A. Pendahuluan
Pulse oximetri berfungsi mengamati saturasi oksigen darah. Hal ini
dilakukan untuk menjamin kadar oksigen cukup pada pembuluh darah. Biasanya
dipakai pada pasien yang mengalami under anesthesia, neonates (bayi baru lahir
yang berusia di bawah 28 hari (Stoll, 2007), pasien yang mengalami kondisi buruk
(critically). Alat ini menampilkan frekuensi denyut jantung dan saturasi oksigen,
parameter yang menjadi andalan dan sangat berguna untuk mengetahui kondisi
pasien saat pemeriksaan. Oksimeter termasuk alat medis non invasive dan
portabel. Mengingat pentingnya peranan oksigen dalam tubuh manusia maka
informasi tentang kadar oksigen dalam darah merupakan hal yang penting untuk
mengetahui kondisi kesehatan tubuh. Jika tubuh manusia kekurangan atau
kelebihan oksigen maka akan menimbulkan penyakit dan gangguan system kerja
tubuh yang lain. Beberapa penyakit yang ditimbulkan karena kekurangan atau
kelebihan oksigen antara lain adalah hipoksemia, amnemia, dan lain sebagainya.
Pada tingkat tertentu penyakit tersebut dapat menimbulkan resiko kematian.
Transport oksigen dalam darah ada dua bentuk yaitu yang terlarut dalam plasma
dan terikat dengan hemoglobin. Normalnya, sekitar 97% oksigen yang ditransport
dari paru-paru ke jaringan terikat dengan hemoglobin dan sisanyanya 3 % terlarut
dalam plasma.
B. Manfaat Penelitian
Adapun manfaat yang didapat dari tujuan penelitian adalah sebagai berikut :
1. Mengetahui fungsi dari pulse oximetry sebagai alat untuk menghitung saturasi
oksigen dalam darah.
2. Mengetahui bahwa pentingnya kadar oksigen didalam darah. karna jika
kekurangan dan kelebihan kadar oksigen didalam darah dapat menimbulkan
penyakit hinggga megakibatkan kematian.
C. Tinjauan Pustaka
Pulse Oximetry
Pulse Oximetry berfungsi mengamati saturasi oksigen darah. Hal ini
dilakukan untuk menjamin kadar oksigen cukup pada pembuluh. Biasanya
dipakai pada pasien yang mengalami under anesthesia, neonates (bayi baru
lahir yang berusia di bawah 28 hari (Stoll, 2007), pasien yang mengalami
kondisi buruk (critically). Alat ini menampilkan frekuensi denyut jantung
dan saturasi oksigen, parameter yang menjadi andalan dan sangat berguna
untuk mengetahui kondisi pasien saat pemeriksaan. Oksimeter termasuk
alat medis non invasive dan portabel. Prinsip dasar oximetry menggunakan
cahaya dalam analisis spektral untuk pengukuran saturasi oksigen, yaitu
deteksi dan kuantifikasi komponen (hemoglobin) dalam larutan. Saturasi
oksigen adalah persentase total hemoglobin yang membawa atau
mengandung oksigen. Oksimeter pulsa menggabungkan dua.
Patient Monitor
Patient monitor adalah suatu alat yang digunakan untuk memantau
vital sign pasien yang berupa detak jantung, nadi, tekanan darah,
temperature,dan bentuk pulsa jantung secara terus menerus.
a. Detak jantung (EKG)
EKG adalah suatu gambaran grafis mengenai gambaran puncak
aktifitas elektrik dari serabut otot jantung,berupa kurva tegangan fungsi
waktu yang terdiri dari bebagai puncak (Heru, 2008). Sebuah EKG dapat
digunakan untuk mengukur denyut jantung,mendiagnosis adanya infark
mikroad yang sedang berkembang, mengindentifikasi aritma dan efek dari
obat dan peralatan yang digunakan pada penanganan jantung. Adanya
konduksi jantung dapat menghasilkan impuls listrik secara ritmis yang
menyebabkan adanya kontraksiritmis otot jantung yang disebut ritme
jantung, mengirim potensial otot jantung dan menyebabkan terjadinya
detak jantung.
c. Temperature
d. Respirasi
e. SpO2
Arduino Uno R3
Arduino uno R3 adalah papan pengembangan mikrokontroler yang
berbasis chip ATmega328P. Arduino uno memiliki 14 digital pin input /
output (atau biasa ditulis I/O, dimana 14 pin diantara lain pin 0 sampai 13),
6 pin input analog, menggunakan crystal 16 MHz antara pin A0 sampai A5,
koneksi USB, jack listrik, header ICSP dan tombol reset. Hal tersebut
adalah semua yang diperlukan untuk mendukung sebuah rangkaian
mikrokontroler.
D. Metode Penelitian
Jenis Penelitian
Pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode
eksperimen. Metode eksperimen yaitu suatu variable yang dimanipulasi
dan jenis respon yang diharapkan dinyatakan secara nyata, jelas dalam
waktu hipotesis,juga kondisi kondisi yang akan dikontrol sudah tepat.
Prosedur Penelitian
Prosedur penelitian dimulai dari pengumpulan teori-teori
pendukung tentang mikrokontroler ATmega328, Pulse Sensor, LCD
sebagai tampilan dan komponen pendukung lainnya, perancangan
pulseoximetry, perakitan, pengujian setiap rangkaian yang digunakan pada
alat serta pengujian alat secara keseluruhan. Rancang bangun peralatan
merupakan hal yang sangat pokok dalam pembuatan proyek laporan akhir
ini. Tahap perencangan merupakan perwujudtan dan awal dari pembuatan
proyek akhir ini. Dalam tahap ini akan meliputi beberapa perencangan
hingga terwujudnya satu kesatuan sesuai dari hasil rancangan yang
diinginkan. Didalam melakukan perencangan sangat diperlukan buku-buku
petunjuk dari teori-teori pendukung yang berkaitan dengan perancangan
alat yang akan dibuat sehingga pada akhirnya hasil perancangan yang baik.
Metode Perancangan
Perancangan adalah tahap penting dalam pembuatan suatu
perangkat elektronik tetapi sebelum melakukan perencangan terhadp benda
kerja maka terlebih dahulu dipersiapkan suatu perencangan yang baik
untuk mendapatkan yang baik yang memuaskan.
F. Kesimpulan
Setelah melakukan pengujian dan penganalisaan terhadap rancang bangun
pulse oximetri serta berdasarkan hasil pendataan dan analisa pada rangkaian yang
didukung oleh teori-teori penunjang yang ada, maka dapat disipulkan oleh penulis
adalah:
1. Sistem kerja pada alat pulse oximetry dimana IR sebagai sumber cahaya
dipasangkan
2. Pengaruh saturasi oksigen dalam darah adalah Jika tubuh manusia kekurangan
atau kelebihan oksigen maka akan menimbulkan penyakit dan gangguan system
kerja tubuh
yang lain.
3. Disain sensor harus benar dalam peletakan jari tangan dengan Heart Beat
Sensor. Karena apabila peletakan jari tangan tidak sesuai maka hasil tidak akan
akurat.
RESUME JURNAL
MONITORING HEART RATE DAN SATURASI OKSIGEN MELALUI
SMARTPHONE
A. Pendahuluan
B. Metode Penelitian
Selain data pembacan sensor dapat dikirimkan, data juga dapat dilihat
secara langsung menggunakan LCD Tft Nextion 3.5. rangkaian interface LCD Tft
Nextion 3.5 dengan mikrokontroller arduino nano seperti gambar 4. Rangakain
interface LCD Tft Nextion 3.5 dibawah ini.
D. Kesimpulan
a) Selisih pembacaan nilai heart rate dan saturasi oksigen pada alat dan pasien
monitor terbesar 0,8% untuk heart rate dan 1% untuk saturasi oksigen.
b) Pengiriman data hasil pembacaan sensor heart rate dan saturasi oksigen
berhasil dimonitoring secara langsung melalui smartphone.
c) Pembacaan nilai heart rate dan saturasi oksigen yang berbeda antara
tampilan di LCD dan Smarphone dikarenakan waktu pengiriman data
pembacaan yang tidak sama
DAFTAR PUSTAKA
RESUME JURNAL 1 :
http://e-journal.sari-mutiara.ac.id/index.php/tekesnos/article/view/1545
RESUME JURNAL 2 :
https://jurnal.umk.ac.id/index.php/simet/article/view/3024/1680
RESUME JURNAL
PERANCANGAN PULSE OXIMETRY (SPO2) DENGAN SISTEM
ALARM PRIORITAS SEBAGAI VITAL MONITORING
TERHADAP PASIEN
A. Intisari
Pulse oximetry merupakan suatu metode non-invasive yaitu metode
pengukuran dari luar tubuh untuk pengukuran nilai saturasi oksigen dan pulse
rate yang merupakan parameter vital untuk pendeteksian lebih dini terhadap
kekurangan oksigen tingkat lanjut. Metode non-invasive menggunakan prinsip
penyerapan panjang gelombang cahaya merah (660 nm) dan inframerah (940
nm) yang dideteksi oleh photodioda sebagai detektor pada saat adanya aliran
darah yang mengalir melewati pembuluh darah pada ujung jari tangan.
