amp

Apabila Av didefinisikan sebagai penguatan, maka :

Av = Vout / Vin

     = – Rf / Ri

Penguat Non-Inverting Op-Amp


Penguat non-inverting berarti suatu penguat yang keluarannya tidak berlawanan
fasa dengan masukannya (sefasa).

Gambar Non-Inverting Op-Amp

Apabila Av didefinisikan sebagai penguatan, maka :

Av = Vout / Vin

     = 1 + (R1 / R2 )
BAB 10. Penguat Daya

Penguat Daya atau bisa disebut Power Amplifier adalah sebuah rangkaian


elektronika yang  berfungsi untuk meningkatkan atau menguatkan sinyal masukan.
Di dalam bidang Audio, Penguat Daya akan menguatkan sinyal suara yang
berbentuk analog dari sumber suara (Input) menjadi sinyal suara yang lebih besar
(Output).

Gambar Blok Diagram Audio Amplifier

Sumber sinyal suara yang dimaksud tersebut dapat berasal dari alat-alat Transduser
seperti Mikrofon yang dapat mengkonversikan energi suara menjadi sinyal listrik.
Sinyal listrik yang berbentuk sinyal AC tersebut kemudian diperkuat arus (I) dan
tegangannya (V) sehingga menjadi Output yang lebih besar. 

Besaran penguatannya ini sering disebut dengan istilah gain. Gain yang biasanya
dilambangkan dengan G atau A dengan satuan desibel (dB) ini merupakan hasil
bagi dari daya di bagian Output (Pout) dengan daya di bagian inputnya (Pin) dalam
bentuk-bentuk frekuensi listrik AC.

Gambar Diagram Penguat

Bentuk Rumusnya adalah sebagai berikut :

AV = Vout / Vin

AI  = Iout / Iin


AP = AV x AI

Gain atau penguatan biasanya dinyatakan dalam Desibel( dB ), maka :

AV = 20.log (AV)

AI  = 20.log (AI)

AP = 10.log (AP)

Faktor dalam Penguat Daya 


A. Faktor Fidelitas

Yang dimaksud dengan fidelitas pada Penguat Daya adalah kemiripan bentuk sinyal
output terhadap sinyal input. Sebuah Penguat Daya dikatakan memiliki fidelitas
tinggi (High Fidelity) apabila menghasilkan sinyal output yang bentuknya persis
sama dengan sinyal masukan input. Perbedaannya hanya pada tingkat penguatan
pada amplitudo atau tegangannya saja.

B. Faktor Efisiensi

Yang dimaksud dengan efisiensi pada Penguat Daya adalah efisiensi daya dari
sebuah penguat yang dinyatakan dengan besaran rasio atau persentase dari output
Daya dengan input Daya. Sebuah Penguat Daya dikatakan memiliki efisiensi tinggi
atau 100% efisiensinya apabila tidak terjadi kehilangan daya pada proses
penguatannya.

Maka efisiensi penguat bisa dirumuskan sebagai:

Efisiensi(η)% = (Pout / Pin ) x 100

Karakteristik Penguat (Amplifier) yang ideal 



o Gain Amplifier( A ) harus tetap konstan untuk berbagai nilai sinyal
input.
o Gain tidak dipengaruhi oleh frekuensi. Sinyal semua frekuensi harus
diperkuat dengan jumlah yang persis sama.
o Penguat gain tidak boleh menambahkan noise ke sinyal output.
o Penguatan gain seharusnya tidak terpengaruh oleh perubahan suhu
yang memberikan stabilitas suhu yang baik.
o Gain dari penguat harus tetap stabil selama periode waktu yang
lama.

Jenis atau klasifikasi Penguat (Amplifier) 

Bentuk Gelombang Penguat Kelas A, B, AB, C

Penguat (Amplifier) Kelas A 


Penguat ini memiliki efisiensi rendah, kurang dari 40% tetapi reproduksi sinyal yang
baik dan linieritas.
Gambar Rangkaian Penguat Kelas A

Umumnya, Penguat Kelas A menggunakan transistor single (transistor bipolar, FET,


IGBT) yang terhubung secara konfigurasi Common Emitter (Emitor Bersama). Untuk
mencapai Linearitas dan Gain yang tinggi, Amplifier kelas A ini mengharuskan
Transistor dalam keadaan aktif selama siklus AC. Hal ini menyebabkan pemborosan
dan pemanasan yang berlebihan sehingga menyebabkan ketidakefisienan.

Penguat (Amplifier) Kelas B 


Secara teoritis, Penguatan atau Amplifier kelas B ini memiliki efisiensi sebesar
78,5%.

Gambar Rangkaian Penguat Kelas B

Karena hanya melakukan penguatan setengah gelombang dan menonaktifkan


setengah gelombang lainnya, penguat kelas B ini memiliki efisiensi yang lebih tinggi
dibandingkan dengan penguat kelas A. Kelemahan pada Penguat Kelas B ini adalah
terjadinya distorsi crossover.

Penguat (Amplifier) Kelas AB


Penguat Kelas AB menguatkan sinyal dari 180° hingga 360° dengan efisiensi daya
dari 25% hingga 78,5%.
Gambar Rangkaian Penguat Kelas AB

Penguat kelas AB adalah gabungan dari penguat kelas A dan penguat kelas B.
Penguat kelas AB dapat menghasilkan penguat sinyal yang tidak distorsi seperti
pada penguat kelas A dan mendapatkan efisiensi daya yang lebih tinggi seperti pada
penguat kelas B.

Penguat (Amplifier) Kelas C


Efisiensi daya pada penguat kelas C ini sangat baik yaitu dapat mencapai efisiensi
daya hingga 90%.

