Anda di halaman 1dari 17

MAKALAH

DASAR ELEKTRONIKA

PENGUAT SINYAL KECIL

DISUSUN OLEH :

HAYKAL SILABAN (5232230004)


YUSUF ARIANSAH HASIBUAN (5233530012)
GIDEON FERC SILITONGA (5233530005)

KELAS : TEKNIK ELEKTRO C 2023


DOSEN : MHD. DANI SOLIHIN, S.Pd.,MT

PROGRAM STUDI TEKNIK ELEKTRO


FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS NEGERI MEDAN 2023
KATA PENGANTAR
Assalamualaikum warahmatullah wabarakatuh….
Segala puji kita panjatkan kepada Allah SWT. Yang maha pengasih lagi maha
penyayang. Sholawat serta salam semoga tetap terlimpahkan kepada junjungan kita Nabi
besar Muhammad SAW. Beserta sahabat, keluarga dan kaum muslimin yang telah berjuang
meninggikan kebesaran-Nya.
Penulisan makalah ini berjudul “Penguat Sinyal Kecil” dapat diselesaikan karna
bantuan banyak pihak. Salah satu tujuan kami dalam menulisakan makalah ini adalah untuk
memenuhi tugas mata kuliah.
Kelancaran pembuatan makalah ini tidak terlepas dari bantuan berbagai pihak, baik
secara langsung maupun tidak. Oleh karena itu, kami mengucapkan terima kasih kepada
segenap pihak yang telah membantu :
1. Semua teman-teman kelompok, yang sudah berusaha semaksimal mungkin
untuk kelancaran pembuatan makalah ini.
2. Bapak Mhd. Dani Solihin, S.pd.,MT selaku dosen pengampu yang telah
memberikan bimbingan pembelajaran berkat konstribusi semua pihak yang
telah kami sebutkan, maka kami bisa menyelesaikan makalah ini dengan
sebaik-baik nya. Oleh karena itu, kami berharap adanya kritik dan saran demi
perbaikan makalah ini dimasa yang akan datang
Wassalamua’alaikum warrahmatullahi wabarakatuh…
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Kebanyakan amplifier atau penguat yang digunakan dalam rangkaian untuk
telekomunkasi dapat dianggap sebagai small signal amplifier (penguat sinyal kecil).
Amplifier ini yang ada pada sinyal input dan output yang kecil dimana performance
amplifier digambarkan dengan persamaan linier.
Tentu saja oleh karena disebut sebagai penguat, Penguat Sinyal Kecil mempunyai
gain, yang menguatkan sinyal masukannya mencapai level tertentu pada sinyal
keluarannya. Penguat ini dikenal sebagai penguat tegangan daripada disebut sebagai
penguat daya, walaupun sebetulnya terjadi juga penguatan daya. Ditempatkan pada awal
satu sistem penguat, yang biasa disebut sebagai pre-amplifier, misalnya, penguat RF pada
sistem penerima pada umumnya, LNA (low noise amplifier) pada sistem penerima satelit.

B. Rumusan Masalah
1. Apa pengertian penguat sinyal kecil?
2. Apa saja kelas penguat?
3. Apa saja model konfigurasi penguat?
4. Apa pengertian dan cara kerja pengukuran gain?
5. Bagaimana rangkaian Collector-to-Base Bias?

C. Batasan Masalah
Penulis hanya membahas dan menjelaskan tentang Penguat Sinyal Kecil.

D. Tujuan Penulisan
1. Mengetahui pengertian penguat sinyal kecil.
2. Mengetahui kelas penguat.
3. Mengetahui model konfigurasi penguat.
4. Mengetahui pengertian dan cara kerja pengukuran gain.
5. Mengetahui rangkaian Collector-to-Base Bias.
BAB II
PEMBAHASAN

