Anda di halaman 1dari 23

MAKALAH

POWER AMPLIFIER

Disusun oleh:

HAFIZHAH NASHIROH (150534603938)

DAVID ANGGARA PUTRA (150534601579)

UNIVERSITAS NEGERI MALANG

FAKULTAS TEKNIK

1
JURUSAN TEKNIK ELEKTRO

PRODI S1 PENDIDIKAN TEKNIK ELEKTRO

2015

KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT, yang atas rahmat-Nya maka penulis dapat
menyelesaikan penyusunan makalah yang berjudul “Power Amplifier ”. Penulisan laporan merupakan
salah satu tugas dan persyaratan untuk menyelesaikan UAS mata kuliah Lab PTE.

Dalam Penulisan makalah ini penulis merasa masih banyak kekurangan-kekurangan baik pada teknis
penulisan maupun materi, mengingat akan kemampuan yang dimiliki penulis. Untuk itu kritik dan saran
dari semua pihak sangat penulis harapkan demi penyempurnaan pembuatan laporan ini.

Dalam penulisan laporan ini penulis menyampaikan ucapan terima kasih yang tak terhingga kepada
pihak-pihak yang membantu dalam menyelesaikan penelitian ini, terutama Diri sendiri, Keluaraga dan
Teman-teman semua

Secara khusus penulis menyampaikan terima kasih kepada keluarga tercinta yang telah memberikan
dorongan dan bantuan serta pengertian yang besar kepada penulis, baik selama mengikuti perkuliahan
maupun dalam menyelesaikan makalah ini.

Semua pihak yang tidak dapat disebutkan satu persatu, yang telah memberikan bantuan dalam
penulisan makalah ini.

Akhirnya penulis berharap semoga Allah memberikan imbalan yang setimpal pada mereka yang telah
memberikan bantuan, dan dapat menjadikan semua bantuan ini sebagai ibadah, Amiin Yaa Robbal
‘Alamiin.

2
Malang, 6 Desember 2015

Penulis

DAFTAR ISI

BAB 1 1
A. TUJUAN 1
B. DASAR TEORI 1
1.1 Pengertian Power Amplifier 1
1.2 Prinsip Kerja Penguat 2
BAB II ANALISA DATA 9
2.1 Analisa Percobaan 9
2.1.1 Alat dan Bahan 9
2.1.2 Proses Pembuatan 11
2.1.3 Hasil Percobaan 13
2.2 Analisa Rangkaian 13
2.2.1 Penjelasan Cara Kerja Rangkaian 13
2.2.2 Analisa Rangkaian 14
BAB III KESIMPULAN DAN SARAN 16
3.1 Kesimpulan 16
3.2 Saran 16
DAFTAR PUSTAKA 17

3
BAB I

A. TUJUAN
a. Mengetahui rangkaian power amplifier
b. Mengetahui fungsi dari komponen - komponen dalam rangkaian power amplifier.
c. Mengetahui prinsip kerja power amplifier

B. DASAR TEORI
1.1 Pengertian Power Amplifier

Pengertian Amplifier adalah komponen elektronika yang di pakai untuk menguatkan daya atau tenaga
secara umum. Dalam penggunaannya, amplifier akan menguatkan signal suara yaitu memperkuat signal
arus I dan tegangan V listrik dari inputnya. Sedangkan outpunya akan menjadi arus listrik dan tegangan
yang lebih besar.

Besarnya pengertian amplifier sering di sebut dengan istilah Gain. Nilai dari gain yang dinyatakan sebagai
fungsi penguat frekunsi audio, Gain power amplifier antara 200 kali sampai 100 kali dari signal
output. Jadi gain merupakan hasil bagi dari daya di bagian output dengan daya di bagian input dalam
bentuk fungsi frekuensi. Ukuran gain biasannya memakai decible (dB).