Penelitian ini menambahkan suatu sistem alarm prioritas sebagai
penanda kondisi yang tidak baik pada pasien sehingga kondisi pasien dapat
terus teramati. Sistem alarm prioritas akan berfungsi ketika nilai dari saturasi
oksigen berada di bawah nilai 92% dan nilai pulse rate kurang dari 60
pulsa sehingga memerlukan penangan lebih lanjut agar tidak terjadi
hal yang membahayakan pasien.
B. Pendahuluan
Dalam sebuah institusi seperti rumah sakit, keberadaan alat monitoring
sangat penting untuk memantau kondisi pasien yang membutuhkan perawatan
segera sehingga menjadi kebutuhan dasar untuk bertahan hidup. Pada manusia,
oksigen dalam darah mengubah glukosa menjadi energi bagi tubuh.
Fungsi alarm prioritas dalam pengukuran dan pemantauan pasien dengan
menggunakan pulse oximetry sangat penting untuk pencegahan terjadinya
kegagalan dengan resiko tinggi terhadap pasien.
C. Tinjauan Pustaka dan Landasan Teori
Pulse oximetry merupakan salah satu alat untuk memonitor keadaan
saturasi dalam darah (arteri) pasien, untuk membantu pengkajian fisik pasien tanpa
harus melalui analisa tes darah. Oksigen dalam darah sebagian besar berbentuk
hemoglobin, jadi saturasi oksigen dari darah yang diukur oleh pulse
oximetry adalah persentase dari hemoglobin yang mengikat oksigen
dibandingkan dengan jumlah total hemoglobin di dalam darah (Putra, 2006).
Monitoring terhadap jantung sangat penting dilakukan mengingat tubuh
manusia secara kontinu melakukan sirkulasi darah ke seluruh tubuh termasuk
untuk mengalirkan oksigen ke seluruh tubuh. Nilai dari heart rate diperoleh dari
pengukuran pulse rate dengan memeriksa titik pulsa pada tubuh dan menghitung
jumlah denyut per menit. Pada jari tangan manusia terdapat pembuluh darah
yang memiliki frekuensi atau irama aliran darah yang merupakan representasi
dari frekuensi pulse rate itu sendiri (Darwinsa, 2011).
1. Sistem oksigenasi
Sistem oksigenasi merupakan sistem yang berpengaruh terhadap
pertukaran oksigen di dalam tubuh. Dalam sistem oksigenasi
terdapat tiga proses yang berpengaruh terhadap pertukaran
oksigen yaitu :
1) Proses ventilasi paru
2) Proses respirasi eksternal
3) Proses respirasi internal
2. Saturasi oksigen
Saturasi oksigen adalah persentase hemoglobin yang mengikat
oksigen dibandingkan dengan jumlah total hemoglobin yang
berada di dalam tubuh. Peningkatan oksigen pembawa
kapasitasdarah, dalam kondisi fisiologis normal, hampir 98% dari
O2 diangkut dalam darah arteri dan dikombinasikan dengan
hemoglobin (Hb).
3. Pulse Oximetry (Spo2)
Pulse oximetry adalah suatu metode non invasive untuk mengukur
konsentrasi oksigen dalam darah . Pulse oximetry mengukur
saturasi oksigen dalam pembuluh darah arteri terutama dalam
hemoglobin . Hal ini memungkinkan penentuan absorbsi karena
darah arteri berdenyut sendiri, termasuk darah vena, kulit, tulang,
otot, dan lemak.
Berdasarkan rasio perubahan absorbsi cahaya merah dan
inframerah, yang disebabkan oleh perbedaan warna antara oksigen
yang terikat (merah cerah) dan oksigen tidak terikat (gelap merah
atau biru, pada kasus yang berat) hemoglobin darah, saturasi
oksigen dapat dibuat atau diambil nilainya.
D. Metodologi Penelitian
Pulse oximetry merupakan alat medis non-invasive yang digunakan
untuk pemeriksaan kondisi pasien. Pulse oximetry pada penelitian ini dirancang
untuk menampilkan frekuensi pulse dengan menggunakan perangkat-perangkat
yang diperlukan. Pengujian akan dilakukan kepada lima orang yang
berbeda dengan melakukan pengukuran pada lima jari yang berbeda setiap
orangnya.
Perancangan perangkat keras Pulse oximetry menggunakan alat dan bahan
sebagai berikut:
a) Catu daya 9 volt DC.
b) Mikroprosesor ATmega 8535 sebagai pengontrol masukan dan
keluaran pada pulse oximetry.
c) Sensor oksigen yang menggunakan Light Emitting Dioda (LED)
merah dan inframerah yang memiliki panjang gelombang berbeda
serta photodioda sebagai pendeteksi sinyal.
d) LCD dengan konfigurasi 16 karakter sebagai penampil keluaran
nilai yang terukur.
e) LED sebagai indikator kondisi pasien.
f) Alarm sebagai penanda terjadi kesalahan pada pasien.
Pulse oximetry mengolah sinyal yang disadap oleh sensor pada jari tangan.
Pada jari tangan terdapat banyak pembuluh darah kapiler yang merupakan
penghubung pembuluh darah vena dan arteri. Pada ujung jari, jika diraba akan
terasa denyutan yang disebut pulse rate. Denyutan ini merupakan refleksi dari
denyut jantung (heart rate).
Sinar merah dan inframerah akan menembus permukaan kulit dan
menyinari pembuluh darah yang melewatkan darah. Ketika hemoglobin yang
mengandung oksigen melewati sinar merah dan inframerah, maka sinar yang lebih
banyak diserap adalah sinar merah sedangkan sinar inframerah diteruskan. Ketika
hemoglobin yang tidak membawa oksigen melewati kedua sinar tersebut, sinar
merah tidak mampu menembus dan hanya sinar inframerah yang dapat diserap.
Digunakan dua buah rangkaian penyearah presisi untuk
menyearahkan sinyal AC. Rangkaian penyearah yang pertama berada setelah LPF
dan berfungsi untuk menyearahkan seluruh tegangan total yang masuk
rangkaian. Keluaran dari penyearah ini akan langsung diteruskan pada
mikrokontroler sebagai tegangan total arus yang masuk pada
rangkaian.
Proses pengukuran pulse rate dengan mengolah sinyal keluaran dari
rangkaian penyearah presisi pertama yaitu yang berada setelah LPF. Sinyal yang
sudah disearahkan akan masuk pada rangkaian penguat selisih yang berfungsi
untuk menguatkan sinyal yang menjadi selisih antara kedua masukannya. Kedua
masukan tersebut adalah sinyal dari penyearah presisi dan umpan balik yang
dikirim DAC dari mikrokontroler. Selisih antara kedua sinyal tersebut akan
dikuatkan oleh penguat selisih dan keluarannya akan di kirim ke rangkaian penguat
tegangan untuk dikuatkan sehingga denyutan dari sinyal dapat terlihat dan
pembacaan denyut menjadi lebih mudah.
E. Pengujian dan Analisa
Pengujian hasil pengukuran ini merupakan pengujian terhadap dua
parameter yang dirancang pada pulse oximetry yaitu SpO2 dan pulse rate.
Kedua parameter ini berfungsi sebagai monitoring sehingga perlu didapatkan
nilai yang akurat disetiap pengukurannya. Pengujian dilakukan dengan
mengukur kadar saturasi oksigen pada jari telunjuk subjek. Dari pengujian
terhadap pengukuran pulse oximetry maka didapat hasil seperti pada tabel berikut.
E. Kesimpulan
Penelitian ini telah memvalidasi oximeter hasil rancang bangun sendiri
dengan nilai akurasi rata-rata 87,17% simpangan rata-rata 12,82 %. Hal tersebut
mengindikasikan hasil yang cukup baik dan berpotensi untuk dikembangkan lebih
lanjut.