Gambar Rangkaian Penguat Kelas C


Penguat Kelas C ini menguatkan sinyal input kurang dari setengah gelombang
(kurang dari 180°) sehingga distorsi pada Outputnya menjadi sangat tinggi. Penguat
kelas C memiliki reproduksi sinyal terburuk.

 
BAB 11. Filter Aktif

Filter adalah suatu sistem yang berfungsi untuk menyaring sinyal, sebagian sinyal
akan dibiarkan lewat, sedangkan sebagian yang lain akan akan ditahan. Filter yang
sering digunakan adalah filter untuk menyaring sinyal berdasarkan frekuensi sinyal,
artinya sinyal dengan frekuensi tertentu akan dibiarkan lewat, sinyal frekuensi yang
lain akan ditahan.

Filter Aktif adalah suatu rangkaian yang digunakan untuk membuang tegangan
output pada frekuensi tertentu, yang terdapat komponen pasif (R,L,C) dan
komponen aktif (Op-Amp, transistor) didalamnya. Filter Aktif dapat dikelompokkan
menjadi empat :

1. Low-Pass Filter 

Gambar Rangkaian Low-pass Filter

Low-Pass Filter digunakan untuk meneruskan atau melewatkan sinyal berfrekuensi


rendah dan meredam sinyal berfrekuensi tinggi. Kurva respon frekuensi Low-Pass
Filter yang ideal :

Gambar Respon Frekuensi Low-Pass Filter 

Frekuensi cut off didapat dari rumus: 


f = 1 / 2π . R . C

Contoh :

Sebuah rangkaian Low-Pass Filter memiliki R = 1KΩ dan C = 10nF. Tentukan


frekuensi cut-offnya

Jawab : 

f = 1 / 2π . R . C

f = 1/2 (3.14)(1000)(0.000000001)

f = 15.923,57 Hz atau sekitar 15,9 KHz

Jadi frekuensi yang berada dibawah 15,9 KHz akan dilewatkan dan frekuensi yang
berada diatas 15,9 KHz akan diredam.

2. High-Pass Filter 

Gambar Rangkaian High-pass Filter

High Pass Filter digunakan untuk meneruskan atau melewatkan sinyal berfrekuensi


tinggi dan meredam sinyal berfrekuensi rendah. Kurva respon frekuensi High-Pass
Filter yang ideal :
Gambar Respon Frekuensi High-Pass Filter

Frekuensi cut off didapat dari rumus: 

f = 1 / 2π . R . C

Contoh :

Sebuah rangkaian High-Pass Filter memiliki R = 1KΩ dan C = 10nF. Tentukan


frekuensi cut-offnya

Jawab : 

f = 1 / 2π . R . C

f = 1 / 2(3.14)(1000)(0.000000001)

f = 15.923,57 Hz atau sekitar 15,9 KHz

Jadi frekuensi yang berada diatas 15,9 KHz akan dilewatkan dan frekuensi yang
berada dibawah 15,9 KHz akan diredam.

3. Band-Pass Filter
Gambar Rangkaian Band-pass Filter

Band Pass Filter digunakan untuk meneruskan atau melewatkan sinyal yang berada
di antara frekuensi tinggi dan frekuensi rendah, dan meredam sinyal frekuensi
lainnya. Kurva respon frekuensi Band-Pass Filter yang ideal :

Gambar Respon Frekuensi Band-Pass Filter

Frekuensi cut off didapat dari rumus: 

f = 1 / 2π . R . C

Contoh :

Sebuah rangkaian Band-Pass Filter dirancang untuk melewatkan frekuensi antara 1


KHz sampai dengan 20 KHz. Kedua resistor yang dipakai memiliki tahanan 10KΩ.
Hitunglah nilai kapasitornya!

Jawab : 


o High Pass Filter
C1 = 1 / 2π . fL .R

C1 = 1 / 2 x 3,14 x 1000 x 10000

C1 = 1 / 2 x 3,14 x 1000 x 10000

C1 = 15,9 nF


o Low Pass Filter

C2 = 1 / 2π fH . R

C2 = 1 / 2 x 3,14 x 20000 x 10000

C2 = 1 / 2 x 3,14 x 20000 x 10000

C2 = 796pF

4. Band-Stop Filter

Gambar Rangkaian Band-Stop Filter

Band-Stop Filter digunakan untuk meredam sinyal yang berada di antara frekuensi


tinggi dan frekuensi rendah, dan melewatkan sinyal frekuensi lainnya. Kurva respon
frekuensi Band-Stop Filter yang ideal :
Gambar Respon Frekuensi Band-Stop Filter

Frekuensi tengah didapat dari rumus: 

fC=√(fL x fH)

Frekuensi cut off didapat dari rumus: 

f = 1 / 2π . R . C

Contoh :

Sebuah rangkaian Band-Stop Filter dirancang untuk melewatkan frekuensi dibawah


300 Hz dan frekuensi diatas 1 KHz. Kedua kapasitor yang dipakai memiliki
kapasitansi 0,1µF. Hitunglah nilai resistor dan frekuensi tengahnya!

Jawab : 


o Low Pass Filter

RL= 1 / 2π . FL . C

R  = 1 / 2 x 3,14 x 300 x (0,1 x 10-6)


L

RL = 5.308Ω


o High Pass Filter

RH = 1 / 2π . fH . C

RH = 1 / 2 x 3,14 x 1000 x (0,1 x 10-6)

RH = 1.592Ω


o Frekuensi tengah 

fC =√( fL x fH)

fC =√( 300 x 1000)

fC =√300.000

fC = 547,72Hz

Anda mungkin juga menyukai