Anda di halaman 1dari 24

LAPORAN PRAKTIKUM ELEKTRONIKA ANALOG

RANGKAIAN PENGUAT BERTINGKAT KASKADE

Disusun Oleh:
Zahra Nabila Putri (191331032)

Tanggal Praktikum : 05 November 2020


Tanggal Pengumpulan : 10 November 2020

Ridwan Solihin, DUTech., SST., MT


Taviv Sutisna, DUTech., S.T

Program Studi D3 Teknik Telekomunikasi


Jurusan Teknik Elektro
Politeknik Negeri Bandung
2020
I. Tujuan
Mengukur dan menganalisa V output terhadap perubahan frekuensi dari rangkaian
penguat sinyal kecil CE dengan kopling C.

II. Landasan Teori


Rangkaian penguat (amplifier) bertingkat menggunakan transistor FET
ditunjukkan di bawah ini. Tahap input penguat ini adalah common source FET dan
Vin (tegangan input) yang terhubung ke terminal gerbang. Tahap output dari penguat
ini adalah gerbang umum FET yang ambisius oleh fase input. Resistansi drain pada
tahap output daya adalah Rd dan Vout (tegangan output) dapat diambil dari terminal
drain transistor sekunder.

Ketika terminal gerbang transistor Q2 grounded, maka tegangan sumber dan


tegangan drain transistor dipertahankan hampir stabil. Itu berarti semakin tinggi
transistor Q2 memberikan resistansi input daya rendah terhadap transistor Q1 yang
lebih rendah. Ini mengurangi gain transistor yang lebih rendah & karenanya efek
Miller juga berkurang. Bandwidth SO akan meningkat.

Pengurangan gain pada transistor yang lebih rendah


tidak memengaruhi gain total karena transistor bagian atas
menggantinya. Transistor atas tidak akan dipengaruhi oleh efek
Miller karena pengisian & pemakaian dari drain ke sumber drift
kapasitansi dapat dilakukan dengan
menggunakan Resistor drain. Respons frekuensi, serta beban,
hanya dipengaruhi untuk frekuensi tinggi.

Di rangkaian ini, isolasi output dapat dilakukan dari


input. Transistor yang lebih rendah mencakup kira-kira tegangan yang stabil di
terminal source & drain sedangkan transistor atas termasuk tegangan yang hampir
stabil di dua terminalnya. Pada dasarnya tidak ada umpan balik dari output daya ke
input daya. Jadi kedua terminal diisolasi dengan baik menggunakan koneksi tengah
tegangan stabil.

Jika dua penguat dihubungkan sedemikian rupa sehingga sinyal output dari
tingkat pertama bekerja sebagai sinyal input bagi penguat tingkat kedua, maka
penguat seperti ini dikatakan disusun secara kaskade. Penguat disusun secara kaskade
dengan tujuan untuk memperbesar gain dari penguat tunggal.
Gambar 1 Blok Diagram Dari Penguat Kaskade

𝑉𝑜𝑢𝑡
Gain dari penguat diatas dinyatakan dengan 𝐴𝑣 = = 𝐴1 × 𝐴2 Dimana A1 dan
𝑉𝑖𝑛

A2 adalah gain tegangan dari masing-masing unit penguat. Gambar 2 menunjukkan


penguat kaskade sepasang RC.

Gambar 2 Penguat Kaskade


Dalam menghubungkan dua penguat, pengaruh input tingkat kedua pada
resistansi sinyal AC dari tingkat pertamanya musti dipertimbangkan. Pada gambar 2,
garis beban AC dari Q1 terdiri dari kombinasi paralel antara R2, R4, R5 dan Rin
(resistansi input Q2). Pengaruhnya ialah mengurangi resistansi beban AC pada Q1
sehingga akan mengurangi level sinyal output AC pada kolektor Q1.
Gain tegangan untuk Q2,

Gain tegangan untuk Q1,


Dimana gm adalah transkonduktansi dari Q1 (JFET) dan RD’ adalah resistansi
beban Q1 yang dinyatakan sebagai berikut:

Tapi jika kapasitor C3 terbuka, maka gain tegangan Q1 akan dapat diberikan
sebagai berikut:

Sehingga gain tegangan untuk penguat kaskade dinyatakan sebagai berikut:

III. Alat dan Komponen yang Digunakan


1. Sumber tegangan 12 Volt
2. Osiloskop
3. Amperemeter
4. Voltmeter
5. Function Generator
6. Transistor BC 107
7. Resistor: 47 kΩ, 50 kΩ, 10 kΩ, 1,2 kΩ, 3,3 kΩ, 1kΩ
8. Kapasitor 10 μF
IV. Langkah Kerja
1. Buatlah rangkaian seperti gambar di atas.
2. Ukurlah IB,IC, VCE,VBE untuk gambar masing- masing transistor. Kemudian
isilah Tabel 1.
3. Hidupkan Vs,tentukan outputnya minimum dengan frekuensi 5 KHz. Hubungkan
output Vs dengan input penguat (Vin).
4. Hidupkan Osiloskop, dan hubungkan probe channel 2 dengan output penguat.
5. Atur volume Vs sehingga pada layar Osiloskop nampak gambar gelombang sinus
hampir cacat , kemudian catat Vp-p pada tabel 2
6. Hubungkan probe Channel 1 dengan input penguat, catat Vp-p input penguat
7. Hitung penguatan penguat bertingkat tersebut
8. Lakukan pengukuran untuk mengetahui penguatan masing-masing tingkat.
9. Lakukan pengukuran untuk mengetahui impedansi input dan output penguat bertingkat.
10. Melihat respon rangkaian terhadap frekuensi
 Ubah frekuensi sumber sesuai tabel 3
 Isi kolom-kolom pada tabel 3 sesuai dengan perubahan frekuensinya
 Cari fco L , fco H dan Bandwidth rangkaian

V. Gambar Rangkaian
VI. Data Hasil Pengamatan
Tabel 1
Ib1 Ib2 Ic1 Ic2 VCE1 VcE2 VBE1 VBE2 β1 β2
2,986 3,203 661,6 725,6 8,255 8,148 618,7 621,2 221,56 226,53
µA µA µA µA V V mV mV

Tabel 2
Vsmax p-p Vin p-p Av1 Av2 Av Zin1 Zout1 Zin2 Zout2
tot
700 100 2 Kali 2,5 Kali 5 3 KΩ 6,5 KΩ 3KΩ 6,5 KΩ
mVp-p mVp-p Kali
Keterangan:
 Pengukuran Vsmaxp-p
- Cacat
F = 5 kHz
A=1V
- Vsmaxp-p
F = 10 kHz
Amax = 350 mV
- Vsmaxp-p = 2 (350mV) = 700 mVpp

 Vi p-p
F = 10 kHz
A = 50 mv
Vin p-p = 1 kotak x 100 mV = 100 mVp-p

 Av1 = Vo/Vi = 2 x
Vin = 2 x 50 mV/Div = 100 mVp-p
Vo = 2 x 100 mV/Div = 200 mVp-p

 Av2 = Vo/Vi = 2,5 x


Vin = 2 x 20 mV/Div = 40 mVp-p
Vo = 2 x 50 mV/Div = 100 mVp-p

 Av tot = Av1 x Av2 = 2 x 2,5 = 5


Av tot = Vo/Vi = 5 x
Vin = 2 x 10 mV/Div = 20 mVp-p
Vo = 2 x 50 mV/Div = 100 mVp-p

100−70
 Zin1 = x 10 K=3 kΩ
100
100−70
 Zin2 = x 10 K=3 kΩ
100
100−35
 Zo1 = x 10 K=6,5 kΩ
100
100−35
 Zo2 = x 10 K=6,5 kΩ
100
Tabel 3
F (Hz) Vin p-p Vout p-p Av Av (dB) Phasa θ
(volt) (volt) (derajat)
20 20 mVp-p 50 mVp-p 2,5 Kali 7,98 dB 50,4
100 20 mVp-p 100 mVp-p 5 Kali 13,98 dB 27,5
200 20 mVp-p 100 mVp-p 5 Kali 13,98 dB 14,4
500 20 mVp-p 100 mVp-p 5 Kali 13,98 dB 8,92
1000 20 mVp-p 100 mVp-p 5 Kali 13,98 dB 7,2
2000 20 mVp-p 100 mVp-p 5 Kali 13,98 dB 3,6
5000 20 mVp-p 100 mVp-p 5 Kali 13,98 dB 1,35
10 K 20 mVp-p 100 mVp-p 5 Kali 13,98 dB 1,8
20 K 20 mVp-p 100 mVp-p 5 Kali 13,98 dB 0
50 K 20 mVp-p 100 mVp-p 5 Kali 13,98 dB 0
100 K 200 mVp-p 100 mVp-p 5 Kali 13,97 dB 0,36
200 K 20 mVp-p 100 mVp-p 5 Kali 13,98 dB 2,68
500 K 20 mVp-p 100 mVp-p 5 Kali 13,98 dB 12,5
1M 20 mVp-p 100 mVp-p 5 Kali 13,98 dB 25,2
2M 20 mVp-p 85 mVp-p 4,25 Kali 12,5 dB 48,24
5M 20 mVp-p 50 mVp-p 2,5 Kali 8 dB 87,66
10 M 20 mVp-p 30 mVp-p 1,5 Kali 3,5 dB 51,9
20 M 20 mVp-p 50 mVp-p 2,5 Kali 7,95 dB 50,4
50 M 20 mVp-p 20 mVp-p 1 Kali 0 dB 90