Dalam bagian pengertian amplifier pada proses penguatannya audio ini terbagi menjadi dua kelompok
bagian penting, yaitu bagian penguat signal tegangan (V) yang kebanyakan menggunakan susunan
transistor darlington, dan bagian penguat arus susunannya transistor paralel. Masing masing transistor

4
derdaya besar dan menggunakan sirip pendingin untuk membuang panas ke udara, sehingga pada saat
ini banyak yang menggunakan transistor simetris komplementer.
Power amplifier rakitan berfungsi sebagai penguat akhir dan preamplifier menuju ke drive speaker.
Pengertian amplifier pada umumnya terbagi menjadi 2, yaitu power amplifier dan integrated amplifier.
Power Amplifier adalah penguat akhir yang tidak sertai dengan tone control (volume, bass, treble),
sebaliknya integrated amplifier adalah penguat akhir yang telah disertai dengan tone control.
Jenis-Jenis Amplifier telah bervariasi seperti OTL, BTL dan OCL yang sudah sering di gunakan di pasaran.
Dan setiap jenis komponen dan pengertian amplifier tersebut memiliki kelebihan dan kekurangan
masing-masing. Berikut kami jelaskan satu persatu :

● OTL (Output Transformer Less = keluaran tanpa trafo), yaitu rangkaian amplifier yang
menggunakan elco sebagai ganti transformer, misalkan nilai 2200uf untuk amplifier yang
memiliki watt besar. Umumnya tegangan rangkaianamplifier ini hanya + (positif) dan – (negatif /
ground).
● BTL (Bridge Transformator Less) , yaitu rangkaian Amplifier OCL yang digabung dengan metode
Bridge (jembatan). Sehingga power outputnya menjadi 2 kali lipat dari power Rangkaian
Amplifier OCL.
● OCL (Output Capacitor Less = keluaran tanpa kapasitor), yaitu rangkaian amplifier yang memiliki
skema rangkaian dari transistor/IC penguat final langsung ke speaker output (tanpa pelantara
apapun). Umumnya tegangan amplifier ini simetris yaitu + (positif), 0 (nol), – (negatif).

Rangkaian penguat akhir pada system audio berfungsi sebagai penguat daya, maka dari itu
penguat akhir juga disebut sebagai penguat daya. Rangkaian penguat daya terdiri dari penguat tegangan
dan penguat arus. Bagian Penguat akhir pada sistem audio terdiri dari dua bagian yaitu :

1. Pengemudi (driver), berupa rangkaian penguat tegangan dengan penguatan yang besar.
Pengaturan titik kerja penguat pada klasifikasi kelas A.
2. Penguat arus, berupa rangkaian penguat daya dengan penguatan yang tidak terlalu besar,
bahkan penguatannya mendekati satu. Agar mencapai effisiensi kerja yang besar, maka
pengaturan kerjanya pada klasifikasi kelas AB mendekati kelas B. Rangkaian penguat daya dibuat
kelas AB agar mencegah terjadinya cacat sileng (Cross Over Distortion).

Gambar 1.1 Blok Diagram Rangkaian Penguat Akhir

1.2 Prinsip Kerja Penguat

5
Transistor merupakan komponen yang dapat menguatkan arus. Dengan kemampuan ini, transistor
dapat dimanfaatkan dalam dua moda, yaitu moda nonlinier dan moda linier. Moda nonlinier contohnya
adalah pemanfaatan transistor sebagai saklar elektronik, sedangkan moda linier adalah transistor
sebagai penguat (amplifier). Dalam penerapannya sebagai amplifier, terdapat beberapa jenis konfigurasi
amplifier.

● Prinsip Kerja Penguat Kelas A, AB, B dan Ciri-cirinya

Titik beban transistor pada penguat kelas A diletakkan di antara titik A dan B, biasanya untuk
menghasilkan kinerja yang baik maka titik beban diletakkan tepat di tengah-tengah garis beban. Hal ini
memiliki maksud agar sinyal keluaran akan memiliki bentuk sinyal yang simetri antara siklus negatif dan
positif. Supaya diperoleh titik beban yang tepat ditengah, maka VCE dirancang supaya sama besar
dengan VCC/2. Untuk menghasilkan ini, maka IB dirancang supaya menghasilkan ICRC sama dengan
VCC/2. Penguat kelas A dapat diwujudkan dengan rangkaian seperti Gambar 1.2.

Gambar 1.2 rangkaian penguat A Gambar 1.3 Gambar grafik penguat A

6
Ciri khas dari penguat kelas A, seluruh sinyal keluarannya bekerja pada daerah aktif. Penguat tipe
kelas A disebut sebagai penguat yang memiliki tingkat fidelitas yang tinggi. Asalkan sinyal masih bekerja
di daerah aktif, bentuk sinyal keluarannya akan sama persis dengan sinyal input. Namun penguat kelas A
ini memiliki efisiensi yang rendah kira-kira hanya 25% - 50%. Ini tidak lain karena titik Q yang ada pada
titik A, sehingga walaupun tidak ada sinyal input (atau ketika sinyal input = 0 Vac) transistor tetap bekerja
pada daerah aktif dengan arus bias konstan.

