Anda di halaman 1dari 9

TUGAS KELOMPOK

INSTRUMENTASI INDUSTRI

Oleh :
SITI NASYRAH RISQA
M.FADIL
TEGUH BUDIMAN ERIF
FITRIA MAILASARI
FIODYAN ALIF TAQWIM

POLITEKNIK NEGERI PADANG


2016

AMPLIFIER
Penguat ini merupakan penguat serbaguna dan bermanfaat yang terdiri dari tiga op
amp dan tujuh buah resistor. Terdiri dari rangkaian buffer dan penguat differensial. Untuk
mengatur penguatan yang diinginkan bisa diatur dengan mengubah-ubah nilai Rf.
Perangkat-perangkat pengukuran output memerlukan daya operasinya. Daya ini
biasanya nampak dari rangkaian pengukuran elektro mekanik memerlukan daya secara
khusus (tipical) antara beberapa mikrowatt pada alat ukur kumparan putar yang sensitif
hingga beberapa watt pada tranduser-tranduser.
Pada beberapa penggunaan (pemakaian) daya pada rangkaian-rangkaian pengukuran tidak
dapat disupply dari perngkat outputnya. Jadi bila rangkaian dihubungkan secara langsung
pada rangkaian output, maka sinyal-sinyal menimbulkan distorsi pada saat pembebanan.
Amplifier instrumentasi dalam beberapa hal diperlukan untuk:
1. Menyupply daya yang diperlukan oleh perangkat output, dengan demikian sinyal
dapat diukur, didisplay atau direkam secara jelas dan tepat.
2. Bila besaran yang dapat diukur oleh alat ukur telah diproses atau dimodifikasi.
3. Penggunaan Op Amp dilakukan untuk menimbulkan operasi matematika pada
sinyal listrik dari alat-alat bertenaga listrik. Operasinya bioasanya menambah,
mengurang, mengali, membagi, mengintegrasi, mendifferensiasi, numerik,
logaritma dsb.
4. Melengkapi pencabutan dari variabel yang diukur oleh rangkaian regulasi kontrol,
sementara proses diindustri dalam keadaan berjalan dari suatu amp,ifier.
Sifat-sifat dari amplifier instrumentasi:
1. Mampu menyupply daya pada level tegangan atau arus spesifik yang secara
langsung sebanding dengan besaran yang diukur.
2. Daya yang diserap dari sistem pengukuran sekecil mungkin.
3. Akan secara tepat menunjukkan variasi-variasi dalam pengukuran.
4. Akan beroperasi pada daya yang kurang dari daya cadangan yang mungkin.
5. Mempunyai waktu operasi yang lama dan derajat reabilitas yang tinggi.
6. Mempunyai impendansi input yang tinggi dan impemdansi output yang rendah.
Impendansi output yang rendah juga menyebabkan tidak tergantung pada frekuensi.
1. Amplifier-amplifier arus bolak balik
Amplifier dirancang untuk memperkuat sinyal sinus dengan frekuensi yang dirancang
secara khusus. Ini dirancang untuk menghasilkan kembali bentuk sinyal input pada terminalterminal output, tapi tegangan atau arusnya bertambah menurut rationya. Amplifier dapat
memperkuat sinyal pada range frekuensi tertentu, bila frekuensi yang diberikan berlebihan
akan mempunyai respon data yang tergantung pada harga tekanan beban (RL).
Penguatan tegangan yang konstan terdapat diantara frekuensi-frekuensi wc1 dan wc2,
penguatan tersebut disebut dengan band gain (A mid).
Pengaruh amplifier AC jelas merupakan suatu filter band pass. Pass band yang ada
pada wc1 wc2 memberikan hanya satu band frekuensi-frekuensi untuk melepaskan atau
melewatkan dan menahan terjadinya pemberhentian. Misalnya output yang menyebabkan
pemberhentian dalam hal ini frekuensinya adalah nol (0) yang tidak termasuk band frekuensi