Bandwidth FcoL Fmid FcoH


Nilai (dB) 11,61 14,46 11,64
Nilai (Hz) 231 Hz 11,34 kHz 2,605 MHz
VII. Analisis

Praktikum Penguat Bertingkat dilakukan menggunakan aplikasi simulator


EWB. Berdasarkan praktikum yang telah dilakukan, didapatkan data-data hasil
pengamatan seperti tabel di atas. Pada percobaan kali ini terdapat beberapa variabel
yang harus ditentukan dengan cara diukur maupun dihitung, diantaranya IB, IC, VCE,
VBE, β, Vsmax Vp-p, Vin Vp-p, Av, Zin dan Zo. Dalam praktikum kali ini,
amplitude yang digunakan adalah 50mV dan frekuensinya adalah 10KHz, kecuali
untuk mencari Vsmax Vp-p amplitudo dan frekuensi yang digunakan adalah 350 mV
dan 5 KHz.
Hasil pengukuran IB diperoleh dengan cara memasang amperemeter diantara
kapasitor dan base pada transistor sehingga didapatkan hasil pengukuran IB1 sebesar
2,986 µA dan IB2 sebesar 3,203 µA. Sedangkan hasil pengukuran IC diperoleh dengan
cara memansang amperemeter diantara resisitor dan collector pada transistor
sehingga diperoleh hasil IC1 sebesar 661,6 µA dan IC2 sebesar 725,6 µA. Untuk
mengukur VCE diperoleh dengan cara memasang voltmeter diantara collector dan
emitor sehingga diperoleh hasil pengukuran VCE1 sebesar 8,255V dan VCE2 sebesar
8,148V, sedangkan untuk mengukur VBE1 dan VBE2, voltmeter dipasang diantara base
dan emitor sehingga diperoleh hasil pengukuran VBE1 sebesar 618,7 mV dan VBE2
621,2 mV. β1 didapatkan dari hasil perhitungan IC1/IB1 sebesar 221,56 dan β2
didapatkan dari hasil perhitungan IC2/IB2 sebesar 226,53.
Untuk melihat gelombang frekuensi cacat, dengan cara mengatur nilai
amplitudo pada function generator hingga didapatkan gelombang yang cacat. Pada
praktikum ini, gelombang yang cacat terlihat pada saat nilai amplitudo sebesar
350mV sehingga nilai Vsmax Vp-p sebesar 2 kotak × 350 mV hasilnya sebesar 700
mVp-p. Vin didapatkan dengan cara memindahkan kanal 1 (input) dan kanal 2
(output) pada osiloskop di antara R 50Ω, kanal 1 diatur sebesar 100 mV, kanal 2
sebesar 200 mV sehingga nilai Vin sebesar 1 kotak × 100 mVp-p = 100 mVp-p.
Untuk mengukur AV1 kanal 1 dan kanal 2 pada osiloskop diatur sebesar 50 mV dan
100 mV sehingga didapatkan hasil perhitungan menggunakan rumus Vo/Vi sebesar 2
kali sedangkan AV2, kanal 1 dan kanal 2 pada osiloskop diatur sebesar 20 mV
sehingga didapatkan hasil perhitungan Vo/Vi sebesar 2,5 kali. Av total diperoleh dari
perhitungan AV1 × AV2 sebesar 5 kali. Zin1 dan Zin2 diperoleh dengan cara
menambahkan Rpot pada input rangkaian sebesar 10KΩ 70% dengan kanal 1 dan
kanal 2 diatur 10mV untuk Zin dan kanal 1 dan kanal 2 diatur 10 mV untuk Zin2
sehingga gelombang output setengah dari gelombang input dan hasil pengukuran Zin1
dan Zin2 sebesar 3KΩ.
Zout1 dan Zout2 diperoleh dengan cara menambahkan Rpot pada output
rangkaian sebesar 10KΩ 35% dengan kanal 1 dan kanal 2 diatur 20mV untuk Zout1
dan Zout2 sehingga gelombang output setengah dari gelombang input dan hasil
pengukuran Zout1 dan Zout2 sebesar 6,25 KΩ.
Pada tabel 3, untuk menghitung besarnya Av dalam satuan dB dapat diperoleh
dengan menggunakan rumus 20 log Av, sedangkan untuk mengukur phase didapatkan