Transistor selalu aktif (ON) sehingga sebagian besar dari sumber catu daya terbuang menjadi panas.
Karena ini juga transistor penguat kelas A perlu ditambah dengan pendingin ekstra seperti heatsink yang
lebih besar.

Gambar rangkaian dan sinyal:

Gambar 1.4 rangkaian dan sinyal

Analisa rangkaian:

C1 pada rangkaian tersebut digunakan sebagai kapasitor coupling. Fungsinya untuk membatasi arus DC
yang akan memasuki rangkaian ini.Rb1 dan Rb2 digunakan sebagai penghasil Vb. Pada penguat kelas A,
Vb yang dihasilkan harus > 0,7 V (yaitu Vbe). Rc (Lc) digunakan untuk menghasilkan Vce. Re digunakan
untuk menstabilkan suhu transistor. Ce digunakan untuk mem bypass atau menghilangkan arus AC.

Karakteristik Penguat kelas A :

7
➢ η = 25%, 75% panas. Sehingga pada penguat kelas perlu ditambahkan pembuang panas seperti
heatsink atau dengan menambahkan resistor di kaki emitter. Namun jika menggunakan Re,
penguat kelas A tidak cocok digunakan pada penguatan berpower besar.
➢ Cocok digunakan untuk modulasi amplitude:AM, ASK, QAM.
➢ Linearitas paling bagus.
➢ Terjadi perbedaan fasa 180 derajat.
➢ Cocok digunakan pada penguatan berdaya kecil.

➢ Sinyal keluarannya bekerja pada daerah aktif.


➢ Fidelitas yang tinggi
➢ Bentuk sinyal keluarannya sama persis dengan input.
➢ Transistor selalu ON sehingga sebagian besar sumber catu daya terbuang menjadi panas.
➢ Transistor penguat kelas A perlu ditambah dengan pendingin ekstra (misalnya heatsink yang
lebih besar).
➢ bila tidak ada signal input masuk arus colektor tetap mengalir sebesar IC yang disebut dengan
arus bias.
➢ titik kerja ditengah-tengah garis beban (VCE = 1/2 vcc).
➢ kelas A berfungsi untuk penguat awal (pre Amp)

Prinsip Kerja Penguat Kelas B

Gambar 1.5 Hasil penguatan kelas B

Rangkaian penguat OCL (Output Condensator Less) termasuk rangkaian penguat Push-pull
Complementer. Transistor Q2 dan Q3 membentuk rangkaian Push-pull Complementer. Sinyal output
dihasilkan lewat pertemuan elektroda emitter pada transistor penguat push-pull Q2 dan Q3, dengan

8
demikian penguat Q2 dan Q3 membentuk konfigurasi Common Colllector yang penguatannya mendekati
satu.

Output penguat akhir ini adalah tanpa condensator output, berarti koplingnya adalah langsung.
Oleh karena itu disebut juga penguat DC (DC Ampifier), DC berarti Direct Coupling artinya tegangan
output harus tidak mengandung tegangan DC (Vdc output = 0). Agar tegangan output = 0 maka syaratnya
adalah transistor Q2 dan Q3 harus komplemen (NPN dan PNP), tegangan antara Collector-emitter (VCE)
Q2 dan Q3 sama besar, tegangan sumber dc +Vcc dan –Vcc harus sama besar, transistor Q1 mewakili
kerja penguat tegangan kelas A yang mempunyai penguatan yang besar. Pengaturan kelas dapat
digambarkan dalam daerah pengaturan kerja penguat sebagai berikut :

Gambar 1.6 Grafik daerah pengaturan kerja

Berbeda dengan penguat kelas A, titik beban transistor penguat kelas B diletakkan pada titik B
(titik cut-off). Dengan kondisi seperti ini, maka ketika tidak ada sinyal masukan,maka transistor tidak
mengkonsumsi arus listrik. Penguat jenis ini dikenal juga
sebagai penguat pushpull karena kerja dari pasangan transistor adalah bergantian. Penguat iniditerapkan
sebagai penguat akhir, atau penguat sinyal besar. Ketika Vin berada dalam fasa positif maka hanya
transistor NPN yang ON, sedangkan ketika sinyal Vin berada dalam fasanegatif maka hanya transistor
PNP yang ON. Akan tetapi karena bias tegangan transistor berasal dari sinyal Vin, maka sinyal ini akan
terpotong oleh tegangan VBE, sehingga sinyalkeluarannya akan mengalami kecacatan (distorsi).