A. Penguat Sinyal Kecil


Penguat adalah suatu peranti yang berfungsi menguatkan daya sinyal masukan.
Salah satu syarat yang dituntut pada penguat adalah bahwa sinyal keluaran harus tepat
benar bentuknya seperti sinyal masukan, hanya saja amplitudo-nya lebih tinggi. Kalau
bentuk sinyal keluaran tidak tepat sama dengan sinyal masukan, meskipun beda bentuk
ini hanya kecil saja, maka dikatakan sinyal keluarannya cacat.
Suatu penguat pada dasarnya adalah peralatan elektronika yang dapat menerima
sinyal masukan pada sepasang kutub masukannya dan memberikan sinyal keluaran pada
kutub keluarannya. Sinyal pada kutub keluaran itu lebih besar nilainya ketimbang yang
masuk ke kutub masukannya. Secara umum suatu penguat adalah peralatan yang
menggunakan tenaga yang kecil untuk mengendalikan tenaga yang lebih besar. Dalam
contoh kasusnya ialah beberapa parameter tabung elektron dan transistor juga bergantung
kepada frekuensi.dalam rancangan penguat tanpa penguat jalur yang lebih luas.yaitu
langkah-langkah khusus yang digunakan untuk mengurangi variasi penguatannya
terhadap frekuensi. Untuk sinyal-sinyal kecil dengan frekuensi menengah penguatan
tegangan dan arus dapat dihitung dengan menggunakan model-model arus bolak balik
linear yang mengandaikan bahwa transistor hanya bekerja pada titik kerjanya.
Transistor bipolar mempunyai pengaruh penyimpanan muatan tertentu. Dalam
keadaan setimbang, basis harus dalam keadaan netral atau setimbang dengan arus listrik.
Sebagian muatan dari pembawa mayoritas yang keluar dari emitor ke basis selanjutnya
akan dinetralkan oleh pembawa minoritas dari basis. Perubahan pada potensial emitor-
basis menyebabkan penyaluran muatan kedalam atau keluar basis.
Perbedaan penguat gandengan RC dan penguat gandengan DC (langsung) yaitu
pada penguat gandengan RC antara tahap yang satu dengan tahap yang lain digandeng
dengan kapasitor atau biasa disebut sebagai kapasitor penggandeng (coupling).
Sedangkan pada penguat gandengan DC atara satu tahap dengan tahap yang lain
digandeng langsung.tabung elektron dan transistor dengan gandengan RC merupakan
rangkaian yang paling banyak dipakai untuk penguatan sinyal kecil dalam rentang
frekuensi dari beberapa hertz hingga beberapa magahertz.meskipun tabung elektron dan
transistorbekerja dengan prinsip fisika yang berbeda, namun perilaku saat keluarannya
serupa dan pendekatan yang sama dapat dipergunakan dalam meramalkan tanggapan
frekuensinya. Prinsip Penguat :

Gambar 1. Prinsip Penguat

B. Kelas Penguat
Berdasarkan titik kerjanya penguat transistor ada tiga jenis, yaitu:

1. Penguat Kelas A
Penguat kelas A adalah penguat yang titik kerja efektifnya setengah dari
tagangan VCC penguat. Untuk bekerja penguat kelas A memerlukan bias awal yang
menyebabkan penguat dalam kondisi siap untuk menerima sinyal. Karena hal ini
maka penguat kelas A menjadi penguat dengan efisiensi terendah namun dengan
tingkat distorsi (cacat sinyal) terkecil.

Gambar 2. Penguat Kelas A

Sistem bias penguat kelas A yang populer adalah sistem bias pembagi
tegangan dan sistem bias umpan balik kolektor. Melalui perhitungan tegangan bias
yang tepat maka kita akan mendapatkan titik kerja transistor tepat pada setengah dari
tegangan VCC penguat. Penguat kelas A cocok dipakai pada penguat awal (pre
amplifier) karena mempunyai distorsi yang kecil.
2. Penguat Kelas B
Penguat kelas B adalah penguat yang bekerja berdasarkan tegangan bias dari
sinyal input yang masuk. Titik kerja penguat kelas B berada dititik cut-off transistor.
Dalam kondisi tidak ada sinyal input maka penguat kelas B berada dalam kondisi
OFF dan baru bekerja jika ada sinyal input dengan level diatas 0.6Volt (batas
tegangan bias transistor).