Rancang Bangun Sistem Monitoring Denyut Jantung SpO2 dan Suhu Tubuh
Penderita COVID-19 Berbasis IoT
Gambar 1. Skema elektrik alat monitoring denyut jantung, saturasi oksigen (SpO2),
dan suhu tubuh penderita COVID-19
Sensor denyut jantung yang digunakan adalah AD8232 keluaran Grove. Dalam
Sensor ini terdapat led hijau dan photodiode, cahaya yang keluar dari led akan diserap
sebagian oleh pembuluh darah dan sebagian lagi akan dipantulkan, intensitas pantulan
cahaya ini yang nantinya akan di terima oleh photodiode dan diterjemahkan menjadi
laju denyut jantung permenit. Hasil pengukuran dari sensor ini dipengaruhi oleh
tebalnya kulit dan banyaknya pembuluh da rah dibawah kulit. Idealnya sensor ini
diletakkan di jari namun pada penelitian kali ini peneliti mencoba meletakkannya di
pergelangan tangan. Hasilnya sensor bekerja kurang maksimal, terkadang hasil
pembacaan melebihi 150 bpm padahal hasil ukur menggunakan oximetry hanya
mencapai 90 bpm.
Sensor saturasi oksigen yang digunakan dalam penelitian ini adalah MAX 30100.
Idealnya sensor diletakkan di jari namun bisa juga dibagian tubuh lain yang memiliki
pembuluh darah pada penelitian ini peneliti meletakkannya di pergelangan tangan.
MAX 30100 menggunakan Led merah, infrared dan photodiode, keluaran infrared dan
led merah akan dipantulkan oleh pembuluh darah kemudian ditangkap oleh photodiode,
perbandingan intensitas cahaya led dan inframerah inilah yang kemudian diterjemahkan
menjadi banyaknya oksigen dalam darah dimana perbandingan intensitas infrared dan
cahaya led bergantung pada saturasi oksigen dalam pembuluh darah. Cahaya keluaran
led merah terang dan redup secara periodik sehingga nilai saturasi oksigen hasil
pembacaan membesar dan mengecil secara periodik, nilai yang mendekati hasil ukur
oximetry adalah nilai ketika led merah menyala paling terang.
Sensor suhu yang digunakan dalam penelitian ini adalah MPU6050, sensor ini
biasanya digunakan untuk mengukur suhu ruangan namun dalam penelitian ini peneliti
menggunakannya untuk mengukur suhu tubuh. Sensor ditempelkan pada kulit tubuh
sehingga sensor akan membaca suhu tubuh. Hasil pembacaan sensor ini memang cukup
lama yakni 1 menit untuk kenaikan suhu 1oC namun memiliki hasil ukur yang akurat.
Di antara komunikasi sensor dan mikrokontroler terdapat multiplexer I2C yakni
TCA9548A. Multiplexer digunakan karena pada nodeMCU hanya ada sepasang pin i2c
sedangkan ketiga sensor dan oled masing-masing memerlukan sepasang pin i2c.
Multiplexer berfungsi sebagai selector yang mengatur jalannya data, memilih slave yang
dapat melakukan komunikasi serial dan slave mana yang harus menunggu. Jika tidak
ada multiplixer maka alat akan error dan berhenti bekerja.
Mikrokontroler yang digunakan adalah NodeMCU ESP8266, NodeMCU
ESP8266 dipilih sebagai mikrokontroler karena ukurannya yang kecil, bisa mengolah
data juga terkoneksi internet. Mikrokontroler berfungsi untuk pengolah data hasil
pembacaan sensor kemudian ditampilkan di lcd oled dan di kirimkan ke website
thingspeak.com.
Perangkat yang digunakan utuk menampilkan data adalah lcd OLED dengan
ukuran 128 x 64 pixel. Led-led dalam lcd ini akan menyala sesuai dengan program yang
dimasukkan sehingga bisa membentuk gambar atau tulisan.
Platform IoT yang digunakan untuk menampilkan data di website adalah
thingspeak. Data yang ditampilkan di website thingspeak berupa grafik yakni grafik data
pembacaan sensor terhadap waktu. Nilai dari grafik ini bisa disimpan atau didownload
sehingga memudahkan untuk melakukan analisis. Thingspeak ini bisa di akses
dimanapun dan kapanpun, bergantung pada koneksi internet pada saat itu.
Battrey yang digunakan adalah batrrey lithium polimer dengan kapasitas
1000mAh dan tegangan output 3,7 Volt. Dari hasil pengujian didapati dengan kapasitas
1000mAh alat mampu bertahan selama 6 jam. Tegangan input NodeMCU berkisar 3–5
Volt sehingga dengan tegangan batrrey 3,7 Volt NodeMCU dapat berfungsi dengan
baik.
Berikut ini merupakan flowchart program dalam penelitian ini.
Start
Inisialisasi
No
Yes
Input
Tampilan
OLED
Pengujian alat dilakukan pada sembilan responden dengan cara menempelkan alat
pada pergelangan tangan seperti pada Gambar 3. sebagai pembandingnya digunakan
oximetry dan termometer badan.
Hasil pembacaan laju denyut jantung mudah berubah sehingga menunggu setabil
untuk melakukan pencatatan, sedangkan pengambilan data saturasi oksigen diambil
ketika intensitas cahata led paling terang dan pengambilan data suhu tubuh menunggu
hasil pembacaan MPU6050 tidak mengalami kenaikan lagi.
Gambar 5. speedtest.net
KESIMPULAN
Telah berhasil dibuat alat monitoring denyut jantung, saturasi oksigen dalam darah,
dan suhu tubuh berbasis IoT. Hasil ukur denyut jantung masih menunjukan error yang
besar yakni sebesar 6,67% sedangkan hasil ukur saturasi oksigen dan suhu tubuh memiliki
error relatif kecil yakni sebesar 1,19 % dan 0,3 %. Hasil pengukuran dapat dilihat pada
website Thingspeak.com dalam bentuk grafik. Pengiriman data dengan kecepatan internet
1,27 Mbps alat berhasil mengirimkan 16 dari 220 data dengan jeda 16-60 detik. Peletakan
sensor denyut jantung yang tidak tepat memberikan error yang cukup besar.
DAFTAR PUSTAKA
Imanda, A. R., Zuhroh, S., & Tholib, M. A. (2020). Rancang Bangun Sistem Monitoring
Denyut Jantung Spo2 dan Suhu Tubuh Penderita Covid-19 Berbasis loT. Malang.
MONITORING SATURASI OKSIGEN MENGGUNAKAN SPO2 MAX 30100
BERBASIS ANDROID
A. Rancangan penelitian
Penelitian ini menggunakan sensor Max 30100 sebagai pengambilan data. Peneliti
melakukan pengambilan data sebanyak 5 kali pada 5 responden
2. Percobaan
Dalam studi ini, setelah desain jadi, dilakukan pengujian hasil dari pembacaan
sensor Max 30100. Hasil dari pembacaan dapat di monitoring ditampilkan di LCD
dan Blnyk vital monitoring terhadap kondisi pasien.
B. Blok diagram
Dalam penelitian ini, sensor Max30100 melakukan penyadapan Spo2. Kemudian data
tersebut diproses menggunakan WeMos D1 Mini serta ESP8266 yang nantinya akan
ditampilkan pada LCD serta terdapat aplikasi blynk untuk mengirimkan data menuju android
.
1. Max 30100
Max 30100 berfungsi sebagai penyadap Spo2.
2. LCD
LCD sebagai tampilan yang akan menampilkan hasil sadapan sensor
Max30100.
3. WeMos D1 mini Wifi
WeMos D1 mini Wifi sebagai pengolah data .
4. Aplikasi Blynk
Aplikasi Blynk adalah Aplikasi untuk iOS dan OS Android untuk mengontrol
WeMos D1, dapat di gunakan untuk mengendalikan perangkat hadware,
menampilkan data sensor dan lain-lain.
C. Diagram Alur
Pada saat alat mulai start maka
LCD akan menginisialisasi pada saat itu juga sensor Max30100 akan memulai
penyadapan sudah berjalan. Kemudian hasil akan ditampilkan pada layar LCD dan hasil data
akan dikirimkan melalui Aplikasi blynk ditunjukan pada gambar.2
Pada saat Aplikasi Blynk sudah terkoneksi internet kemudian data akan dikirimkan
melalui hospot wifi yang sudah terhubung dan akan ditampilkan di Aplikasi Blynk yang
sudah dibuat penampilan datanya.
D. Skema rangkaian
Perancangan perangkat keras untuk alat montoring Spo2 terdiri dari beberapa komponen
dasar yaitu sensor Max30100, Mikrokontroller WeMos D1 mini dan LCD 16x2. Sensor
yang digunakan adalah Max30100 karena tingkat akurasi yang baik dikarenakan sensor ini
adalah sensor digital sehingga mudah untuk di kalibrasi.