Kelas B merupakan amplifier yang memperkuat setengah dari siklus gelombangmasukan, sehingga
menciptakan sejumlah besar distorsi, namun efisiensi mereka sangatmeningkat dan jauh lebih baik
daripada kelas A. Kelas B memiliki efisiensi teoritis maksimum 78,5%

Penguat Kelas AB

Ini dibuat bertujuan untuk membentuk penguat sinyal yang tidak cacat (distorsi) dari penguat
kelas A dan untuk mendapatkan efisiensi daya yang lebih baik seperti pada amplifier kelas B. Karena
amplifier kelas A memiliki efisiensi daya yang rendah (±25%) yang disebaban titik kerja berada di 1/2 VCC
tetapi memiliki kualitas sinyal yang terbaik. Sedangkan amplifier kelas B memiliki efisiensi daya yang baik
(±85%) karena titik kerja mendekati VCC tetapi kualitas suara yang kurang baik. Sehingga dibuatamplifier

9
kelas AB yang memiliki efisiensi daya penguatan sinyal (±60%) dengan kualitas sinyal audio yang baik.
Titik kerja amplifier kelas AB dapat dilihat pada grafik garis beban berikut.

Gambar 1.7 Grafik Titik Kerja Amplifier Kelas AB Gambar 1.8 Rangkaian Dasar Power Amplifier Kelas AB

Grafik Titik Kerja Amplifier Kelas AB Dengan menempatkan titik kerja rangkaian power amplifier kelas AB
berada diantara titik kerja kelas A dan kelas B seperti terlihat pada grafik titik kerja rangkaian diatas,
penguat kelas AB dimaksudkan mendapatkan karakteristik dasar gabungan dari amplifier kelas A dan
amplifier kelas B. Rangkaian Dasar Power Amplifier Kelas AB Power amplifier kelas AB pada umumnya
menggunakan sumber tegangan simetris. Fungsi dioda pada rangkaian penguat kelas AB diatas adalah
untuk memecah sinyal sisi puncak positif dan sisi sinyal puncak negatif. Q1 dan Q2 masing-masing
berfungsi sebagai penguat sinyal sisi puncak positif dan puncak negatif.

Power amplifier kelas AB ini cocok digunakan sebagai penguat sinyal audio karena memiliki
efisiensi daya yang baik dan sinyal output yang dihasilkan tidak mengalamidistorsi.
Gambar Prinsip Kerja Penguat

Ciri-ciri penguat AB:


• Phuspull / Transistor bekerja bergantian antara Q1 (NPN) dan Q2 (PNP).
• Panas yang dihasilkan tidak terlalu besar
• Efisiensi lebih besar (50% s/d 75%)
• Tidak terjadi cacat silang(cross over)
• Fidelitas Tinggi
• Terjadi penggemukan sinyal pada kedua transistornya aktifnya pada saat transisi (gumming).
• Tegangan Power supply +, _ dan Groun.

10
Gambar 1.9 hasil penguatan penguat AB
Power Amplifier kelas AB ini dibuat bertujuan untuk membentuk penguat sinyal yang tidak cacat
(distorsi) dari penguat kelas A dan untuk mendapatkan efisiensi daya yang lebih baik seperti pada
amplifier kelas B. Karena amplifier kelas A memiliki efisiensi daya yang rendah (±25%) yang disebaban
titik kerja berada di 1/2 VCC tetapi memiliki kualitas sinyal yang terbaik. Sedangkan amplifier kelas B
memiliki efisiensi daya yang baik (±85%) karena titik kerja mendekati VCC tetapi kualitas suara yang
kurang baik. Sehingga dibuat amplifier kelas AB yang memiliki efisiensi daya penguatan sinyal (±60%)
dengan kualitas sinyal audio yang baik.

