Disusun Oleh :
FAKRUL AMIN MARTA (170534629070)
S1 PENDIDIKAN TEKNIK ELEKTRO 2017
OFFERING A
A. PENGUAT KELAS A
Sistem bias penguat kelas A yang populer adalah
sistem bias pembagi tegangan dan sistem bias umpan
balik kolektor. Melalui perhitungan tegangan bias
yang tepat maka kita akan mendapatkan titik kerja
transistor tepat pada setengah dari tegangan VCC
penguat. Penguat kelas A cocok dipakai pada
penguat awal (pre amplifier) karena mempunyai
distorsi yang kecil
Penguat kelas A dapat menghasilkan sinyal output
sesuai dengan sinyal input selama siklus penuh. Arus
output (kolektor) mengalir terus menerus meskipun
tidak ada sinyal input, sehingga transistor menerima panas karena adanya ICQ. Efisiensi
penguat yang beroperasi pada kelas A sangat rendah. Gambar 4.1 menunjukkan karakteristik
transistor yang bekerja pada kelas A.
Penguat kelas A adalah penguat yang titik kerja efektifnya setengah dari tegangan VCC
penguat. Untuk dapat bekerja penguat kelas A memerlukan bias awal yang menyebabkan
penguat dalam kondisi siap menerima sinyal. Karena itulah penguat kelas A menjadi penguat
dengan efisiensi terendah namun dengan titik distorsi (cacat sinyal) terkecil.
𝑉𝐶𝐶
𝐼𝐶(𝑠𝑎𝑡) =
𝑅𝐶 + 𝑅𝐿
𝑉𝐵
𝐼𝐵 =
𝑅𝐵
𝑉𝐶𝐸(𝑐𝑢𝑡𝑜𝑓𝑓) = 𝑉𝐶𝐶
𝑅2
𝑉𝐵 = 𝑉𝐶𝐶
𝑅1 + 𝑅2
𝑅1. 𝑅2
𝑅𝐵 =
𝑅1 + 𝑅2
Sifat-sifat dari kelas A :
1. dirangkai secara common emiter
2. digunakan untuk daya yang sedang <10watt
3. input dan output berbeda 180o
Dari hasil simulasi diatas dapat diketahui bahwa sinyal output dan inputnya penguat kelas
A adalah sefasa. Sehingga tampilan pada osiloscop gelombangnya segaris. Simulasi diatas
menggunakan Time/Div 500µs/Div sehingga frekuensinya dapat dicari dengan cara:
𝟏 𝟏 𝟏
f = 𝑻 = 𝑻𝒊𝒎𝒆 = 𝟓𝟎µ𝒔 = 2000 Hz = 2 kHz
. 𝑫𝒊𝒗 𝒔𝒖𝒎𝒃𝒖 𝑿 . 𝟏 𝑫𝒊𝒗
𝑫𝒊𝒗 𝑫𝒊𝒗
Pada simulasi diatas Volt/Div telah ditentukan yakni mulai dari 50mV/Div sehingga
untuk memperoleh Vpp yang diinginkan kita harus mengatur Amplitudo supaya gelombang
sesuai dengan yang diinginkan.
Berdasarkan simulasi yang telah dilakukan, menghasilkan :
Dari data tersebut diketahui bahwa untuk menaikan setiap 100 mVpp membutuhkan kenaikan
amplitudo sebesar 25 mVp. Dapat disimpulan bahwa tegangan input dan frekuensi
mempengaruhi perubahan tegangan pada penguat kelas A. Sesuai dengan fungsinya penguat
kelas A biasa digunakan untuk daya yang sedang atau kecil.
Dibawah ini adalah gambar rangkaian penguat kelas B dan hasil simulasi di Multisim :
Sama seperti simulasi penguat kelas A, simulasi diatas Volt/Div nya telah ditentukan
yakni 500 mV/Div sehingga untuk memperoleh Vpp maka kita harus mengatur amplitudo
untuk menaikkan gelombang.
Berdasarkan simulasi yang telah dilakukan, untuk memperoleh 1 Vpp dibutuhkan
amplitudo sebesar 250 mVp sedangkan untuk memperoleh 2 Vpp dibutuhkan amplitudo
sebesar 500 mVp. Dari simulasi diatas amplitudo yang di butuhkan untuk kenaikan setiap 1
Vpp yakni 250 mVp.
Sehingga dapat disimpulkan bahwa yang mempengaruhi perubahan tegangan pada
penguat kelas B adalah tegangan input dan frekuensi. Sesuai dengan fungsinya penguat kelas
B biasa digunakan untuk perangkat yang membutuhkan impedansi, frekuensi, dan tegangan
yang besar.
Penguat kelas B dapat bekerja berdasarkan tegangan bias dari sinyal input yang masuk.
Dalam kondisi tidak ada sinyal input maka penguat kelas B berada dalam kondisi OFF dan
baru bekerja jika ada sinyal input dengan level diatas 0.6Volt (batas tegangan bias transistor).
Pada simulasi diatas memiliki tegangan peak to peak 5.99V, sehingga penguat kelas B dapat
berjalan karena telah mencukupi batas minimal tegangan yakni 0,6 V atau 600 mV. Penguat
kelas B mempunyai efisiensi yang tinggi karena baru bekerja jika ada sinyal input.
Namun karena ada batasan tegangan 0.6 Volt maka penguat kelas B tidak bekerja jika
level sinyal input dibawah 0.6 Volt. Hal ini menyebabkan distorsi (cacat sinyal) yang disebut
distorsi cross over, yaitu cacat pada persimpangan sinyal sinus bagian atas dan bagian bawah.
Dikarenakan sinyal pada titik kerja bergeser ke area cut-off sehingga sinyal terpotong. Untuk
meminimalisis distorsi dengan cara mengubah R2 dengan resistor variabel (potensio).