HASIL DAN PEMBAHASAN
Hasil yang didapat dari pengujian 5 kali percobaan didapat hasilnya cukup akurat
yaitu seperti pada tabel 1 berikut
Pada Tabel 1 terlihat nilai yang bervariasi tiap orangnya dikarenakan fluktuasi
pembacaan sensor terus berjalan sehingga terjad naik turun nilai namun tidak terlalu
signfikan. Jadi dilakukan 5 kali percobaan pada setiap orang dengan alat yang sama lalu nilai
yang dihasilkan di catat. Tingkat keakuratan alat bisa dilhat dari nilai yang hasilkan dan juga
nilai yang terbaca antara kadar1 hingga ke 5. Pada percobaan disimpulkan bahwa sensor
dapat mendeteksi dengan baik kadar oksigen dalam darah dengan akuratan sensor max30100
yang bisa dipakai ini dibuktikan dengan perbedaan kadar 1 hingga 5 tiap2 orang tidak terlalu
jauh bedanya.
DAFTAR PUSTAKA
(INTERNET OF THINGS)
Pendahuluan
Hemoglobin merupakan molekul protein di dalam darah yang berfungsi untuk mengikat
oksigen. Salah satu indikator yang sangat penting dalam suplai oksigen di dalam tubuh adalah
saturasi oksigen. Karena saturasi oksigen bisa menunjukkan apakah hemoglobin dapat
mengikat oksigen atau tidak. Sehingga kekurangan oksigen yang dapat mengakibatkan
rusaknya organ-organ yang penting dalam tubuh dapat ditanggulangi. Pemantauan saturasi
oksigen sangat penting bagi pasien yang baru selesai menjalani operasi, ataupun yang
Pengukuran dari denyut jantung dan denyut oksimetri merupakan faktor yang sangat penting
untuk mengetahui kondisi sistem kardiovaskular dari manusia. Persentasi dari saturasi darah
arteri dengan oksigen membantu untuk menunjukkan keefektifan sistem pernapasan pasien
Berdasarkan hasil telusur pustaka dari Pulse Oximeter yang pernah dibuat oleh Teguh
Pratomo (2016) tentang “Fingerstip Pulse Oxymeter Tampil PC (SpO2)”, disebutkan bahwa
Alat belum dilengkapi dengan penyimpanan untuk proses analisa sinyal Pleth dan perlu
penyempurnaan software agar tampilan mampu tersetting secara otomatis sesuai referensi
kepekatan darah setiap pasien. Kemudian penelitian ini dikembangkan oleh Muhammad
Alimul Husni (2017) dengan judul “Patient Monitor Tampil PC (SpO2 dan BPM)”,
ditemukan bahwa pada alat tersebut masih menggunakan Mikrokontroller AVr dan Tampilan
Delphi. Dan dikembangkan pula oleh Pramita Galuh Ajeng Pradana (2017) dengan judul
“Perancangan Alat Ukur Saturasi Oksigen dalam Darah Tampil LCD Grafik”, dimana pada
alat ini telah mampu menampilkan sinyal pada LCD grafik tetapi pemrograman yang
digunakan masih Avr dan alat belum dapat dijadikan untuk central monitoring. Ketiga alat
tersebut pun masih menghadapi masalah noise dari pergerakan tangan pasien dan perbedaan
spesifikasi finger sensor yang mempengaruhi hasil pembacaan. Berdasarkan telusur pustaka
diatas, penulis ingin menggunakan basis IoT (Internet of Things) sebagai tampilan dari sinyal
SpO2 untuk menjawab urgensi dari pemantauan sinyal SpO2 secara terusmenerus,
memudahkan perawat agar dapat melihat sinyal SpO2tanpa harus mendatangi pasien,
membantu dokter spesialis untuk mengakses data tersebut secara real-time dari mana saja,
serta dapat mendiskusikan hasil dari data tersebut dengan dokter spesialis lain. Data akan
ditampilkan pada Website ThingSpeak dan dilakukan analisis efektifitas alat, nilai eror dan
loss data pada sinyal sebelum dan setelah pengiriman. Dengan cara ini penulis dapat
menggunakan modul dengan harga yang terjangkau dan website yang memberikan fasilitas
pengolahan dan penyimpanan data, komunikasi antar pengguna dan warning jika data keluar
dari batas normal. Sehingga penulis dapat membuat alat yang lebih efisien dari alat yang
METODOLOGI PENELITIAN
Blok Diagram
Pembahasan
Rangkaian Astable dan Driver Spesifikasi dari rangkaian astable yang diperlukan adalah:
1. Menggunakan IC NE555.
4. Konektor J16 digunakan untuk mengukur output rangkaian astable dan driver.
Rangkaian Demultiplexer
1. Menggunakan IC CD4051.
3. Kaki 11, 10, 9 dan 6 pada IC dipergunakan untuk mengatur pengaktifan kaki output
Demultiplexer.
1. Menggunakan IC LF353
4. Konektor J4 sebagai output dari amplifier dan filter dari demultiplexer kaki 14.
5. Konektor J5 sebagai output dari amplifier dan filter dari demultiplexer kaki 13.
Pada rangkaian penguat pertama, output photo diode akan dihubungkan kapasitor sebagai
coupling untuk memblok tegangan DC dan hanya melewatkan sinyal dari output
demultiplexer. Sinyal tersebut akan masuk ke penguat pertama. Penguat yang digunakan
adalah penguat non-inverting dengan penguatan sebesar 101 kali. Untuk penguatan kedua
digunakan rangkaian yang sama seperti pada penguatan pertama, agar filter lebih dapat
menekan amplitudo pada saat melewati frekuensi cut off dan sinyal dikuatkan lagi sebesar
101 kali.
1. Mengatur time/div dan scale atau menekan tombol autoset pada osiloskop digital.
2. Memeriksa output pada konektor J4 dan J5 pada rangkaian amplifier dan filter
menggunakan osiloskop
1. Mengatur time/div dan scale atau menekan tombol autoset pada osiloskop digital.
osiloskop
berbeda/adanya selisih nilai. Nilai error yang didapat paling besar adalah 1,36% dan paling
kecil adalah 0,3%. Nilai ketidakpastian diperoleh karena masih adanya faktor luar, seperti
pergerakan dari responden dan lain-lain. Sehingga nilai ketidakpastian harus dihitung juga.
Kesimpulan
Berdasarkan hasil pembahasan dan tujuan pembuatan modul dapat disimpulkan bahwa: 1.
Pada rangkaian filter didapat hasil pendataan dari perhitungan dan pengukuran. Dari hasil
perhitungan dan pengukuran tersebut menghasilkan nilai error terbesar pada rangkaian high
pass filter 2,34 Hertz sebesar 0,14% dan nilai error terbesar pada rangkaian low pass filter
Analisis gas darah adalah metode pengukuran saturasi oksigen yang dilakukan dengan cara
mengambil sampel darah dari pembuluh darah arteri. Hasil analisis gas darah sangat akurat,
karena pengukurannya dilakukan di rumah sakit dan dikerjakan oleh tenaga medis
profesional.
Sementara itu, oximeter adalah alat pengukur saturasi oksigen yang berbentuk klip.
Pengukurannya dilakukan dengan cara menjepitkan oximeter pada jari tangan. Saturasi
oksigen kemudian akan diukur berdasarkan jumlah cahaya yang dipantulkan oleh sinar
inframerah, yang dikirim ke pembuluh darah kapiler.
Berbeda dengan analisis gas darah, pengukuran saturasi oksigen dengan oximeter bisa
dilakukan sendiri dengan mudah di rumah. Oximeter bahkan kini direkomendasikan oleh
Badan Kesehatan Dunia (WHO) untuk dimiliki di setiap rumah guna mengukur nilai saturasi
oksigen secara berkala.
Memahami Interpretasi Nilai Saturasi Oksigen
Hasil pengukuran saturasi oksigen yang dilakukan dengan analisis gas darah ditunjukkan
dengan istilah PaO2 (tekanan parsial oksigen). Sementara itu, hasil pengukuran saturasi
oksigen dengan menggunakan oximeter ditunjukkan dengan istilah SpO2.
Di bawah ini adalah cara membaca hasil pengukuran saturasi oksigen:
Berikut adalah nilai saturasi oksigen normal pada orang dengan kondisi paru-paru yang sehat
atau tidak memiliki kondisi medis tertentu:
Sementara itu, pada orang yang memang memiliki penyakit paru-paru, seperti PPOK, nilai
saturasi oksigen normalnya bisa berbeda, tergantung pada kondisi dan penyakit yang
dideritanya. Misalnya, orang dengan PPOK berat mungkin akan diminta oleh dokter untuk
mempertahankan saturasi oksigen normalnya pada nilai SpO2 88–92%.
Berikut adalah kriteria nilai saturasi oksigen rendah atau di bawah normal:
Pada orang yang sehat, kadar saturasi oksigennya terkadang bisa tinggi. Namun, umumnya
kondisi saturasi oksigen tinggi lebih sering ditemukan pada orang yang mendapat terapi
oksigen, baik dengan selang atau masker oksigen maupun pada pasien yang mendapatkan
bantuan pernapasan lewat mesin ventilator.