Gambar 3. Penguat Kelas B

Penguat kelas B mempunyai efisiensi yang tinggi karena baru bekerja jika ada
sinyal input. Namun karena ada batasan tegangan 0.6 Volt maka penguat kelas B
tidak bekerja jika level sinyal input dibawah 0.6Volt. Hal ini menyebabkan distorsi
(cacat sinyal) yang disebut distorsi cross over, yaitu cacat pada persimpangan sinyal
sinus bagian atas dan bagian bawah.

Gambar 4. Penguat Kelas B Push-Pull

Penguat kelas B cocok dipakai pada penguat akhir sinyal audio karena bekerja
pada level tegangan yang relatif tinggi (diatas 1 Volt). Dalam aplikasinya, penguat
kelas B menggunakan sistem konfigusi push-pull yang dibangun oleh dua transistor.

3. Penguat kelas AB
Penguat kelas AB merupakan penggabungan dari penguat kelas A dan penguat
kelas B. Penguat kelas AB diperoleh dengan sedikit menggeser titik kerja transistor
sehingga distorsi cross over dapat diminimalkan. Titik kerja transistor tidak lagi di
garis cut-off namun berada sedikit diatasnya.

Gambar 5. Penguat Kelas AB

Penguat kelas AB merupakan kompromi antar efisiensi dan fidelitas penguat.


Dalam aplikasinya penguat kelas AB banyak menjadi pilihan sebagai penguat audio.

4. Penguat kelas C
Penguat kelas C mirip dengan penguat kelas B, yaitu titik kerjanya berada di
daerah cut-off transistor. Bedanya adalah penguat kelas C hanya perlu satu transistor
untuk bekerja normal tidak seperti kelas B yang harus menggunakan dua transistor
(sistem push-pull). Hal ini karena penguat kelas C khusus dipakai untuk menguatkan
sinyal pada satu sisi atau bahkan hanya puncak-puncak sinyal saja.

Gambar 6. Penguat Kelas C

Penguat kelas C tidak memerlukan fidelitas, yang dibutuhkan adalah frekuensi


kerja sinyal sehingga tidak memperhatikan bentuk sinyal. Penguat kelas C dipakai
pada penguat frekuensi tinggi. Pada penguat kelas C sering ditambahkan sebuah
rangkaian resonator LC untuk membantu kerja penguat. Penguat kelas C mempunyai
efisiensi yang tinggi sampai 100 % namun dengan fidelitas yang rendah.

C. Model Konfigurasi Penguat


Perlu diketahui bahwa fungsi utama transistor adalah sebagai alat penguat
sinyal, transistor dapat dikonfigurasikan sebagai penguat tegangan, arus, dan daya.
Penguat paling sederhana terdiri dari satu buah transistor. Ada tiga kemungkinan
pemasangan transistor sebagai penguat berdasarkan sistem pertanahan transistor
(grounding), yaitu : Emitor Bersama (Common Emiter), Kolektor Bersama (Common
Collector), Basis Bersama (Common Base).
1. Penguat Emitor Bersama (Common Emiter)
Penguat Emitor Bersama adalah penguat yang paling banyak digunakan.
Penguat ini mempunyai penguatan tegangan maupun penguatan arus. Hanya saja
perlu diingat bahwa penguat ini mempunyai impedansi masukan yang relatif rendah
dan impedansi keluaran yang relatif tinggi. Penguat Emitor Bersama merupakan
penguat yang kaki emitor transistor di groundkan, lalu input di masukkan ke basis dan
output diambil pada kaki kolektor.

