Anda di halaman 1dari 17

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Penguat audio (amplifier) secara harfiah diartikan dengan memperbesar dan menguatkan
sinyal input. Tetapi yang sebenarnya terjadi adalah, sinyal input di-replika (copied) dan
kemudian di reka kembali (re-produced) menjadi sinyal yang lebih besar dan lebih kuat. Dari
sinilah muncul istilah fidelitas (fidelity) yang berarti seberapa mirip bentuk sinyal keluaran hasil
replika terhadap sinyal masukan. Ada kalanya sinyal input dalam prosesnya kemudian terdistorsi
karena berbagai sebab, sehingga bentuk sinyal keluarannya menjadi cacat. Sistem penguat
dikatakan memiliki fidelitas yang tinggi (high fidelity), jika sistem tersebut mampu
menghasilkan sinyal keluaran yang bentuknya persis sama dengan sinyal input. Hanya level
tegangan atau amplituda saja yang telah diperbesar dan dikuatkan. Di sisi lain, efisiensi juga
mesti diperhatikan. Efisiensi yang dimaksud adalah efisiensi dari penguat itu yang dinyatakan
dengan besaran persentasi dari power output dibandingkan dengan power input. Sistem penguat
dikatakan memiliki tingkat efisiensi tinggi (100 %) jika tidak ada rugi-rugi pada proses
penguatannya yang terbuang menjadi panas.

Istilah penguatan pada dasarnya berarti membuat menjadi lebih kuat. Dalam bidang
elektronika maka yang diperkuat adalah amplitudo dari sinyal. Untuk mengerti bagaimana penguat
bekerja perlu dimengerti dua tipe penguatan yang utama yaitu :
1. Penguat tegangan yaitu penguat yang menguatkan tegangan dari sinyal masukan.
2. Penguat arus yaitu penguat yang menguatkan arus dari sinyal masukan.
Sedangkan penguat daya yaitu kombinasi dari dua tipe penguat di atas. Meskipun pada
kenyataannya semua penguat adalah penguat daya karena tegangan tidak akan ada tanpa adanya
daya kecuali jika impedansinya tak terhingga.
Efisiensi dari penguat daya didefinisikan sebagai perbandingan dari daya yang diterima
beban dengan daya yang diberikan oleh catu daya.
Rangkaian penguat daya yang dibahas hanya penguat daya pada bagian akhir dari
rangkaian transmitter pada sistim komunikasi. Daya yang akan dikirimkan ke antena harus
mempunyai level yang cukup tinggi, sehingga informasi yang dipancarkan antena ini, yang berupa
gelombang elektromagnetika, akan bisa merambat sampai ke tempat tujuannya (receiver) yang
terpisah jauh dari transmitter dan masih mempunyai level daya tertentu yang memungkinkan
adanya pendeteksian sinyal tersebut.
Pada rangkaian penguat daya, amplitudo sinyal sudah cukup besar, sehingga pembahasan
dengan menggunakan besaran-besaran linier yang dilakukan pada penguat sinyal lemah tidak lagi
relevan di sini.
Macam -macam Penguat Daya Penguat daya diklasifikasikan menurut titik kerjanya. Titik
kerja (titik Q) yaitu titik pada garis beban yang menggambarkan keadaan transistor saat tidak ada
sinyal masukan.
Dalam makalah ini akan dibahas tentang penguat kelas A, B, AB, dan C.

1.2 Rumusan Masalah

1.2.1 Apa saja macam-macam penguat?

1.2.2 Apa saja spesifikasi dari setiap kelas penguat ?

1.2.3 Apa fungsi dari setiap kelas penguat ?

1.3 Tujuan

1.3.1 Untuk mengetahui macam-macam penguat

1.3.2 Untuk mengetahui spesifikasi dari setiap kelas penguat

1.3.3 Untuk mengetahui fungsi dari setiap kelas penguat


BAB II
PEMBAHASAN

1. Penguat Kelas A

Dalam Kelas A penguat, perangkat output untuk terus menerus melakukan


seluruh siklus, atau dengan kata lain selalu ada bias arus yang mengalir dalam perangkat
output. Topologi ini memiliki paling sedikit distorsi dan merupakan yang paling linear,
tetapi pada saat yang sama adalah yang paling efisien sekitar 20%. Desain biasanya tidak
komplementer dengan tinggi dan rendah output samping perangkat.

