UNIT 6
MERANGKAI DAN MENGUJI
PENGUAT DAYA DENGAN TRANSISTOR KOMPLEMENTER
(PENGUAT DAYA DORONG TARIK PUSH PULL)
Nama
No. Mhs
Kel/Hari
Penguat Kelas A
Penguat kelas A adalah penguat yang titik kerja efektifnya setengah
dari tagangan VCC penguat. Untuk bekerja penguat kelas A memerlukan bias
awal yang menyebabkan penguat dalam kondisi siap untuk menerima sinyal.
Karena hal ini maka penguat kelas A menjadi penguat dengan efisiensi
terendah namun dengan tingkat distorsi (cacat sinyal) terkecil.
Sistem bias penguat kelas A yang populer adalah sistem bias pembagi
tegangan dan sistem bias umpan balik kolektor. Melalui perhitungan
tegangan bias yang tepat maka kita akan mendapatkan titik kerja transistor
tepat pada setengah dari tegangan VCC penguat. Penguat kelas A cocok
dipakai pada penguat awal (pre amplifier) karena mempunyai distorsi yang
kecil.
Penguat Kelas B
Penguat Kelas B
Penguat kelas B mempunyai efisiensi yang tinggi karena baru bekerja
jika ada sinyal input. Namun karena ada batasan tegangan 0.6 Volt maka
penguat kelas B tidak bekerja jika level sinyal input dibawah 0.6Volt. Hal
ini menyebabkan distorsi (cacat sinyal) yang disebut distorsi cross over,
yaitu cacat pada persimpangan sinyal sinus bagian atas dan bagian
bawah.
Penguat kelas C
Penguat kelas C mirip dengan penguat kelas B, yaitu titik
kerjanya berada di daerah cut-off transistor. Bedanya adalah penguat
kelas C hanya perlu satu transistor untuk bekerja normal tidak seperti
kelas B yang harus menggunakan dua transistor (sistem push-pull). Hal
ini karena penguat kelas C khusus dipakai untuk menguatkan sinyal pada
satu sisi atau bahkan hanya puncak-puncak sinyal saja.
Daya keluaran lebih besar, dalam orde watt hingga sepuluh watt.
Efisiensi daya lebih besar.
Rugi daya pada saat tidak ada isyarat dapat diabaikan.
Crossover distortion
Dalam rangka mencegah terjadinya cacat silang (Cross Over Distortion), maka
digunakanlah penguat kelas AB, yaitu titik lengang berada dekat dengan daerah cutoff, sehingga pada saat tegangan input masih bernilai nol, sudah ada bias tegangan
yang dapat menembus threshold voltage transistor. Untuk itu, dapat digunakan dioda,
karena dioda mempunyai threshold voltage yang besarnya sama dengan threshold
voltage pada transistor. Pemasangan dioda memungkinkan keberadaan bias tegangan
yang dapat menembus nilai threshold voltage saat tegangan inputnya masih bernilai
nol.
6.
7.
8.
9.
10.
11.
12.
13.
Kabel Jumper
Kabel penghubung
Multimeter
Kapasitor
C1= 1 F
C2= 10 F
C3= 1000 F
Transistor
Q1= Fcs 9012
Q3= BD 139
Q2= BD 140
Dioda D1N4148
Resistor
R1= 12 k
R2= 68 k
R3= 47 k
R4= 270
R5= 270
R6= 100
R7= 10
R8= 2
R9= 2
RL= 9 (pararel 2 resistor 18 )
Untai Tapis T
supply
VA menggunakan multimeter dengan menghubungkan pencolok
digunakan adalah 9 Ohm dan 18 Ohm secara bergantian. Frekuensi pada AFG diatur
menjadi 1000 Hz dan besar Vss diubah sesuai yang ditentukan pada tabel pengujian.
Pada pengujian ini akan dilakukan pengukuran:
rangkaian.
VInMax menggunakan CRO dengan menghubungkan probe CRO
dengan titik input rangkaian dan ground CRO dengan ground
rangkaian.