1.3 Macam-Macam Common

Berdasarkan cara pemasangan ground dan pengambilan output, transistor yang sebagai penguat dibagi
menjadi tiga bagian yaitu:

Penguat Common Base (grounded-base)

Penguat Common Base adalah penguat yang kaki basis transistor di groundkan, lalu input di masukkan ke
emitor dan output diambil pada kaki kolektor. Penguat Common Base mempunyai karakter sebagai
penguat tegangan.

11
Gambar 1.10 penguat CB

Sifat atau karakter pada Penguat Common Base adalah :

Adanya isolasi input dan output tinggi sehingga Feedback lebih kecil

Cocok sebagai Pre-Amp karena mempunyai impedansi input tinggi yang dapat menguatkan sinyal kecil

Dapat dipakai sebagai penguat frekuensi tinggi (biasanya terdapat pada jalur UHF dan VHF)

Dapat dipakai sebagai buffer atau penyangga

Penguat Common Emitor

Penguat Common Emitor adalah penguat yang kaki emitor transistor di groundkan, lalu input di
masukkan ke basis dan output diambil pada kaki kolektor . serta mempunyai karakter sebagai penguat
tegangan. Pada rangkaian ini Emitor di-ground-kan/ ditanahkan, Input adalah Basis, dan output adalah
Collector.

Gambar 1.11 penguat CE

Sifat atau karakter pada Transistor sebagai Penguat Common Emitor:

Signal output berbeda phasa 180 derajat atau berbalik phasa sebesar 180 derajat terhadap sinyal input.

Sangat memungkinkan adanya osilasi akibat feedback atau umpan balik positif,sehingga untuk
mencegahnya sering dipasang feedback negatif.

Sering dipakai sebagai penguat audio (frekuensi rendah) terutama pada sinyal audio

Mempunyai stabilitas penguatan rendah karena tergantung stabilitas suhu dan bias transistor

12
Penguat Common Collector

Penguat Common Collector adalah penguat dimana kaki kolektor transistor di groundkan / ditanahkan ,
lalu input di masukkan ke basis dan output diambil pada kaki emitor dan penguat ini berkarakteristik
sebagai penguat arus. Rangkaian ini hampir sama dengan Common Emitor tetapi outputnya diambil dari
Emitor. Input dihubungkan ke Basis dan output dihubungkan ke Emitor. Rangkaian ini disebut juga
dengan Emitor Follower (Pengikut Emitor) karena tegangan output hapir sama dengan tegangan input.

Gambar 1.12 penguat CC

Sifat atau karakter pada Transistor sebagai Penguat Common Collector:

Signal output dan signal input satu phasa (tidak terbalik seperti Common Emitor), mempunyai penguatan
tegangan sama dengan 1, mempunyai penguatan arus tinggi (sama dengan HFE transistor). Karena
mempunyai Impedansi input tinggi dan impedansi output rendah sehingga cocok digunakan sebagai
buffer.

13
BAB II

ANALISA DATA

2.1 Analisa Percobaan


2.1.1 Alat dan Bahan

Alat-alat yang digunakan untuk merakit Power OCL yaitu :

1. Solder

2. Tang Potong

3. Bor Listrik

4. Avometer analog

5. Power Supply

6. Setrika

Komponen – komponen dan bahan-bahan yang digunakan yaitu :

1. Transistor
D438……………………………………………………………
1
2. Transistor
TIP31............................................................................... 1

3. Transistor
TIP32 1

2. Kondensator Elko 4,7


µ…………………………………………..……1

3. Kondensator Elko 200


µF ............................................................. 1

4. Resistor22 K
Ω ........................................ 1

5. Resistor 56K
Ω ........................................ 1

14
6. Resistor 2K2
Ω ........................................ 1

7. Resistor 47
K ...................................................................................... 1

8. Dioda
D4148 2

9. Fericlorit ( secukupnya)

10. PCB (secukupnya)

11. Timah (secukupnya)

12. Kabel (secukupnya)

2.1.2 Proses Pembuatan

A. Gambar Rangkaian

Gambar 2.1 skema rangkaian

15
Gambar 2.2 multisim rangkaian

Gambar 2.3 tata letak komponen

16
Gambar 2.4 Layout rangkaian

Gambar 2.5 hasil rangkaian

B. Langkah Kerja

1. Membuat simulasi rangkaian power amplifier seperti pada Gambar 2.2 multisim rangkaian
2. Mencari datasheet TR TIP31, TR TIP32, Transistor D 4148 atau dengan cara mengeceknya dengan
multimeter analog
3. Membuat Layout seperti pada Gambar 2.4 Layout rangkaian
4. MENYABLON
1. Menyablon dengan meletakkan mika sablon (rangkaian yang akan kita sablon) di atas PCB
kemudian disetrika 1-2 menit didiamkan, kemudian digosok-gosok sampai tersablon.
2. Memasukkan sablonan PCB pada air dingin (biasa) agar proses penyablonan sempurna.

