Anda di halaman 1dari 16

1.

Prinsip kerja rangkaian Power Supply TV dengan rangkaian pembangkit pulsa

SMPS (Switch Mode Power Supply) atau sering disebut sistem PWM (Pulse Width
Modulator), mengolah tegangan DC dengan penyearahkan AC pada tegangan jala 220 Volt.
Tegangan DC volt tinggi ini kemudian disambungkan (switch) ke trafo lewat Transistor Mosfet.
Di sisi sekunder tegangan diturunkan lalu disearahkan lagi, dan sebelum diberikan sebagai
keluaran, dilewatkan tapis frekuensi tinggi dan kapasitor perata.

Mosfet dipekerjakan dengan teknik pensaklaran on / off (switching). Outputnya berupa


deretan pulsa hidup-mati secara periodik pada frekuensi yang umumnya antara 50 khz-500 khz.
Meskipun frekuensi tetap tetap, lebar pulsa (durasi) dimodulasi sedemikian rupa, hingga didapat
tegangan sesuai yang dikehendaki. Durasi ini selain sebagai penentu besarnya tegangan keluaran,
juga digunakan sebagai sirkit penstabil tegangan, melalui rangkaian umpan baliknya.

Bagian-bagian pokok dasar kerja sebuah SMPS adalah sebagai berikut :

a) Bagian Penyearah. Disini tegangan masukan dari listrik ac 220v disearahkan menjadi
tegangan dc menggunakan diode bridge dan 3 buah elco filter besar yaitu sebuah elco
480V680UF dan 2 buah elco 250V2200UF.

b) Bagian pencacah atau power-switching. Tegangan masukan dc dicacah dengan


menggunakan “power switch on-off ” sehingga menghasilkan tegangan pulsa-pulsa dc
dengan frekwensi tinggi. SMPS mesin las Inverter umumnya bekerja pada frekwensi
sekitar 50Hz hingga 60Hz. Sebagai power switch dapat menggunakan IC K2611,
IRFZ24N dan IRF9Z24N.

c) SMPS Controller driver sebagai pembangkit pulsa PWM (Pulse Wave Modulation).
Sebagai sinyal drive untuk pencacah digunakan IC PC 817 yang berisi rangkaian osilator
dan PWM sebagai pembangkit pulsa-pulsa PWM. Ada rangkaian SMPS yang tidak
menggunakan SMPS controller driver, dalam hal ini transistor power switching dibuat
agar dapat bekerja dengan cara “ber-osilasi sendiri”

d) Trafo switching. Tegangan dc yang telah dicacah mempunyai karakteristik seperti


tegangan ac sehingga dapat dilewatkan sebuah trafo atau induktor untuk dinaikkan
ataupun diturunkan tegangannya. Pada rangkaian ini menggunakan trafo E25 15:15

e) Penyearahan dan filtering tegangan keluaran. Tegangan keluaran dari trafo masih
berupa pulsa-pulsa frekwensi tinggi dan kemudian dirubah menjadi tegangan dc
menggunakan diode penyearah dan filter elco.

f) Loop umpan balik untuk membuat tegangan keluaran agar stabil. Sirkit loop umpan
balik dari tegangan keluaran B+ ke bagian primer digunakan untuk mengendalikan
PWM.

g) Rangkaian komparator atau pembanding sebagai “error detektor”. Sebuah sirkit


komparator pada bagian sekunder dipakai untuk mendeteksi jika terjadi perubahan
tegangan keluaran B+. Komparator bekerja dengan cara membandingkan tegangan
keluaran B+ dengan sebuah tegangan “referensi” (biasanya berupa tegangan diode zener
6.8v). Output komparator berupa arus yang kemudian diumpan balikkan ke bagian primer
melalui sebuah photocoupler. Kopling menggunakan photocoupler bertujuan untuk
meng-isolagi ground bagian primer yang menyetrum jika dipegang (HOT chasis) dengan
ground bagian sekunder (COLD chasis).

