Anda di halaman 1dari 56

RESUME JURNAL

RANCANG BANGUN PULSE OXIMETRY (SPO2)


PADA ALAT PASIEN MONITOR

A. Pendahuluan
Pulse oximetri berfungsi mengamati saturasi oksigen darah. Hal ini
dilakukan untuk menjamin kadar oksigen cukup pada pembuluh darah. Biasanya
dipakai pada pasien yang mengalami under anesthesia, neonates (bayi baru lahir
yang berusia di bawah 28 hari (Stoll, 2007), pasien yang mengalami kondisi buruk
(critically). Alat ini menampilkan frekuensi denyut jantung dan saturasi oksigen,
parameter yang menjadi andalan dan sangat berguna untuk mengetahui kondisi
pasien saat pemeriksaan. Oksimeter termasuk alat medis non invasive dan
portabel. Mengingat pentingnya peranan oksigen dalam tubuh manusia maka
informasi tentang kadar oksigen dalam darah merupakan hal yang penting untuk
mengetahui kondisi kesehatan tubuh. Jika tubuh manusia kekurangan atau
kelebihan oksigen maka akan menimbulkan penyakit dan gangguan system kerja
tubuh yang lain. Beberapa penyakit yang ditimbulkan karena kekurangan atau
kelebihan oksigen antara lain adalah hipoksemia, amnemia, dan lain sebagainya.
Pada tingkat tertentu penyakit tersebut dapat menimbulkan resiko kematian.
Transport oksigen dalam darah ada dua bentuk yaitu yang terlarut dalam plasma
dan terikat dengan hemoglobin. Normalnya, sekitar 97% oksigen yang ditransport
dari paru-paru ke jaringan terikat dengan hemoglobin dan sisanyanya 3 % terlarut
dalam plasma.
B. Manfaat Penelitian
Adapun manfaat yang didapat dari tujuan penelitian adalah sebagai berikut :
1. Mengetahui fungsi dari pulse oximetry sebagai alat untuk menghitung saturasi
oksigen dalam darah.
2. Mengetahui bahwa pentingnya kadar oksigen didalam darah. karna jika
kekurangan dan kelebihan kadar oksigen didalam darah dapat menimbulkan
penyakit hinggga megakibatkan kematian.

C. Tinjauan Pustaka
 Pulse Oximetry
Pulse Oximetry berfungsi mengamati saturasi oksigen darah. Hal ini
dilakukan untuk menjamin kadar oksigen cukup pada pembuluh. Biasanya
dipakai pada pasien yang mengalami under anesthesia, neonates (bayi baru
lahir yang berusia di bawah 28 hari (Stoll, 2007), pasien yang mengalami
kondisi buruk (critically). Alat ini menampilkan frekuensi denyut jantung
dan saturasi oksigen, parameter yang menjadi andalan dan sangat berguna
untuk mengetahui kondisi pasien saat pemeriksaan. Oksimeter termasuk
alat medis non invasive dan portabel. Prinsip dasar oximetry menggunakan
cahaya dalam analisis spektral untuk pengukuran saturasi oksigen, yaitu
deteksi dan kuantifikasi komponen (hemoglobin) dalam larutan. Saturasi
oksigen adalah persentase total hemoglobin yang membawa atau
mengandung oksigen. Oksimeter pulsa menggabungkan dua.

 Patient Monitor
Patient monitor adalah suatu alat yang digunakan untuk memantau
vital sign pasien yang berupa detak jantung, nadi, tekanan darah,
temperature,dan bentuk pulsa jantung secara terus menerus.
a. Detak jantung (EKG)
EKG adalah suatu gambaran grafis mengenai gambaran puncak
aktifitas elektrik dari serabut otot jantung,berupa kurva tegangan fungsi
waktu yang terdiri dari bebagai puncak (Heru, 2008). Sebuah EKG dapat
digunakan untuk mengukur denyut jantung,mendiagnosis adanya infark
mikroad yang sedang berkembang, mengindentifikasi aritma dan efek dari
obat dan peralatan yang digunakan pada penanganan jantung. Adanya
konduksi jantung dapat menghasilkan impuls listrik secara ritmis yang
menyebabkan adanya kontraksiritmis otot jantung yang disebut ritme
jantung, mengirim potensial otot jantung dan menyebabkan terjadinya
detak jantung.

b. Tekanan Darah (NIBP)

Tekanan darah didefinisikan sebagai tekanan pada arteri yang


disebabkan jantung yang memompa darah ke seluruh tubuh. Hasil
pengukuran tekanan darah biasa ditunjukkan dalam systole per diastole
dengan satuan milimeter raksa (mmHg), contohnya 120/80 mmHg. Systole
mewakili tekanan darah tertinggi saat jantung berkontraksi. Diastole
mewakili tekanan darah terendah yaitu saat jantung relaksasi. Pengukuran
tekanan darah dapat dilakukan secara invasive atau non-invasive (NIBP).

c. Temperature

Suhu tubuh didefinisikan sebagai salah satu tanda vital yang


menggambarkan status kesehatan seseorang. Energi panas dihasilkan di
dalam tubuh kemudian didistribusikan ke seluruh tubuh melalui sirkulasi
darah, namun suhu bagian-bagian tubuh tidak merata.

d. Respirasi

Pernapasan (respiration) adalah proses yang menyebabkan oksigen


masuk ke paru-paru dan mencapai sel-sel tubuh, serta proses (dalam arah
sebaliknya) yang menyebabkan karbon dioksida keluar dari tubuh melalui
hidung atau mulut. Oksigen diperlukan sebagai reaktan dalam
pembentukan energi di dalam sel-sel tubuh, sedangkan karbon dioksida
merupakan hasil sisa yang harus dibuang karena bersifat racun bagi tubuh.

e. SpO2

Dasar pulseoximetry melibatkan pemancaran dua frekuensi cahaya


yang berbeda melalui suati suatu contoh darah yang panjangnya diketahui
berisi Hb dan HbO2 dan merekam jumlah cahaya yang diserap atas
pertolongan suatu Photodetector. Kedua molekul mempunyai koefisien
berbeda pada masing-masing panjang gelombang. Dengan membandingkan
jumlah cahaya yang diserap pada dua frekuensi berbeda memungkinkan
untuk menghitung persentase relatif HbO2 dengan total jumlah Hb yang
tersedia atau SpO2.

 Arduino Uno R3
Arduino uno R3 adalah papan pengembangan mikrokontroler yang
berbasis chip ATmega328P. Arduino uno memiliki 14 digital pin input /
output (atau biasa ditulis I/O, dimana 14 pin diantara lain pin 0 sampai 13),
6 pin input analog, menggunakan crystal 16 MHz antara pin A0 sampai A5,
koneksi USB, jack listrik, header ICSP dan tombol reset. Hal tersebut
adalah semua yang diperlukan untuk mendukung sebuah rangkaian
mikrokontroler.

D. Metode Penelitian
 Jenis Penelitian
Pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode
eksperimen. Metode eksperimen yaitu suatu variable yang dimanipulasi
dan jenis respon yang diharapkan dinyatakan secara nyata, jelas dalam
waktu hipotesis,juga kondisi kondisi yang akan dikontrol sudah tepat.
 Prosedur Penelitian
Prosedur penelitian dimulai dari pengumpulan teori-teori
pendukung tentang mikrokontroler ATmega328, Pulse Sensor, LCD
sebagai tampilan dan komponen pendukung lainnya, perancangan
pulseoximetry, perakitan, pengujian setiap rangkaian yang digunakan pada
alat serta pengujian alat secara keseluruhan. Rancang bangun peralatan
merupakan hal yang sangat pokok dalam pembuatan proyek laporan akhir
ini. Tahap perencangan merupakan perwujudtan dan awal dari pembuatan
proyek akhir ini. Dalam tahap ini akan meliputi beberapa perencangan
hingga terwujudnya satu kesatuan sesuai dari hasil rancangan yang
diinginkan. Didalam melakukan perencangan sangat diperlukan buku-buku
petunjuk dari teori-teori pendukung yang berkaitan dengan perancangan
alat yang akan dibuat sehingga pada akhirnya hasil perancangan yang baik.
 Metode Perancangan
Perancangan adalah tahap penting dalam pembuatan suatu
perangkat elektronik tetapi sebelum melakukan perencangan terhadp benda
kerja maka terlebih dahulu dipersiapkan suatu perencangan yang baik
untuk mendapatkan yang baik yang memuaskan.

E. Hasil dan Pembahasan


Wiring Diagram

Pengujian ini bertujuan untuk mengetahui apakah rangkain yang telah


dibuat sesuai dengan yang direncanakan,dan hasil pengujian ini diharapkan dapat
menjadi data-data yang Metode pengujian setelah alat selesai maka pengujian
dapat dilakukan , sebelum melakukan pengujian terhadap alat maka terlebih dahulu
alat dites dan dapat bekerja, kemudian dilakukan pengukuran. Adapun Bagian-
bagian yang akan diukur pada rangkaian antara lain sebagai berikut:
1. Tegangan power Suply

2. Tegangan Heart Beat Sensor

F. Kesimpulan
Setelah melakukan pengujian dan penganalisaan terhadap rancang bangun
pulse oximetri serta berdasarkan hasil pendataan dan analisa pada rangkaian yang
didukung oleh teori-teori penunjang yang ada, maka dapat disipulkan oleh penulis
adalah:

1. Sistem kerja pada alat pulse oximetry dimana IR sebagai sumber cahaya
dipasangkan

sejajar dengan Photodiodesebagai sensor cahaya, Photodiodemengubah besarnya


intensitas cahaya yang diterima menjadi arus listrik. Besar kecilnya cahaya yang
diterima berdasarkan pantulan cahaya dari Infra Redyang dipancarkan kepembuluh
darah pada jari tangan.

2. Pengaruh saturasi oksigen dalam darah adalah Jika tubuh manusia kekurangan
atau kelebihan oksigen maka akan menimbulkan penyakit dan gangguan system
kerja tubuh

yang lain.

3. Disain sensor harus benar dalam peletakan jari tangan dengan Heart Beat
Sensor. Karena apabila peletakan jari tangan tidak sesuai maka hasil tidak akan
akurat.
RESUME JURNAL
MONITORING HEART RATE DAN SATURASI OKSIGEN MELALUI
SMARTPHONE
A. Pendahuluan

Di dalam tubuh manusia terdapat beberapa tanda-tanda vital yang


menunjukkan fungsi sangat penting bagi tubuh manusia. Tanda-tanda vital tersebut
adalah nilai fungsi dari fisiologis manusia yang terdiri dari tekanan darah, suhu
tubuh, saturasi oksigen, denyut nadi dan laju pernafasan. Tanda vital ini dapat
digunakan sebagai indikasi bahwa seseorang dalam kondisi sehat ataupun dalam
kondisi sedang sakit. Salah satu tanda vital yaitu heart rate atau denyut jantung
yaitu jumlah denyut jantung per satuan waktu yang dinyatakan permenit atau beat
per menite (bpm). heart rate merupakan parameter kesehatan yang berhubungan
dengan kesehatan system kardiovaskular manusia. Jumlah denyut jantung per
menit dapat mencerminkan kondisi fisiologis seseorang, seperti kondisi aktifitas,
stress dan mengantuk. Orang dewasa yang sedang dalam kondisi sehat dan sedang
dalam beraktiftas normal denyut jantung atau nadi sekitar 60 s/d 100 deyut
permenit. Denyut jantung yang terlalu lambat disebut bradikardia, sedangkan
denyut jantung yang terlalu cepar disebut takikardia. Dalam keadaan jantung yang
normal dapat dibagi mejadi 4 bagian berdasarkan usia seseorang.

B. Metode Penelitian

Pada metodologi penelitian yaitu membuat perangkat keras dan perangkat


lunak. Rangkaian perangkat keras yaitu rangkaian catu daya, rangkaian interface
dengan LCD Tft Nextion 3.5, rangkaian interface sensor max 30100, rangkaian
ESP8266 ESP01 dan rangakaian arduino nano. Untuk perangkat lunak yaitu
dengan menggunakan blynk.

Berikut Diagram Blok Sistem :


Hasil monitoring yang dilakukan oleh smartphone berisikan hasil
pembacaan heart rate dan saturasi oksigen yang dihasilkan dari pembacaan sensor
max 30100 yang dibaca oleh mikrokontroller arduino Nano. Arduino Nano akan
mengirimkan data pembacaan melalui perangkat ESP8266 ESP01 ke smartphone,
sehingga smartphone dapat memonitoring secara langsung, kapanpun dan
dimanapun. Rangkaian interface sensor max 30100 dengan mikrokontroller
arduino nano seperti gambar 2.