Penguat kelas A mensyaratkan bahwa transistor harus selalu dalam daerah aktif
selama siklus AC. Operasi kelas A tidak memperkenankan adanya pengguntingan pada
ujung garis beban AC. Tempat terbaik untuk titik Q dalam penguat kelas A adalah pada
pusat garis beban AC sehingga siklus output yang tak tergunting mempunyai
kemungkinan ayunan yang terbesar.

Karakteristik kelas A :

a. Bekerja pada daerah tengah garis beban sehingga didapat Vcc= ½ Vcc
b. Sifatnya linier
- Bekerja dengan konduksi 360˚, dikatakan konduksi karena ada Ic
- Bentuknya tidak berubah kecuali amplitudonya
- Dibias DC terus menerus
c. Dapat menguatkan sinyal input sepanjang 360˚
d. Fidelitas tinggi (high fidelity) atau sifat dari sinyal audio yang sesuai dengan suara
alaminya
e. Tidak bisa digunakan untuk penguatan daya tinggi (<10 watt) penyebabnya adalah
karena dibatasi saturasi dan cut off
f. Efisiensi rendah sekitar 20%, karena banyaknya daya yang terbuang di transistor
g. Mempunyai sinyal keluaran yang paling bagus diantara penguat jenis yang lain.
h. Jika di common emitor terjadi beda fasa, bisa diganti common collector sebagai
penggantinya

Fungsi dan pengaplikasian penguat kelas A :

1. Contoh dari penguat class A adalah adalah rangkaian dasar common emiter (CE)
transistor. Penguat tipe kelas A dibuat dengan mengatur arus bias yang sesuai di titik
tertentu yang ada pada garis bebannya
2. Kelas A berfungsi untuk penguat awal (pre Amp) karena mempunyai distorsi yang
kecil
3. Dapat memperkuat signal IC 360 derajat dengan kualitas penguatan baik.

Gambar 2.1 Rangkaian dasar kelas A

Garis beban pada penguat ini ditentukan oleh resistor Rc dan Re dari rumus VCC = VCE +
IcRc + IeRe. Jika Ie = Ic maka dapat disederhanakan menjadi VCC = VCE + Ic (Rc+Re). Selanjutnya
pembaca dapat menggambar garis beban rangkaian ini dari rumus tersebut. Sedangkan resistor Ra
dan Rb dipasang untuk menentukan arus bias. Pembaca dapat menentukan sendiri besar resistor-
resistor pada rangkaian tersebut dengan pertama menetapkan berapa besar arus Ib yang memotong
titik Q.

Gambar 2.2 Garis beban dan titik Q kelas A

Besar arus Ib biasanya tercantum pada datasheet transistor yang digunakan. Besar
penguatan sinyal AC dapat dihitung dengan teori analisa rangkaian sinyal AC. Analisa rangkaian
AC adalah dengan menghubung singkat setiap komponen kapasitor C dan secara imajiner
menyambungkan VCC ke ground. Dengan cara ini rangkaian gambar-1dapat dirangkai menjadi
seperti gambar-3. Resistor Ra dan Rc dihubungkan ke ground dan semua kapasitor dihubung
singkat.

Daya output AC maksimum diperoleh sebagai:

Disipasi daya tertinggi terjadi saat tidak ada sinyal masukan. Besarnya disipasi daya pada
transistor dirumuskan :

Disipasi daya stasioner dari transistor adalah :


PDQ = VCEQ ICQ
Berarti transistor mendisipasikan daya yg sama dengan hasil kali arus dan teganan
stasioner. Data sheet transistor selalu mencantumkan disipasi daya maksimumnya. Disipasi daya
maksimum ini terjadi pada kondisi tidak ada sinyal sehingga
PD maks = PDQ
Hubungan Daya Output dan Disipasi Daya Dgn memperhatikan rumusan utk daya output
dan disipasi daya maka diperoleh hubungan daya output dan disipasi daya sbb:

Ini berarti bahwa daya output AC maksimum adl setengah daya stasioner dan ini 8 yang
terbaik yg dapat dilakukan dengan penguat kelas A. Misalkan akan dibuat penguat kelas A yg
memberikan daya output AC 30 W maka diperlukan transistor yg dapat mendisipasikan daya
sebesar 60 W pada kondisi tanpa sinyal.