2. Prinsip kerja rangkaian Horizontal dan Flyback pada TV

Pada blok rangkaian horisontal, terdapat 5 komponen/blok utama, yaitu, driver, transistor
final (sering disebut TR horisontal), FBT (flyback transformer), yoke horisontal dan EW/OW
adjusment (pada jenis TV flat).
Pulsa signal horisontal dari osilator horisontal dikuatkan oleh driver horisontal yang
kemudian dikuatkan lagi oleh transistor horisontal. Transistor horisontal akan memberi pulsa
pada lilitan primer FBT sehingga akan muncul tegangan-tegangan di lilitan sekunder FBT.
Selain itu, pulsa-pulsa pada output transistor horisontal diumpankan ke yoke horisontal untuk
membelokkan elektron pada tabung/CRT secara mendatar (horisontal) dalam siklus/periode
tertentu. Pada TV flat, output defleksi/yoke horisontal ini dilengkapi dengan rangkaian EW
untuk mengatur derajat pembelokan elektron oleh yoke horisontal.

Blok output horisontal disupply oleh tegangan B+ dari power supply, yang kemudian oleh
FBT diubah/diproses untuk menghasilkan tegangan-tegangan lainnya yang dibutuhkan (misalnya
tegangan aux dan tegangan amplifier vertikal). Jadi kegagalan/kerusakan dalam horisontal output
dapat menyebabkan terganggunya tegangan-tegangan pendukung bahkan dapat menyebabkan
TV tidak bisa menyala/terproteksi, meskipun tegangan B+ sudah ada.

Pada driver Horisontal amplitudo/level sinyal pulsa horisontal dari output osilator horisontal
tidak cukup untuk menggerakkan transistor final secara langsung, jadi dibutuhkan penguat driver
horisontal. Pada blok driver horisontal dapat ditemukan transistor driver, filter dan trafo driver
horisontal. Pada beberapa jenis TV ada yang tidak menggunakan trafo horisontal melainkan
dikopel langsung ke final horisontal, misalnya pada TV RCA/Saba/Thomson.

Driver horisontal bekerja dalam rentang frekuensi tertentu sesuai dengan frekuensi horisontal
pada TV. Oleh karena itu, blok driver ini sering menggunakan transformator dan filter (R dan C
seri pada kolektor transistor driver) untuk menjamin bahwa frekuensi kerjanya tidak ‘keluar’ dari
desain frekuensi horisontal. Selain itu, penggunaan trafo dapat mengurangi emisi frekuensi yang
tidak dikehendaki sekaligus sebagai penyesuai impedansi antara output transistor driver dengan
transistor final horisontal.
3. Sambungan pada rangkaian RGB dengan tabung CRT beserta penjelasan dari
bagiannya

1) Screen berfungsi untuk mengatur tingkat kecerahan gambar


2) Focus berfungsi untuk mengatur tingkat kefokusan gambar
3) Anoda merupakan tegangan anoda positif untuk tabung yang berasal dari FBT

4. Kaki pada tuner dan fungsinya

a. AGC, Automatic Gain Control. Tidak semua gelombang RF yang diterima mempunyai
daya yang sama, ada yang jernih ada juga yang kurang. Ada sinyal yang kuat juga ada
yang lemah. Guna mengatasinya, dibuatkan pin/kaki AGC yang berfungsi untuk
mengatur penguatan secara otomatis, level tegangan pada pin ini secara otomatis akan
mengikuti tingkat level kuat tidaknya sinyal RF yang masuk, tegangan berasal dari blok
IF. Cara kerjanya secara umum yaitu semakin kuat sinyal RF yang masuk/ditala, semakin
kecil tegangan pada pin ini. Tegangan yang bervariasi pada pin ini bersumber dari
penguat AGC pada blok IF.

b. AFT, Automatic Fine Tuning. Osilator lokal pada tuner umumnya berjenis VFO (variable
frequency oscillator), yang berciri khas mudah digeser sekaligus mudah bergeser sendiri,
sehingga dapat sedikit menggeser talaan yang dilakukan oleh tegangan VT. AFT
digunakan untuk ‘mengembalikan’ frekuensi yang bergeser tersebut dalam rentang yang
relatif sempit. Jika talaan bergeser melebihi ambang AFT, maka VT yang digunakan
untuk fungsi ‘mengembalikan’ talaan tersebut.

c. VT, Voltage Tune. Di awal sudah disinggung fungsi dari VT, yaitu untuk menggeser
frekuensi tuner berdasarkan tegangan yang diberikan ke pin ini. Tegangan VT ini
umumnya dikontrol oleh pemilih channel. Jika pemilih channelnya menggunakan IC
program, maka pengontrol besar tegangan pada VT adalah IC program. Ketika proses
Search, normalnya akan terukur tegangan pada pin ini dimulai dari 0V dan beranjak naik
hingga sekitar 33V.