17
3. Melepaskan mika sablon yang masih menempel pada PCB
4. Jika masih ada sablonan yang belum menempel, atau masih berlubang, tebali dengan spidol
permanen.
5. MENG-ETCHING dan MEMBERSIHKAN
1. Memasukkan bubuk FeCl3 pada satu wadah.
2. Menuangkan air panas pada wadah.
3. Mencelupkan PCB yang sudah disablon kedalam larutan FeCl.
4. Menggoyang – goyangkan PCB, agar tembaga yang ada di PCB yang tidak ikut tersablon larut
kedalam larutan. Setelah selesai, mencuci PCB hingga bersih
5. Mengamplas bagian PCB yang masih ada sablonan. Agar tembaga yang masih tertutup oleh
sablon terlihat.
6. Kemudian dicuci hingga bersih.
6. Mengebor PCB sesuai layout untuk lubang letak komponen pada rangkaian.
7. MEYOLDER
1. Menyolder komponen yang sudah terpasang dengan rapi.
2. Apabila dalam penyolderan tidak rapi atau terlalu banyak timah dapat menggunakan
penyedot timah untuk mengambil timah yang berlebihan.
3. Setelah selesai menyolder, memotong kaki – kaki komponen yang terlalu panjang, agar
terlihat lebih rapi.
8. MENGUJI RANGKAIAN MENGGUNAKAN OSILOSKOP DAN FUNCTION GENERATOR
1. Atur frekuensi pada function generator sebesar 100Hz.
2. Melakukan kalibrasi osiloskop pada channel 1 dan channel 2.
3. Menghubungkan probe channel 1 pada inputan.
4. Menghubungkan probe channel 2 pada outputan.
5. Mengatur time/div dan pada osiloskop.
6. Mengetahui hasil sinyal keluaran dan outputan pada Gambar 2.6 hasil gelombang output
power amplifier dengan oscilloscope

18
Gambar 2.6 hasil gelombang output power amplifier dengan oscilloscope

9. MENGUJI RANGKAIAN DENGAN SPEAKER


1. Hubungkan kabel jumper input dengan kabel jack yang menghubungkan ke sumber suara
missal handpone
2. Hubungkan kabel jumper sumber dengan sumber tegangan yaitu power supply
3. Hubungkan kabel jumper output dengan kabel speaker
2.1.4 Hasil Percobaan

Pada pengujian rangkaian, hasil rangkaian yang telah jadi diuji dengan oscilloscope terlebih
dahulu untuk melihat berhasil atau tidak output penguatannya, setelah dilihat pada oscilloscope
ternyata penguatannya berhasil, lalu kita menguji rangkaian dengan speaker seperti pada langkah kerja.
Tetapi setelah di uji dengan speaker ternyata tidak berhasil mengeluarkan suara. Hal ini disebabkan
pemasangan kaki komponen transistor yaitu basis, emitor, colektor yang salah, atau kabel jacknya yang
rusak. Bisa juga tegangan pada speaker yang terlalu besar sehingga rangkaian tidak dapat mengangkat
daya tersebut. Pada pengujian dengan speaker yang kedua berhasil, tetapi penguatannya tidak
maksimal, suaranya sangat pelan, hal ini mungkin karena power supply tidak member catu daya yang
maksimal, dan mungkin komponennya terjadi kerusakan.