Untuk mendeteksi saturasi oksigen yang terlalu tinggi, ini hanya bisa dilakukan dengan
menggunakan pemeriksaan analisis gas darah, yakni dengan hasil PaO2 di atas 120mmHg.
Saturasi oksigen yang menurun bisa diobati dengan pemberian terapi oksigen, baik melalui
selang oksigen atau masker oksigen. Pada pasien yang tidak bisa bernapas spontan atau
mengalami henti napas, penggunaan alat bantu napas, seperti ventilator, mungkin akan
diperlukan.
Selain itu, dokter juga bisa melakukan teknik tertentu pada pasien untuk meningkatkan
saturasi oksigen.
Teknik proning atau posisi pronasi adalah salah satu cara yang bisa dilakukan untuk
membantu meningkatkan saturasi oksigen yang rendah, baik pada pasien yang menjalani
isolasi mandiri di rumah atau pada pasien COVID-19 gejala berat yang dirawat di rumah
sakit.
Teknik proning dilakukan dengan cara memposisikan pasien berbaring tengkurap. Ini karena
posisi tengkurap memungkinkan kantung udara di dalam paru-paru untuk mengembang
sepenuhnya, sehingga oksigen bisa masuk ke dalam tubuh dengan lebih maksimal.
Berikut adalah cara meningkatkan saturasi oksigen dengan teknik proning atau berbaring
tengkurap:
Posisi 1:
Posisi 2:
Posisi 3:
Posisi 4:
Anda bisa lakukan 4 teknik proning ini untuk meningkatkan saturasi oksigen yang rendah.
Ubahlah posisi setiap 1–2 jam sekali, agar teknik proning bisa dilakukan dengan nyaman.
Selain itu, jangan lupa juga untuk terus memantau saturasi oksigen Anda secara teratur, ya.
Apabila setelah melakukan teknik proning, saturasi oksigen Anda tetap rendah atau justru
semakin menurun atau jika Anda mengalami keluhan tertentu, seperti sesak napas, lemas,
nyeri dada, atau penurunan kesadaran, segeralah hubungi dokter agar kondisi Anda bisa
terpantau dan ditangani dengan tepat.
PERANCANGAN PULSE OXIMETRY DENGAN SISTEM ALARM PRIORITAS
SEBAGAI VITAL MONITORING
TERHADAP PASIEN
Intisari
Pulse oximetry merupakan suatu metode non-invasive yaitu metode pengukuran dari luar
tubuh untuk pengukuran nilai saturasi oksigen dan pulse rate yang merupakan parameter vital
untuk pendeteksian lebih dini terhadap kekurangan oksigen tingkat lanjut. Metode non-
invasive menggunakan prinsip penyerapan panjang gelombang cahaya merah (660 nm) dan
inframerah (940 nm) yang dideteksi oleh photodioda sebagai detektor pada saat adanya aliran
darah yang mengalir melewati pembuluh darah pada ujung jari tangan.
Pengukuran saturasi darah dan pulse rate ini menggunakan sensor oksigen Nellcor DS100A
dan mikrokontroler ATmega 8535 sebagai pengolah data serta LCD sebagai penampil data
hasil pengukuran. Data yang dibaca oleh sensor akan dikirimkan ke mikrokontroler untuk
diolah kemudian ditampilkan datanya pada LCD.
Penelitian ini menambahkan suatu sistem alarm prioritas sebagai penanda kondisi yang tidak
baik pada pasien sehingga kondisi pasien dapat terus teramati. Sistem alarm prioritas akan
berfungsi ketika nilai dari saturasi oksigen berada di bawah nilai 92% dan nilai pulse rate
kurang dari 60 pulsa sehingga memerlukan penangan lebih lanjut agar tidak terjadi hal yang
membahayakan pasien.
PENDAHULUAN
Latar Belakang
Teknologi di bidang kesehatan saat ini semakin berkembang seiring dengan pemenuhan
kebutuhan seseorang terhadap kondisi kesehatannya. Pada suatu instansi seperti sebuah
rumah sakit, keberadaan alat monitoring sangat diperlukan untuk memantau kondisi pasien
yang membutuhkan penanganan cepat sehingga setiap perubahan terhadap kondisi pasien
harus selalu terpantau. Salah satu alat monitoring keadaan pasien yang vital adalah pulse
oximetry. Pulse oximetry biasanya berada pada unit atau ruangan dengan kasus tindakan
tinggi dan cepat seperti ruang ICU. Pulse oximetry merupakan suatu metode non-invasive
yang digunakan di luar organ tubuh untuk memonitor persentase saturasi oksigen dalam
darah. Oksigen merupakan suatu
kebutuhan pokok untuk kelangsungan hidup. Pada manusia, oksigen yang terdapat dalam
darah berfungsi untuk mengubah glukosa menjadi energi bagi tubuh. Kekurangan oksigen
dalam darah dapat membuat tubuh mengalami masalah yang serius seperti pingsan, stroke
ringan hingga stroke berat.
Telah banyak jenis pulse oximetry yang dijual di pasaran. Namun, mengingat pentingnya
fungsi pulse oximetry sebagai alat untuk memantau kondisi pasien maka diperlukan adanya
alarm prioritas yang berfungsi sebagai pengingat atau penanda apabila terjadi kerusakan atau
kegagalan pada alat maupun pasien. Fungsi alarm prioritas dalam pengukuran dan
pemantauan pasien dengan menggunakan pulse oximetry sangat penting untuk pencegahan
terjadinya kegagalan dengan resiko tinggi terhadap pasien. Oleh sebab itu, penelitian pada
skripsi ini akan mengangkat judul “Perancangan Pulse Oximetry dengan Sistem Alarm
Prioritas sebagai Vital Monitoring terhadap Pasien.”
Rumusan Masalah
Adapun rumusan masalah yang akan dibahas pada penelitian ini meliputi :
b. Bagaimana cara kerja sistem alarm prioritas sebagai penanda terjadinya kegagalan
pada pulse oximetry.
Batasan Masalah
Sesuai rumusan masalah yang telah dikemukakan, maka adapun batasan masalah yang dapat
dikaitkan dalam penelitian ini yaitu
a. Rancang bangun pulse oximetry dengan SpO2 dan pulse rate sebagai parameter utama
untuk memantau keadaan pasien dengan menggunakan ATmega 8535.
b. Pelaksanaan sistem alarm prioritas untuk menunjukkan prioritas kegagalan yang harus
segera ditangani dan sebagai vital monitoring terhadap kondisi pasien.
Tujuan Penelitian
a. Merancang dan membangun pulse oximetry dengan dua parameter utama yaitu SpO2 dan
pulse rate.
c. Membangun sistem alarm prioritas pada pulse oximetry sebagai penanda terjadinya
kondisi yang tidak normal pada pasien maupun alat.
Manfaat Penelitian
pasien sehingga user diharapkan mampu mengambil tindakan cepat terhadap pasien ketika
alarm berbunyi.
b. Pasien
Meningkatkan rasa aman dan nyaman dari pasien karena kondisinya dapat terus terpantau
oleh user. Ketika terjadi kegagalan, user akan segera mengambil tindakan cepat untuk
mengatasi masalah tersebut sehingga resiko kematian pada pasien dapat dikurangi.
Menjadi salah satu referensi dalam upaya peningkatan pembelajaran tentang alat kesehatan
yang berfungsi sebagai pemantau atau monitoring kondisi pasien serta untuk menunjang
perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi dengan mengutamakan keselamatan
pasien melalui peringatan alarm jika terjadi kondisi yang tidak baik.
3. Bagi mahasiswa
Metodologi Penelitian
Pulse oximetry merupakan alat medis non-invasive yang digunakan untuk pemeriksaan
kondisi pasien. Pulse oximetry pada penelitian ini dirancang untuk menampilkan frekuensi
pulse rate yang dideteksi melalui pulse rate dan saturasi oksigen dalam darah yang menjadi
parameter andalan dan sangat diperlukan untuk mengetahui kondisi pasien saat pemeriksaan.
Untuk mendukung dan mempercepat proses penelitian maka digunakan beberapa metode,
yaitu:
1. Metode wawancara
Wawancara kepada narasumber dilakukan untuk mengumpulkan informasi mengenai alat dan
sistem yang digunakan saat ini.
2. Metode kepustakaan
Studi pustaka dilakukan dengan mencari berbagai referensi seperti buku, laporan penelitian,
jurnal, maupun informasi dari internet seperti e-book, blog, website dan sumber internet
lainnya. Studi pustaka juga dibutuhkan untuk membandingkan alat dari tiap-tiap generasi
yang telah digunakan.