d. SDA, SCL. Pin ini dapat ditemukan pada tuner-tuner model PLL. Berfungsi sebagai jalur
pengontrol tuner, hampir semua fungsi dalam tuner dapat dikontrol oleh bus data ini.
Tuner-tuner PLL, tidak lagi menggunakan tegangan VT untuk menggeser frekuensi tuner,
tetapi dengan data yang dikirimkan ke tuner, maka tuner secara otomatis akan mengeset
VT-nya sendiri berdasarkan data yang dikirimkan oleh IC program/controller.

e. BM, BP. Adalah pin supply tegangan untuk tuner. Tegangan kerja sebuah tuner
bervariasi, tergantung tipe dan model. Banyak ditemui yang mengkonsumsi tegangan 5, 9
dan 12V.

f. BL, BH, BU. Merupakan pin supply tegangan untuk tiap band. Fungsinya untuk memberi
tegangan blok band rangkaian tuner. Pin BM pada tuner dipakai untuk mensupply blok
penguat IF, sedangkan pin BL, BH dan BU digunakan untuk mensupply blok-blok dari
tiap band pada tuner sehingga fungsi utamanya sebagai pemilih band dari tuner tersebut,
caranya dengan memberi tegangan pada salah satu pin band tersebut.
g. BAND A, BAND B. Berbeda dengan pin band supply di atas, pin ini juga berfungsi
sebagai pemilih band. Untuk memilih band tinggal memberi tegangan (umumnya dalam
level logik, 5V) berdasarkan bilangan biner 2 bit, bit pertama band_B dan bit kedua
adalah band_A. Sedangkan bilangan biner 2 bit secara urut adalah, 00, 01, 10 dan 11, jadi
memungkinkan untuk membuat/memilih 4 kombinasi hanya dengan 2 pin ini.

h. IF-O. Pin ini merupakan pin keluaran dari modul tuner. Ada yang cuma 1 pin IF out ada
juga yang 2 IF out. Keluaran dari pin ini yang akhirnya didekoder/diproses oleh
rangkaian/blok IF.

5. Rangkaian audio pada TV dan bagian – bagian speaker

 Rangkaian Suara

Dalam rangkaian suara, pertama-tama dideteksi sinyal pembawa IF suara yang


mempunyai frekuensi pembawa 5,5 MHz, sama dengan selisih antara frekuensi gelombang
gambar TV berwarna dengan gelombang suara (pembawanya), kemudian diperkuat oelh
rangkain suara. Kemudian sinyal suara dideteksi oleh detektor modulator FM (frekuensi
Modulasi).

1) Detektor 5,5 MHz

Dalam TV berwarna bila pembawa suara 5,5 MHz dicampur dengan sinyal video maka
timbul interferensi pelayangan (beat) sebesar 1070 kHz pada gambar yang diterima. Untuk
mencegahnya, pembawa suara dihilangkan sebelum detektor video. Pembawa suara diambil dari
tingkat di muka detektor video. Dalam hal ini digunakan detektor 5,5 MHz.

2) Penguat IF suara

Sinyal IF gambar yang mengandung pembawa suara dideteksi oleh detektor 5,5 MHz
menjadi sinyal IF suara dan kemudian oelh penguat IF suara diperkuat dan dibatasi
amplitudanya.
3) Detektor FM

Karena sinyal suara ditransmisikan dengan pembawa modulasi frekuensi (FM), maka
mula-mula harus dirubah dahulu menjadi pembawa yang dimodulasi amplituda kemudian sinyal
suaranya dapat dideteksi dengan detektor amplituda. Cara lain yang lebih lazim yaitu dengan
rangkaian detektor FM yang disebut rangkaian detektor rasio, dengan rangkaian detektor yang
telah diperbaiki slopenya (kemiringannya). Pada waktu ini karena adanya kemajuan IC
digunakan rangkaian detektor diferensial puncak.

4) Rangkaian deempasis

Pada umumnya, dalam transmisi modulasi frekuensi daerah respon frekuensi tinggi sinyal
pemodulasi rasio S/N nya rusak (berharga rendah). Untuk mengatasi keadaan tersebut maka pada
pemancar digunakan daerah frekuensi tinggi sinyal-suara-pemodulasi dengan modulasi yang
lebih kuat. Sebaliknya pada penerima untuk mengoreksi karakteristik modulasi itu harus
digunakan rangkaian deempasis.