Penguat daya kelas A mempunyai titik kerja di titik A, di tengah garis karakteristik yang
linier. Titik kerja ini menghasilkan arus kolektor DC sisa yang besar yang akan menghasilkan daya
kerugian DC yang besar, yang mengakibatkan efisiensi maksimal yang bisa dicapai hanya 50%
(secara teoretis). Tetapi pada prakteknya hanya akan dicapai 20% - 40%. Pada dasarnya penguat
daya kelas A sama dengan penguat sinyal lemah.

Kurva penguatan kelas A


Ciri khas dari penguat kelas A, seluruh sinyal keluarannya bekerja pada daerah aktif. Penguat tipe
class A disebut sebagai penguat yang memiliki tingkat fidelitas yang tinggi. Asalkan sinyal masih
bekerja di daerah aktif, bentuk sinyal keluarannya akan sama persis dengan sinyal input. Namun
penguat kelas A ini memiliki efisiensi yang rendah kira-kira hanya 25% - 50%. Ini tidak lain karena
titik Q yang ada pada titik A, sehingga walaupun tidak ada sinyal input (atau ketika sinyal input =
0 Vac) transistor tetap bekerja pada daerah aktif dengan arus bias konstan. Transistor selalu aktif
(ON) sehingga sebagian besar dari sumber catu daya terbuang menjadi panas. Karena ini juga
transistor penguat kelas A perlu ditambah dengan pendingin ekstra seperti heatsink yang lebih
besar.

Pada gambar, titik Q ditempatkan pada pusat garis beban AC. Analisis geometris
mengharuskan arus saturasi sama dgn 2 kali ICQ dan tegangan cut-off sama dengan 2 kali
VCEQ, atau dinyatakan: I
C(sat) = 2 ICQ V
CE(cut-off) = 2 VCEQ
Sedangkan V
CE(cut-off) = VCEQ + ICQ(rC + rE)
Sehingga

Kesimpulan
Untuk mendapatkan titik Q di pusat garis beban AC, resistansi AC dari rangkaian
kolektor dan emiter harus sama dengan perbandingan antara tegangan kolektor stasioner dan
arus kolektor stasioner. Kenyataan ini penting sekali dalam analisis dan perancangan penguat
daya.
Penguatan tegangan :

𝑉𝑜
AV =
𝑉𝑖

AV (db) = 20 log AV

2. Penguat Kelas B
Penguat dengan letak titik Q di titik cut off garis beban. Kelemahannya yaitu adanya cacat
penyeberangan (crossover distortion) yang terjadi karena adanya tegangan bias pada dioda basis
emitor. Sehingga saat sinyal masukan belum bernilai sebesar tegangan on dari dioda basis emitor
maka tidak akan ada sinyal keluaran. Karena letak titik Q penguat kelas B di titik cut-off maka
untuk satu transistor hanya bisa menguatkan setengah siklus dari sinyal masukan. Sehingga untuk
penguat kelas B digunakan konfigurasi Push-pull dimana dua transistor akan bergantian bekerja
menguatkan masing-masing setengah siklus sinyal masukan.

Karakteristik penguat kelas B :

a. Efisiensi lebih tinggi (50 - 70)%.


b. Sering mengalami cross over
c. Penguat B ini masih dalam keadaan delay (perlambatan waktu), jadi tidak selalu tepat
- Perlambatan terjadi karena ada RCE yang bekerja secara dinamis
d. Hanya digunakan untuk satu penguat saja
e. Ada pemotongan sinyal maka penguat B dibuat B dibuat "push pull"
f. Panas yang dihasilkan tidak terlalu besar.
g. Tegangan power supply +, - dan ground.
h. Titik kerja penguat kelas B berada dititik cut-off transistor.
i. Batasan tegangan 0,6V.

Fungsi penguat kelas B :

Penguat kelas B cocok dipakai pada penguat akhir sinyal audio karena bekerja pada level
tegangan yang relatif tinggi (diatas 1 Volt). Dalam aplikasinya, penguat kelas B menggunakan
sistem konfigusi push-pull yang dibangun oleh dua transistor. Penguat Kelas B tunggal jarang
dipergunakan dalam praktik, meskipun dapat dimanfaatkan sebagai penguat daya frekuensi radio
(RF) yang tidak terlalu memperhatikan cacat yang timbul.