I DC menggunakan multimeter dengan menghubungkan pencolok
D. Hasil Pengujian
1. Pengujian tegangan dan arus ideal penguat daya tanpa beban
Vo
= 5,27 volt
I DC
= 1,87 mA
2. Pengujian tegangan statis penguat daya dengan beban 9 ohm
Vss
= 7,9 volt
VA
= 9 volt
VB
= 0,8 volt
VC
= 7,5 volt
VD
= 8,1 volt
VO
= 1,9 volt
VE1
= 7,9 volt
VE2
= 0,9 volt
VE3
= 3,2 volt
3. Pengujian input dan output maksimum dengan perubahan Vss dan RL
Vss
RL
V Out Mak.
Input Mak
I DC
(Volt)
(Ohm)
9
(mVolt)
272
(V)
4,9
(mA)
10,5
18
344
4,9
328
4,9
10,4
18
424
4,9
10,6
392
4,9
17,2
7,5
Gambar Gelombang
18
488
4,9
13,7
456
4,9
29,6
18
560
4,9
27
V Input
I DC
Gambar
(Volt)
(Volt)
(mA)
Gelombang
Saat terpancung
1,067
3,58
118,8
Saat maksimum
0,69
2,05
86,5
5 Vpp
0,78
2,49
101,5
V Out
3 Vpp
0,45
1,40
64,3
1 Vpp
0,15
0,51
35,5
nilai Vss yang digunakan adalah 9 volt, maka nilai Vo yang benar adalah 4,5 volt.
Terdapat perbedaan nilai antara nilai pengujian dengan nilia perhitungan manual
sebesar 0,77 volt. Perbedaan tersebut dapat disebabkan ada kesalahan pada
pengukuran atau adanya hambatan pada kabel penghantar.
2. Pengujian Tegangan Statis Penguat Daya dengan Beban R 9 Ohm
Pada pengujian di atas akan dilakukan pencarian nilai Vss, VA, VD, VC, VB,
VO, VE1, VE2 dan VE3 dengan menggunakan nilai tegangan input sebesar 9 volt.
Cara untuk mencari nilai tersebut dapat dengan menggunakan cara:
V B +V BE 2=V o
V C V BE 3=V o
yang kecil).
Nilai V diode, V BE2, V BE3 pada persamaan di atas merupakan nilai threshold
voltage dari semikonduktor penyusun diode dan transistor. Untuk jenis diode
D1N4148 dan transistor Fcs 9012, semikonduktor yang digunakan adalah silicon
(Si) sehingga threshold voltage yang digunakan pada pengujian ini adalh 0,7 volt.
a. Maka persamaan yang akan didapat:
V D V B=0,7 volt
V oV B=0,7 volt
V C V o =0,7 volt
V E 1 0
b. Hasil pengukuran didapat:
V D V B=0,71 volt
V B V o=1,1 volt
V 0V c =5.6 volt
V E 1 7,9 volt
Seharusnya nilai yang didapat pada hasil pengukuran (b) memiliki besar nilai
yang mendekati nilai persamaan (a). Perbedaan hasil pengukuran (a) dengan
persamaan (b) bisa disebabkan karena adanya kesalahan pengukuran atau adanya
kesalahan pada rangkaian.
3. Pengujian Input dan Output Maksimum dengan Perubahan Vss dan RL
Pengujian kali ini dilakukan dengan menghubungkan rangkaian dengan AFG
dan CRO. Probe AFG dihubungkan dengan input rangkaian dan probe CRO
dihubungkan dengan output rangkaian. Sedangkan ground dari AFG, CRO, dan
rangkaian dihubungkan menjadi satu. Pada pengujian ini besar RL yang akan
digunakan adalah 9 Ohm dan 18 Ohm secara bergantian. Frekuensi pada AFG diatur
menjadi 1000 Hz dan besar Vss diubah sesuai yang ditentukan pada tabel pengujian.