(rejection band) adalah dari 0 cw1 dan cw2 ke frekuensi selanjutnya. Respon ideal kadang
tidak dapat diberikan pada saat praktek respon yang nyata seperti terlihat pada gambar (b).
Terdapat pass band yang kita sebut sebagi band rata (flat band). Kadang-kadang jenis
ini dapat jatuh dibawah A unit pada frekuensi yang lebih rendah dan lebih tinggi. Frekuensi
diantara penguatan (gain) sebesar 0.70 Amid disebut frekuensi cut off. Pada unit band
frerkuensi terdapat dua buah frekuensi yang besar penguatannya 0.707 A mid yaitu pada
frekuensi wc1 dan wc2.
Masing-masing desebut sebagai the lower cut off frequence dan the upper frequency.
Band width = BW = wc2 wc1
Respon berkurang dari respon mid band sebesar 3 db. Perubahan daya sebesar 50%
disebabkan karena perubahan 70,7% tegangan sebesar 3 db. Perubahan-perubahan lambat
dari tegangan output tidak berpengaruh terhadap tegangan output.
Batas band width amplifier pada frekuensi-frekuensi yang lebih rendah yaitu dari
batas naik ke titik nol yang konstan. Perubahan-perubahan lambat dari tegangan output,
sebagai contoh adalah drift, atau penyimpangan secara normal dialami (dihadapi) oleh
amplifier-amplifier DC dapat dihindari dengan cara merubah-rubah tegangan output secara
lambat.
2. DC Amplifier
Dengan demikian untuk kedua penguatan yaitu penguatan sinyal-sinyal DC atau
sinyal-sinyal lambat, maka dapat digunakan DC amplifier .
Respon yang rata dimulai dari sinyal DC atau frekuensinya nol. Hal ini menunjukkan
respon dasar dari suatu low pass filter, yaitu suatu perangkat yang memproduksi kembali
sinyal-sinyal frekuensi rendah. Seperti keterangan diatas, maka DC amplifier sering dipakai
dalam pengukuran dan sistem instrumentasi dan juga merupakan komponen yang penting
bagi suatu sistem kompoter analog. Bagaimanapun juga jenis DC amplifierb yang baik
sangat sulit pendasainannya. Ini disebabkan amplifier DC dibuat dengan feed back yang
banyak dan itu dan itu merupakan masalah drift. Dimana drift merupakan suatu perubahan
yang lambat dari banyak sinyal output. Jika sinyal inputnya statik (tenang) atau diharapkan
dengan perubahan output sekecil mungkin, masalah lain DC amplifier adalah perlu adanya
pencegahan setiap cut off frekuensi rendah yang membuat tidak berguna.
3. Direct Coupled Amplifier
Untuk mencegah cut off pada frekuensi rendah dan juga untuk memperoleh respon
frekuensi yang betul-betul rata maka digunakan Direct Coupled (penguat copling langsung).
Pada dasarnya frekuensi cut off dari penguat AC ditentukan oleh copling capasitor antar
tingkat penguat dan lumped (gumpalan capasitansi). Dengan membuang capasitor copling
antara tingkat amplifier dapat di cople (dihubung) langsung tanpa kopling dan ini dinamakan
direct coupled Amplifier.
Kekurangannya :
- Timbulnya drift (denyutan)
Setiap perubahan tegangan sumber (perubahan parameter) setiap komponen yang
digunakan akan menimbilkan sinyal output lancung (loncat), yang sangat berbeda dari output,
bila diperhitungkan inputnya.