 Bagian bagian Speaker

1) SUSPENSION

Berfungsi untuk menarik cone supaya tetap berada pada posisi semula setelah bergerak maju
mundur.Suspension juga berfungsi untuk menghubungkan cone ke kerangka speaker. Suspension
memiliki pengaruh yang besar terhadap kualitas suara,dikalangan pemain audio mobil bayak
yang menyebut suspension ini dengan nama spon dan juga bumper.Karena suspension umumnya
terbuat dari kertas , spon dan karet.

2) CONE

Cone bagian speaker yang menggerakkan udara disekitarnya,maka semakin besar ukuran
cone semakin besar udara yang digerakkan/digetarkan.Dikalangan pemain audio cone biasa
disebut dengan daun speaker.Bahan dari cone umumnya terbuat dari kertas dan plastik.

3) VOICE COIL

Voice coil adalah bagian yang menggerakkan cone dan suspension,terjadinya gerakan akibat
dari sinyal listrik yang melewati voice coil hingga terjadi perubahan arah magnet.Posisi Voice
coil tepat berada di tengah magnet, maka” ketika voice coil menerima aliran sinyal listrik akan
ada proses elektromagnetik “Tarik menarik maupun tolak menolak” menyesuaikan dengan aliran
listrik yang diterima voice coil.Voice coil berupa kumparan , umumnya dengan lilitan kawat
tembaga yang halus. Dikalangan pemain audio Voice coil biasa disebut denga spull speaker.

4) MAGNET

Magnet yang ada pada speaker sifatnya permanen (tidak berubah-ubah) Yang sifatnya
berubah-ubah hanya voice coil ketika dialiri sinyal listrik. Maka ketika voice coil dialiri sinyal
listrik akan ada medan magnet kemudian berinteraksi dengan magnet yang permanen dan
akhirnya menimbulkan gerakan/getaran. Dan dari gerakan / getaran itulah yang menjadi suara.

 Jenis jenis speaker yang umum dipakai

1) TWEETER

Tweeter merupakan speaker yang bekerja pada frekuensi tinggi.Rentang frekuensi yang
dihasilkan tweeter tergantung dari jenis , merk dan typenya,contohnya tweeter jenis dome dapat
menghasilkan sekitar 80hz-21khz dan begitu juga dengan tweeter lainnya.Tidak ada ukuran
standar frekuensi pada speaker,yang ada adalah tweeter menghasilkan suara pada frekuensi
tinggi dan secara umum tweeter bertugas pada frekuensi 1khz-20khz .Dan tweeter yang mampu
menghasilkan frekuensi di atas 20 Khz disebut SUPER TWEETER.
2) MID RANGE

Midrange adalah speaker yang bekerja pada frekuensi tengah mendekati frekuensi tinggi ,
umumnya berfungsi untuk mengisi rentang suara pada frekuensi sekitar 350-4500Hz. Midrange
umumnya tergabung dalam sistem speaker 3 way , dalam sistem 2 way mid range tidak
digunakan. Speaker mid range mengisi suara tengah agar semakin fokus dan jelas,seperti suara
vokal penyanyi akan terdengar lebih jelas dan lebih detil.

3) MID BASS

Mid bass biasa juga disebut dengan mid woofer, umumnya berfungsi untuk menghasilkan
suara pada rentang frekuensi sekitar 80Hz-350 Hz , suara yang di hasilkan dominan ke bass
(suara rendah).Mid bass untuk sistem 2 way menyesuaikan rentang frekuensi ke tweeter. Dan
untuk sistem 3 way menyesuaikan rentang frekuensi ke mid range.

4) WOOFER

Woofer bertugas untuk menghasilkan suara pada frekuensi rendah,rentang frekuensi sekitar 100
Hz dan speaker yang dapat menghasilkan suara pada rentang frekuensi 40 Hz kebawah disebut
dengan SUB WOOFER.

6. Prinsip kerja detector audio dan detector video

1. Detector Video

Sinyal video komposit dari output penguat IF gambar dideteksi oleh detektor video.
Biasanya digunakan sebuah dioda detektor untuk mendeteksi video itu karena iya mempunyai
sifat linieritas yang baik dan juga distorsinya kecil.