Pada pengujian ini akan dilakukan pengukuran:
Vss
RL
V Out Mak.
Input Mak
I DC
(Volt)
5
(Ohm)
9
(mVolt)
272
(V)
4,9
(mA)
10,5
Gambar Gelombang
7,5
18
344
4,9
328
4,9
10,4
18
424
4,9
10,6
392
4,9
17,2
18
488
4,9
13,7
456
4,9
29,6
18
560
4,9
27
Seharusnya pada Vss 6 volt, besar nilai I DC dengan RL 9 ohm lebih besar
daripada besar I DC dengan RL 18 ohm. Karena semakin besar nilai R yang digunakan
maka semakin kecil pula besar nilai arusnya. Hal ini dapat diketahui dari hukum ohm
yaitu:
V =I . R
Adanya kesalahan pada nilai I DC tersebut dapat disebabkan karena adanya kesalahan
pada pengukuran antara RL 9 ohm dan 18 ohm. Dari tabel hasil pengujian diatas, dapat
dilihat bahwa nilai Vout Max yang dihasilkan dengan RL 18 volt selalu lebih besar
dibandingkan nilai Vout Max yang dihasilkan dengan RL 9 volt. Hal ini sudah benar,
karena nilai R dan V berbanding lurus. Semakin besar nilai R maka semakin besar pula
nilai V. Nilai Input Mak adalah konstan pada pengujian ini karena tegangan sumbernya
tetap.
Berikut ini merupakan rumus untuk mencari gain tegangan:
AV =
V out max
V input max
dengan menggunkan rumus diatas, nilai gain yang didapat dapat dilihat seperti berikut:
Vss
RL
V Out
Input Mak
(Volt)
(Ohm)
Mak.
(V)
9
18
9
18
9
18
9
18
(mVolt)
272
344
328
424
392
488
456
560
4,9
4,9
4,9
4,9
4,9
4,9
4,9
4,9
5
6
7,5
9
AV (Vout/Vin)
0,055
0,070
0,0669
0,086
0,08
0,0995
0,093
0,114
Dari gambar gelombang pada table di atas dapat dilihat bahwa pada Vss 5 dan
6 volt tegangan outputnya masih mengalami crossover distortion, sedangkan pada
Vss 7,5 dan 9 volt tegangan output sudah membentuk gelombang sinus yang sudah
sempurna. Jadi pada Vss 7,5 dan 9 volt, tegangan keluaran mengalami crossover
distortion dalam jumlah sedikit.
Untuk gambar gelombang dengan RL 9 dan 18 ohm tidak ada perubahan pada
bentuknya. Yang ada perubahan hanyalah pada besar nilai Vppnya. Semakin besar
RLnya semakin besar pula Vppnya.
4. Pengujian Peroleh Daya dan Efisiensi
Pengujian ini menggunakan rangkaian penguat daya yang sama dengan
rangkaian sebelumnya. Pengujian ini dilakukan dengan menghubungkan rangkaian
dengan AFG dan CRO. Probe AFG dihubungkan dengan input rangkaian dan probe
CRO dihubungkan dengan output rangkaian. Sedangkan ground dari AFG, CRO, dan
rangkaian dihubungkan menjadi satu. Pada pengujian ini besar RL yang akan
digunakan adalah 9 Ohm dengan ditambahkan RS(1K5 ohm) yang dirangkai seri
input rangkaian. Frekuensi pada AFG diatur menjadi 1000 Hz dan besar Vss adalah 9
volt. Lalu amati V Out pada layar CRO, kemudian atur amplitudo dari AFG sehingga
gambar gelombang terpancung.
Pada pengujian ini akan dilakukan pengukuran:
V Input
I DC
Gambar
(Volt)
(Volt)
(mA)
Gelombang
Saat terpancung
1,067
3,58
118,8
Saat maksimum
0,69
2,05
86,5
5 Vpp
0,78
2,49
101,5
3 Vpp
0,45
1,40
64,3
1 Vpp
0,15
0,51
35,5
V Out
Dari hasil di atas, teramati bahwa tegangan V input lebih besar daripada Vs,
seharusnya besar tegangan V input lebih kecil dibandingkan besar tegangan Vs. Vinput
lebih kecil daripada Vs disebabkan oleh drop tegangan yang diakibatkan oleh hambatan
Rs. Jadi dapat diambil kesimpulan bahwa ada kesalahan dalam pengukuran.