Metode ini dilakukan dengan cara peninjauan secara langsung terhadap alat yang akan
diteliti. Peninjauan dilaksanakan dengan tujuan mengetahui kondisi alat dan menganalisis
sistem pada alat tersebut. Selanjutnya hasil analisis akan dievaluasi untuk mengetahui
kekurangan dari alat yang telah ada untuk kemudian dikembangkan.
4. Studi Laboratorium
Studi laboratorium dilakukan dengan melakukan pengujian terhadap alat dan sistem yang
telah dibangun dengan menggunakan perangkat- perangkat yang diperlukan. Pengujian akan
dilakukan kepada lima orang yang berbeda dengan melakukan pengukuran pada lima jari
yang berbeda setiap orangnya.
Tinjauan Pustaka
Pulse oximetry merupakan salah satu alat untuk memonitor keadaan saturasi dalam darah
(arteri) pasien, untuk membantu pengkajian fisik pasien tanpa harus melalui analisa tes
darah. Oksigen dalam darah sebagian besar berbentuk hemoglobin, jadi saturasi oksigen dari
darah yang diukur oleh pulse oximetry adalah persentase dari hemoglobin yang mengikat
oksigen dibandingkan dengan jumlah total hemoglobin di dalam darah (Putra, 2006).
Monitoring terhadap jantung sangat penting dilakukan mengingat tubuh manusia secara
kontinu melakukan sirkulasi darah ke seluruh tubuh termasuk untuk mengalirkan oksigen ke
seluruh tubuh. Nilai dari heart rate diperoleh dari pengukuran pulse rate dengan memeriksa
titik pulsa pada tubuh dan menghitung jumlah denyut per menit. Pada jari tangan manusia
terdapat pembuluh darah yang memiliki frekuensi atau irama aliran darah yang merupakan
representasi dari frekuensi pulse rate itu sendiri (Darwinsa, 2011).
Pengukuran heart rate dapat diperoleh dengan dua cara yaitu pengukuran bpm (beat per
minute) langsung terhadap jantung melalui EKG dan pengukuran nilai pulse rate pada
beberapa titik pulsa yang merepresetasikan frekuensi denyut jantung melalui aliran darah
yang mengalir ketika jantung berdenyut. Pengukuran saturasi oksigen dan heart rate (denyut
jantung) menggunakan prinsip transmisi cahaya tampak dan infra merah yang dipaparkan di
permukaan kulit jari dan akan berinteraksi dengan sel darah merah. Persentase saturasi
oksigen dan kadar hemoglobin (Hb) ditentukan dengan membandingkan tingkat absorpsi
cahaya yang melewati jari. Sedangkan untuk pengukuran denyut jantung didasarkan pada
fraksi perubahan transmisi cahaya selama terjadi denyut nadi. Cahaya akan menerangi satu
sisi jari dan akan terdeteksi pada sisi lain setelah melintasi intervensi vascular jaringan.
Dari beberapa penelitian sebelumnya, maka ditemukan salah satu sistem yang sangat penting
pada pulse oximetry yaitu alarm. Alarm berfungsi sebagai indikator untuk mengingatkan
petugas kesehatan jika terjadi penurunan saturasi oksigen dibawah kadar 80% dan pulse rate
rendah. Penambahan alarm akan menambah nilai kegunaan pulse oximetry yang lebih
otomatis dan merespon dengan cepat terhadap keselamatan pasien. Dengan menggunakan
rangkaian buzzer yang disambungkan ke mikrokontroler, parameter alarm dapat diatur
dengan baik (Guruh, 2012).
Sistem Oksigenasi
Sistem oksigenasi merupakan sistem yang berpengaruh terhadap pertukaran oksigen di dalam
tubuh. Dalam sistem oksigenasi terdapat tiga proses yang berpengaruh terhadap pertukaran
oksigen yaitu :
Proses ventilasi paru adalah proses pengaturan inspirasi dan ekspirasi udara antara atmosfer
dan paru-paru. Proses ini berfungsi untuk mengambil oksigen dari atmosfer ke dalam sel-sel
tubuh dan untuk membuang karbondioksida yang dihasilkan sel-sel tubuh kembali ke
atmosfer.
Pada respirasi eksternal terjadi pertukaran oksigen dan karbondioksida antara paru dan
kapiler darah paru. Hanya satu lapis membran dari alveoli yang memisahkan oksigendengan
darah yaitu membran alveoli kapiler. Oksigen menembus membran tersebut dan diangkut
oleh hemoglobin dalam sel darah merah untuk selanjutnya dibawa kejantung. Kemudian dari
jantung akan dipompa di dalam arteri ke seluruh tubuh. Darah meninggalkan paru- paru
pada tekanan 100 mmHg dan pada tingkat ini kondisi hemoglobin adalah 95 persen jenuh
oksigen.
Terdapat empat proses yang berhubungan dengan pernafasan eksternal adalah sebagai
berikut:
b. Arus darah melalui paru-paru, darah mengandung oksigen masuk ke seluruh tubuh
dan karbondioksida dari seluruh tubuh masuk ke paru-paru.
c. Distribusi arus udara dan arus darah yang sedemikian rupa sehingga dalam jumlah
yang tepat dapat mencapai semua bagian tubuh.
d. Difusi gas yang menembus membran alveoli dan kapiler. Karbondioksida lebih
mudah berdifusi dari pada oksigen.
Respirasi internal atau respirasi jaringan adalah pertukaran oksigen dan karbondioksida
antara kapiler darah jaringan dan sel- sel jaringan. Darah yang hemoglobinnya telah jenuh
dengan oksigen (oksihemoglobin) mengalir ke seluruh tubuh dan akhirnya mencapai kapiler,
dimana darah bergerak sangat lambat. Sel jaringan memungut oksigen dari hemoglobin dan
darah menerima hasil buangan oksidasi yaitu karbondioksida.
Saturasi Oksigen
Saturasi oksigen adalah persentase hemoglobin yang mengikat oksigen dibandingkan dengan
jumlah total hemoglobin yang berada di dalam tubuh. Peningkatan oksigen pembawa
kapasitas darah, dalam kondisi fisiologis normal, hampir 98% dari O2 diangkut dalam darah
arteri dan dikombinasikan dengan hemoglobin (Hb).
sehingga tekanan oksigen dalam darah yang meninggalkan vena paru juga akan sama dengan
100 mmHg (13,3 kPa). Pada tekanan tersebut, 0,3 mL oksigen akan larut dalam setiap 100
mL plasma dan hemoglobin akan menjadi 95 persen jenuh dengan oksigen. Jadi, kandungan
oksigen darah akan menjadi 95 persen dari kapasitas oksigen yaitu 19 mL oksigen per 100
mL darah. Perhitungan ini berdasarkan perkiraan kadar hemoglobin normal dan kapasitas
oksigen 20 mL per 100 mL darah. Saturasi oksigen dalam darah pada orang normal biasanya
berkisar antara 95-100%. Namun terdapat toleransi nilai saturasi oksigen dalam darah
sampai pada 92% jika saturasi dibawah persentase tersebut maka orang tersebut
memerlukan oksigen tambahan.
Metode untuk mengukur saturasi oksigen dalam darah ada dua yaitu metode invasive dan non
invasive. Pada metode invasive, saturasi oksigen diukur secara langsung dari arteri dan
disebut SaO2.
Sedangkan pada metode non invasive pengukuran dilakukan dengan memantau sensor
saturasi oksigen yang dipasang pada jari tangan, jari kaki atau telinga.
Pulse Oximetry
Pulse oximetry adalah suatu metode non invasive untuk mengukur konsentrasi oksigen dalam
darah (saturasi oksigen). Pulse oximetry mengukur saturasi oksigen dalam pembuluh darah
arteri terutama dalam hemoglobin (Hb). Sebuah sensor ditempatkan pada bagian tipis dari
tubuh pasien, biasanya ujung jari atau cuping, atau dalam kasus bayi, dipasang di kaki. Pulse
oximetry mengirimkan cahaya yang terdiri dari gelombang cahaya merah dan gelombang
inframerah dari satu sisi ke sisi lain yang akan mengubah serapan dari masing-masing dua
panjang gelombang diukur. Hal ini memungkinkan penentuan absorbsi karena darah arteri
berdenyut sendiri, termasuk darah vena, kulit, tulang, otot, dan lemak.