Pada rangkaian gambar 2 diatas pembacaan sensor menggunakan


komunikasi I2C yaitu komunikasi antar dua buah IC menggunakan pin SDA
(Serial Data) dan SCL (Serial Clock). Tegangan yang digunakan pada sensor ini
sebesar 5 volt. Pin SDA pada sensor dihubungkan pada pin A4 pada
mikrokontroller Arduino Nano dan pin SCL sensor dihubungkan pada A5.
Penggunaan SCL yaitu untuk mengontrol pengiriman data sensor ke
mikrokontroller yang dikirimkan oleh sensor melalui SDA. Cara kerja sensor yaitu
terdapat 2 led yang terdiri dari led merah dan IR (Infrared) photodetektor.
Pendeteksi cahaya yang terdapat di masing-masing sisi probe menyebarkan cahaya
melalui jaringan tubuh menuju ke pendeteksi cahaya. Cahaya inframerah terserap
lebih banyak pada hemoglobin dengan kadar oksigen yang lebih, sedangkan pada
hemoglobin yang tidak memiliki kadar oksigen akan menyerap cahaya merah.
Setiap detiknya melakukan beberapa kali pengukuran untuk penyerapan cahaya
relatif. Hasil dari pengukuran tersebut kemudian di proses pada mikrkontroller.
Hasil dari pengukuran selama 3 detik akan diambil sebagai nilai rata-rata.

Data yang didapatkan dari sensor max 30100 akan dikirimkan


mikrokontroller arduino nano melalui perangkat ESP8266 ESP01. Gambar
rangkaian interface ditunjukan pada gambar 3. Rangkaian ESP8266 ESP01
dibawah ini.
Pada gambar rangkaian 3 diatas untuk mengirimkan data pembacaan heart
rate dan saturasi oksigen menggunakan komunikasi serial yaitu Rx (reciver) dan
Tx (Transmitter) dari ESP8266 ESP01 serta Tx dan Rx dari mikrokontroller
arduino nano. Dimana Rx dari ESP8266 ESP01 terhubung dengan Tx dari
mikrokontroller arduino nano dan sebalikanya Tx dari ESP8266 ESP01 terhubung
dengan Rx dari mikrokontroller arduino nano. Pengiriman data dilakukan
bergantian antara data heart rate dan saturasi oksigen. Data yang dikirim tersebut
akan diteruskan oleh pemancar yang ada di ESP8266 ESP01 kepada smartphone
yang telah tersambung melalui wifi.

Selain data pembacan sensor dapat dikirimkan, data juga dapat dilihat
secara langsung menggunakan LCD Tft Nextion 3.5. rangkaian interface LCD Tft
Nextion 3.5 dengan mikrokontroller arduino nano seperti gambar 4. Rangakain
interface LCD Tft Nextion 3.5 dibawah ini.

Pada gambar 4. Rangkaian interface LCD Tft Nextion 3.5 komunikasi


antara mikrokontroller arduino nano menggunakan komunikasi serial Rx (receiver)
dan Tx (transmitter). Rx pada Lcd Nextion 3.5 dihubungkan pada pin D10 yang
bersifat sebagai Tx pada mikrokontroller arduino nano, sebaliknya Tx pada Lcd
Nextion 3.5 dihubungkan pada pin D11 yang bersifat sebagai Rx pada
mikrokontroller arduino nano. Tampilan Lcd Nextion 3.5 bisa dirubah dengan
menggunakan aplikasi nextion editor yang terdapat pada PC/Laptop.
C. Hasil dan Pembahasan

D. Kesimpulan
a) Selisih pembacaan nilai heart rate dan saturasi oksigen pada alat dan pasien
monitor terbesar 0,8% untuk heart rate dan 1% untuk saturasi oksigen.
b) Pengiriman data hasil pembacaan sensor heart rate dan saturasi oksigen
berhasil dimonitoring secara langsung melalui smartphone.
c) Pembacaan nilai heart rate dan saturasi oksigen yang berbeda antara
tampilan di LCD dan Smarphone dikarenakan waktu pengiriman data
pembacaan yang tidak sama

DAFTAR PUSTAKA

RESUME JURNAL 1 :

http://e-journal.sari-mutiara.ac.id/index.php/tekesnos/article/view/1545

RESUME JURNAL 2 :

https://jurnal.umk.ac.id/index.php/simet/article/view/3024/1680
RESUME JURNAL
PERANCANGAN PULSE OXIMETRY (SPO2) DENGAN SISTEM
ALARM PRIORITAS SEBAGAI VITAL MONITORING
TERHADAP PASIEN
A. Intisari
Pulse oximetry merupakan suatu metode non-invasive yaitu metode
pengukuran dari luar tubuh untuk pengukuran nilai saturasi oksigen dan pulse
rate yang merupakan parameter vital untuk pendeteksian lebih dini terhadap
kekurangan oksigen tingkat lanjut. Metode non-invasive menggunakan prinsip
penyerapan panjang gelombang cahaya merah (660 nm) dan inframerah (940
nm) yang dideteksi oleh photodioda sebagai detektor pada saat adanya aliran
darah yang mengalir melewati pembuluh darah pada ujung jari tangan.
Penelitian ini menambahkan suatu sistem alarm prioritas sebagai
penanda kondisi yang tidak baik pada pasien sehingga kondisi pasien dapat
terus teramati. Sistem alarm prioritas akan berfungsi ketika nilai dari saturasi
oksigen berada di bawah nilai 92% dan nilai pulse rate kurang dari 60
pulsa sehingga memerlukan penangan lebih lanjut agar tidak terjadi
hal yang membahayakan pasien.
B. Pendahuluan
Dalam sebuah institusi seperti rumah sakit, keberadaan alat monitoring
sangat penting untuk memantau kondisi pasien yang membutuhkan perawatan
segera sehingga menjadi kebutuhan dasar untuk bertahan hidup. Pada manusia,
oksigen dalam darah mengubah glukosa menjadi energi bagi tubuh.
Fungsi alarm prioritas dalam pengukuran dan pemantauan pasien dengan
menggunakan pulse oximetry sangat penting untuk pencegahan terjadinya
kegagalan dengan resiko tinggi terhadap pasien.
C. Tinjauan Pustaka dan Landasan Teori
Pulse oximetry merupakan salah satu alat untuk memonitor keadaan
saturasi dalam darah (arteri) pasien, untuk membantu pengkajian fisik pasien tanpa
harus melalui analisa tes darah. Oksigen dalam darah sebagian besar berbentuk
hemoglobin, jadi saturasi oksigen dari darah yang diukur oleh pulse
oximetry adalah persentase dari hemoglobin yang mengikat oksigen
dibandingkan dengan jumlah total hemoglobin di dalam darah (Putra, 2006).
Monitoring terhadap jantung sangat penting dilakukan mengingat tubuh
manusia secara kontinu melakukan sirkulasi darah ke seluruh tubuh termasuk
untuk mengalirkan oksigen ke seluruh tubuh. Nilai dari heart rate diperoleh dari
pengukuran pulse rate dengan memeriksa titik pulsa pada tubuh dan menghitung
jumlah denyut per menit. Pada jari tangan manusia terdapat pembuluh darah
yang memiliki frekuensi atau irama aliran darah yang merupakan representasi
dari frekuensi pulse rate itu sendiri (Darwinsa, 2011).
1. Sistem oksigenasi
Sistem oksigenasi merupakan sistem yang berpengaruh terhadap
pertukaran oksigen di dalam tubuh. Dalam sistem oksigenasi
terdapat tiga proses yang berpengaruh terhadap pertukaran
oksigen yaitu :
1) Proses ventilasi paru
2) Proses respirasi eksternal
3) Proses respirasi internal
2. Saturasi oksigen
Saturasi oksigen adalah persentase hemoglobin yang mengikat
oksigen dibandingkan dengan jumlah total hemoglobin yang
berada di dalam tubuh. Peningkatan oksigen pembawa
kapasitasdarah, dalam kondisi fisiologis normal, hampir 98% dari
O2 diangkut dalam darah arteri dan dikombinasikan dengan
hemoglobin (Hb).
3. Pulse Oximetry (Spo2)
Pulse oximetry adalah suatu metode non invasive untuk mengukur
konsentrasi oksigen dalam darah . Pulse oximetry mengukur
saturasi oksigen dalam pembuluh darah arteri terutama dalam
hemoglobin . Hal ini memungkinkan penentuan absorbsi karena
darah arteri berdenyut sendiri, termasuk darah vena, kulit, tulang,
otot, dan lemak.
Berdasarkan rasio perubahan absorbsi cahaya merah dan
inframerah, yang disebabkan oleh perbedaan warna antara oksigen
yang terikat (merah cerah) dan oksigen tidak terikat (gelap merah
atau biru, pada kasus yang berat) hemoglobin darah, saturasi
oksigen dapat dibuat atau diambil nilainya.
D. Metodologi Penelitian
Pulse oximetry merupakan alat medis non-invasive yang digunakan
untuk pemeriksaan kondisi pasien. Pulse oximetry pada penelitian ini dirancang
untuk menampilkan frekuensi pulse dengan menggunakan perangkat-perangkat
yang diperlukan. Pengujian akan dilakukan kepada lima orang yang
berbeda dengan melakukan pengukuran pada lima jari yang berbeda setiap
orangnya.
Perancangan perangkat keras Pulse oximetry menggunakan alat dan bahan
sebagai berikut:
a) Catu daya 9 volt DC.
b) Mikroprosesor ATmega 8535 sebagai pengontrol masukan dan
keluaran pada pulse oximetry.
c) Sensor oksigen yang menggunakan Light Emitting Dioda (LED)
merah dan inframerah yang memiliki panjang gelombang berbeda
serta photodioda sebagai pendeteksi sinyal.
d) LCD dengan konfigurasi 16 karakter sebagai penampil keluaran
nilai yang terukur.
e) LED sebagai indikator kondisi pasien.
f) Alarm sebagai penanda terjadi kesalahan pada pasien.
Pulse oximetry mengolah sinyal yang disadap oleh sensor pada jari tangan.
Pada jari tangan terdapat banyak pembuluh darah kapiler yang merupakan
penghubung pembuluh darah vena dan arteri. Pada ujung jari, jika diraba akan
terasa denyutan yang disebut pulse rate. Denyutan ini merupakan refleksi dari
denyut jantung (heart rate).
Sinar merah dan inframerah akan menembus permukaan kulit dan
menyinari pembuluh darah yang melewatkan darah. Ketika hemoglobin yang
mengandung oksigen melewati sinar merah dan inframerah, maka sinar yang lebih
banyak diserap adalah sinar merah sedangkan sinar inframerah diteruskan. Ketika
hemoglobin yang tidak membawa oksigen melewati kedua sinar tersebut, sinar
merah tidak mampu menembus dan hanya sinar inframerah yang dapat diserap.
Digunakan dua buah rangkaian penyearah presisi untuk
menyearahkan sinyal AC. Rangkaian penyearah yang pertama berada setelah LPF
dan berfungsi untuk menyearahkan seluruh tegangan total yang masuk
rangkaian. Keluaran dari penyearah ini akan langsung diteruskan pada
mikrokontroler sebagai tegangan total arus yang masuk pada
rangkaian.
Proses pengukuran pulse rate dengan mengolah sinyal keluaran dari
rangkaian penyearah presisi pertama yaitu yang berada setelah LPF. Sinyal yang
sudah disearahkan akan masuk pada rangkaian penguat selisih yang berfungsi
untuk menguatkan sinyal yang menjadi selisih antara kedua masukannya. Kedua
masukan tersebut adalah sinyal dari penyearah presisi dan umpan balik yang
dikirim DAC dari mikrokontroler. Selisih antara kedua sinyal tersebut akan
dikuatkan oleh penguat selisih dan keluarannya akan di kirim ke rangkaian penguat
tegangan untuk dikuatkan sehingga denyutan dari sinyal dapat terlihat dan
pembacaan denyut menjadi lebih mudah.
E. Pengujian dan Analisa
Pengujian hasil pengukuran ini merupakan pengujian terhadap dua
parameter yang dirancang pada pulse oximetry yaitu SpO2 dan pulse rate.
Kedua parameter ini berfungsi sebagai monitoring sehingga perlu didapatkan
nilai yang akurat disetiap pengukurannya. Pengujian dilakukan dengan
mengukur kadar saturasi oksigen pada jari telunjuk subjek. Dari pengujian
terhadap pengukuran pulse oximetry maka didapat hasil seperti pada tabel berikut.