¿ T 2−T 1
dari rumus x 360 °. Untuk mengetahui besarnya T2-T1, lakukan
T
penggeseran garis vertical yang terdapat di sisi kanan dan kiri pada osiloskop pada
gelombang input dan output yang bertepatan dengan garis horizontal sehingga
hasilnya dapat langsung terlihat pada osiloskop, sedangkan untuk mendapatkan T,
penggeseran garis dilakukan pada 1 gelombang (dari puncak ke puncak).
Pada tabel 3 yang pertama frekuensi diatur menjadi 20 Hz, Vin yang
didapatkan sebesar 20 mVp- p, Vout sebesar 50 mVp-p, Av sebesar 2,5 kali, Av
dalam satuan dB sebesar 7,98 dB dan phasa sebesar 50,4⁰. Selanjutnya frekuensi
diubah menjadi 100 Hz, Vin yang didapatkan sebesar 20 mVp-p, Vout sebesar 100
mVp-p, Av sebesar 5 kali, Av dalam satuan dB sebesar 13,98 kali dan phasa sebesar
27,5⁰. Saat frekuensi diubah menjadi 200 Hz, Vin yang didapatkan sebesar 20 mVp-
p, Vout sebesar 100 mVp-p, Av sebesar 5 kali, Av dalam satuan dB sebesar 13,98 kali
dan phasa sebesar 14,4⁰. Saat frekuensi diubah menjadi 500 Hz, Vin yang didapatkan
sebesar 20 mVp-p, Vout sebesar 100 mVp-p, Av sebesar 5 kali, Av dalam satuan dB
sebesar 13,98 kali dan phasa sebesar 8,92⁰. Saat frekuensi diubah menjadi 1 KHz, Vin
yang didapatkan sebesar 20 mVp-p, Vout sebesar 100 mVp-p, Av sebesar 5 kali, Av
dalam satuan dB sebesar 13,98 kali dan phasa sebesar 7,2⁰. Saat frekuensi diubah
menjadi 2 KHz, Vin yang didapatkan sebesar 20 mVp-p, Vout sebesar 100 mVp-p,
Av sebesar 5 kali, Av dalam satuan dB sebesar 13,98 kali dan phasa sebesar 3,6⁰ dan
pada saat frekuensi diubah menjadi 5 KHz, Vin yang didapatkan sebesar 20 mVp-p,
Vout sebesar 100 mVp-p, Av sebesar 5 kali, Av dalam satuan dB sebesar 13,98 kali
dan phasa sebesar 1,35⁰. Pada saat frekuensi dinaikkan menjadi 10 KHz, Vin yang
didapatkan sebesar 20 mVp-p, Vout sebesar 100 mVp-p, Av sebesar 5 kali, Av dalam
satuan dB sebesar 13,98 kali dan phasa sebesar 1,8⁰. Saat frekuensi diubah menjadi
20 KHz, Vin yang didapatkan sebesar 20 mVp-p, Vout sebesar 100 mVp-p, Av
sebesar 5 kali, Av dalam satuan dB sebesar 13,98 kali dan phasa sebesar 0⁰ atau tidak
ada perbedaan phasa. Saat frekuensi diubah menjadi 50 KHz, Vin yang didapatkan
sebesar 20 mVp-p, Vout sebesar 100 mVp- p, Av sebesar 5 kali, Av dalam satuan dB
sebesar 13,98 kali dan phasa sebesar 0⁰ atau tidak ada beda phasa. Saat frekuensi
dinaikkan menjadi 100 KHz, Vin yang didapatkan sebesar 20 mVp-p, Vout sebesar
100 mVp-p, Av sebesar 5 kali, Av dalam satuan dB sebesar 13,98 kali dan phasa
sebesar 0,36⁰. Saat frekuensi diubah menjadi 200 KHz, Vin yang didapatkan sebesar
20 mVp-p, Vout sebesar 100 mVp-p, Av sebesar 5 kali, Av dalam satuan dB sebesar
13,98 kali dan phasa sebesar 2,68⁰. Saat frekuensi diubah menjadi 500 KHz, Vin yang
didapatkan sebesar 20 mVp-p, Vout sebesar 100 mVp-p, Av sebesar 5 kali, Av dalam
satuan dB sebesar 13,98 dB dan phasa sebesar 12,5. Saat frekuensi dinaikkan lagi