Sinyal video komposit terdiri dari sinyal luminan, sinyal krominan dan sinyal
sinkronisasi. Untuk menghasilkan gambar yang bagus tidak diperlukan sinyal suara; bahkan
sinyal suara itu agak mengganggu karena adanya interferensi pelayangan. Beberapa penjebak
frekuensi (frequency trap) disetel pada frekuensi sinyal suara yang dipasang pada penguat IF dan
detektor video agar komponen suara diredam (penjebak frekuensi berfungsi membuang frekuensi
yang tidak dikehendaki).
2. Detector audio
a. Detektor 5,5 MHz

Dalam TV berwarna bila pembawa suara 5,5 MHz dicampur dengan sinyal video maka
timbul interferensi pelayangan (beat) sebesar 1070 kHz pada gambar yang diterima. Untuk
mencegahnya, pembawa suara dihilangkan sebelum detektor video. Pembawa suara diambil dari
tingkat di muka detektor video. Dalam hal ini digunakan detektor 5,5 MHz.

b. Detektor FM

Karena sinyal suara ditransmisikan dengan pembawa modulasi frekuensi (FM), maka
mula-mula harus dirubah dahulu menjadi pembawa yang dimodulasi amplituda kemudian sinyal
suaranya dapat dideteksi dengan detektor amplituda. Cara lain yang lebih lazim yaitu dengan
rangkaian detektor FM yang disebut rangkaian detektor rasio, dengan rangkaian detektor yang
telah diperbaiki slopenya (kemiringannya). Pada waktu ini karena adanya kemajuan IC
digunakan rangkaian detektor diferensial puncak.

7. Prinsip kerja daerah VIF dan bus warna pada TV

1) VIF.( video IF )

Video IF merupakan sebuah Band Pass Amplifier yang berfungsi untuk mempekuat
frekwensi menengah atau IF (Intermediate Frequency) sinyal pembawa gambar yang berasal dari
keluaran Tuner agar levelnya mencukupi untuk dideteksi oleh bagian video detektor. Untuk
sistim PAL BG seperti di Indonesia spektrum frekwensi penguat video IF menggunakan center
pada frekwensi 38.9Mhz untuk IF sinyal pembawa gambar (video carrier) dan 33.4Mhz untuk
sinyal IF pembawa suara (sound carrier)

2) Bagian – bagian dari VIF


a. Penyesuai impedansi input (Impedance Matching)

Sirkit yang terdiri dari resistor dan kapasitor atau induktor (coil) untuk menyesuaiakan
dengan impedansi output Tuner.
b. IF Pre amplifier

Pemakaian SAW filter menyebabkan terjadi kerugian level sinyal video IF atau istilah
teknisnya “insertion loss”. Sebuah penguat Pre-amp yang menggunakan sebuah transistor
digunakan untuk meg-“kompensasi” akibat kerugian ini.

c. SAW filter (Surface Acoustic Wave)

Merupakan “filter band pass” yang hanya akan melewatkan frekwensi pembawa gambar
dengan center frekwensi 38.9Mhz dan sinyal pembawa suara dengan center frekwensi
33.4Mhz. Atau secara keseluruhan SAW fiter mempunyai “frekwensi respons” (melewatkan
hanya frekwensi) mulai dari 33.15 hingga 40.15Mhz.

d. Penguat IF

Umumnya sirkit penguat IF menggunakan tiga tingkat penguat kaskade untuk


memperkuat sinyal video IF. Sirkit menggunakan “balance input” dari SAW filter.

e. AGC (Automatic Gain Control)

Sinyal gambar dimodulasikan menggunakan sistim AM (amplitudo modulasi). Oleh


karena itu cacat amplitudo akan dapat menyebabkan gambar rusak. Penguat video IF
dirancang agar keluaran dari sirkit video detektor adalah konstant sebesar 2v pp. Padahal
kekuatan sinyal RF input yang diterima oleh antena berbeda-beda pada setiap stasiun
pemancar. Jika sinyal RF yang diterima antena terlalu kuat, maka dapat mnyebabkan sinyal
keluaran melebihi 2v pp, dan hal ini dapat menyebabkan sinkronisasi sinyal gambar cacat
atau hilang sama sekali karena terpotong (clipped). Untuk mencegah hal ini terjadi maka
digunakan sirkit AGC, yang fungsinya adalah untuk “mengurangi faktor penguatan” bagian
penguat video IF jika sinyal RF yang diterima terlalu kuat, dengan tujuan untuk menjaga agar
level keluaran sinyal video tetap terjaga konstan pada level 2v pp. AGC bekerja dengan
sistim loop umpan balik tertutup, kuat lemahnya sinyal keluaran dari sirkit video detektor
digunakan sebagai umpan balik untuk pengendalian faktor penguatan pada bagian IF
amplifier dan Tuner.
f. PLL atau VCO video detektor