Dari hasil pengukuran terhadap beberapa subjek dapat disimpulkan


bahwa keluaran nilai saturasi oksigen pada pulse oximetry ini hampir
mendekati nilai saturasioksigen normal yaitu 92-100%. Nilai saturasi oksigen
yang terhitung hanya dapat
sampai pada ngka 98% dan elum dapat mencapai 99%. Sedangkan bila
dibandingkan dengan perhitungan secara manual menggunakan rumus saturasi
oksigen maka sinyal yang dideteksi oleh pulse oximetry ini mampu menunjukkan
hasil pengukuran saturasi oksigen sebesar 94-99,5%. Oleh sebab itu perlu
dilakukan uji kelayakan dan kalibrasi terhadap alat.
F. Kesimpulan
Dari penelitian Perancangan Pulse Oximetry dengan Sistem Alarm Prioritas
sebagai Vital Monitoring terhadap Pasien, maka didapat beberapa simpulan yaitu:
1. Pulse oximetry dengan dua parameter yaitu SpO2 dan pulse rate
serta sistem alarm prioritas merupakan alat yang dibangun
berdasarkan prinsip kerja dasar pulse oximetry namun
dikembangkan dengan sistem alarm prioritas sebagai sistem
pengaman terhadap kondisi pasien.
2. Nilai pulse rate pada pulse oximetry ini diambil dari hasil
denyutan akibat adanya aliran darah pada jari ketika jantung
berdenyut. Dan nilai pada pulse rate hampir samadengan denyut
jantung karena merupakan refreksi dari denyut jantung itu sendiri.
Namun penggunaan pulse rate sebagai parameter denyut jantung
hanya dapat digunakan jika tidak terdapat alat untuk mengukur bpm
(beat per minute) pada suatu tempat
3. Nilai saturasi oksigen yang terukur pada pulse oximetry ini
masih belum akurat karena hanya mencapai 98%, sehingga
perlu dikaji ulang terhadap keluaran alat.
4. Nilai dari pulse rate tidak dapat diambil karena sinyal keluaran
terlalu
5. kecil dan ketika dikuatkan terdapat banyak arus liar sehingga
mempersulit proses pengolahan sinyal.
6. Alarm prioritas dan indikator dapat berfungsi dengan baik untuk
nilai saturasi oksigen di bawah 90% dan 85%.
RESUME JURNAL
VALIDASI PULSE OXIMETER (SPO2) DALAM PENENTUAN KADAR
OKSIGEN
DALAM DARAH
A. Intisari
Kadar kejenuhan oksigen dalam darah merupakan hal yang penting untuk
mengetahui kondisi kesehatan tubuh. Jika tubuh manusia kekurangan atau
kelebihan oksigen maka akan menimbulkan penyakit dan gangguan sistem kerja
tubuh yang lain. Salah satu alat yang digunakan untuk mendeteksi kadar kejenuhan
oksigen dalam darah adalah pulse oximeter. Penelitian sebelumnya telah berhasil
merancang bangun pulse oximeter berbasis Arduino. Pulse oximeter tersebut
menghasilkan sinyal photoplestymograph (PPG) yang berkesesuaian dengan
sinyal-sinyal standart PPG pada 20 sampel uji. Sinyal PPG tersebut dapat diolah
untuk memberikan informasi kadar kejenuhan oksigen (SpO2) dalam darah. Pada
penelitian ini dilakukan validasi Pulse oximeter dengan membandingkan dengan
pulse oximeter komersial yaitu oximeter digital JZK-301. Hasil yang diperoleh
dari validasi ini adalah ralat simpangan terkecil adalah 4,83% sedang ralat terbesar
22,51%. Hal tersebut menghasilkan akurasi terbesar yaitu 95,17% yaitu pada
nomor responden 16 dan akurasi terkecil adalah 77, 49 % yaitu pada nomor
responden 12. Rata-rata ralat simpangan dari 20 data adalah 12,82% dengan
akurasi yang dihasilkan adalah 87,18%. Hal tersebut mengindikasikan pulse
oximeter yang telah dirancang bangun sendiri tersebut mempunyai efisiensi yang
yang cukup baik dan dapat dikembangkan lebih lanjut.
B. Pendahuluan
Informasi kadar kejenuhan oksigen dalam darah merupakan hal yang
sangat penting untuk mengetahui kondisi kesehatan tubuh manusia. Transport
oksigen dalam darah ada dua bentuk yaitu yang terlarut dalam plasma dan terikat
dengan hemoglobin. Oleh karena itu, maka akan terlihat perbedaan tertentu warna
darah yang mengandung banyak oksigen dan mengandung sedikit oksigen. Jika
kadar warna merah darah tersebut dapat diketahui maka dapat diketahui pula kadar
oksigen darah.
Penelitian sebelumnya telah berhasil merancang bangun pulse oximeter
menggunakan Arduino. Dari penelitian tersebut diperoleh sinyal
photoplestymograph (PPG) yang berkesesuaian dengan sinyal-sinyal PPG yang
dihasilkan oleh penelitian-penelitian yang lainnya [5], [6]. Di samping itu
telah diperoleh nilai SPO2 dari 20 sampel uji yang mencerminkan kadar kejenuhan
oksigen dalam darah. Namun demikian, dalam instrumentasi kesehatan akurasi dan
kehandalan instrument medis menjadi hal sangat penting dan krusial untuk
diperhatikan karena menyangkut informasi kesehatan manusia. Oleh sebab itu
dalam pengembangan intrumentasi medis dilakukan berbagai tahapan pengujian.
Pada penelitian ini dilakukan validasi pada pulse oximeter yang telah dirancang
bangun tersebut dengan cara membandingkan dengan pulse oximeter komersial
yang telah dikalibrasi sebelumnya.
C. Metodologi Penelitian
Validasi pulse oximeter dilakukan dengan dua langkah pengujian. Langkah
pertama adalah dengan melakukan kalibrasi oximeter komersial. Langkah
selanjutnya dengan membandingkan kejenuhan oksigen dalam darah hasil SPO2
dari pulse oximeter yang telah dirancang bangun dengan pulse oximeter yang
beredar komersial tersebut. Dari perbandingan tersebut akan diperoleh
simpangan kedua pulse oximeter yang dapat digunakan untuk menghitung nilai
ralatnya. Pulse oximeter diujikan pada 20 data sampel secara random.
D. Hasil dan Pembahasan
Sinyal AC yang terdeteksi ini merupakan sebuah sebuah bentuk gelombang
pulsatil dengan frekuensi yang terlihat, sedangkan sinyal DC merupakan
sinyal frekuensi lemah yang melapisi sinyal AC. Sinyal AC ini menunjukkan
tanda sinkronisasi antara perubahan volume darah, terutama pada arteri darah
dengan setiap denyut nadi . Kenaikan volume darah arteri menyebabkan
penurunan jumlah cahaya yang menjangkau sensor fotodioda. Adapun data
pengukuran nilai SPO2 disajikan pada Tabel1.

E. Kesimpulan
Penelitian ini telah memvalidasi oximeter hasil rancang bangun sendiri
dengan nilai akurasi rata-rata 87,17% simpangan rata-rata 12,82 %. Hal tersebut
mengindikasikan hasil yang cukup baik dan berpotensi untuk dikembangkan lebih
lanjut.
Rancang Bangun Sistem Monitoring Denyut Jantung SpO2 dan Suhu Tubuh
Penderita COVID-19 Berbasis IoT

HASIL DAN PEMBAHASAN


Alat monitoring denyut jantung, saturasi oksigen (SpO2), dan suhu tubuh
penderita COVID-19 berbasis IoT memiliki tiga sensor, yaitu sensor denyut jantung,
sensor saturasi osigen dalam darah, dan sensor suhu. Skema elektrik alat tersebut dapat
ditunjukkan pada Gambar 1.

Gambar 1. Skema elektrik alat monitoring denyut jantung, saturasi oksigen (SpO2),
dan suhu tubuh penderita COVID-19

Sensor denyut jantung yang digunakan adalah AD8232 keluaran Grove. Dalam
Sensor ini terdapat led hijau dan photodiode, cahaya yang keluar dari led akan diserap
sebagian oleh pembuluh darah dan sebagian lagi akan dipantulkan, intensitas pantulan
cahaya ini yang nantinya akan di terima oleh photodiode dan diterjemahkan menjadi
laju denyut jantung permenit. Hasil pengukuran dari sensor ini dipengaruhi oleh
tebalnya kulit dan banyaknya pembuluh da rah dibawah kulit. Idealnya sensor ini
diletakkan di jari namun pada penelitian kali ini peneliti mencoba meletakkannya di
pergelangan tangan. Hasilnya sensor bekerja kurang maksimal, terkadang hasil
pembacaan melebihi 150 bpm padahal hasil ukur menggunakan oximetry hanya
mencapai 90 bpm.
Sensor saturasi oksigen yang digunakan dalam penelitian ini adalah MAX 30100.
Idealnya sensor diletakkan di jari namun bisa juga dibagian tubuh lain yang memiliki
pembuluh darah pada penelitian ini peneliti meletakkannya di pergelangan tangan.
MAX 30100 menggunakan Led merah, infrared dan photodiode, keluaran infrared dan
led merah akan dipantulkan oleh pembuluh darah kemudian ditangkap oleh photodiode,
perbandingan intensitas cahaya led dan inframerah inilah yang kemudian diterjemahkan
menjadi banyaknya oksigen dalam darah dimana perbandingan intensitas infrared dan
cahaya led bergantung pada saturasi oksigen dalam pembuluh darah. Cahaya keluaran
led merah terang dan redup secara periodik sehingga nilai saturasi oksigen hasil
pembacaan membesar dan mengecil secara periodik, nilai yang mendekati hasil ukur
oximetry adalah nilai ketika led merah menyala paling terang.
Sensor suhu yang digunakan dalam penelitian ini adalah MPU6050, sensor ini
biasanya digunakan untuk mengukur suhu ruangan namun dalam penelitian ini peneliti
menggunakannya untuk mengukur suhu tubuh. Sensor ditempelkan pada kulit tubuh
sehingga sensor akan membaca suhu tubuh. Hasil pembacaan sensor ini memang cukup
lama yakni 1 menit untuk kenaikan suhu 1oC namun memiliki hasil ukur yang akurat.
Di antara komunikasi sensor dan mikrokontroler terdapat multiplexer I2C yakni
TCA9548A. Multiplexer digunakan karena pada nodeMCU hanya ada sepasang pin i2c
sedangkan ketiga sensor dan oled masing-masing memerlukan sepasang pin i2c.
Multiplexer berfungsi sebagai selector yang mengatur jalannya data, memilih slave yang
dapat melakukan komunikasi serial dan slave mana yang harus menunggu. Jika tidak
ada multiplixer maka alat akan error dan berhenti bekerja.
Mikrokontroler yang digunakan adalah NodeMCU ESP8266, NodeMCU
ESP8266 dipilih sebagai mikrokontroler karena ukurannya yang kecil, bisa mengolah
data juga terkoneksi internet. Mikrokontroler berfungsi untuk pengolah data hasil
pembacaan sensor kemudian ditampilkan di lcd oled dan di kirimkan ke website
thingspeak.com.
Perangkat yang digunakan utuk menampilkan data adalah lcd OLED dengan
ukuran 128 x 64 pixel. Led-led dalam lcd ini akan menyala sesuai dengan program yang
dimasukkan sehingga bisa membentuk gambar atau tulisan.
Platform IoT yang digunakan untuk menampilkan data di website adalah
thingspeak. Data yang ditampilkan di website thingspeak berupa grafik yakni grafik data
pembacaan sensor terhadap waktu. Nilai dari grafik ini bisa disimpan atau didownload
sehingga memudahkan untuk melakukan analisis. Thingspeak ini bisa di akses
dimanapun dan kapanpun, bergantung pada koneksi internet pada saat itu.
Battrey yang digunakan adalah batrrey lithium polimer dengan kapasitas
1000mAh dan tegangan output 3,7 Volt. Dari hasil pengujian didapati dengan kapasitas
1000mAh alat mampu bertahan selama 6 jam. Tegangan input NodeMCU berkisar 3–5
Volt sehingga dengan tegangan batrrey 3,7 Volt NodeMCU dapat berfungsi dengan
baik.
Berikut ini merupakan flowchart program dalam penelitian ini.

Start

Inisialisasi
No
Yes
Input

Olah Data Tampilan


ThingSpeak

Tampilan
OLED

Gambar 2. Flowchart program


Start : memulai menyalakan seluruh komponen
Inisialisasi : menginisialisasi sensor AD8232, sensor max 30100, sensor MPU6050
dan lcd oled. Jika semua berfungsi maka akan lanjut ke proses namun
jika salah satu tidak berfungsi maka akan kembali ke start.
Input : sensor-sensor membaca detak jantung, kadar oksigen, dan suhu
tubuh.
Proses : hasil pembacaan sensor di olah oleh mikrokontroler dan dikirim
melalui jaringan internet
Oled : data yang telah diolah oleh mikrokontroler ditampilkan pada lcd oled
Thingspeak : data yang dikirim oleh mikrokontroler ditampilkan dalam website
thingspeak berupa grafik.