Oleh karena itu direct copled disebut juga dengan DC amplifier dan kondisinya dimana
tegangan input DC yang benar lebih besar daripada tegangan yang disebabkan oleh drift
(denyutan).
5. Chopped and Modulasi DC Amplifier
Penguat-penguat AC yang sederhana dapat digunakan untuk mengutkan sinyal input
DC dengan menambah komponen rangkaiannya yang disebut dengan chopper. Pendekatan
yang digunakan untuk membuat suatu Amplifier DC. Dimana DC adalah konverter pertama
terhadap sinyal-sinyal ekivalen AC yang dikuatkan oleh Amplifier AC.
Sinyal Ac diperkuat dalam suatu amplifier AC standar. Halnya sama sebagi
gelombang persegi yang diperkuat pada kumparan poins dari trafo output. Sinyal AC diubah
kembali dalam bentuk sinyal DC.
Kumparan sekunder dari transformator output secara terpusat dipilih (tapped) dengan
menggunakan saklar-saklar output standar (switch gauge) pada saklar-saklar input.
6. PENGUAT GANDENG DC
Dalam praktek biasanya untuk memperoleh suatu penguatan yang cukup besar, dapat
dilakukan dengan menggandeng beberapa penguat atau biasa dikenal dengan penguat
bertingkat. Untuk menjaga agar tegangan panjar (bias) pada suatu tahap tidak terganggu oleh
tahap sebelum dan berikutnya, maka antara penguat-penguat tersebut dipisahkan dengan
kapasitor. Rangkaian semacam ini lebih dikenal dengan penguat gandengan RC. Penguat
gandengan RC hanya bekerja untuk isyarat AC.
Bila isyarat berupa arus/tegangan DC atau bolak-balik dengan frekuensi sangat
rendah, maka diperlukan rangkaian penguat gandengan DC. Pada penguat ini, antara
transistor yang satu dengan yang lainnya dihubungkan secara langsung. Ada beberapa cara
untuk memperoleh penguat gandengan DC diantaranya adalah penguat diferensial dan
penguat hubungan Darlington.
Penguat yang muthakhir tersusun sebagai rangkaian terpadu (integrated circuit- IC).
Dengan IC memungkinkan kita untuk menyusun ribuan transistor ke dalam suatu permukaan
silikon (chip) dengan luas hanya beberapa mm2. Satu hal yang menguntungkan dengan IC
adalah dengan tanpa kapasitor, kita dapat menghasilkan penguat dengan frekuensi respon
sampai mendekati DC.
A. Penguat Diferensial
Untuk mengerti bagaimana penguat diferensial bekerja, perlu kita pelajari keadaan panjar
DC dari rangkaian dasarnya seperti ditunjukkan pada gambar. Masukan dapat diumpankan
pada ujung-ujung basis B1 dan B2. Perbedaan (difference) isyarat pada kedua ujung inilah
yang akan dikuatkan, sehingga kita menyebutnya sebagai penguat diferensial.
Cara menghitung keadaan panjar dari penguat tersebut tidak berbeda dengan pada
penguat transistor tunggal.

Pengkondisian Sinyal
Seringkali, pilihan mengenai karakteristik suatu sensor terhadap variabel masukan
sangatlah terbatas, sehingga diperlukan adanya suatu pengkondisian sinyal. Pengkondisian
sinyal ini berkaitan dengan operasi-operasi yang dikenakan pada sinyal guna mengkonversi
sinyal tersebut ke bentuk yang sesuai dengan yang diperlukan untuk interface dengan elemenelemen lain dalam sistem instrumentasi. Efek pengkondisian sinyal pada sinyal masukan
sering dinyatakan dalam bentuk fungsi alih. Pengkondisi sinyal dapat dikelompokkan dalam
beberapa jenis, seperti yang akan diuraikan berikut.
1. Pengubahan Level Sinyal
Suatu cara yang paling sederhana untuk pengkondisian sinyal adalah dengan mengubah
level sinyal, yaitu dengan melakukan penguatan ataupun peredaman. Salah satu faktor yang
penting dalam pemilihan penguat adalah impedansi masukan yang ditawarkan kepada sensor
(atau elemen lain yang berfungsi sebagai masukan). Dalam beberapa kasus, (misalnya
akselerometer dan detektor optik), tanggapan frekuensi penguat juga merupakan suatu hal
yang sangat penting.
2. Linierisasi
Hubungan antara keluaran dengan masukan sensor seringkali tidak linier. Oleh karena
itu diperlukan suatu rangkaian untuk linierisasi sinyal tersebut, seperti yang diperlihatkan
dalam Gambar 1. Tujuan linierisasi adalah untuk mendapatkan keluaran yang berubah secara
linier terhadap variabel masukan meskipun keluaran sensornya tidak linier. Rangkaian
linierisasi ini sulit dirancang, dan biasanya bekerja hanya dalam batas yang sempit. Cara
linierisasi yang lebih modern adalah seara perangkat lunak, yaitu dengan membolehkan
sinyal tak linier sebagai masukan ke komputer dan selanjutnya melakukan linierisasi dengan
menggunakan perangkat lunak.