Istilah lainnya yang kadang digunakan untuk sirkit ini adalah Video demodulator, Low
level detector. Teve jaman kuno detektor menggunakan diode germanium yang bekerja
seperti prinsip diode penyearah. detektor semacam ini mempunyai kelemahan dimana
informasi gambar akan kehilngan deteil pada sinyal gambar yang levelnya kecil. Sehingga
saat ini video detektor menggunakan sirkit low level detektor. Sistim kerjanya secara detail
bermacam-macam tergantung dari desain pabrikan ic tersebut.

g. AFT (Automatic Fine Tuning)

Karena faktor kelembaban, faktor panas, faktor waktu pemakaian teve maka frekwensi
tuning pada Tuner dapat bergeser karena karakteristik komponen-komponennya yang
berubah. Dimana hal ini dapat menyebabkan warna hilang atau suara ngeses/kemresek.
Untuk menjaga problem seperti ini terjadi maka digunakan sirkit AFT.

Jika tegangan tuning bergeser maka akan mengakibatkan frekwensi keluaran dari tuner tidak
lagi tepat pada 38.9Mhz, misalnya keluaran menjadi 38 Mhz. Sirkit AFT akan
membandingkan frekwensi keluaran ini dengan frekwensi referensi coil AFT yang diadjust
tepat pada 38.9. Kalau ada perbedaan frekwenis sirkit AFT akan meng-output-kan “tegangan
koreksi dc” lewat pin AFT-out ke bagian mikrokontrol, dan mikrokontrol akan mengkoreksi
tegangan tuning yang bergeser ini sehingga frekwensi keluaran dari tuner kembali tepat pada
38.9Mhz. Jadi tepatnya sirkit AFT berfungsi untuk menjaga keluaran dari tuner agar selalu
tepat pada frekwensi 38.9Mhz.

Pada sirkit model lama AFT masih membutuhkan eksternal coil yang harus diadjust tepat
pada frekweni 38.9Mhz, tetapi pada model-model baru eksternal coil sudah tidak diperlukan
lagi.
h. Noise Inverter

Sirkit noise inverter dipasang sesudah sirkit video detektor. Digunakan untuk
menghilangkan gangguan noise frewkwnsi tinggi. yang ada pada sinyal gambar (video).

i. Video Indentifikasi (ID)

Istilah lainnya adalah SD (Sync Detect) atau HS (Hor Sync). Merupakan sirkit yang akan
meng-output-kan tegangan pulsa dc jika bagian penguat video IF menerima siaran teve.
Sinyal ini sebenarnya merupakan sinyal “sinkronisasi horisontal”.

Sinyal ini digunakan untuk membedakan antara sinyal tv dari gangguan sinyal lainnya yang
mungkin diterima antena,.