Pengujian alat dilakukan pada sembilan responden dengan cara menempelkan alat
pada pergelangan tangan seperti pada Gambar 3. sebagai pembandingnya digunakan
oximetry dan termometer badan.

Gambar 3. Contoh pengambilan data

Hasil pembacaan laju denyut jantung mudah berubah sehingga menunggu setabil
untuk melakukan pencatatan, sedangkan pengambilan data saturasi oksigen diambil
ketika intensitas cahata led paling terang dan pengambilan data suhu tubuh menunggu
hasil pembacaan MPU6050 tidak mengalami kenaikan lagi.

Tabel 1. Hasil Pembacaan Sensor Denyut Jantung


AD8232 Pulse
(BPM) Oximetry Error (%)
(BPM)
59,20 58 2,03
69,05 67 2,97
74,15 78 5,65
78,90 74 6,21
AD8232 Pulse
(BPM) Oximetry Error
(BPM) (%)
80,26 80 0,09
81,96 91 11,43
83,32 84 0,42
86,04 83 3,92
91,13 89 2,71
Rata-rata 4,12
Error

Tabel 1 merupakan hasil pengukuran denyut jantung terhadap sembilan responden


yang bergeda. Berdasarkan hasil pengukuran tersebut didapatkan selisih hasil ukur yang
mengakibatkan error bekisar 0,42% sampai 11,43% dengan rata-rata error sebesar
4,12%. Selisih pengukuran terbesar mencapai 9,04 bpm. Sensor AD8232 idealnya
digunakan pada jari namun pada penelitian ini mencoba mengenakannya pada
pergelangan tangan hal ini berpengaruh pada intensitas cahaya yang masuk pada
photodiode sehingga hasil ukur kurang maksimal.

Tabel 2. Hasil Pembacaan Sensor Saturasi Oksigen


Max301 Pulse
00 Oximetry Error
(%) (%) (%)
95,98 97 1,06
96,12 95 1,16
96,51 95 1,22
96,51 97 0,85
97,44 94 3,19
97,70 98 0,30
97,97 99 0,71
97,97 98 0,03
96,12 95 1,16
Rata-rata 1,27
Error

Tabel 2 merupakan hasil pengukuran saturasi oksigen dalam darah terhadap


sembilan responden yang berbeda. Berdasarkan hasil pengukuran tersebut didapatkan
selisih hasil ukur berkisar antara 0,23% hingga 2,85% dengan error bekirsar 0,03%
sampai 3,19 % dan rata-rata error sebesar 1,27%.

Tabel 3. Hasil Pembacaan Sensor Suhu Tubuh


MPU605 Termomete
0 r Error
(C) (C) (%)
35,68 35,3 1,09
35,82 36 0,51
35,87 35,5 1,05
35,87 36,5 1,72
35,92 35,7 0,61
35,96 36,2 0,66
35,99 36 0,02
35,99 36,3 0,85
36,06 36,5 1,19
Rata-rata 0,35
Error
Tabel 3 menunjukan hasil pengukuran suhu tubuh terhadap sembilan responden
yang berbeda. Menggunakan sensor MPU6050 yang bisa mengukur suhu sekitar dan
termometer badan sebagai pembandingnya. Berdasarkan hasil pengukuran tersebut
didapatkan beda hasil ukur berkisar antara 0,01 hingga 0,63
derajat celcius dengan error berkisar antara 0,02 % hingga 1,72 % dan error rata- rata
0,35 %. Penggunaan sensor MPU 6050 umumnya digunakan untuk pengukuran suhu
ruangan namun dengan didapatkannya error yang kecil penelitian ini mebuktikan
MPU6050 juga cocok untuk pengukuran suhu tubuh. Pembacaan MPU6050 cukup lama
yakni membutuhkan waktu kurang lebih 1 menit unuk mendeteksi kenaikan suhu
sebesar 1oC.
Pengiriman data melalui jaringan internet menggunakan ESP8266 yang
dikoneksikan dengan wifi kemudian ditampilkan dalam website thingspeak.com.

Gambar 4. Grafik Hasil Pengukuran pada tampilan ThingSpeak


Hasil pengukuran ditampilkan dalam bentuk grafik yang mana dapat ditunjukkan
dalam grafik pada Gambar 4.

Gambar 5. speedtest.net

Pengukuran kecepatan jaringan internet menggunakan speetest.net (Gambar 5) dari hasil


pengukuran tersebut didapatkan kecepatan jaringan internet sebesar 1,27 Mbps. Dalam
kecepatan 1,27 Mbps tersebut ESP8266 mampu mengirimkan 16 data dari 220 data hasil
pembacaan sensor dengan jeda sekitar 16 – 60 detik. Data yang ditampilkan dalam
Thingspeak juga sudah sesuai nilainya dengan hasil pengukuran.

KESIMPULAN
Telah berhasil dibuat alat monitoring denyut jantung, saturasi oksigen dalam darah,
dan suhu tubuh berbasis IoT. Hasil ukur denyut jantung masih menunjukan error yang
besar yakni sebesar 6,67% sedangkan hasil ukur saturasi oksigen dan suhu tubuh memiliki
error relatif kecil yakni sebesar 1,19 % dan 0,3 %. Hasil pengukuran dapat dilihat pada
website Thingspeak.com dalam bentuk grafik. Pengiriman data dengan kecepatan internet
1,27 Mbps alat berhasil mengirimkan 16 dari 220 data dengan jeda 16-60 detik. Peletakan
sensor denyut jantung yang tidak tepat memberikan error yang cukup besar.

DAFTAR PUSTAKA

Imanda, A. R., Zuhroh, S., & Tholib, M. A. (2020). Rancang Bangun Sistem Monitoring
Denyut Jantung Spo2 dan Suhu Tubuh Penderita Covid-19 Berbasis loT. Malang.
MONITORING SATURASI OKSIGEN MENGGUNAKAN SPO2 MAX 30100
BERBASIS ANDROID

A. Rancangan penelitian

Penelitian ini menggunakan sensor Max 30100 sebagai pengambilan data. Peneliti
melakukan pengambilan data sebanyak 5 kali pada 5 responden

1. Alat dan Bahan


Penelitian ini menggunakan sensor Max 30100 sebagai penyadap Spo2. Tampilan
pada alat ini menggunakan LCD 16x2 serta aplikasi Blynk sebagai aplikasi untuk
android

2. Percobaan
Dalam studi ini, setelah desain jadi, dilakukan pengujian hasil dari pembacaan
sensor Max 30100. Hasil dari pembacaan dapat di monitoring ditampilkan di LCD
dan Blnyk vital monitoring terhadap kondisi pasien.

B. Blok diagram

Dalam penelitian ini, sensor Max30100 melakukan penyadapan Spo2. Kemudian data
tersebut diproses menggunakan WeMos D1 Mini serta ESP8266 yang nantinya akan
ditampilkan pada LCD serta terdapat aplikasi blynk untuk mengirimkan data menuju android
.
1. Max 30100
Max 30100 berfungsi sebagai penyadap Spo2.
2. LCD
LCD sebagai tampilan yang akan menampilkan hasil sadapan sensor
Max30100.
3. WeMos D1 mini Wifi
WeMos D1 mini Wifi sebagai pengolah data .
4. Aplikasi Blynk
Aplikasi Blynk adalah Aplikasi untuk iOS dan OS Android untuk mengontrol
WeMos D1, dapat di gunakan untuk mengendalikan perangkat hadware,
menampilkan data sensor dan lain-lain.

Gambar 2. Aplikasi Blynk

C. Diagram Alur
Pada saat alat mulai start maka

LCD akan menginisialisasi pada saat itu juga sensor Max30100 akan memulai
penyadapan sudah berjalan. Kemudian hasil akan ditampilkan pada layar LCD dan hasil data
akan dikirimkan melalui Aplikasi blynk ditunjukan pada gambar.2

Pada saat Aplikasi Blynk sudah terkoneksi internet kemudian data akan dikirimkan
melalui hospot wifi yang sudah terhubung dan akan ditampilkan di Aplikasi Blynk yang
sudah dibuat penampilan datanya.

D. Skema rangkaian

Perancangan perangkat keras untuk alat montoring Spo2 terdiri dari beberapa komponen
dasar yaitu sensor Max30100, Mikrokontroller WeMos D1 mini dan LCD 16x2. Sensor
yang digunakan adalah Max30100 karena tingkat akurasi yang baik dikarenakan sensor ini
adalah sensor digital sehingga mudah untuk di kalibrasi.
HASIL DAN PEMBAHASAN

Hasil yang didapat dari pengujian 5 kali percobaan didapat hasilnya cukup akurat
yaitu seperti pada tabel 1 berikut

Pada Tabel 1 terlihat nilai yang bervariasi tiap orangnya dikarenakan fluktuasi
pembacaan sensor terus berjalan sehingga terjad naik turun nilai namun tidak terlalu
signfikan. Jadi dilakukan 5 kali percobaan pada setiap orang dengan alat yang sama lalu nilai
yang dihasilkan di catat. Tingkat keakuratan alat bisa dilhat dari nilai yang hasilkan dan juga
nilai yang terbaca antara kadar1 hingga ke 5. Pada percobaan disimpulkan bahwa sensor
dapat mendeteksi dengan baik kadar oksigen dalam darah dengan akuratan sensor max30100
yang bisa dipakai ini dibuktikan dengan perbedaan kadar 1 hingga 5 tiap2 orang tidak terlalu
jauh bedanya.

DAFTAR PUSTAKA

Hyperastuty, Agoes Santika; Mukhammad, Yanuar;. (2021). Monitoring Saturasi Oksigen


Menggunakan Spo2 Max 30100 Berbasis Arduino. Kediri.
RANCANG BANGUN PULSE OXIMETER BERBASIS IOT

(INTERNET OF THINGS)

Pendahuluan

Hemoglobin merupakan molekul protein di dalam darah yang berfungsi untuk mengikat

oksigen. Salah satu indikator yang sangat penting dalam suplai oksigen di dalam tubuh adalah

saturasi oksigen. Karena saturasi oksigen bisa menunjukkan apakah hemoglobin dapat

mengikat oksigen atau tidak. Sehingga kekurangan oksigen yang dapat mengakibatkan

rusaknya organ-organ yang penting dalam tubuh dapat ditanggulangi. Pemantauan saturasi

oksigen sangat penting bagi pasien yang baru selesai menjalani operasi, ataupun yang

mengalami gangguan pernapasan dan kardiovaskuler (Mallo dkk, 2012).

Pengukuran dari denyut jantung dan denyut oksimetri merupakan faktor yang sangat penting

untuk mengetahui kondisi sistem kardiovaskular dari manusia. Persentasi dari saturasi darah

arteri dengan oksigen membantu untuk menunjukkan keefektifan sistem pernapasan pasien

(Jahan, et al., 2014)).

Berdasarkan hasil telusur pustaka dari Pulse Oximeter yang pernah dibuat oleh Teguh

Pratomo (2016) tentang “Fingerstip Pulse Oxymeter Tampil PC (SpO2)”, disebutkan bahwa

Alat belum dilengkapi dengan penyimpanan untuk proses analisa sinyal Pleth dan perlu

penyempurnaan software agar tampilan mampu tersetting secara otomatis sesuai referensi

kepekatan darah setiap pasien. Kemudian penelitian ini dikembangkan oleh Muhammad

Alimul Husni (2017) dengan judul “Patient Monitor Tampil PC (SpO2 dan BPM)”,

ditemukan bahwa pada alat tersebut masih menggunakan Mikrokontroller AVr dan Tampilan

Delphi. Dan dikembangkan pula oleh Pramita Galuh Ajeng Pradana (2017) dengan judul

“Perancangan Alat Ukur Saturasi Oksigen dalam Darah Tampil LCD Grafik”, dimana pada

alat ini telah mampu menampilkan sinyal pada LCD grafik tetapi pemrograman yang

digunakan masih Avr dan alat belum dapat dijadikan untuk central monitoring. Ketiga alat
tersebut pun masih menghadapi masalah noise dari pergerakan tangan pasien dan perbedaan

spesifikasi finger sensor yang mempengaruhi hasil pembacaan. Berdasarkan telusur pustaka

diatas, penulis ingin menggunakan basis IoT (Internet of Things) sebagai tampilan dari sinyal

SpO2 untuk menjawab urgensi dari pemantauan sinyal SpO2 secara terusmenerus,

memudahkan perawat agar dapat melihat sinyal SpO2tanpa harus mendatangi pasien,

membantu dokter spesialis untuk mengakses data tersebut secara real-time dari mana saja,

serta dapat mendiskusikan hasil dari data tersebut dengan dokter spesialis lain. Data akan

ditampilkan pada Website ThingSpeak dan dilakukan analisis efektifitas alat, nilai eror dan

loss data pada sinyal sebelum dan setelah pengiriman. Dengan cara ini penulis dapat

menggunakan modul dengan harga yang terjangkau dan website yang memberikan fasilitas

pengolahan dan penyimpanan data, komunikasi antar pengguna dan warning jika data keluar

dari batas normal. Sehingga penulis dapat membuat alat yang lebih efisien dari alat yang

telah dibuat sebelumnya dengan kegunaan yang dapat dikembangkan.

