NIM : 1316030095
TEKNIK TELEKOMUNIKASI 3A
2016/2017
1. PENDAHULUAN
OP-AMP (Operasional Amplifiers) pada hakekatnya merupakan sejenis IC. Di
dalamnya terdapat suatu rangkaian elektronik yang terdiri atas beberapa transistor, resistor
dan atau dioda. Jikalau kepada IC jenis ini ditambahkan suatu jenis rangkaian, masukkan dan
suatu jenis rangkaian umpan balik, maka IC ini dapat dipakai untuk mengerjakan berbagai
operasi matematika, seperti menjumlah, mengurangi, membagi, mengali, mengintegrasi, dan
sebagainya. Oleh karena itu IC jenis ini dinamakan penguat operasi atau operasional
amplifier, disingkat OP-AMP.
Namun demikian OP-AMP dapat pula dimanfaatkan untuk berbagai keperluan,
misalnya : sebagai penguat audio, pengatur nada, osilator atau pembangkit gelombang, sensor
circuit, dsb. OP-AMP banyak disukai karena faktor penguatannya besar (100.000 kali).
Gambar 1 menunjukkan simbol OP-AMP.
2. Dasar Teori
3. Perancangan
7 1 5 U1
3
6
R1
2
1kΩ
4 741
VEE
-15V
Input:
Volt/Div: 500uV/Div, Time/Div: 5ms
Amplitude: 1mVpp, Perioda: 10ms, Frekuensi: 100Hz
Output:
Volt/Div: 20mV/Div, Time/Div: 5ms
Amplitude: 10 mVpp, Perioda: 10ms, Frekuensi: 100Hz
Input:
Volt/Div: 10mV/Div, Time/Div: 10ms
Amplitude: 10 mVpp, Perioda: 10ms, Frekuensi: 100Hz
Output:
Volt/Div: 50mV/Div, Time/Div: 10ms
Amplitude: 100 mVpp, Perioda: 10ms, Frekuensi: 100Hz
Input:
Volt/Div: 50mV/Div, Time/Div: 10ms
Amplitude: 50 mVpp, Perioda: 10ms, Frekuensi: 100Hz
Output:
Volt/Div: 200mV/Div, Time/Div: 10ms
Amplitude: 500 mVpp, Perioda: 10ms, Frekuensi: 100Hz
Tabel 1
Analisa Tabel 1
Pada simulasi yang sudah dikerjakan, diketahui bahwa pada percobaan pertama input
Vpp diberi nilai sebesar 1 mV dan frekuensi sebesar 100 Hz maka akan mendapat Vpp pada
output dengan nilai 10 mV dan frekuensi 100 Hz terjadi penguatan sebesar 10x hal ini sesuai
dengan rumus yang digunakan yakni Av = -Rf/R1 dimana Rf yang digunakan sebesar 10k
dan R1 yang digunakan sebesar 1k, serta penguatan hanya terjadi pada nilai amplitude dari
input yang diberikan. pada percobaan kedua input Vpp diberi nilai sebesar 10 mV dan
frekuensi sebesar 100 Hz maka akan mendapat Vpp pada output dengan nilai 100 mV dan
frekuensi 100 Hz terjadi penguatan sebesar 10x hal ini sesuai dengan rumus yang digunakan
yakni Av = -Rf/R1 dimana Rf yang digunakan sebesar 10k dan R1 yang digunakan sebesar
1k, serta penguatan hanya terjadi pada nilai amplitude dari input yang diberikan. Pada
percobaan ketiga input Vpp diberi nilai sebesar 100 mV dan frekuensi sebesar 100 Hz maka
akan mendapat Vpp pada output dengan nilai 1 V dan frekuensi 100 Hz terjadi penguatan
sebesar 10x hal ini sesuai dengan rumus yang digunakan. Pada percobaan keempat input Vpp
diberi nilai sebesar 200 mV dan frekuensi sebesar 100 Hz maka akan mendapat Vpp pada
output dengan nilai 2 V dan frekuensi 100 Hz terjadi penguatan sebesar 10x hal ini sesuai
dengan rumus yang digunakan. Pada percobaan kelima input Vpp diberi nilai sebesar 300 mV
dan frekuensi sebesar 100 Hz maka akan mendapat Vpp pada output dengan nilai 3 V dan
frekuensi 100 Hz terjadi penguatan sebesar 10x hal ini sesuai dengan rumus yang digunakan.
pada percobaan keenam input Vpp diberi nilai sebesar 500 mV dan frekuensi sebesar 100 Hz
maka akan mendapat Vpp pada output dengan nilai 5 V dan frekuensi 100 Hz terjadi
penguatan sebesar 10x hal ini sesuai dengan rumus yang digunakan yakni Av = -Rf/R1
dimana Rf yang digunakan sebesar 10k dan R1 yang digunakan sebesar 1k, serta penguatan
hanya terjadi pada nilai amplitude dari input yang diberikan. Pada percobaan ketujuh input
Vpp diberi nilai sebesar 1 V dan frekuensi sebesar 100 Hz maka akan mendapat Vpp pada
output dengan nilai 10 V dan frekuensi 100 Hz terjadi penguatan sebesar 10x hal ini sesuai
dengan rumus yang digunakan. Pada percobaan kedelapan input Vpp diberi nilai sebesar 1,5
V dan frekuensi sebesar 100 Hz maka akan mendapat Vpp pada output dengan nilai 15 V dan
frekuensi 100 Hz terjadi penguatan sebesar 10x hal ini sesuai dengan rumus yang digunakan.