Gambar 7. Rangkaian Penguat Emitor Bersama (Common Emiter)

Penguat Emitor Bersama mempunyai karakteristik sebagai berikut :


 Sinyal outputnya berbalik fasa 180º terhadap sinyal input.
 Sangat mungkin terjadi osilasi karena adanya umpan balik positif, sehingga sering
dipasang umpan balik negatif untuk mencegahnya.
 Sering dipakai pada penguat frekuensi rendah (terutama pada sinyal audio).
 Mempunyai stabilitas penguatan yang rendah karena bergantung pada kestabilan
suhu dan bias transistor.
Gambar 8. Perumusan Praktis Rangkaian Emitor Bersama / CE

Beberapa rumus praktis pada rangkaian Emitor Bersama :


 Penguatan tegangan tanpa C3 : AV =RC/RE
 Penguatan tegangan dengan C3 : AV =RC/RE
 Penguatan arus : Ai = R2/RE
 Impedansi keluaran : Zo = RC
 Impedansi masukan tanpa C3 : Zi = R1//R2//Zib dengan Zib = hfe (rE+re’)
 Impedansi masukan dengan C3 : Zi = R1//R2//Zib dengan Zib = hfe. re’

2. Penguat Kolektor Bersama (Common Collector)


Penguat Kolektor Bersama biasanya dipakai sebagai transformator impedansi,
karena impedansi masukannya tinggi, sedangkan impedansi keluarannya rendah.
Penguat ini lebih unggul dibanding transformator biasa dalam dua hal : tanggapan
frekuensinya lebar dan ada penguatan daya.
Penguat Kolektor Bersama merupakan penguat yang kaki kolektor transistor
di groundkan, lalu input di masukkan ke basis dan output diambil pada kaki emitor.
Penguat Common Collector juga mempunyai karakter sebagai penguat arus .
Gambar 9. Rangkaian Penguat Kolektor Bersama (Common Collector)

Penguat Kolektor Bersama mempunyai karakteristik sebagai berikut :


 Sinyal outputnya sefasa dengan sinyal input (jadi tidak membalik fasa seperti
Common Emitor).
 Mempunyai penguatan tegangan = 1.
 Mempunyai penguatan arus samadengan HFE transistor.
 Cocok dipakai untuk penguat penyangga (buffer) karena mempunyai impedansi
input tinggi dan mempunyai impedansi output yang rendah.

Gambar 10. Perumusan Praktis Rangkaian Kolektor Bersama / CC

Beberapa rumus praktis pada rangkaian Kolektor Bersama :


 Penguatan tegangan AV = rE/(rE+re’) »1 (sebab rE >> re’)
 Penguatan arus : Ai = hfe
 Impedansi keluaran : Zo = re’
 Impedansi masukan : Zi = R1//R2//Zib dengan Zib = hfe. re’

3. Penguat Basis Bersama (Common Base)


Penguat Basis Bersama sedikit terapannya dalam teknik frekuensi rendah,
karena impedansi masukannya yang begitu rendah akan membebani sumber sinyal.
Penguat ini kadang diterapkan dalam penguat untuk frekuensi tinggi (di atas 10
MHz), dimana lazimnya sumber sinyalnya berimpedansi rendah.
Penguat Basis Bersama merupakan penguat yang kaki basis transistor di
groundkan, lalu input di masukkan ke emitor dan output diambil pada kaki kolektor.
Penguat Common Base mempunyai karakter sebagai penguat tegangan.
Gambar 11. Rangkaian Penguat Basis Bersama (Common Base)

Penguat Common base mempunyai karakteristik sebagai berikut :


 Adanya isolasi yang tinggi dari output ke input sehingga meminimalkan efek
umpan balik.
 Mempunyai impedansi input yang relatif tinggi sehingga cocok untuk penguat
sinyal kecil (pre amplifier).
 Sering dipakai pada penguat frekuensi tinggi pada jalur VHF dan UHF.
 Bisa juga dipakai sebagai buffer atau penyangga.

Gambar 12. Perumusan Praktis Rangkaian Penguat Basis Bersama / CB

Beberapa rumus praktis pada rangkaian Basis Bersama :


 Penguatan tegangan : Av = rC/re’
 Penguatan arus : Ai = hfe
 Impedansi keluaran : Zo = rE
 Impedansi masukan : Zi = RE // re’ » re’ (karena RE >> re’)

Masing-masing pola diatas mempunyai karakteristik yang berbeda. Perbandingan


antara ketiga pola tersebut dapat dilihat pada tabel berikut :
Gambar 13. Tabel Perbandingan Karakteristik Pola Penguat

Harga-harga di atas adalah harga untuk : IE = 1 mA, rc = 2,5 KOhm (untuk


Emitor Bersama dan Kolektor Bersama), serta rE = 390 Ohm untuk Kolektor Bersama.