menjadi 1 MHz, Vin yang didapatkan sebesar 20 mVp-p, Vout sebesar 100 mVp-p,
Av sebesar 5 kali, Av dalam satuan dB sebesar 13,98 kali dan phasa sebesar 25,2⁰.
Saat frekuensi diubah menjadi 2 MHz, Vin yang didapatkan sebesar 20 mVp-p, Vout
sebesar 85 mVp-p, Av sebesar 4,25 kali, Av dalam satuan dB sebesar 12,5 dB dan
phasa sebesar 48,24⁰. Saat frekuensi diubah menjadi 5 MHz, Vin yang didapatkan
sebesar 20 mVp-p, Vout sebesar 50 mVp-p, Av sebesar 2,5 kali, Av dalam satuan dB
sebesar 8 dB dan phasa sebesar 87,66⁰. Saat frekuensi diubah menjadi 10 MHz, Vin
yang didapatkan sebesar 20 mVp-p, Vout sebesar 30 mVp-p, Av sebesar 1,5 kali, Av
dalam satuan dB sebesar 3,5 dB dan phasa sebesar 51,9⁰. Saat frekuensi diubah
menjadi 20 MHz, Vin yang didapatkan sebesar 20 mVp-p, Vout sebesar 50 mVp-p,
Av sebesar 2,5 kali, Av dalam satuan dB sebesar 7,95 dB dan phasa sebesar 50,4⁰ dan
pada saat frekuensi diubah menjadi 20 MHz, Vin dan Vout yang didapatkan sebesar
20 mVp-p, Av sebesar 1 kali, Av dalam satuan dB sebesar 0 dB dan phasa sebesar
90⁰.
Bandwidth diperoleh dengan cara menambahkan bode plotter pada rangkaian
yang magnitude verticalnya diatur F = 20 db dan l = 10 dB sehingga didapat Avmid
sebesar 14,46 dB atau 11,43 Khz. Frekuensi cut off low diperoleh dari penggeseran
garis pada Avmid ke sebelah kiri atau dari perhitungan Avmid-3dB sehingga
diperoleh hasil sebesar 11,46 dB atau dalam simulasi tedapat perbedaan hasil yaitu
11,61 dB atau 231,0 Hz. Sedangkan frekuensi cut off high diperoleh dengan cara
menggeserkan garis pada Avmid ke sebelah kanan sehingga diperoleh hasil sekitar
11,64 dB atau 2.605 MHz.
VIII. Kesimpulan
Berdasarkan praktikum yang telah dilakukan, maka dapat disimpulkan bahwa
Sistem penguat bertingkat merupakan sistem penguatan pada transistor (BJT maupun
FET) yang terdiri lebih dari satu tingkat di dalam konfigurasi rangkaiannya.
 Output dari rangkaian penguat bertingkat lebih besar dari pada inputnya.
 Penguatan tegangan yang terjadi pada masing-masing tingkat adalah dalam
kondisi terbebani (under load condition).
 Sistem cascade ini menggunakan keluaran dari penguat tingkat pertama sebagai
masukan ke penguat tingkat kedua, dan seterusnya.
 Penguat ini menyediakan bandwidth tinggi, gain, laju perubahan tegangan,
stabilitas, & impedansi input.
 Jika pada rangkaian penguat bertingkat dipasang CE maka penguatan sinyal akan
sangat besar dan menimbulkan sinyal output terpotong (cacat).
 Kapasitor decupling (terletak pada collector) digunakan untuk memisahkan satu
tahap dengan tahap berikutnya.

IX. Lampiran
1. Mengukur arus dan tegangan

2. Frekuensi cacat (Vsmax Vp-p)


3. Vin

4. Av1
5. Av2
6. Av total
Tabel 3
Frekuensi Gambar
20
100

200
500

1K
2K

5K

10 K
20 K

50 K

100 K
200 K

500 K

1M
2M

5M

10 M
20 M

50 M

 Bandwidth
 Avmid

 F cut off Low

 F cut off high

Anda mungkin juga menyukai