Rangkaian dasar penguat klas B menggunakan dua transistor, yang satu transistor jenis
NPN dan yang satunya lagi transistor jenis PNP. Emitor kedua transistor tersebut berhubungan
dengan tahanan beban, RL. Sedangkan sinyal input dimasukkan pada basis dari kedua transistor
tersebut. Gambar dari rangkaian dasar penguat klas B ditunjukkan pada gambar di bawah ini :

Gambar 3. Penguat Daya Klas B

Jika diberi sinyal input positif, maka transistor NPN (Q1) akan aktif dan transistor PNP
(Q2) cutoff. Begitu juga sebaliknya, jika diberi sinyal input negatif, maka transistor NPN (Q1) cut-
off dan transistor PNP (Q2) aktif. Jadi transistor NPN (Q1) meneruskan sinyal input positif dan
transistor PNP (Q2) akan meneruskan sinyal input negatif, sehingga akan dihasilkan sinyal output
yang lengkap. Perhitungan daya penguat kelas B adalah sebagai berikut ini : Tegangan rms
diketahui sebagai berikut :

Efisiensi daya maksimum dari penguat klas B adalah :


Kurva penguatan kelas B
Efisiensi penguat kelas B kira-kira sebesar 75%. Namun bukan berarti masalah sudah selesai,
sebab transistor memiliki ke-tidak ideal-an. Pada kenyataanya ada tegangan jepit Vbe kira-kira
sebesar 0.7 volt yang menyebabkan transistor masih dalam keadaan OFF walaupun arus Ib telah
lebih besar beberapa mA dari 0. Ini yang menyebabkan masalah cross-over pada saat transisi
dari transistor Q1 menjadi transistor Q2 yang bergantian menjadi aktif. Gambar-7 menunjukkan
masalah cross-over ini yang penyebabnya adalah adanya dead zone transistor Q1 dan Q2 pada
saat transisi. Pada penguat akhir, salah satu cara mengatasi masalah cross-over adalah dengan
menambah filter cross-over (filter pasif L dan C) pada masukan speaker.

Pada dasarnya penguat kelas B adalah :


1. Beroperasi pada prategangan dc yang menyebabkan transistor di biased off.
2. Sinyal input AC menyebabkan transistor transisi ke daerah ON.
3. Sehingga dapat dikatakan bahwa penguat daya Klas-B beroperasi pada kondisi tanpa “bias”
dan hanya konduksi pada setengah siklus sinyal masukan AC.
4. Untuk menghasilkan siklus keluaran penuh digunakan sepasang transistor yang konduksi
secara bergantian, konfigurasi ini yang dikenal sebagai penguat daya push-pull.
Rangkaian penguat daya Kelas B Terdiri atas pasangan komplemen transistor yang
terhubung sedemikian rupa. Sehingga kedua transistor tidak pernah konduksi dalam waktu yang
sama.

3. Penguat Kelas AB

Penguat jenis ini merupakan kombinasi dari dua tipe di atas, dan saat ini salah satu yang
paling umum jenis power amplifier yang ada. Berikut kedua perangkat tersebut diizinkan untuk
melakukan pada saat yang sama, tetapi hanya sejumlah kecil di dekat titik crossover. Maka tiap-
tiap perangkat yang melakukan selama lebih dari setengah siklus tetapi kurang dari seluruh
siklus, sehingga bawaan non-linearitas desain Kelas B diatasi, tanpa inefisiensi dari Kelas A
desain. Efisiensi untuk Kelas AB amplifier adalah sekitar 50%.

Penguat daya klas AB sebenarnya hampir sama dengan penguat klas B. Perbedaannya
hanya terletak pada pemasangan dioda pada masingmasing basis dari kedua transistor untuk klas
AB. Pemasangan dioda ini akan menghilangkan cacat yang terjadi pada penguat daya klas B.
Karena pada saat tegangan input, vi = 0, maka tegangan basis, vB = 0,7V. Maka dari itu pada
penguat klas AB tidak terdapat cacat pada sinyal outputnya seperti pada klas B.