METODOLOGI PENELITIAN

Blok Diagram
Pembahasan

Rangkaian Astable dan Driver Spesifikasi dari rangkaian astable yang diperlukan adalah:

1. Menggunakan IC NE555.

2. Menggunakan tegangan +5VDC dan GROUND.

3. Konektor J15 digunakan untuk pengukuran output dari IC NE555.

4. Konektor J16 digunakan untuk mengukur output rangkaian astable dan driver.
Rangkaian Demultiplexer

Spesifikasi dari rangkaian demultiplexer yang diperlukan adalah:

1. Menggunakan IC CD4051.

2. Menggunakan tegangan +5 VDC, -5VDC dan GROUND.

3. Kaki 11, 10, 9 dan 6 pada IC dipergunakan untuk mengatur pengaktifan kaki output

Demultiplexer.

4. Kaki 13 dan 14 dipergunakan untuk mengukur output demultiplexer.

Rangkaian Amplifier dan Filter

Spesifikasi dari rangkaian amplifier yang diperlukan adalah:

1. Menggunakan IC LF353

2. Membutuhkan tegangan input IC sebesar +12VDC, -12VDC

3. Rumus penguatan rangkaian: 𝐺 = 𝑅𝑓 𝑅𝑖 + 1

4. Konektor J4 sebagai output dari amplifier dan filter dari demultiplexer kaki 14.

5. Konektor J5 sebagai output dari amplifier dan filter dari demultiplexer kaki 13.

6. Didapatkan rangkaian seperti gambar di bawah ini:

Pada rangkaian penguat pertama, output photo diode akan dihubungkan kapasitor sebagai

coupling untuk memblok tegangan DC dan hanya melewatkan sinyal dari output

demultiplexer. Sinyal tersebut akan masuk ke penguat pertama. Penguat yang digunakan

adalah penguat non-inverting dengan penguatan sebesar 101 kali. Untuk penguatan kedua

digunakan rangkaian yang sama seperti pada penguatan pertama, agar filter lebih dapat
menekan amplitudo pada saat melewati frekuensi cut off dan sinyal dikuatkan lagi sebesar

101 kali.

Langkah-langkah pengaturan/pengujian yaitu:

1. Mengatur time/div dan scale atau menekan tombol autoset pada osiloskop digital.

2. Memeriksa output pada konektor J4 dan J5 pada rangkaian amplifier dan filter

menggunakan osiloskop

Rangkaian LPF 0,8 Hz

Spesifikasi Rangkaian LPF 0,8 Hz yang diperlukan adala

1. Menggunakan IC LF353 sebagai NonInverting dan Buffer.

2. Menggunakan tegangan sebesar +12 VDC dan -12 VDC.

Langkah-langkah pengujian yaitu:

1. Mengatur time/div dan scale atau menekan tombol autoset pada osiloskop digital.

2. Memeriksa output pada konektor J8 dan J9 dirangkaian LPF 0,8 Hz menggunakan

osiloskop

Pengukuran dan Pengujian


Berdasarkan hasil pembandingan dengan menggunakan pulse oximetry didapatkan hasil yang

berbeda/adanya selisih nilai. Nilai error yang didapat paling besar adalah 1,36% dan paling

kecil adalah 0,3%. Nilai ketidakpastian diperoleh karena masih adanya faktor luar, seperti

pergerakan dari responden dan lain-lain. Sehingga nilai ketidakpastian harus dihitung juga.

Nilai terbesar ketidakpastian adalah 0,33 dan nilai terkecilnya adalah 0.

Kesimpulan

Berdasarkan hasil pembahasan dan tujuan pembuatan modul dapat disimpulkan bahwa: 1.

Pada rangkaian filter didapat hasil pendataan dari perhitungan dan pengukuran. Dari hasil

perhitungan dan pengukuran tersebut menghasilkan nilai error terbesar pada rangkaian high

pass filter 2,34 Hertz sebesar 0,14% dan nilai error terbesar pada rangkaian low pass filter

2,34 Hertz sebesar 0,09%.


Mengetahui Nilai Saturasi Oksigen dan Cara
Meningkatkannya
Mengetahui nilai saturasi oksigen normal merupakan hal yang penting, terutama saat
pandemi COVID-19 seperti saat ini. Pasalnya, banyak penderita COVID-19 yang kerap
mengalami penurunan saturasi oksigen tanpa disadari. Simak penjelasan lengkapnya di sini.
Saturasi oksigen merupakan nilai yang menunjukkan kadar oksigen di dalam darah. Nilai ini
sangat berpengaruh terhadap berbagai fungsi organ dan jaringan tubuh. Pengukuran nilai
saturasi oksigen dapat dilakukan dengan 2 cara, yakni dengan analisis gas darah (AGD) atau
menggunakan alat oximeter.

Cara Mengukur Nilai Saturasi Oksigen

Analisis gas darah adalah metode pengukuran saturasi oksigen yang dilakukan dengan cara
mengambil sampel darah dari pembuluh darah arteri. Hasil analisis gas darah sangat akurat,
karena pengukurannya dilakukan di rumah sakit dan dikerjakan oleh tenaga medis
profesional.
Sementara itu, oximeter adalah alat pengukur saturasi oksigen yang berbentuk klip.
Pengukurannya dilakukan dengan cara menjepitkan oximeter pada jari tangan. Saturasi
oksigen kemudian akan diukur berdasarkan jumlah cahaya yang dipantulkan oleh sinar
inframerah, yang dikirim ke pembuluh darah kapiler.
Berbeda dengan analisis gas darah, pengukuran saturasi oksigen dengan oximeter bisa
dilakukan sendiri dengan mudah di rumah. Oximeter bahkan kini direkomendasikan oleh
Badan Kesehatan Dunia (WHO) untuk dimiliki di setiap rumah guna mengukur nilai saturasi
oksigen secara berkala.
Memahami Interpretasi Nilai Saturasi Oksigen

Hasil pengukuran saturasi oksigen yang dilakukan dengan analisis gas darah ditunjukkan
dengan istilah PaO2 (tekanan parsial oksigen). Sementara itu, hasil pengukuran saturasi
oksigen dengan menggunakan oximeter ditunjukkan dengan istilah SpO2.
Di bawah ini adalah cara membaca hasil pengukuran saturasi oksigen:

Saturasi oksigen normal

Berikut adalah nilai saturasi oksigen normal pada orang dengan kondisi paru-paru yang sehat
atau tidak memiliki kondisi medis tertentu:

 Analisis gas darah (PaO2): 80–100 mmHg


 Oximeter (SpO2): 95–100%

Sementara itu, pada orang yang memang memiliki penyakit paru-paru, seperti PPOK, nilai
saturasi oksigen normalnya bisa berbeda, tergantung pada kondisi dan penyakit yang
dideritanya. Misalnya, orang dengan PPOK berat mungkin akan diminta oleh dokter untuk
mempertahankan saturasi oksigen normalnya pada nilai SpO2 88–92%.

Saturasi oksigen rendah

Berikut adalah kriteria nilai saturasi oksigen rendah atau di bawah normal:

 Analisis gas darah (PaO2): di bawah 80 mmHg


 Oximeter (SpO2): di bawah 94%

Orang yang memiliki saturasi oksigen rendah atau hipoksemia bisa merasakan berbagai


gejala, seperti nyeri dada, sesak napas, batuk, sakit kepala, detak jantung cepat, kebingungan,
dan kulit membiru.
Kendati demikian, orang yang mengalami hipoksemia juga bisa tidak merasakan gejala apa
pun. Kondisi ini yang disebut dengan happy hypoxia ini bisa terjadi pasien COVID-19.
Hipoksemia, baik yang menimbulkan gejala maupun tidak, bisa menganggu kerja organ dan
jaringan tubuh. Bila dibiarkan, hal ini dapat menyebabkan kerusakan pada organ vital, seperti
jantung, otak, dan ginjal, dan berisiko menyebabkan komplikasi yang berbahaya.

Saturasi oksigen tinggi

Pada orang yang sehat, kadar saturasi oksigennya terkadang bisa tinggi. Namun, umumnya
kondisi saturasi oksigen tinggi lebih sering ditemukan pada orang yang mendapat terapi
oksigen, baik dengan selang atau masker oksigen maupun pada pasien yang mendapatkan
bantuan pernapasan lewat mesin ventilator.
Untuk mendeteksi saturasi oksigen yang terlalu tinggi, ini hanya bisa dilakukan dengan
menggunakan pemeriksaan analisis gas darah, yakni dengan hasil PaO2 di atas 120mmHg.

Meningkatkan Saturasi Oksigen dengan Berbaring Tengkurap

Saturasi oksigen yang menurun bisa diobati dengan pemberian terapi oksigen, baik melalui
selang oksigen atau masker oksigen. Pada pasien yang tidak bisa bernapas spontan atau
mengalami henti napas, penggunaan alat bantu napas, seperti ventilator, mungkin akan
diperlukan.
Selain itu, dokter juga bisa melakukan teknik tertentu pada pasien untuk meningkatkan
saturasi oksigen.
Teknik proning  atau posisi pronasi  adalah salah satu cara yang bisa dilakukan untuk
membantu meningkatkan saturasi oksigen yang rendah, baik pada pasien yang menjalani
isolasi mandiri di rumah atau pada pasien COVID-19 gejala berat yang dirawat di rumah
sakit.
Teknik proning  dilakukan dengan cara memposisikan pasien berbaring tengkurap. Ini karena
posisi tengkurap memungkinkan kantung udara di dalam paru-paru untuk mengembang
sepenuhnya, sehingga oksigen bisa masuk ke dalam tubuh dengan lebih maksimal.
Berikut adalah cara meningkatkan saturasi oksigen dengan teknik proning atau berbaring
tengkurap:

Posisi 1:

 Tempatkan bantal di bawah kepala.


 Berbaring tengkurap dengan kepala menoleh ke satu sisi.
 Selipkan kedua tangan di bawah dada.

Posisi 2:

 Tempatkan bantal di bawah kepala dan di bawah perut.


 Berbaring tengkurap dengan kepala menoleh ke satu sisi.
 Posisikan kedua tangan di samping bantal.

Posisi 3:

 Tempatkan bantal di bawah kepala.


 Berbaring tengkurap dengan kepala menoleh ke satu sisi.
 Tekuk kaki yang sama dengan arah kepala menoleh, membentuk sudut 90 derajat.
Sebagai contoh, bila kepala menoleh ke sisi kanan, maka kaki yang ditekuk juga kaki
kanan.
 Tempatkan bantal di bawah kaki yang ditekuk agar lebih nyaman.
 Posisikan tangan senyaman mungkin.

Posisi 4:

 Tempatkan bantal di bawah kepala.


 Berbaring menyamping ke satu sisi.
 Tempatkan bantal tambahan di depan tubuh dan sisi tubuh yang menempel di tempat
tidur serta di antara kedua lutut untuk menyangga badan.

Anda bisa lakukan 4 teknik proning ini untuk meningkatkan saturasi oksigen yang rendah.
Ubahlah posisi setiap 1–2 jam sekali, agar teknik proning bisa dilakukan dengan nyaman.
Selain itu, jangan lupa juga untuk terus memantau saturasi oksigen Anda secara teratur, ya.
Apabila setelah melakukan teknik proning, saturasi oksigen Anda tetap rendah atau justru
semakin menurun atau jika Anda mengalami keluhan tertentu, seperti sesak napas, lemas,
nyeri dada, atau penurunan kesadaran, segeralah hubungi dokter agar kondisi Anda bisa
terpantau dan ditangani dengan tepat.
PERANCANGAN PULSE OXIMETRY DENGAN SISTEM ALARM PRIORITAS
SEBAGAI VITAL MONITORING

TERHADAP PASIEN

Intisari

Pulse oximetry merupakan suatu metode non-invasive yaitu metode pengukuran dari luar
tubuh untuk pengukuran nilai saturasi oksigen dan pulse rate yang merupakan parameter vital
untuk pendeteksian lebih dini terhadap kekurangan oksigen tingkat lanjut. Metode non-
invasive menggunakan prinsip penyerapan panjang gelombang cahaya merah (660 nm) dan
inframerah (940 nm) yang dideteksi oleh photodioda sebagai detektor pada saat adanya aliran
darah yang mengalir melewati pembuluh darah pada ujung jari tangan.