D. Pengukuran Gain
Gain atau penguatan adalah fungsi dasar sebuah penguat, yang didefinisikan
sebagai perbandingan antara sinyal input dan output penguat tersebut. Parameter input-
output yang dibandingkan adalah dapat merupakan level tegangan ataupun level daya.
Pada penguat sinyal kecil, parameter tersebut adalah level tegangan. Gambar 14
menunjukkan pengukuran yang dilakukan untuk mengetahui gain tersebut, yaitu
perbandingan antara level tegangan sinyal output dengan sinyal input. Besaran ini
kemudian dapat dinyata-kan dengan satuan desibel (dB) melalui rumus :

( )
V out
V in
Gain = 20 log dB ...........................(5-1)

Nilai penguatan dapat ditentukan dengan mengukur tegangan sinyal masukan


dan keluaran penguat tersebut, baik dengan menggunakan VTVM (vaccum tube
voltmeter), voltmeter digital, ataupun osiloskop, yang umumnya satu voltmeter dengan
resistansi masukannya yang relatif tinggi untuk menghindari efek pembebanan.
Penggunaan osiloskop ditunjukkan pada gambar 14 Disitu digunakan dapat digunakan
dua osiloskop seperti gambar 14, atau satu osiloskop jenis dual-trace (dua input, A dan
B). Nilai tegangan input maupun output penguat dapat terbaca melalui ukuran
volt/division pada layar osiloskop.
Gambar 14. Pengukuran dengan Osiloskop

Dalam proses penguatan, semua sinyal input termasuk noise yang terbawa
sinyal ter-sebut mengalami penguatan, sehingga diharapkan seperti telah diuraikan di
depan, bah-wa sinyal tersebut harus sesedikit mungkin mengandung sinyal noise.
Tentang noise telah diuraikan dalam mata kuliah yang lain.
Adakalanya tahapan penguat sinyal kecil terdiri dari dua atau lebih, yang
masing-masing tahap mempunyai nilai penguatan yang berbeda seperti ditunjukkan pada
gambar 15. Berkaitan dengan sinyal noise, ternyata bahwa nilai noise memang sangat
ditentukan oleh penguat tahap pertama.

Gambar 15. Tahapan Penguat

Untuk menentukan overall-gain beberapa tahap penguat itu, cukup dengan


menambah-kan nilai gain tiap tahap yang ada. Dalam Gambar 15 diatas, maka overall-
gain yang diberi-kan beberapa tahap tersebut adalah, (10 + 30 + 0) = 40 dB. Seandainya
satu tahap diantaranya mempunyai nilai gain dalam satuan dBm, maka nilai tersebut
dapat juga langsung dijumlahkan dengan nilai gain dalam satuan dB.
Contoh Soal :
1. Seorang tehnisi menggunakan osiloskop untuk mengukur satu sinyal. Ternyata
osiloskop sendiri mempunyai spesifikasi redaman sebesar –3 dB. Bila level te-
gangan yang diukur itu sebesar 10 volt, berapakah level yang ditunjukkan pada
tampilan layarnya ?
Jawaban
Dari contoh gambar 15 diatas, maka dalam soal ini, osiloskop merupakan satu blok
yang mempunyai gain bertanda minus, yaitu, - 3 dB, sehingga output yang berupa
tampilan pada layar osiloskop sebesar,
10 x 0,707 = 7,07 volt

dimana; 0,707 adalah antilog –3 dB.

2. Diperlukan satu level sinyal video sebesar 50 volt untuk menghasilkan satu gam-bar
televisi yang kontras, sementara sinyal pada tuner hanya 100 µvolt. Berapa-kah
overall-gain receiver tersebut yang diperlukan, dalam satuan dB ?
Jawaban
Dari kedua level sinyal tersebut, 50 volt dan 100 µvolt, maka penguatan yang di-
perlukan sebesar,
50
100 x 10−6 = 500.000
= 20 log 500.000 = 113,9 dB

E. Rangkaian Collector-to-Base Bias


Nampak pada gambar 16, bahwa loop terjadi pada rangkaian basis dan rangkaian
kolektor.