Gambar 1. Linierisasi
3. Konversi
Pengkondisian sinyal dalam hal ini digunakan untuk mengkonversi suatu jenis
perubahan listrik ke jenis perubahan listrik yang lain. Konversi ini diperlukan misalnya dalam
transmisi sinyal dan interface dengan sistem digital.
Transmisi Sinyal. Untuk transmisi sinyal seringkali digunakan transmisi arus karena tidak
dipengaruhi oleh perubahan beban. Standard level arus yang digunakan adalah 4 sampai 20
mA.
Interface Digital. Penggunaan komputer dalam sistem instrumentasi akan memerlukan
suatu konversi dari data analog ke data digital, yaitu yang dilakukan oleh ADC. Konversi ini
biasanya memerlukan pengaturan level sinyal analog agar sesuai dengan masukan yang
diperlukan oleh ADC.
4. Filter danPenyesuaImpedansi
Dalam banyak kejadian, sinyal yang diperlukan sering bercampur dengan sinyal yang
tidak diinginkan (noise). Untuk menyingkirkan sinyal yang tidak diinginkan tersebut dapat
digunakan filter yang sesuai, yaitu low-pass filter (LPF), high-pass filter (HPF), notch filter,
atau gabungan dari filter-filter tersebut.

Penyesuaian impedansi kadang diperlukan, yaitu apabila impedansi internal transduser atau
impedansi saluran dapat menyebabkan terjadinya suatu kesalahan dalam pengukuran suatu
variabel.
5.Konsep Pembebanan
Salah satu hal yang sangat penting dalam pengkondisian sinyal analog adalah adanya
pengaruh pembebanan pada suatu rangkaian oleh rangkaian lain, yang dapat menyebabkan
terjadinya ketidakpastian dalam amplituda tegangan. Gambar 2 memperlihatkan efek
pembebanan pada sensor, yang dalam hal ini dinyatakan dalam rangkaian setara Thevenin.

Gambar 2. Rangkaian ekivalen Thevenin untuk memperlihatkan efek pembebanan pada


sensor
Tegangan beban dalam Gambar 2 diberikan oleh Persamaan 1 :

dengan : Vy = tegangan beban


Vx = tegangan sensor dalam keadaan rangkaian terbuka
Rx = impedansi internal sensor
RL = impedansi beban

Contoh 1.
Sebuah penguat mengeluarkan tegangan sepuluh kali tegangan terminal masukannya, dan
mnempunyai resistansi masukan sebesar 10.000 ohm. Sebuah sensor mengeluarkan tegangan
yang sebanding suhu dengan fungsi alih 20 mV/ oC. Sensor tersebut mempunyai resistansi
keluaran sebesar 5000 ohm. Apaila suhu yang diukur sebesar 50oC, berapakah tegangan
keluaran penguat tersebut ?

Penyelesaian
:
Suatu contoh penyelesaian yang naif diperlihatkan dalam Gambar 3a. Tegangan sensor dalam
keadaan tanpa beban diperoleh dari fungsi alih :

Tegangan keluaran penguat :

(Salah !)
Penyelesaian yang benar diperlihatkan dalam Gambar 3b. Tegangan yang sebenarnya muncul
pada terminal masukan penguat adalah :

dengan VT = 1,0 V.
Dengan demikian besarnya tegangan keluaran penguat adalah :

Gambar 3. (a) Pengabaian efek pembebenan dapat mengakibatkan kesalahan yang serius (b)
Penyelesaian dengan memperhitungkan efek pembebanan

Anda mungkin juga menyukai