2.2 Analisa Rangkaian


2.2.1 Penjelasan Cara Kerja Rangkaian

19
Sinyal input suara pada rangkaian ini berupa gelombang sinyal AC atau biasa disebut
dengan gelombang sinyal sinus. Sinyal input ini dapat berasal dari pre-amplifier, handphone,
laptop, maupun media lain. Sinyal input akan masuk melalui kapasitor 4,7 uF, dimana kapasitor
ini berfungsi sebagai kopling dan sebagai pengeblok gelombang sinyal DC sehingga hanya
mengalirkan gelombang AC atau sinus saja. Kemudian sinyal sinus yang telah melewati kapasitor
4.7 uF akan mengalami penguatan melalui transistor D438 dimana transistor tersebut berfungsi
sebagai penguat kelas A. dimana pada penguatan kelas ini sinyal sinus yang mengalami
penguatan namun sinyal keluarannya berbalik fasa 180o. Sinyal keluaran dari transistor D438
akan mengalami penguatan kembali dengan masuk pada transistor TIP 31 dan TIP 32. Dimana
kedua transistor ini berfungsi sebagai penguat tipe kelas AB. Pada penguatan tipe kelas AB ini
yang mengalami penguatan adalah arusnya. Maka penguat tipe kelas AB ini untuk menguatkan
daya terutama pada arusnya. Setelah diperkuat oleh transistor TIP 31 dan TIP 32, sinyal kembali
di filter dengan kapasitor elektrolit 200 uF, dimana kapasitor tersebut fungsinya sama dengan
kapasitor 4.7 uF sebagai filter sinyal DC. Sehingga sinyal outputnya murni sinyal AC. Sinyal
keluaran dari kapasitor bias langsung ke output beban yang berupa speaker.

2.2.2 Analisa Rangkaian

Sinyal input suara pada rangkaian ini berupa gelombang sinyal AC atau biasa disebut dengan
gelombang sinyal sinus. Sinyal input ini dapat berasal dari pre-amplifier, handphone, laptop,
maupun media lain. Sinyal input akan masuk melalui kapasitor 4,7 uF, dimana kapasitor ini
berfungsi sebagai filter atau sebagai pengeblok gelombang sinyal DC sehingga hanya
mengalirkan gelombang AC atau sinus saja.
Kemudian sinyal sinus yang telah melewati kapasitor 4.7 uF akan mengalami penguatan melalui
transistor D438 dimana transistor tersebut berfungsi sebagai penguat kelas A. dimana pada
penguatan kelas ini sinyal sinus yang mengalami penguatan namun sinyal keluarannya berbalik
fasa 180o.

Transistor D438 sebagai Penguat kelas A adalah rangkaian dasar common emiter (CE) transistor.
Penguat tipe kelas A dibuat dengan mengatur arus bias yang sesuai di titik tertentu yang ada
pada garis bebannya. Ciri khas dari penguat kelas A, seluruh sinyal keluarannya bekerja pada
daerah aktif. Penguat tipe class A disebut sebagai penguat yang memiliki tingkat fidelitas yang

20
tinggi. Dengan syarat sinyal masih bekerja di daerah aktif, bentuk sinyal keluarannya akan sama
persis dengan sinyal input. Namun penguat kelas A ini memiliki efisiensi yang rendah kira-kira
hanya 25% - 50%. Ini tidak lain karena titik Q yang ada pada titik A, sehingga walaupun tidak ada
sinyal input (atau ketika sinyal input = 0 Vac) transistor tetap bekerja pada daerah aktif dengan
arus bias konstan. Transistor selalu aktif (ON) sehingga sebagian besar dari sumber catu daya
terbuang menjadi panas. Karena ini juga transistor penguat kelas A perlu ditambah dengan
pendingin ekstra seperti heatsink yang lebih besar.

Transistor TIP 31C dan TIP 32C sebagai Power Amplifier kelas ABdibuat bertujuan untuk
membentuk penguat sinyal yang tidak cacat (distorsi) dari penguat kelas A dan untuk
mendapatkan efisiensi daya yang lebih baik seperti pada amplifier kelas B. Karena amplifier kelas
A memiliki efisiensi daya yang rendah (±25%) yang disebaban titik kerja berada di 1/2 VCC tetapi
memiliki kualitas sinyal yang terbaik. Sedangkan amplifier kelas B memiliki efisiensi daya yang
baik (±85%) karena titik kerja mendekati VCC tetapi kualitas suara yang kurang baik. Sehingga
dibuat amplifier kelas AB yang memiliki efisiensi daya penguatan sinyal (±60%) dengan kualitas
sinyal audio yang baik. Titik kerja amplifier kelas AB dapat dilihat pada grafik garis beban berikut.

