Di Susun Oleh :
1
1. Tujuan Pembelajaran :
Setelah mengikuti pertemuan ini diharapkan mahasiswa mampu :
a. Memasang alat ukur pengukur tegangan, arus, cos ϕ, frekuensi dan daya listrik AC
satu fasa sesuai dengan rangkaian yang ditentukan dengan benar.
b. Membaca hasil penunjukan tegangan, arus, dan daya listrik AC satu fasa pada
setiap percobaan dengan tepat dan benar.
c. Menganalisis korelasi antara tegangan, arus, cos ϕ, frekuensi dan daya listrik AC
satu fasa dengan tepat dan benar.
d. Menganalisis hasil pengukuran dan teori untuk setiap percobaan nilai tegangan,
arus, cos ϕ, frekuensi dan daya listrik AC satu fasa dengan tepat dan benar.
2. Materi
Silahkan diisikan teori tentang daya korelasi daya tegangan, arus, cos ϕ, frekuensi
dan daya listrik AC satu fasa.
4. Rangkaian Percobaan
Silahkan diisikan gambar rangkaian yang digunakan dalam praktikum
5. Data Percobaan
No Vs V1 V2 V3 I1 I2 I3 F cos P
Volt Volt Volt Volt Ampere Ampere Ampere Hert ϕ Watt
6. Analisa Data
a. Lakukan perhitungan daya secara teori
b. Buat grafik dari hasil Analisa data
c. Bandingkan nilai teori dan pengukuran
2
7. Kesimpulan
Tuliskan kesimpulan sesuai hasil Analisa data
8. Referensi
MATERI
Teori tentang hubungan antara daya, tegangan, arus, faktor daya (cos ϕ), frekuensi,
dan daya listrik AC satu fasa dapat dijelaskan dengan menggunakan rumus-rumus
dasar dalam sistem tenaga listrik AC. Berikut adalah beberapa konsep dasar :
1. Tegangan (V): Tegangan dalam sistem AC satu fasa diukur dalam volt (V). Tegangan
ini dapat dinyatakan sebagai tegangan efektif (atau RMS), yang merupakan nilai
efektif dari tegangan sinusoidal.
2. Arus (I): Arus dalam sistem AC satu fasa diukur dalam ampere (A). Seperti tegangan,
arus juga dapat dinyatakan sebagai arus efektif (atau RMS) untuk sinyal sinusoidal.
3. Daya (P): Daya listrik dalam sistem AC diukur dalam watt (W). Untuk sistem AC satu
fasa dengan beban resistif murni, daya dapat dihitung menggunakan rumus dasar:
P=V I cosϕ
di mana:
• P adalah daya,
• V adalah tegangan efektif (volt),
• I adalah arus efektif (ampere), dan
• cosϕ adalah faktor daya.
4. Faktor daya (cosϕ) menunjukkan perbandingan antara daya aktif (yang benar-benar
digunakan untuk melakukan kerja) dan daya total (yang diberikan oleh V I). Untuk
beban resistif murni, faktor daya selalu 1 (cos ϕ = 1).
5. Faktor Daya (cos ϕ): Faktor daya merupakan rasio antara daya aktif (watt) dan daya
semu (VA). Faktor daya dapat juga dinyatakan sebagai kosinus sudut fase antara
tegangan dan arus. Faktor daya yang baik adalah ketika cos ϕ mendekati 1, yang
3
menunjukkan bahwa daya yang digunakan hampir sepenuhnya untuk melakukan
pekerjaan dan bukan untuk memanaskan sistem.
6. Frekuensi (f): Frekuensi dalam sistem AC diukur dalam hertz (Hz). Frekuensi
menunjukkan seberapa cepat arus dan tegangan berubah arah. Pada umumnya,
frekuensi listrik umumnya adalah 50 atau 60 Hz, tergantung pada negara atau wilayah.
7. Daya Semu (S): Daya semu adalah hasil kali antara tegangan efektif (V) dan arus
efektif (I). Daya semu diukur dalam volt-ampere (VA).