Pengukuran saturasi darah dan pulse rate ini menggunakan sensor oksigen Nellcor DS100A
dan mikrokontroler ATmega 8535 sebagai pengolah data serta LCD sebagai penampil data
hasil pengukuran. Data yang dibaca oleh sensor akan dikirimkan ke mikrokontroler untuk
diolah kemudian ditampilkan datanya pada LCD.

Penelitian ini menambahkan suatu sistem alarm prioritas sebagai penanda kondisi yang tidak
baik pada pasien sehingga kondisi pasien dapat terus teramati. Sistem alarm prioritas akan
berfungsi ketika nilai dari saturasi oksigen berada di bawah nilai 92% dan nilai pulse rate
kurang dari 60 pulsa sehingga memerlukan penangan lebih lanjut agar tidak terjadi hal yang
membahayakan pasien.

PENDAHULUAN

Latar Belakang

Teknologi di bidang kesehatan saat ini semakin berkembang seiring dengan pemenuhan
kebutuhan seseorang terhadap kondisi kesehatannya. Pada suatu instansi seperti sebuah
rumah sakit, keberadaan alat monitoring sangat diperlukan untuk memantau kondisi pasien
yang membutuhkan penanganan cepat sehingga setiap perubahan terhadap kondisi pasien
harus selalu terpantau. Salah satu alat monitoring keadaan pasien yang vital adalah pulse
oximetry. Pulse oximetry biasanya berada pada unit atau ruangan dengan kasus tindakan
tinggi dan cepat seperti ruang ICU. Pulse oximetry merupakan suatu metode non-invasive
yang digunakan di luar organ tubuh untuk memonitor persentase saturasi oksigen dalam
darah. Oksigen merupakan suatu
kebutuhan pokok untuk kelangsungan hidup. Pada manusia, oksigen yang terdapat dalam
darah berfungsi untuk mengubah glukosa menjadi energi bagi tubuh. Kekurangan oksigen
dalam darah dapat membuat tubuh mengalami masalah yang serius seperti pingsan, stroke
ringan hingga stroke berat.

Telah banyak jenis pulse oximetry yang dijual di pasaran. Namun, mengingat pentingnya
fungsi pulse oximetry sebagai alat untuk memantau kondisi pasien maka diperlukan adanya
alarm prioritas yang berfungsi sebagai pengingat atau penanda apabila terjadi kerusakan atau
kegagalan pada alat maupun pasien. Fungsi alarm prioritas dalam pengukuran dan
pemantauan pasien dengan menggunakan pulse oximetry sangat penting untuk pencegahan
terjadinya kegagalan dengan resiko tinggi terhadap pasien. Oleh sebab itu, penelitian pada
skripsi ini akan mengangkat judul “Perancangan Pulse Oximetry dengan Sistem Alarm
Prioritas sebagai Vital Monitoring terhadap Pasien.”

Rumusan Masalah

Adapun rumusan masalah yang akan dibahas pada penelitian ini meliputi :

a. Bagaimana merancang dan membangun pulse oximetry dengan dua parameter


pengukuran yaitu SpO2 dan pulse rate.

b. Bagaimana cara kerja sistem alarm prioritas sebagai penanda terjadinya kegagalan
pada pulse oximetry.

Batasan Masalah

Sesuai rumusan masalah yang telah dikemukakan, maka adapun batasan masalah yang dapat
dikaitkan dalam penelitian ini yaitu

a. Rancang bangun pulse oximetry dengan SpO2 dan pulse rate sebagai parameter utama
untuk memantau keadaan pasien dengan menggunakan ATmega 8535.

b. Pelaksanaan sistem alarm prioritas untuk menunjukkan prioritas kegagalan yang harus
segera ditangani dan sebagai vital monitoring terhadap kondisi pasien.

Tujuan Penelitian

Adapun tujuan dari penelitian yang dilakukan yaitu:

a. Merancang dan membangun pulse oximetry dengan dua parameter utama yaitu SpO2 dan
pulse rate.

b. Membangun aplikasi penampilan dua parameter tersebut sebagai vital


monitoring terhadap pasien.

c. Membangun sistem alarm prioritas pada pulse oximetry sebagai penanda terjadinya
kondisi yang tidak normal pada pasien maupun alat.
Manfaat Penelitian

1. Bagi Pelaku Kesehatan

a. Perawat, dokter ataupun pengguna lainnya Memudahkan proses pelayanan kesehatan


khususnya di ruang ICU dan memantau kondisi keadaan pasien tanpa harus selalu berada di
dekat pasien. Sistem alarm akan memberikan tanda apabila terjadi kegagalan pada

pasien sehingga user diharapkan mampu mengambil tindakan cepat terhadap pasien ketika
alarm berbunyi.

b. Pasien

Meningkatkan rasa aman dan nyaman dari pasien karena kondisinya dapat terus terpantau
oleh user. Ketika terjadi kegagalan, user akan segera mengambil tindakan cepat untuk
mengatasi masalah tersebut sehingga resiko kematian pada pasien dapat dikurangi.

2. Bagi pengembangan ilmu pengetahuan dan teknologi

Menjadi salah satu referensi dalam upaya peningkatan pembelajaran tentang alat kesehatan
yang berfungsi sebagai pemantau atau monitoring kondisi pasien serta untuk menunjang
perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi dengan mengutamakan keselamatan
pasien melalui peringatan alarm jika terjadi kondisi yang tidak baik.

3. Bagi mahasiswa

a. Membantu pembelajaran bagi mahasiswa yang memiliki minat yang sama


dengan topik yang dibahas pada penelitian ini, untuk selanjutnya dikembangkan.

b. Menjadi suatu pengetahuan yang bermanfaat bagi mahasiswa yang menulis


penelitian ini.

Metodologi Penelitian

Pulse oximetry merupakan alat medis non-invasive yang digunakan untuk pemeriksaan
kondisi pasien. Pulse oximetry pada penelitian ini dirancang untuk menampilkan frekuensi
pulse rate yang dideteksi melalui pulse rate dan saturasi oksigen dalam darah yang menjadi
parameter andalan dan sangat diperlukan untuk mengetahui kondisi pasien saat pemeriksaan.
Untuk mendukung dan mempercepat proses penelitian maka digunakan beberapa metode,
yaitu:

1. Metode wawancara

Wawancara kepada narasumber dilakukan untuk mengumpulkan informasi mengenai alat dan
sistem yang digunakan saat ini.
2. Metode kepustakaan

Studi pustaka dilakukan dengan mencari berbagai referensi seperti buku, laporan penelitian,
jurnal, maupun informasi dari internet seperti e-book, blog, website dan sumber internet
lainnya. Studi pustaka juga dibutuhkan untuk membandingkan alat dari tiap-tiap generasi
yang telah digunakan.

3. Metode analisis dan evaluasi

Metode ini dilakukan dengan cara peninjauan secara langsung terhadap alat yang akan
diteliti. Peninjauan dilaksanakan dengan tujuan mengetahui kondisi alat dan menganalisis
sistem pada alat tersebut. Selanjutnya hasil analisis akan dievaluasi untuk mengetahui
kekurangan dari alat yang telah ada untuk kemudian dikembangkan.

4. Studi Laboratorium

Studi laboratorium dilakukan dengan melakukan pengujian terhadap alat dan sistem yang
telah dibangun dengan menggunakan perangkat- perangkat yang diperlukan. Pengujian akan
dilakukan kepada lima orang yang berbeda dengan melakukan pengukuran pada lima jari
yang berbeda setiap orangnya.

TINJAUAN PUSTAKA DAN LANDASAN TEORI

Tinjauan Pustaka

Pulse oximetry merupakan salah satu alat untuk memonitor keadaan saturasi dalam darah
(arteri) pasien, untuk membantu pengkajian fisik pasien tanpa harus melalui analisa tes
darah. Oksigen dalam darah sebagian besar berbentuk hemoglobin, jadi saturasi oksigen dari
darah yang diukur oleh pulse oximetry adalah persentase dari hemoglobin yang mengikat
oksigen dibandingkan dengan jumlah total hemoglobin di dalam darah (Putra, 2006).

Monitoring terhadap jantung sangat penting dilakukan mengingat tubuh manusia secara
kontinu melakukan sirkulasi darah ke seluruh tubuh termasuk untuk mengalirkan oksigen ke
seluruh tubuh. Nilai dari heart rate diperoleh dari pengukuran pulse rate dengan memeriksa
titik pulsa pada tubuh dan menghitung jumlah denyut per menit. Pada jari tangan manusia
terdapat pembuluh darah yang memiliki frekuensi atau irama aliran darah yang merupakan
representasi dari frekuensi pulse rate itu sendiri (Darwinsa, 2011).

Pengukuran heart rate dapat diperoleh dengan dua cara yaitu pengukuran bpm (beat per
minute) langsung terhadap jantung melalui EKG dan pengukuran nilai pulse rate pada
beberapa titik pulsa yang merepresetasikan frekuensi denyut jantung melalui aliran darah
yang mengalir ketika jantung berdenyut. Pengukuran saturasi oksigen dan heart rate (denyut
jantung) menggunakan prinsip transmisi cahaya tampak dan infra merah yang dipaparkan di
permukaan kulit jari dan akan berinteraksi dengan sel darah merah. Persentase saturasi
oksigen dan kadar hemoglobin (Hb) ditentukan dengan membandingkan tingkat absorpsi
cahaya yang melewati jari. Sedangkan untuk pengukuran denyut jantung didasarkan pada
fraksi perubahan transmisi cahaya selama terjadi denyut nadi. Cahaya akan menerangi satu
sisi jari dan akan terdeteksi pada sisi lain setelah melintasi intervensi vascular jaringan.

Dari beberapa penelitian sebelumnya, maka ditemukan salah satu sistem yang sangat penting
pada pulse oximetry yaitu alarm. Alarm berfungsi sebagai indikator untuk mengingatkan
petugas kesehatan jika terjadi penurunan saturasi oksigen dibawah kadar 80% dan pulse rate
rendah. Penambahan alarm akan menambah nilai kegunaan pulse oximetry yang lebih
otomatis dan merespon dengan cepat terhadap keselamatan pasien. Dengan menggunakan
rangkaian buzzer yang disambungkan ke mikrokontroler, parameter alarm dapat diatur
dengan baik (Guruh, 2012).

Sistem Oksigenasi

Sistem oksigenasi merupakan sistem yang berpengaruh terhadap pertukaran oksigen di dalam
tubuh. Dalam sistem oksigenasi terdapat tiga proses yang berpengaruh terhadap pertukaran
oksigen yaitu :

1. Proses ventilasi paru

Proses ventilasi paru adalah proses pengaturan inspirasi dan ekspirasi udara antara atmosfer
dan paru-paru. Proses ini berfungsi untuk mengambil oksigen dari atmosfer ke dalam sel-sel
tubuh dan untuk membuang karbondioksida yang dihasilkan sel-sel tubuh kembali ke
atmosfer.

2. Proses respirasi eksternal

Pada respirasi eksternal terjadi pertukaran oksigen dan karbondioksida antara paru dan
kapiler darah paru. Hanya satu lapis membran dari alveoli yang memisahkan oksigendengan
darah yaitu membran alveoli kapiler. Oksigen menembus membran tersebut dan diangkut
oleh hemoglobin dalam sel darah merah untuk selanjutnya dibawa kejantung. Kemudian dari
jantung akan dipompa di dalam arteri ke seluruh tubuh. Darah meninggalkan paru- paru
pada tekanan 100 mmHg dan pada tingkat ini kondisi hemoglobin adalah 95 persen jenuh
oksigen.

Terdapat empat proses yang berhubungan dengan pernafasan eksternal adalah sebagai
berikut:

a. Ventilasi pulmoner, gerak

pernafasan yang menukar udara dalam alveoli dengan udara luar.

b. Arus darah melalui paru-paru, darah mengandung oksigen masuk ke seluruh tubuh
dan karbondioksida dari seluruh tubuh masuk ke paru-paru.

c. Distribusi arus udara dan arus darah yang sedemikian rupa sehingga dalam jumlah
yang tepat dapat mencapai semua bagian tubuh.
d. Difusi gas yang menembus membran alveoli dan kapiler. Karbondioksida lebih
mudah berdifusi dari pada oksigen.

3. Proses respirasi internal

Respirasi internal atau respirasi jaringan adalah pertukaran oksigen dan karbondioksida
antara kapiler darah jaringan dan sel- sel jaringan. Darah yang hemoglobinnya telah jenuh
dengan oksigen (oksihemoglobin) mengalir ke seluruh tubuh dan akhirnya mencapai kapiler,
dimana darah bergerak sangat lambat. Sel jaringan memungut oksigen dari hemoglobin dan
darah menerima hasil buangan oksidasi yaitu karbondioksida.