Pulse oximetry menggunakan LED merah dengan panjang gelombang dari 660 nm, dan
inframerah dengan panjang gelombang 940 nm. Penyerapan cahaya pada panjang gelombang
tersebut berbeda secara signifikan antara darah sarat dengan oksigen dan darah kurang
oksigen. Oksigen hemoglobin menyerap cahaya inframerah lebih banyak dan memungkinkan
lebih banyak cahaya merah untuk melewatinya. Sedangkan hemoglobin terdeoksigenasi
memungkinkan lebih banyak cahaya inframerah untuk melewati dan menyerap lebih banyak
cahaya merah. LED berkedip sekitar tiga puluh kali per detik. Kemudian photodioda ini
mengukur jumlah cahaya yang ditransmisikan atau cahaya yang tidak diserap.
dengan Hukum Beer Lambert yaitu “jika sebuah berkas cahaya dilewatkan ke larutan maka
akan ada sebagian cahaya yang diserap”. Pengukuran berfluktuasi dalam waktu karena
jumlah darah arteri yang hadir meningkat setiap detak jantung. Rasio pengukuran tersebut
kemudian akan diolah untuk selanjutnya akan ditampilkan dalam bentuk nilai SpO2 atau
saturasi oksigen.
Fungsi dari oksigen saturasi (SpO2) merupakan perbandingan HbO2 dengan jumlah total Hb
arteri yang bersedia utuk melepas oksigen. Perbandingan nilai tersebut dapat dihitung melalui
persamaan sebagai berikut:
Nilai SpO2 juga dapat dihitung dengan persamaan linier di bawah ini :
keakuratan antara lain cahaya dari lingkungan sekitar, hemoglobin dalam darah, serta irama
dan kekuatan denyutan.
Mikrokontroller
Mikrokontroler adalah suatu chip berupa IC yang dapat menerima sinyal input, mengolahnya
dan memberikan sinyal output sesuai dengan program yang diisikan ke dalamnya. Sinyal
input mikrokontroler berasal dari sensor yang merupakan informasi dari lingkungan
sedangkan sinyal output ditujukan kepada aktuator yang dapat memberikan efek ke
lingkungan. Pada perancangan pulse oximetry ini mikrokontroler yang digunakan adalah
ATMega 8535. Mikrokontroler ini memiliki tingkat kestabilan yang lebih baik daripada
mikrokontroler sejenisnya seperti ATMega 8/16/32. Sehingga dengan menggunakan
mikrokontroler ini diharapkan hasil pengukuran lebih akurat.
Mikrokontroler umumnya terdiri dari :
Merupakan otak dari sistem computer untuk mengerjakan instruksi- instruksi yang diprogram
oleh programmer.
3. Memori
Merupakan rangkaian-rangkaian logika yang berfungsi menyimpan data. Terdapat dua jenis
memori yang sering ditemui dalam mikrokontroler yaitu Read Only Memory (ROM) yang
mampu menyimpan hingga 3 Kb data dan menyimpan program yang berfungsi untuk
mengarahkan kerja kontroler, serta Random Access Memory (RAM) yang mampu
menampung 72 byte data. ROM digunakan sebagai media penyimpan program dan data
permanen yang tidak boleh berubah meskipun tidak ada tegangan yang diberikan pada
mikrokontroler. Sedangkan RAM digunakan sebagai tempat penyimpan data sementara dan
hasil kalkulasi selama proses operasi.
4. Output (I/O)
Pada satu port I/O digital terdiri beberapa pin, biasanya berjumlah 8 atau satu byte, dengan
masing-masing pin dapat mentransfer satu bit data biner (logika 0 dan 1) dari/ke
mikrokontroler. Selain port I/O digital, pada suatu mikrokontroler juga dapat
berkomunikasi dengan peranti lain menggunakan komunikasi serial.
Merupakan sebuah sarana pada mikrokontroler yang berfungsi mengubah tegangan analog
menjadi tegangan digital. Konversi data dari analog ke digital merupakan suatu
cara untuk mengolah data analog tersebut agar dapat dimodifikasi, dimanipulasi dan
mengubah karakteristiknya atau datanya disajikan dalam bentuk besaran tertentu.
6. Timer
Merupakan peranti untuk mencacah sinyal dari clock ataupun sinyal dari suatu kejadian. Jika
sinyal yang dicacah berasal dari clock maka peranti ini berfungsi sebagai pewaktu, sedangkan
jika berasal dari clock maka peranti ini berfungsi sebagai pencacah.
Keterangan pin:
4. RS (Register Select) berfungsi sebagai indikator atau yang menentukan jenis data
yang masuk.
5. R/W (Read Write) menentukan mode yang akan digunakan (0 = write , 1 = read)
7. Pin Data(D0-D7) merupakan jalur untuk memberikan data karakter yang ingin
ditampilkan menggunakan LCD dapat dihubungkan dengan bus data dari
rangkaian lain seperti mikrokontroler dengan lebar data 8 bit.
Buzzer
LCD ini merupakan LCD matrix dengan konfigurasi 16 karakter dan 2 baris dengan setiap
karakternya dibentuk oleh 8 baris pixel dan 5 kolom pixel. LCD ini memiliki tampilan yang
sederhana sehingga cocok digunakan untuk perancangan alat. elektronika yang berfungsi
untuk mengubah getaran listrik menjadi getaran suara.
METODE PENELITIAN
Perancangan perangkat keras Pulse oximetry menggunakan alat dan bahan sebagai berikut:
2. Mikroprosesor ATmega 8535 sebagai pengontrol masukan dan keluaran pada pulse
oximetry.
3. Sensor oksigen yang menggunakan Light Emitting Dioda (LED) merah dan
inframerah yang memiliki panjang gelombang berbeda serta photodioda sebagai pendeteksi
sinyal.
4. LCD dengan konfigurasi 16 karakter sebagai penampil keluaran nilai yang terukur.
Prinsip kerja dari pulse oximetry dapat digambarkan dengan diagram blok seperti pada
Gambar berikut.
Pulse oximetry mengolah sinyal yang disadap oleh sensor pada jari tangan. Pada jari tangan
terdapat banyak pembuluh darah kapiler yang merupakan penghubung pembuluh darah vena
dan arteri. Pada ujung jari, jika diraba akan terasa denyutan yang disebut pulse rate.
Denyutan ini merupakan refleksi dari denyut jantung (heart rate).
Pada sensor oksigen menggnakan LED merah dengan panjang gelombang 660 nm
sedangkan LED inframerah memiliki panjang gelombang 940 nm. Berdasarkan panjang
gelombang yang dimiliki tersebut, kedua LED ini mampu untuk menembus permukaan kulit.
Sinar merah dan inframerah akan menembus permukaan kulit dan menyinari pembuluh darah
yang melewatkan darah. Ketika hemoglobin yang mengandung oksigen (oksihemoglobin)
melewati sinar merah dan inframerah, maka sinar yang lebih banyak diserap adalah sinar
merah sedangkan sinar inframerah diteruskan. Ketika hemoglobin yang tidak membawa
oksigen (dioksihemoglobin) melewati kedua sinar tersebut, sinar merah tidak mampu
menembus dan hanya sinar inframerah yang dapat diserap. Penyerapan cahaya tersebut
diterima oleh photodioda dan diubah menjadi pulsa-pulsa sinyal listrik beserta dengan denyut
dari aliran darah yang terdeteksi. Selanjutnya sinyal dikuatkan melalui rangkaian
transimpendance
Proses pengukuran pulse rate dengan mengolah sinyal keluaran dari rangkaian penyearah
presisi pertama yaitu yang berada setelah LPF. Sinyal yang sudah disearahkan akan masuk
pada rangkaian penguat selisih yang berfungsi untuk menguatkan sinyal yang menjadi selisih
antara kedua masukannya. Kedua masukan tersebut adalah sinyal dari penyearah presisi dan
umpan balik yang dikirim DAC dari mikrokontroler. Selisih antara kedua sinyal tersebut akan
dikuatkan oleh penguat selisih dan keluarannya akan di kirim ke rangkaian penguat tegangan
untuk dikuatkan sehingga denyutan dari sinyal dapat terlihat dan pembacaan denyut menjadi
lebih mudah. Rangkaian Schmitt trigger atau komparator adalah rangkaian yang berfungsi
untuk membandingkan tegangan masukan dari sinyal yang diterima. Ketika sinyal berdenyut
maka tegangan akan lebih tinggi (high) dibandingkan dengan ketika sinyal tidak berdenyut
(low). Berdasarkan perbandingan ini, komparator kemudian mengirimkan perbandingan
tersebut ke bagian counter atau penghitung yang berada pada mikrokonroler untuk
menghitung jumlah denyut yang diterima dalam waktu tertentu. Dalam perancangan ini
jumlah denyut yang terhitung disebut pulse rate. Sedangkan hasil dari pengukuran saturasi
oksigen dalam satuan persen.
Mikrokontroler akan mengolah kedua masukan berupa sinyal dan menghitung nilai dari
saturasi oksigen dan pulse rate sesuai dengan rumus program yang diberikan pada
mikrokontroler. Keluaran dari mikrokontroler akan ditampilkan pada LCD sebagai penampil.