Grafik Titik Kerja Amplifier Kelas AB Dengan menempatkan titik kerja rangkaian power amplifier
kelas AB berada diantara titik kerja kelas A dan kelas B seperti terlihat pada grafik titik kerja
rangkaian diatas, penguat kelas AB dimaksudkan mendapatkan karakteristik dasar gabungan dari
amplifier kelas A dan amplifier kelas B. Rangkaian Dasar Power Amplifier Kelas AB Power pada
umumnya menggunakan sumber tegangan simetris. Fungsi dioda pada rangkaian penguat kelas
AB diatas adalah untuk memecah sinyal sisi puncak positif dan sisi sinyal puncak negatif. Q1 dan
Q2 masing-masing berfungsi sebagai penguat sinyal sisi puncak positif dan puncak negatif.
Kapasitor elektrolit 200uF menerima sinyal keluaran dari penguat AB. Kapasitor ini berfungsi
untuk memfilter atau memblok tegangan DC yang ada. Sehingga tegangan yang keluaran

21
rangkaian atau tegangan yang masuk pada speaker murni AC atau tidak ada sinyal DC yang
masuk pada speaker tersebut

BAB III

KESIMPULAN DAN SARAN

3.1 KESIMPULAN

Power amplifier merupakan suatu alat elektronik yang berfungsi memperbesar daya input
sehingga saat output di keluarkan melalui speaker akan mampu menggetarkan memberan speaker
sehingga menimbulkan bunyi yang dapat kita dengar. Fungsi rangkaian penguat daya adalah untuk
memproses sinyal audio dimana sinyal audio yang diproses harus diperbesar level dayanya sampai
mencapai suatu besar tertentu untuk menggerakkan loudspeaker yang berukuran besar dan berdaya
besar sehingga telinga mampu mendengarkan suara yang dihasilkan oleh loudspeaker dan bahkan
membuat pendengaran terganggu.

Dalam kesempatan kali ini kami mencoba membuat sebuah rangkaian amplifier yang sangat
sederhana menggunakan dua buah transistor final yaitu TIP 31 dan TIP 32 , dan sebuah transistor driver
yaitu D 438 jenis NPN. Hanya dengan beberapa komponen tambahan 4 buah resistor, 2 dioda, 2
capasitor menjadi sebuah amplifier dengan suara cukup nyaring, dengan biaya pembuatan kira kira 20
ribu-an cukup murah dan terjangkau. Transistor dapat digantikan dengan seri yang lain yang sejenis ,
sedangkan komponen lainnya dapat dipakai yang nilainya mendekati.

Ada kelebihan dan kekurangan yang dimiliki pada rangkaian yang kami buat, kelibihannya yaitu
Rangkaian cukup sederhana, sehingga memudahkan bagi pemula untuk menganalisa rangkaian ini. Biaya
yang dikeluarkan relatif rendah, karena komponen yang digunakan tidak terlalu banyak dan memiliki
harga yang terjangkau. Sedangkan kekuranganya, rangkaian terlalu sederhana dan komponen yang
digunakan memiliki kapasitas yang relatif rendah, sehingga penguatan yang dihasilkan power amplifier
ini kurang begitu bagus. Daya maksimal yang dihasilkan juga relatif rendah.

22
3.2 SARAN

Ketika membuat rangkaian power amplifier perhatikan letak kaki basis, emitor dan colektor pada
transistor karena sangat mempengaruhi kerja penguatan. Dalam pembuatan rangkaian power amplifier
lebih bagus diberi pengatur volume.

DAFTAR PUSTAKA

Sutrisno. 1987. Elektronika Teori dan penerapannya. Jilid 2. Bandung: Penerbit ITB.

Tresains. 2010. Audio Amplifier. http://trensains.com/audio_amplifier.htm. Diakses pada tanggal 4


Desember 2015, pukul 21.00 WIB. Malang.

Fluturlec.2010.TIP Serier Transistor.www.futurlec.com › Transistors › Power › TIP Series. Diakses


pada tanggal 4 Desember 2015, pukul 21.00 WIB. Malang.

www.unisonic.com.tw/datasheet/TIP32C. Diakses pada tanggal 4 Desember 2015, pukul 21.00 WIB.


Malang.

23

Anda mungkin juga menyukai