Karakteristik penguat kelas AB :

a. Efisiensi (sekitar 50% - 75%) dengan memperhatikan fidelitas sinyal keluaran.


b. Terjadi pelebaran sinyal pada kedua transistornya aktif ketika saat transisi (gumming).
c. Titik kerja sedikit di atas daerah cut off.
d. Phus pull/Transistor bekerja bergantian antara Q1 (NPN) dan Q2 (PNP).
e. Panas yang dihasilkan tidak terlalu besar.
f. Tidak terjadi cacat (cross over)
g. Fidelitas tinggi.
h. Tegangan Power supply +, - dan Ground.

Fungsi penguat kelas AB :

Penguat kelas AB merupakan kompromi antar efisiensi dan fidelitas penguat.


Dalam aplikasinya penguat kelas AB banyak menjadi pilihan sebagai penguat audio.
Gambar dari penguat klas AB diperlihatkan pada gambar di bawah ini.

Cara lain untuk mengatasi cross-over adalah dengan menggeser sedikit titik Q pada garis
beban dari titik B ke titik AB (gambar-5). Ini tujuannya tidak lain adalah agar pada saat transisi
sinyal dari phase positif ke phase negatif dan sebaliknya, terjadi overlap diantara transistor Q1 dan
Q2. Pada saat itu, transistor Q1 masih aktif sementara transistor Q2 mulai aktif dan demikian juga
pada phase sebaliknya. Penguat kelas AB merupakan kompromi antara efesiensi (sekitar 50% -
75%) dengan mempertahankan fidelitas sinyal keluaran.

Gambar IV.8 Overlaping sinyal keluaran penguat kelas AB


Ada beberapa teknik yang sering dipakai untuk menggeser titik Q sedikit di atas daerah
cut-off. Salah satu contohnya adalah seperti gambar-9 berikut ini. Resistor R2 di sini berfungsi
untuk memberi tegangan jepit antara base transistor Q1 dan Q2. Pembaca dapat menentukan
berapa nilai R2 ini untuk memberikan arus bias tertentu bagi kedua transistor. Tegangan jepit pada
R2 dihitung dari pembagi tegangan R1, R2 dan R3 dengan rumus VR2 = (2VCC) R2/(R1+R2+R3).
Lalu tentukan arus base dan lihat relasinya dengan arus Ic dan Ie sehingga dapat dihitung relasiny
dengan tegangan jepit R2 dari rumus VR2 = 2x0.7 + Ie(Re1 + Re2). Penguat kelas AB ternyata punya
masalah dengan teknik ini, sebab akan terjadi peng-gemukan sinyal pada kedua transistornya aktif
ketika saat transisi. Masalah ini disebut dengan gumming.

Untuk menghindari masalah gumming ini, ternyata sang insinyur (yang mungkin saja
bukan seorang insinyur) tidak kehilangan akal. Maka dibuatlah teknik yang hanya mengaktifkan
salah satu transistor saja pada saat transisi. Caranya adalah dengan membuat salah satu
transistornya bekerja pada kelas AB dan satu lainnya bekerja pada kelas B. Teknik ini bisa dengan
memberi bias konstan pada salah satu transistornya yang bekerja pada kelas AB (biasanya selalu
yang PNP). Caranya dengan menganjal base transistor tersebut menggunakan deretan dioda atau
susunan satu transistor aktif. Maka kadang penguat seperti ini disebut juga dengan penguat kelas
AB plus B atau bisa saja diklaim sebagai kelas AB saja atau kelas B karena dasarnya adalah PA
kelas B. Penyebutan ini tergantung dari bagaimana produk amplifier anda mau diiklankan. Karena
penguat kelas AB terlanjur memiliki konotasi lebih baik dari kelas A dan B. Namun yang penting
adalah dengan teknik-teknik ini tujuan untuk mendapatkan efisiensi dan fidelitas yang lebih baik
dapat terpenuhi
4. Penguat Kelas C

Penguat kelas B perlu 2 transistor untuk bekerja dengan baik, maka ada penguat yang
disebut kelas C yang hanya perlu 1 transistor. Ada beberapa aplikasi yang memang hanya
memerlukan 1 phase positif saja. Contohnya adalah pendeteksi dan penguat frekuensi pilot,
rangkaian penguat tuner RF dan sebagainya. Transistor penguat kelas C bekerja aktif hanya pada
phase positif saja, bahkan jika perlu cukup sempit hanya pada puncak-puncaknya saja dikuatkan.
Sisa sinyalnya bisa direplika oleh rangkaian resonansi L dan C.
Karakteristik penguat kelas C :

a. Efisiensi = 85%, 15% panas.