S=V IS=V I
Daya semu adalah jumlah vektor dari daya aktif dan daya reaktif. Faktor daya (cos ϕ) dapat
dihitung sebagai perbandingan antara daya aktif (P) dan daya semu (S).
cosϕ=P/S
4
BAHAN DAN ALAT DAN ALAT PRAKTIKUM PBL
RANGKAIAN PERCOBAAN
5
2. Pastikan di panel meter pertama display menunjukan angka 220 volt
3. Catat total tegangan , ampere, arus, frekuensi, cosphi dan daya di power meter
pertama dengan dua beban lampu 75 watt dan 60 watt.
4. Cataat tegangan, ampere, arus, frekuensi, cosphi dan daya di power meter kedua
dengan beban lampu 75 watt.
5. Cata tegangan, ampere, arus, frekuensi, cosphi dan daya di power meter ketiga dengan
lampu 60 watt.
ANALISA DATA
1. Perhitungan daya secara teori.
6
a) Di ketahui :
I1 = 0,260
I2 = 0,123
I3 = 0.110
V1 = 50,7
V2 = 49,6
V3= 49,6
Ditanya P..?
Jawab;
• P=IxV
• P = 0,260x 50,7 = 13,182
• P = 0,123 x 49,6 = 6,1008
• P = 0,110 x 49,6 = 5,456
b) Di ketahui ;
I1 = 0,052
I2 = 0,164
I3 = 0,147
V1 = 100,6
V2 = 98,6
V3= 98,8
Ditanya P…?
Jawab :
• P=IxV
• P = 0,052 x 100,6= 5,2312
• P = 0,164 x 98,6 = 16,1704
• P = 0,147 x 98,8 = 14,5236
c) Di ketahui ;
I1 = 0,428
I2 = 0,207
I3 = 0,178
V1 = 150,1
V2 = 147,5
V3 = 148
Ditanya P…?
Jawab :
• P=IxV
7
• P = 0,428 x 150,1 = 64,2
• P = 0,207 x 147,5 = 30,5325
• P = 0,178 x 148 = 26,344
d) Di ketahui ;
I1 = 0,52
I2 = 0,252
I3 = 0,2163
V1 = 220,0
V2 = 216,7
V3 =217,3
Ditanya P…?
Jawab :
• P=IxV
• P = 0,52 x 220,0 = 114,4
• P = 0,252 x 216,7= 54,608
• P = 0,2163 x 217,3 = 47,0019
8
GRAFIK PERCOBAAN MEMAKAI PANEL METER,
CLAMP METER DAN TANG AMPERE
225
175
125
75
25
Vs (Volt) V1 (Volt) V2 (Volt) V3 (Volt) I1 (Am- I2 (Am- I3 (Am- Frekuens Cos ϕ P (Watt)
pere) pere) pere) i (Hz)
series 50 50.7 49.6 49.6 0.26 0.123 0.11 50.04 1 13.3
1
series 100 100.6 98.6 98.8 0.052 0.169 0.147 50.04 1 35.3
2
series 150 150.1 147.5 148 0.428 0.207 0.178 50.04 1 64.5
3
series 220 220 216.7 217.3 0.52 0.251 0.2163 50.04 1 114.6
4
175
125
75
25
Vs (Volt) V1 (Volt) V2 (Volt) V3 (Volt) I1 (Ampere) I2 (Ampere) I3 (Ampere)
series 1 50.7 50.7 50.6 50.6 0.2 0.1 0.1
series 2 100.4 100.3 100.3 100.3 0.3 0.1 0.1
series 3 151.2 151.1 151.1 151.1 0.4 0.1 0.2
series 4 220.7 220.6 220 220 0.4 0.2 0.2
9
KESIMPULAN
Hukum Kirchhoff I hukum ini merupakan hukum kekekalan muatan listrik yang
menyatakan bahwa jumlah muatan listrik yang mengalir tidaklah berubah.
jadi, pada suatu percabangan, laju muatan listrik yang menuju titik cabang sama besarnya
dengan laju muatan yang meninggalkan titik cabang itu.
Hukum Kirchhoff II ini menjelaskan bahwa jumlah penurunan beda potensial sama
dengan nol artinya tidak ada energi listrik yang hilang dalam rangkaian atau semua energi
listrik diserap dan digunakan.
Tingkan pengukuran
Mengukur degangan harus dengan cara parallel sesuai dengan hukum Kirchhoff juga
begitupun mengukur arus harus dilakukan dengan cara seri.
10