Gambar 16. Rangkaian Collector-to-base bias


Dari kedua loop tersebut, dapat tertentu nilai resistansi RB dan RC sebagai rumus :
V CC −V CQ
RC = I BQ +I CQ ------------------------------------ (5-4)
dimana,VCQ = tegangan kolektor-emiter titik kerja
ICQ = arus kolektor pada titik kerja
IBQ = arus basis pada titik kerja
Sementara resistansi basis, RB, tertentu dari loop rangkaian basis yang nilainya
dinyatakan pada rumus (5-5) berikut :

V CQ−V BE
RB = I BQ -------------------------------------- (5-5)
dimana, VBE = 0,7 volt untuk transistor silikon
= 0,2 volt untuk transistor germanium

Faktor stabilitas ditentukan dengan melakukan deferensiasi persamaan (5-2) terha-


dap ICO sesuai definisi faktor stabilitas persamaan (5-3). Persamaan (5-2) dituliskan
kembali sebagai berikut :

IC =  IB + ICEO
IC =  IB + (1 + ) ICO
Hasilnya adalah :
( 1+ β )

( )
RC
1+ β .
RC + RB
S = ------------------------------ (5-6)

Contoh Soal :
Dirancang satu penguat awal dengan konfigurasi collector-to-base bias. Transistor
yang digunakan mempunyai β = 50, dengan titik kerja yang dipilih pada VCQ = 4,6 volt,
ICQ = 21 mA, dan IBQ = 0,4 mA (bekerja pada kelas-A), serta catu tegangan sebesar 10 volt.
Tentukan nilai RC dan RB, serta faktor stabilitas rangkaian tersebut.
Jawaban :
Sesuai rumus (5-4) sampai (5-6), maka tertentu,
V CC −V CQ 10−4 , 6
RC =
I BQ +I CQ = 0 , 4 +21 = 252 Ω
V CQ−V BE 4 ,6−0,6
RB =
I BQ = 0,4 = 10 kΩ
( 1+ β ) 1+50

( ) ( )
RC 0 , 252
1+ β . 1+50.
RC + RB 0 , 252+10
S = = = 22,87 ¿ 23
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
Penguat adalah suatu peranti yang berfungsi menguatkan daya sinyal masukan.
Suatu penguat pada dasarnya adalah peralatan elektronika yang dapat menerima sinyal
masukanpada sepasang kutub masukannya dan memberikan sinyal keluaran pada kutub
keluarannya.
Penguat Sinyal Kecil mempunyai gain, yang menguatkan sinyal masukannya
mencapai level tertentu pada sinyal keluarannya. Penguat ini dikenal sebagai penguat
tegangan daripada disebut sebagai penguat daya, walaupun sebetulnya terjadi juga
penguatan daya.
Fungsi utama transistor adalah sebagai alat penguat sinyal, transistor dapat
dikonfigurasikan sebagai penguat tegangan, arus, dan daya.

B. Saran
Setelah menyimpulkan hasil pembahasan dari makalah ini berdasarkan teori-teori
yang ada, maka penulis mencoba untuk memberikan masukan atau saran Bagi pembaca,
penulis menyarankan agar mengambil hal-hal positif dari makalah ini untuk pembelajaran
dan lebih banyak membaca dan memperbanyak referensi buku tentang rangkaian
elektronika terutama pada pembahasan penguat sinyal kecil.

Demikianlah makalah yang berjudul “Penguat Sinyal Kecil” ini kami sajikan
dengan harapan dapat menjadi manfaat bagi setiap pembaca khususnya. Apabila ada
kesalahan, kekhilafan, dan kekurangan dalam makalah ini kami mohon maaf, karena
kesempurnaan itu hanya milik Allah SWT semata. Kritik dan saran yang membangun
kami harapkan, agar makalah ini dapat lebih baik lagi.

Anda mungkin juga menyukai