Saturasi Oksigen

Saturasi oksigen adalah persentase hemoglobin yang mengikat oksigen dibandingkan dengan
jumlah total hemoglobin yang berada di dalam tubuh. Peningkatan oksigen pembawa
kapasitas darah, dalam kondisi fisiologis normal, hampir 98% dari O2 diangkut dalam darah
arteri dan dikombinasikan dengan hemoglobin (Hb).

sehingga tekanan oksigen dalam darah yang meninggalkan vena paru juga akan sama dengan
100 mmHg (13,3 kPa). Pada tekanan tersebut, 0,3 mL oksigen akan larut dalam setiap 100
mL plasma dan hemoglobin akan menjadi 95 persen jenuh dengan oksigen. Jadi, kandungan
oksigen darah akan menjadi 95 persen dari kapasitas oksigen yaitu 19 mL oksigen per 100
mL darah. Perhitungan ini berdasarkan perkiraan kadar hemoglobin normal dan kapasitas
oksigen 20 mL per 100 mL darah. Saturasi oksigen dalam darah pada orang normal biasanya
berkisar antara 95-100%. Namun terdapat toleransi nilai saturasi oksigen dalam darah
sampai pada 92% jika saturasi dibawah persentase tersebut maka orang tersebut
memerlukan oksigen tambahan.

Metode untuk mengukur saturasi oksigen dalam darah ada dua yaitu metode invasive dan non
invasive. Pada metode invasive, saturasi oksigen diukur secara langsung dari arteri dan
disebut SaO2.

Sedangkan pada metode non invasive pengukuran dilakukan dengan memantau sensor
saturasi oksigen yang dipasang pada jari tangan, jari kaki atau telinga.

Pulse Oximetry

Pulse oximetry adalah suatu metode non invasive untuk mengukur konsentrasi oksigen dalam
darah (saturasi oksigen). Pulse oximetry mengukur saturasi oksigen dalam pembuluh darah
arteri terutama dalam hemoglobin (Hb). Sebuah sensor ditempatkan pada bagian tipis dari
tubuh pasien, biasanya ujung jari atau cuping, atau dalam kasus bayi, dipasang di kaki. Pulse
oximetry mengirimkan cahaya yang terdiri dari gelombang cahaya merah dan gelombang
inframerah dari satu sisi ke sisi lain yang akan mengubah serapan dari masing-masing dua
panjang gelombang diukur. Hal ini memungkinkan penentuan absorbsi karena darah arteri
berdenyut sendiri, termasuk darah vena, kulit, tulang, otot, dan lemak.

Berdasarkan rasio perubahan


absorbsi cahaya merah dan inframerah, yang disebabkan oleh perbedaan warna antara
oksigen yang terikat (merah cerah) dan oksigen tidak terikat (gelap merah atau biru,
pada kasus yang berat) hemoglobin darah, saturasi oksigen dapat dibuat atau diambil
nilainya.

Pulse oximetry menggunakan LED merah dengan panjang gelombang dari 660 nm, dan
inframerah dengan panjang gelombang 940 nm. Penyerapan cahaya pada panjang gelombang
tersebut berbeda secara signifikan antara darah sarat dengan oksigen dan darah kurang
oksigen. Oksigen hemoglobin menyerap cahaya inframerah lebih banyak dan memungkinkan
lebih banyak cahaya merah untuk melewatinya. Sedangkan hemoglobin terdeoksigenasi
memungkinkan lebih banyak cahaya inframerah untuk melewati dan menyerap lebih banyak
cahaya merah. LED berkedip sekitar tiga puluh kali per detik. Kemudian photodioda ini
mengukur jumlah cahaya yang ditransmisikan atau cahaya yang tidak diserap.

dengan Hukum Beer Lambert yaitu “jika sebuah berkas cahaya dilewatkan ke larutan maka
akan ada sebagian cahaya yang diserap”. Pengukuran berfluktuasi dalam waktu karena
jumlah darah arteri yang hadir meningkat setiap detak jantung. Rasio pengukuran tersebut
kemudian akan diolah untuk selanjutnya akan ditampilkan dalam bentuk nilai SpO2 atau
saturasi oksigen.

Fungsi dari oksigen saturasi (SpO2) merupakan perbandingan HbO2 dengan jumlah total Hb
arteri yang bersedia utuk melepas oksigen. Perbandingan nilai tersebut dapat dihitung melalui
persamaan sebagai berikut:

Nilai SpO2 juga dapat dihitung dengan persamaan linier di bawah ini :

Nilai R dihitung dari oximetry dengan pengambilan perbandingan yang dinormalkan


menyangkut penyerapan cahaya merah dan inframerah. Nilai normal dihitung dengan
pembagian komponen AC dari penyerapan pada frekuensi itu dan komponen DC yang
pengambilannya menggunakan waktu turunan penyerapan yang dapat diukur melalui
persamaan di bawah ini:

Pada pengukuran saturasi oksigen terdapat faktor-faktor yang mempengaruhi

keakuratan antara lain cahaya dari lingkungan sekitar, hemoglobin dalam darah, serta irama
dan kekuatan denyutan.

Mikrokontroller

Mikrokontroler adalah suatu chip berupa IC yang dapat menerima sinyal input, mengolahnya
dan memberikan sinyal output sesuai dengan program yang diisikan ke dalamnya. Sinyal
input mikrokontroler berasal dari sensor yang merupakan informasi dari lingkungan
sedangkan sinyal output ditujukan kepada aktuator yang dapat memberikan efek ke
lingkungan. Pada perancangan pulse oximetry ini mikrokontroler yang digunakan adalah
ATMega 8535. Mikrokontroler ini memiliki tingkat kestabilan yang lebih baik daripada
mikrokontroler sejenisnya seperti ATMega 8/16/32. Sehingga dengan menggunakan
mikrokontroler ini diharapkan hasil pengukuran lebih akurat.
Mikrokontroler umumnya terdiri dari :

1. Central Processing Unit (CPU)

Merupakan otak dari sistem computer untuk mengerjakan instruksi- instruksi yang diprogram
oleh programmer.

2. Aritmethic Logic Unit (ALU)

Merupakan rangkaian-rangkaian logika yang melaksanakan operasi-operasi penjumlahan,


pengurangan dan berbagai operasi logika lainnya.

3. Memori

Merupakan rangkaian-rangkaian logika yang berfungsi menyimpan data. Terdapat dua jenis
memori yang sering ditemui dalam mikrokontroler yaitu Read Only Memory (ROM) yang
mampu menyimpan hingga 3 Kb data dan menyimpan program yang berfungsi untuk
mengarahkan kerja kontroler, serta Random Access Memory (RAM) yang mampu
menampung 72 byte data. ROM digunakan sebagai media penyimpan program dan data
permanen yang tidak boleh berubah meskipun tidak ada tegangan yang diberikan pada
mikrokontroler. Sedangkan RAM digunakan sebagai tempat penyimpan data sementara dan
hasil kalkulasi selama proses operasi.

4. Output (I/O)

Pada satu port I/O digital terdiri beberapa pin, biasanya berjumlah 8 atau satu byte, dengan
masing-masing pin dapat mentransfer satu bit data biner (logika 0 dan 1) dari/ke
mikrokontroler. Selain port I/O digital, pada suatu mikrokontroler juga dapat
berkomunikasi dengan peranti lain menggunakan komunikasi serial.

5. Analog to Digital Converter (ADC)

Merupakan sebuah sarana pada mikrokontroler yang berfungsi mengubah tegangan analog
menjadi tegangan digital. Konversi data dari analog ke digital merupakan suatu
cara untuk mengolah data analog tersebut agar dapat dimodifikasi, dimanipulasi dan
mengubah karakteristiknya atau datanya disajikan dalam bentuk besaran tertentu.

6. Timer

Merupakan peranti untuk mencacah sinyal dari clock ataupun sinyal dari suatu kejadian. Jika
sinyal yang dicacah berasal dari clock maka peranti ini berfungsi sebagai pewaktu, sedangkan
jika berasal dari clock maka peranti ini berfungsi sebagai pencacah.

Liquid Crystal Display (LCD)


LCD adalah salah satu jenis display elektronik yang dibuat dengan teknologi CMOS logic
yang bekerja dengan tidak menghasilkan cahaya tetapi memantulkan cahaya yang ada di
sekelilingnya terhadap front-lit atau mentransmisikan cahaya dari back-lit. LCD berfungsi
sebagai penampil data baik dalam bentuk karakter, huruf, angka ataupun grafik. Secara garis
besar komponen penyusun LCD terdiri dari kristal cair (liquid crystal) yang diapit oleh 2
buah elektroda transparan dan 2 buah filter polarisasi (polarizing filter).

Keterangan pin:

1. VSS digunakan untuk menyalakan LCD (ground)

2. VDD digunakan untuk menyalakan LCD ( +5 V )

3. VEE digunakan untuk mengatur tingkat contrast pada LCD

4. RS (Register Select) berfungsi sebagai indikator atau yang menentukan jenis data
yang masuk.

5. R/W (Read Write) menentukan mode yang akan digunakan (0 = write , 1 = read)

6. EN : enable ( untuk clock )

7. Pin Data(D0-D7) merupakan jalur untuk memberikan data karakter yang ingin
ditampilkan menggunakan LCD dapat dihubungkan dengan bus data dari
rangkaian lain seperti mikrokontroler dengan lebar data 8 bit.

Buzzer

Buzzer adalah sebuah komponen

LCD ini merupakan LCD matrix dengan konfigurasi 16 karakter dan 2 baris dengan setiap
karakternya dibentuk oleh 8 baris pixel dan 5 kolom pixel. LCD ini memiliki tampilan yang
sederhana sehingga cocok digunakan untuk perancangan alat. elektronika yang berfungsi
untuk mengubah getaran listrik menjadi getaran suara.

METODE PENELITIAN

Alat Dan Bahan

Perancangan perangkat keras Pulse oximetry menggunakan alat dan bahan sebagai berikut:

1. Catu daya 9 volt DC.

2. Mikroprosesor ATmega 8535 sebagai pengontrol masukan dan keluaran pada pulse
oximetry.
3. Sensor oksigen yang menggunakan Light Emitting Dioda (LED) merah dan
inframerah yang memiliki panjang gelombang berbeda serta photodioda sebagai pendeteksi
sinyal.

4. LCD dengan konfigurasi 16 karakter sebagai penampil keluaran nilai yang terukur.

5. LED sebagai indikator kondisi pasien.

6. Alarm sebagai penanda terjadi kesalahan pada pasien.

Diagram Blok Alat

Prinsip kerja dari pulse oximetry dapat digambarkan dengan diagram blok seperti pada
Gambar berikut.

Pulse oximetry mengolah sinyal yang disadap oleh sensor pada jari tangan. Pada jari tangan
terdapat banyak pembuluh darah kapiler yang merupakan penghubung pembuluh darah vena
dan arteri. Pada ujung jari, jika diraba akan terasa denyutan yang disebut pulse rate.
Denyutan ini merupakan refleksi dari denyut jantung (heart rate).

Pada sensor oksigen menggnakan LED merah dengan panjang gelombang 660 nm
sedangkan LED inframerah memiliki panjang gelombang 940 nm. Berdasarkan panjang
gelombang yang dimiliki tersebut, kedua LED ini mampu untuk menembus permukaan kulit.
Sinar merah dan inframerah akan menembus permukaan kulit dan menyinari pembuluh darah
yang melewatkan darah. Ketika hemoglobin yang mengandung oksigen (oksihemoglobin)
melewati sinar merah dan inframerah, maka sinar yang lebih banyak diserap adalah sinar
merah sedangkan sinar inframerah diteruskan. Ketika hemoglobin yang tidak membawa
oksigen (dioksihemoglobin) melewati kedua sinar tersebut, sinar merah tidak mampu
menembus dan hanya sinar inframerah yang dapat diserap. Penyerapan cahaya tersebut
diterima oleh photodioda dan diubah menjadi pulsa-pulsa sinyal listrik beserta dengan denyut
dari aliran darah yang terdeteksi. Selanjutnya sinyal dikuatkan melalui rangkaian
transimpendance

amplifier. Rangkaian ininberfungsi mengubah arus menjadi tegangan dengan menggunakan


resistor yang memiliki nilai cukup besar. Sinyal yang telah melalui rangkaian ini masuk pada
rangkaian low pass filter (LPF) dan high pass filter (HPF). Rangkaian LPF berfungsi untuk
meloloskan tegangan dengan frekuensi rendah dan menghambat tegangan dengan frekuensi
tinggi. Pada perancangan ini LPF juga berfungsi untuk menghilangkan derau pada sinyal.
Sedangkan rangkaian HPF berfungsi untuk meloloskan tegangan dengan
frekuensi tinggi dan menghambat frekuensi rendah serta menghilangkan tegangan DC pada
rangkaian. Digunakan dua buah rangkaian penyearah presisi untuk menyearahkan sinyal AC.
Rangkaian penyearah yang pertama berada setelah LPF dan berfungsi untuk menyearahkan
seluruhtegangan total yang masuk rangkaian. Keluaran dari penyearah ini akan
langsung diteruskan pada mikrokontroler sebagai tegangan total arus yang masuk
padarangkaian.
Sedangkan penyearah yang kedua berada setelah HPF dan berfungsi untuk menyearahkan
tegangan sehingga nilai keluaran dari penyearah ini merupakan nilai tegangan AC. Untuk
mendapatkan nilai tegangan DC maka tegangan total dikurangi dengan nilai tegangan AC.
Keluaran dari penyearah kedua selanjutnya akan masuk pada mikrokontroler. Sinyal keluaran
dari penyearah presisi yang telah diterima mikrokontroler selanjutnya akan mengalami proses
perhitungan pada mikrokontroler untuk menentukan nilai dari saturasi oksigen dalam darah.
Rangkaian Digital to Analog Converter (DAC) selain digunakan untuk mengubah sinyal
digital menjadi sinyal analog, juga berfungsi sebagai umpan balik dari mikrokontroler pada
sensor. Nilai keluaran DAC akan menjadi trigger untuk driver LED sehingga terang atau
redupnya nyala LED dapat diatur sesuai dengan kondisi jari tangan.