Kita dapat menghitung daya input, daya output, dan efisiensi rangkaian untuk tiga
buah nilai tegangan output yang diketahui, yaitu 5 Vpp, 3 Vpp, dan 1 Vpp. Persamaan
untuk menghitung daya input, daya output, dan efisiensi rangkaian:
Pi=V ss . I DC
V out maks2
P o=
RL
=
Po
x 100
Pi
Secara teoritis, untuk tegangan output yang terpancung dapat mencapai 75%.
Karena itulah rangkaian penguat daya ini sering disebut rangkaian large signal
amplifier, karena nilai arus, tegangan, dan dayanya memang relatif lebih besar.
F. Kesimpulan
1. Rangkaian yang digunakan pada pengujian kali ini adalah rangkaian penguat pushpull atau rangkaian penguat daya kelas B
2. Penguat kelas B adalah penguat yang bekerja berdasarkan tegangan bias dari sinyal
input yang masuk
3. Semakin besar nilai R yang digunakan maka semakin kecil pula besar nilai arusnya.
Hal ini dapat diketahui dari hukum ohm yaitu:
V =I . R
4.
5.
6.
7.
G. Jawaban Pertanyaan
1) Arus yang lewat diode dapat dicari dengan:
ID
V D V C
=6 mA
R6
V A V B
=0,0303 A .
R5
V ss V A
=4,074 mA
R4
Sehingga:
I1=0
I2=1,9 A
I3=1,9 A
I6=6 mA
I7=0,47 A
I8=0,575 A
I9=0,575 A
Penguatan = 2
Daya output dapat dicari dengan:
Po max = Vout2/RL
Karena V out = 9 volt dan RL = 9 ohm, maka Po max = 9 watt.
2) Fungsi dari C1, Q1 dan diode:
a) C1 berfungsi sebagai blocking capacitor yang berfungsi memblok tegangan DC
dari sumber tegangan Vss sehingga tidak mempengaruhi sumber tegangan input
AC maupun rangkaian di luar terminal input.
b) Q1 berfungsi untuk menguatkan tegangan input AC untuk kemudian diteruskan
ke stage penguat push pull transistor 2 dan 3.
c) Dioda digunakan sebagai penghasil bias tegangan untuk melawan threshold
voltage pada transistor sehingga crossover distortion dapat dikurangi dan bentuk
tegangan input mendekati sinusoidal sempurna seperti tegangan inputnya.
3) Jenis penguat antara lain:
Penguat Kelas A
Penguat kelas A adalah penguat yang titik kerja efektifnya setengah dari
tagangan VCC penguat. Untuk bekerja penguat kelas A memerlukan bias
awal yang menyebabkan penguat dalam kondisi siap untuk menerima sinyal.
Karena hal ini maka penguat kelas A menjadi penguat dengan efisiensi
kerja transistor tidak lagi di garis cut-off namun berada sedikit diatasnya.
Penguat kelas C
Penguat kelas C mirip dengan penguat kelas B, yaitu titik kerjanya
berada di daerah cut-off transistor. Bedanya adalah penguat kelas C hanya
perlu satu transistor untuk bekerja normal tidak seperti kelas B yang harus
menggunakan dua transistor (sistem push-pull). Hal ini karena penguat kelas
C khusus dipakai untuk menguatkan sinyal pada satu sisi atau bahkan hanya
puncak-puncak sinyal saja.
4) Perbedaan antara masing-masing penguat antara lain:
Periode tegangan output dikuatkan
Posisi titik kerja (Q-point)
Efisiensi daya
Gain tegangan
Gain arus