b. Linieritas paling jelek.
c. Ada pemotongan sinyal >180 derajat.
d. Hanya memerlukan satu Transistor.
e. Bekerja aktif hanya pada fasa positif.
f. Fidelitas lebih rendah dari kelas AB.
g. Sering dipakai dalam rangkaian osilator pemancar.
h. Bekerja di daerah aktif / linier.

Fungsi penguat kelas C :


Penggunaan umum untuk penguat Kelas C ini adalah dalam pemancar RF di situ cacat
yang terjadi dapat sangat dikurangi dengan menggunakan beban yang ditala pada frekuensi
tertentu.
Tipikal dari rangkaian penguat kelas C adalah seperti pada rangkaian berikut ini.

Rangkaian Dasar Penguat Kelas C

Rangkaian ini juga tidak perlu dibuatkan bias, karena transistor memang sengaja dibuat
bekerja pada daerah saturasi. Rangkaian L C pada rangkaian tersebut akan ber-resonansi dan ikut
berperan penting dalam me-replika kembali sinyal input menjadi sinyal output dengan frekuensi
yang sama. Rangkaian ini jika diberi umpanbalik dapat menjadi rangkaian osilator RF yang sering
digunakan pada pemancar. Penguat kelas C memiliki efisiensi yang tinggi bahkan sampai 100%,
namun tingkat fidelitasnya memang lebih rendah. Tetapi sebenarnya fidelitas yang tinggi bukan
menjadi tujuan dari penguat jenis ini.

Karena posisi dari titik kerja di C yang berada di bawah kaki dari karakteristik transistor,
maka arus kolektor ada pada interval yang lebih kecil dari setengah perioda. Efisiensi yang dicapai
>85%. Untuk mendapatkan sinyal sinus (dengan band untuk sinyal informasinya) pada output
penguat daya kelas C ini dipasangkan rangkaian resonansi.

Penggunaan tegangan DC yang dipasangkan secara serial dengan tegangan RF yang akan
diperkuat memungkinkan dipilihnya titik-titik kerja di atas, yang akan mengklasifikasikan masing-
masing penguat daya itu sesuai dengan namanya.
Di bab ini kita hanya akan membahas penguat daya kelas C, yang juga merupakan penguat
yang dipakai pada perangkat keras transmitter.

Mula-mula kita bahas dasar dari terjadinya pembentukan sinyal yang tidak linier akibat
pemilihan titik kerja di bawah kaki karakteristik transistor, yang dilanjutkan dengan penurunan
dari koefisien deret Fourier, yang menggambarkan harmonis-harmonis yang muncul.
BAB III
PENUTUP

1.1 Kesimpulan

Transistor adalah suatu komponen yang dapat memperbesar level sinyal keluaran sampai
beberapa kali sinyal masukan. Sinyal masukan disini dapat berupa sinyal AC ataupun DC.
Prinsip dasar transistor sebagai penguat adalah arus kecil pada basis mengontrol arus yang lebih
besar dari kolektor melewati transistor. Transistor berfungsi sebagai penguat ketika arus basis
berubah. Perubahan kecil arus basis mengontrol perubahan besar pada arus yang mengalir dari
kolektor ke emitter. Pada saat ini transistor berfungsi sebagai penguat. Dan dalam pemakiannya
transistor juga bisa berfungsi sebagai saklar dengan memanfaatkan daerah penjenuhan (saturasi)
dan daerah penyumbatan (cut-off). Pada daerah penjenuhan nilai resistansi penyambungan
kolektor emitter secara ideal sama dengan nol atau kolektor terhubung langsung (short). Ini
menyebabkan tegangan kolektor emitter Vce = 0 pada keadaan ideal. Dan pada daerah cut off,
nilai resistansi persambungan kolektor emitter secara ideal sama dengan tak terhingga atau
terminal kolektor dan emitter terbuka yang menyebabkan tegangan Vce sama dengan tegangan
sumber Vcc.

Anda mungkin juga menyukai