Apabila nilai saturasi oksigen dari pasien jauh di bawah nilai toleransi, maka alarm akan
berbunyi dan lampu indikator akan menyala. Begitupula untuk pulse rate, jika nilai
pulse rate berada jauh di bawah nilai normalnya yaitu 60-100 pulsa, maka alarm akan
berbunnyi dan lampu indikator akan menyala. Dengan adanya alarm dan indikator pada alat
diharapkan pengguna dapat melakukan penanganan terhadap pasien dengan segera sesuai
dengan penyebab terjadinya alarm, sehingga keselamatan pasien dapat terjaga Flowchart
Perangkat Lunak Perancangan perangkat lunak dilakukan dengan menggunakan bahasa C
yang ditulis pada AVR 4 Studio. Pemograman yang dilakukan pada editor adalah
berdasarkan pada algoritma sebagai berikut:
1.Proses inisialisasi dengan menetapkan input dan output (I/O), interupsi, dan counter pada
mikrokontroler.
4.Perhitungan nilai pulse rate adalah dengan mengalikan jumlah cacahan selama 15 detik
dengan konstanta 4. Jika nilai dari rate sudah didapat maka cacahan dan timer akan kembali
ke nilai 0 untuk mengulangi proses perhitungan dari awal.
5.Proses pengambilan nilai saturasi oksigen dimulai dengan pengambilan data ADC sinya
total dan sinyal AC pada bagian penyearah presisi.
6.Nilai dari sinyal DC merupakan selisih antara sinyal total dengan sinyal AC.
8.Nilai saturasi oksigen diperoleh dengan pengurangan konstanta 110 dengan perkalian
antara konstanta 25 dengan nilai penyerapan cahaya.
9.Alarm akan berbunyi jika nilai saturasi oksigen berada dibawah 92% dan nilai pulse rate
kurang dari 60.
10. Nilai pulse rate dan saturasi oksigen diberikan ke register untuk ditampilkan.
Gambar diatas menampilkan proses yang terjadi pada mikrokontroler untuk menghasilkan
nilai pulse rate dan saturasi oksigen yang akan ditampilkan. Proses tersebut akan berjalan
sebagai berikut:
1. Inisialisasi
dengan fasilitas yang digunakan seperti port I/O, timer, dan interupsi. Port I/O digunakan
sebagai jalur antar muka untuk menghubungkan masukan sinyal pulse rate dan saturasi
oksigen dengan perangkat penampil, rangkaian DAC, indikator maupun alarm.
pulse rate
Perhitungan saturasi dan pulse rate dihitung berdasarkan pendeteksian 1 pulsa gelombang,
dimana terdapat 1 puncak dan 1 lembah. Perhitungan pulse rate dilakukan dengan
memasukkan nilai waktu perhitungan selama 15 detik dan counter pada mikrokontroler akan
menghitung jumlah denyutan (cacahan).
3. Program tampilan
4. Tampilan nilai SpO2 dan bpm ditampilkan menggunakan LCD 16x2.
Pengujian hasil pengukuran ini merupakan pengujian terhadap dua parameter yang dirancang
pada pulse oximetry yaitu SpO2 dan pulse rate. Kedua parameter ini berfungsi sebagai
monitoring sehingga perlu didapatkan nilai yang akurat disetiap pengukurannya. Pengujian
dilakukan dengan mengukur kadar saturasi oksigen pada jari telunjuk subjek. Dari pengujian
terhadap pengukuran pulse oximetry maka didapat hasil seperti pada tabel berikut.
Dari hasil pengukuran terhadap beberapa subjek dapat disimpulkan bahwa keluaran nilai
saturasi oksigen pada pulse oximetry ini hampir mendekati nilai saturasi oksigen normal yaitu
92-100%. Nilai saturasi oksigen yang terhitung hanya dapat sampai pada ngka 98% dan elum
dapat mencapai 99%. Sedangkan bila dibandingkan dengan perhitungan secara manual
menggunakan rumus saturasi oksigen maka sinyal yang dideteksi oleh pulse oximetry ini
mampu menunjukkan hasil pengukuran saturasi oksigen sebesar 94-99,5%. Oleh sebab itu
perlu dilakukan uji kelayakan dan kalibrasi terhadap alat.
Sistem alarm prioritas yang dibangun pada alat berfungsi sebagai penanda apabila terjadi
kondisi yang tidak diinginkan pada pasien. Sistem ini juga dilengkapi dengan lampu indikator
berwarna merah dan kuning sebagai penanda tingkat kegagalan dalam sistem tersebut.
Pengujian terhadap sistem alarm prioritas dilakukan dengan menguji beberapa pasien dengan
kasus kadar oksigen yang rendah dalam darah. Pada kasus ringan dengan nilai SpO2 berada
diantara nilai 85% sampai dengan 92% maka alarm akan berbunyi dan
indikator kuning menyala. Begitu pula untuk kasus berat dengan nilai SpO2 kurang dari 85%
dan nilai pulse rate di bawah 60 pulsa. Dengan berfungsinya kedua sistem alarm tersebut
maka dapat dinyatakan bahwa sistem alarm prioritas pada pulse oximetry ini dapat berfungsi
dengan baik. Sehingga fungsi pulse oximetry dengan alarm prioritas sebagai monitoring
terhadap pasien dapat terwujud.
Kesimpulan
Dari penelitian Perancangan Pulse Oximetry dengan Sistem Alarm Prioritas sebagai Vital
Monitoring terhadap Pasien, maka didapat beberapa simpulan yaitu:
1. Pulse oximetry dengan dua parameter yaitu SpO2 dan pulse rate serta
sistem alarm prioritas merupakan alat yang dibangun berdasarkan prinsip kerja dasar pulse
oximetry namun dikembangkan dengan sistem alarm prioritas sebagai sistem pengaman
terhadap kondisi pasien.
2. Nilai pulse rate pada pulse oximetry ini diambil dari hasil denyutan akibat
adanya aliran darah pada jari ketika jantung berdenyut. Dan nilai pada pulse rate hampir
samadengan denyut jantung karena merupakan refreksi dari denyut jantung itu sendiri.
Namun penggunaan pulse rate sebagai parameter denyut jantung hanya dapat digunakan jika
tidak terdapat alat untuk mengukur bpm (beat per minute) pada suatu tempat.
3. Nilai saturasi oksigen yang terukur pada pulse oximetry ini masih belum
akurat karena hanya mencapai 98%, sehingga perlu dikaji ulang terhadap keluaran alat.
4. Nilai dari pulse rate tidak dapat diambil karena sinyal keluaran terlalu kecil
dan ketika dikuatkan terdapat banyak arus liar sehingga mempersulit proses pengolahan
sinyal.
5. Alarm prioritas dan indikator dapat berfungsi dengan baik untuk nilai saturasi
oksigen di bawah 90% dan 85%.
Saran
Setelah melakukan penelitian Perancangan Pulse Oximetry dengan Sistem Alarm Prioritas
sebagai Vital Monitoring terhadap Pasien, maka didapat beberapa saran yaitu
1. Nilai pengukuran terhadap saturasi oksigen pada alat ini belum akurat karena
komponen yang digunakan masih berupa komponen biasa bukan dari bahan tantalum.
2. Pulsa denyutan sangat kecil dan ketika dikuatkan menjadi banyak arus liar sehingga
perlu ditapis menggunakan osilator.
DAFTAR PUSTAKA
Darwinsa, Esha. 2011. Perancangan Biointrument Heart Rate Monitor Sepuluh Denyut Per
Satuan Waktu dengan Transmisi Radio Frekuensi (RF). Skripsi. Surakarta:
Universitas Sebelas Maret.
Hariyanto, Guruh. 2012. Rancang Bangun Oksimeter Digital Berbasis Mikrokontoler
ATmega 16. Skripsi. Surabaya: Universitas Airlangga.
Kemalasari. 2006. Analisis Sinyal Pulse Oximetry dengan Metode FFT. Tugas Akhir.
Surabaya: Politeknik Elektronika Negeri Surabaya.
Pearce, Evelyn C. 2009. Anatomi Tubuh dan Fisiologi untuk Paramedis. Jakarta: PT
Gramedia Pustaka Utama.
Putra, Andrey A. 2006. Rancang Bangun Pulse Oximetry Digital Berbasis Mikrokontroler.
Skripsi. Surabaya: ITS Surabaya.
Wulansari, Diyan A. 2010. Rancang Bangun Pendeteksi Kadar Hemoglobin dalam Darah
Secara Non-Invasive Berbasisi Mikrokontroler ATmega 8535. Tugas Akhir. Semarang:
Universitas
Diponogoro.