Proses pengukuran pulse rate dengan mengolah sinyal keluaran dari rangkaian penyearah
presisi pertama yaitu yang berada setelah LPF. Sinyal yang sudah disearahkan akan masuk
pada rangkaian penguat selisih yang berfungsi untuk menguatkan sinyal yang menjadi selisih
antara kedua masukannya. Kedua masukan tersebut adalah sinyal dari penyearah presisi dan
umpan balik yang dikirim DAC dari mikrokontroler. Selisih antara kedua sinyal tersebut akan
dikuatkan oleh penguat selisih dan keluarannya akan di kirim ke rangkaian penguat tegangan
untuk dikuatkan sehingga denyutan dari sinyal dapat terlihat dan pembacaan denyut menjadi
lebih mudah. Rangkaian Schmitt trigger atau komparator adalah rangkaian yang berfungsi
untuk membandingkan tegangan masukan dari sinyal yang diterima. Ketika sinyal berdenyut
maka tegangan akan lebih tinggi (high) dibandingkan dengan ketika sinyal tidak berdenyut
(low). Berdasarkan perbandingan ini, komparator kemudian mengirimkan perbandingan
tersebut ke bagian counter atau penghitung yang berada pada mikrokonroler untuk
menghitung jumlah denyut yang diterima dalam waktu tertentu. Dalam perancangan ini
jumlah denyut yang terhitung disebut pulse rate. Sedangkan hasil dari pengukuran saturasi
oksigen dalam satuan persen.

Mikrokontroler akan mengolah kedua masukan berupa sinyal dan menghitung nilai dari
saturasi oksigen dan pulse rate sesuai dengan rumus program yang diberikan pada
mikrokontroler. Keluaran dari mikrokontroler akan ditampilkan pada LCD sebagai penampil.
Apabila nilai saturasi oksigen dari pasien jauh di bawah nilai toleransi, maka alarm akan
berbunyi dan lampu indikator akan menyala. Begitupula untuk pulse rate, jika nilai
pulse rate berada jauh di bawah nilai normalnya yaitu 60-100 pulsa, maka alarm akan
berbunnyi dan lampu indikator akan menyala. Dengan adanya alarm dan indikator pada alat
diharapkan pengguna dapat melakukan penanganan terhadap pasien dengan segera sesuai
dengan penyebab terjadinya alarm, sehingga keselamatan pasien dapat terjaga Flowchart
Perangkat Lunak Perancangan perangkat lunak dilakukan dengan menggunakan bahasa C
yang ditulis pada AVR 4 Studio. Pemograman yang dilakukan pada editor adalah
berdasarkan pada algoritma sebagai berikut:

1.Proses inisialisasi dengan menetapkan input dan output (I/O), interupsi, dan counter pada
mikrokontroler.

2.Kondisi awal masukan adalah t=0, dan cacahan=0.


3.Timer mulai menghitung hingga nilai t=15. Jika t=15 maka counter akan mendapatkan nilai
cacahan dari pulsa denyutan. Namun jika t blm mencapai 15 detik maka nilai yang
tertampilan pada display bernilai 0.

4.Perhitungan nilai pulse rate adalah dengan mengalikan jumlah cacahan selama 15 detik
dengan konstanta 4. Jika nilai dari rate sudah didapat maka cacahan dan timer akan kembali
ke nilai 0 untuk mengulangi proses perhitungan dari awal.

5.Proses pengambilan nilai saturasi oksigen dimulai dengan pengambilan data ADC sinya
total dan sinyal AC pada bagian penyearah presisi.

6.Nilai dari sinyal DC merupakan selisih antara sinyal total dengan sinyal AC.

7.Perhitungan menyerapan cahaya pada sensor dilakukan dengan membagi sinyal AC


cahaya merah dengan sinyal DC cahaya merah kemudian dibagi lagi dengan hasil
perhitungan sinyal AC infamerah dengan sinyal DC inframerah.

8.Nilai saturasi oksigen diperoleh dengan pengurangan konstanta 110 dengan perkalian
antara konstanta 25 dengan nilai penyerapan cahaya.

9.Alarm akan berbunyi jika nilai saturasi oksigen berada dibawah 92% dan nilai pulse rate
kurang dari 60.

10. Nilai pulse rate dan saturasi oksigen diberikan ke register untuk ditampilkan.

Gambar diatas menampilkan proses yang terjadi pada mikrokontroler untuk menghasilkan
nilai pulse rate dan saturasi oksigen yang akan ditampilkan. Proses tersebut akan berjalan
sebagai berikut:

1. Inisialisasi

Inisialisasi dilakukan dengan memberikan nilai-nilai ke register yang berhubungan

dengan fasilitas yang digunakan seperti port I/O, timer, dan interupsi. Port I/O digunakan

sebagai jalur antar muka untuk menghubungkan masukan sinyal pulse rate dan saturasi
oksigen dengan perangkat penampil, rangkaian DAC, indikator maupun alarm.

2. Perhitungan saturasi oksigen dan

pulse rate

Perhitungan saturasi dan pulse rate dihitung berdasarkan pendeteksian 1 pulsa gelombang,
dimana terdapat 1 puncak dan 1 lembah. Perhitungan pulse rate dilakukan dengan
memasukkan nilai waktu perhitungan selama 15 detik dan counter pada mikrokontroler akan
menghitung jumlah denyutan (cacahan).

3. Program tampilan
4. Tampilan nilai SpO2 dan bpm ditampilkan menggunakan LCD 16x2.

PENGUJIAN DAN ANALISA

Pengujian Hasil Pengukuran SpO2

Pengujian hasil pengukuran ini merupakan pengujian terhadap dua parameter yang dirancang
pada pulse oximetry yaitu SpO2 dan pulse rate. Kedua parameter ini berfungsi sebagai
monitoring sehingga perlu didapatkan nilai yang akurat disetiap pengukurannya. Pengujian
dilakukan dengan mengukur kadar saturasi oksigen pada jari telunjuk subjek. Dari pengujian
terhadap pengukuran pulse oximetry maka didapat hasil seperti pada tabel berikut.

Dari hasil pengukuran terhadap beberapa subjek dapat disimpulkan bahwa keluaran nilai
saturasi oksigen pada pulse oximetry ini hampir mendekati nilai saturasi oksigen normal yaitu
92-100%. Nilai saturasi oksigen yang terhitung hanya dapat sampai pada ngka 98% dan elum
dapat mencapai 99%. Sedangkan bila dibandingkan dengan perhitungan secara manual
menggunakan rumus saturasi oksigen maka sinyal yang dideteksi oleh pulse oximetry ini
mampu menunjukkan hasil pengukuran saturasi oksigen sebesar 94-99,5%. Oleh sebab itu
perlu dilakukan uji kelayakan dan kalibrasi terhadap alat.

Pengujian Fungsi Alarm Prioritas

Sistem alarm prioritas yang dibangun pada alat berfungsi sebagai penanda apabila terjadi
kondisi yang tidak diinginkan pada pasien. Sistem ini juga dilengkapi dengan lampu indikator
berwarna merah dan kuning sebagai penanda tingkat kegagalan dalam sistem tersebut.
Pengujian terhadap sistem alarm prioritas dilakukan dengan menguji beberapa pasien dengan
kasus kadar oksigen yang rendah dalam darah. Pada kasus ringan dengan nilai SpO2 berada
diantara nilai 85% sampai dengan 92% maka alarm akan berbunyi dan

indikator kuning menyala. Begitu pula untuk kasus berat dengan nilai SpO2 kurang dari 85%
dan nilai pulse rate di bawah 60 pulsa. Dengan berfungsinya kedua sistem alarm tersebut
maka dapat dinyatakan bahwa sistem alarm prioritas pada pulse oximetry ini dapat berfungsi
dengan baik. Sehingga fungsi pulse oximetry dengan alarm prioritas sebagai monitoring
terhadap pasien dapat terwujud.

KESIMPULAN DAN SARAN

Kesimpulan

Dari penelitian Perancangan Pulse Oximetry dengan Sistem Alarm Prioritas sebagai Vital
Monitoring terhadap Pasien, maka didapat beberapa simpulan yaitu:
1. Pulse oximetry dengan dua parameter yaitu SpO2 dan pulse rate serta
sistem alarm prioritas merupakan alat yang dibangun berdasarkan prinsip kerja dasar pulse
oximetry namun dikembangkan dengan sistem alarm prioritas sebagai sistem pengaman
terhadap kondisi pasien.

2. Nilai pulse rate pada pulse oximetry ini diambil dari hasil denyutan akibat
adanya aliran darah pada jari ketika jantung berdenyut. Dan nilai pada pulse rate hampir
samadengan denyut jantung karena merupakan refreksi dari denyut jantung itu sendiri.
Namun penggunaan pulse rate sebagai parameter denyut jantung hanya dapat digunakan jika
tidak terdapat alat untuk mengukur bpm (beat per minute) pada suatu tempat.

3. Nilai saturasi oksigen yang terukur pada pulse oximetry ini masih belum
akurat karena hanya mencapai 98%, sehingga perlu dikaji ulang terhadap keluaran alat.

4. Nilai dari pulse rate tidak dapat diambil karena sinyal keluaran terlalu kecil
dan ketika dikuatkan terdapat banyak arus liar sehingga mempersulit proses pengolahan
sinyal.

5. Alarm prioritas dan indikator dapat berfungsi dengan baik untuk nilai saturasi
oksigen di bawah 90% dan 85%.

Saran

Setelah melakukan penelitian Perancangan Pulse Oximetry dengan Sistem Alarm Prioritas
sebagai Vital Monitoring terhadap Pasien, maka didapat beberapa saran yaitu

1. Nilai pengukuran terhadap saturasi oksigen pada alat ini belum akurat karena
komponen yang digunakan masih berupa komponen biasa bukan dari bahan tantalum.

2. Pulsa denyutan sangat kecil dan ketika dikuatkan menjadi banyak arus liar sehingga
perlu ditapis menggunakan osilator.

DAFTAR PUSTAKA

Darwinsa, Esha. 2011. Perancangan Biointrument Heart Rate Monitor Sepuluh Denyut Per
Satuan Waktu dengan Transmisi Radio Frekuensi (RF). Skripsi. Surakarta:
Universitas Sebelas Maret.
Hariyanto, Guruh. 2012. Rancang Bangun Oksimeter Digital Berbasis Mikrokontoler
ATmega 16. Skripsi. Surabaya: Universitas Airlangga.

Kemalasari. 2006. Analisis Sinyal Pulse Oximetry dengan Metode FFT. Tugas Akhir.
Surabaya: Politeknik Elektronika Negeri Surabaya.

Pearce, Evelyn C. 2009. Anatomi Tubuh dan Fisiologi untuk Paramedis. Jakarta: PT
Gramedia Pustaka Utama.

Putra, Andrey A. 2006. Rancang Bangun Pulse Oximetry Digital Berbasis Mikrokontroler.
Skripsi. Surabaya: ITS Surabaya.

Wulansari, Diyan A. 2010. Rancang Bangun Pendeteksi Kadar Hemoglobin dalam Darah
Secara Non-Invasive Berbasisi Mikrokontroler ATmega 8535. Tugas Akhir. Semarang:
Universitas

Diponogoro.

Anda mungkin juga menyukai