Pada percobaan kesembilan input Vpp diberi nilai sebesar 2,5 V dan frekuensi sebesar 100
Hz maka akan mendapat Vpp pada output dengan nilai 25 V dan frekuensi 100 Hz terjadi
penguatan sebesar 10x hal ini sesuai dengan rumus yang digunakan. Pada percobaan
kesepuluh input Vpp diberi nilai sebesar 3 V dan frekuensi sebesar 100 Hz maka akan
mendapat Vpp pada output dengan nilai 26 V dan frekuensi 100 Hz penguatan yang
digunakan sebesar 10x namun hasil output yang dihasilkan tidak sesuai dengan hasil
perhitungan yang sudah dilakukan hal tersebut dapat terjadi apabila rangkaian tersebut sudah
mencapai nilai V saturasi dimana pada rangkaian tersebut Vsat berada saat input Vpp
diberikan nilai 3 V.
Analisa Tabel 2
Pada simulasi yang sudah dikerjakan, diketahui bahwa jika pada input Vpp diberi
nilai sebesar 10 mV dan frekuensi sebesar 100 Hz maka akan mendapat Vpp pada output
dengan nilai 100 mV dan frekuensi 100 Hz, sehingga bentuk gelombang pada output yang
ditampilkan osiloskop adalah bentuk gelombang pada umumnya atau benar (tidak cacat atau
rusak). Bentuk gelombang yang dihasilkan pada umumnya menghasilkan gelombang yang
benar (tidak cacat atau rusak) hingga percobaan nomer 8 pada tabel 2 .kecuali jika pada input
Vpp diberi nilai sebesar 10 mV dan frekuensi sebesar 40 kHz maka akan mendapat Vpp pada
output dengan nilai 96 mV dan frekuensi 40 kHz , Sehingga menhasilkan gelombang output
yang tidak sempurna karena terdapat banyak noise pada gelombangnya. Bentuk gelombang
yang tidak sempurna ini juga dipengaruhi oleh besar nilai frekuensi yang diberikan.
3.6 Tata Letak Komponen dan Lay Out PCB
Pada skematik
Pada layout PCB
4. Pembahasan
Dalam percobaan untuk mendapatkan bentuk sinyal output dan sinyal input seperti
diatas dapat digunakan osciloscope doble trace dengan input A osciloscope dihubungkan ke
jalur input penguat membalik (inverting amplifier) dan input B osciloscope dihubungkan ke
jalur output penguat mebalik tersebut. Dengan alat ukur osciloscope yang terhubung seperti
ini dapat dianalisa perbandingan sinyal input dengan sinyal output rangkaian penguat
membalik (inverting amplifier) secara lebih life dalam berbagai perubahan sinyal input.
5. Penutup
5.1 Kesimpulan
Rangkaian penguat inverting merupakan rangkaiaan elektronika yang berfungsi untuk
memperkuat dan membalik polaritas sinyal masukan.
Inverting amplifier merupakan penerapan dari penguat operasional sebagai penguat
sinyal dengan karakteristik dasar sinyal output memiliki phase yang berkebalikan
dengan phase sinyal input.
Rangkaian pembalik merupakan penguat yang outputnya bernilai negative
Rangkaian penguat inverting memiliki penguatan tegangan negatif yang besarnya
ditentukan oleh perbandingan feedback Rf dan Rin.
Tanda negative pada persamaan adalah menandakan antara input dan output memiliki
beda fasa 180o.
5.2 Saran
Saran dari penulis dalam membuat suatu rangkaian atau laporan pahami terlebih
dahulu rangkaian yang akan dibuat, buat diagram blok lebih awal agar sudah ada gambaran
rangkaiannya, komponen-komponennya, dan besarnya nilai yang dibutuhkan agar tidak
menghasilkan hasil yang salah pada outputnya..
Daftar Pustaka
http://elektronika-dasar.web.id/karakteristik-penguat-membalik-inverting-amplifier/
http://setiaagungw.blogspot.co.id/2014/04/penguat-inverting-non-inverting.html
http://www.vedcmalang.com/pppptkboemlg/index.php/menuutama/listrik-electro/1482-
operational-amplifier-pada-rangkaian-penguat-linear
http://ramadhanithegokils.blogspot.co.id/2013/12/penguat-inverting-close-loop.html