 Burst color

Sinyal Video TV Berwarna

Sinyal televisi berwarna dinyatakan sebagai jumlah dari sinyal terang dan sinyal warna.
Karena sinyal terang sama seperti pada televisi tidak berwarna, komponen-komponen
frekuensinya terbatas dalam 0 sampai 4 MHz. Sinyal warnanya dipasang pada subcarrier 3,58
MHz. Subcarrier ini amplitudonya dan fasanya dimodulasi sesuai dengan amplitudo dan fasa dari
sinyal yang dimaksudkan. Ditinjau dari segi spektrum, sungguhpun sinyal warna jalur
frekuensinya luas dengan pusatnya pada 3,58 MHz, tetapi komponen frekuensinya yang berada
diatas 4 MHz. Mengenai sinyal corak warna, jalur frekuensinya amat sempit dibandingkan sinyal
terang. Sebagai akibat dari penggabungan sinyal warna dengan sinyal terang kita dapati jalur
frekuensi yang hampir lebih sempit dari 4 MHz. Sinyal warna terdapat dari hasil modulasi
subcarrier 3,58 MHz dngan catatan kejenuhan warna oleh hasil modulasi amplitudonya dan
corak warna oleh modulasi fasanya. Sinyal ”color burst” dipergunakan sebagai dasar untuk
pengaturan fasanya (corak warna) pada pihak penerimaan dari sinyal televisi. Sinyal video yang
terjadi, dikirim ke pemancar melalui rantai pengulang (relei), sesudah diatur dalam ruang
subkontrol dan ruang kontrol utama. Proses ini sama seperti pada penyaluran televisi tidak
berwarna.
Frekuensi dari carrier untuk sinyal audio (4,5 MHz lebih tinggi dari carrier untuk sinyal
video) ditambahkan pada lebar jalur aturan televisi untuk pelaksanaan penyaluran sinyal audio
secara modulasi frekuensi. Dengan demikian jumlah lebar jalur yang ditempati oleh televisi
sampai 6 MHz. Proses selanjutnya seperti penggabungan sinyal video dengan sinyal audio pada
pemancar, yang kemudian dipancarkan ke udara sebagai gelombang V.H.F atau U.H.F melalui
antena, juga serupa pada televisi tidak berwarna.

8. Gambar bagian switch yang berhubungan dengan IC data.

Prinsip kerja dari rangkaian tersebut adalah ketika tombol ditekan secara otomatis tombol
menghubungkan secara langsung pin SCL dan pin SDA dengan ground tetapi masih dihambat
menggunakan resistor dengan nilai berurutan dari nilai resistor terkecil pada sw1 dengan resistor
terbesar pada sw7. Tujuannya adalah ada IC dapat membedakan perintah untuk tombol satu
dengan tombol lainnya.
9. Pertanyan mengenai materi di atas

Pertanyaan no 1:
1) Apakah kelebihan dari Power Supply yang menggunakan rangkaian pembangkit
pulsa ?
2) Pada rangkaian Power Suplly TV komponen apakah yang menjadi driver untuk
membangkit pulsa ?
Jawaban :
1) Lebih ringan dan ukuran lebih kecil. Regulator linear membutuhkan trafo 50Hz
yang mempunyai inti besi yang berat. Makin besar daya (Watt) makin besar dan
berat ukuran tranfonya. Sedang SMPS menggunakan frekwensi diatas 20Khz.
Makin tinggi frekwensi switching, maka ukuran tranfo dan kapasitor filter
semakin kecil Dan Lebih efisien pemakaian daya listrik. Regulator switching lebih
sedikit menghasilkan panas, berarti lebih sedikit daya listrik yang hilang.
2) Komponen optocoupler atau photocoupler

Pertanyaan no 2 :
1) Mengapa sinyal pulsa horizontal perlu dilakukan penguatan ?
2) Apakah salah satu kompnen yang memiliki bagian primer dan sekunder pada
daerah horizontal TV
Jawaban :
1) Karena Amplitudo/level sinyal pulsa horisontal dari output osilator horisontal
tidak cukup untuk menggerakkan transistor final secara langsung.
2) FBT atau Flyback transfomator

Pertanyaan no 3 :
1) Jelaskan pin G1 !
2) Komponen manakah yang menjadi komponen terpenting untuk pensupply
tegangan agar rangkaian RGB dapar bekerja ?
Jawaban
1) Pin G1 merupakan pin yang terhubung dengan diode posisi terbalik sehingga
keluarnya adalah tegangan minus antara – 100 VDC sampai dengan -175VDC
2) Tiga buah transistor dengan kode nomer Q922, Q902 dan Q912

Pertanyaan no 4 :
1) Apakah fungsi dari pin AGC pada kaki tuner ?
2) Bagaimanakah cara kerja dari pin AGC pada tuner ?
Jawaban
1) AGC yang berfungsi untuk mengatur penguatan secara otomatis, level tegangan
pada pin ini secara otomatis akan mengikuti tingkat level kuat tidaknya sinyal RF
yang masuk, tegangan berasal dari blok IF.
2) Cara kerjanya secara umum yaitu semakin kuat sinyal RF yang masuk/ditala,
semakin kecil tegangan pada pin ini. Tegangan yang bervariasi pada pin ini
bersumber dari penguat AGC pada blok IF.
3)

Anda mungkin juga menyukai