Anda di halaman 1dari 27

PRAKATA

Lembaga pendidikan mengemban tugas dalam memberikan


pelayanan pendidikan yang baik dan layak untuk peserta didiknya.
Tentunya didalam perwujudan lembaga yang baik dan bermutu, maka
diperlukannya pengetahuan dan ketrampilan dalam memanajemen
sebuah lembaga. Menurut Ricky W. Griffin Manajemen Adalah
sebagai sebuah proses perencanaan, pengorganisasian,
pengkoordinasian, dan pengontrolan sumber daya untuk mencapai
sasaran secara efektif dan efesien. Efektif berarti bahwa tujuan dapat
dicapai sesuai dengan perencanaan, sementara efisien berarti bahwa
tugas yang ada dilaksanakan secara benar, terorganisir, dan sesuai
dengan jadwal.

Seorang kepala sekolah dalam memimpin sebuah lembaga


memiliki peran yang sangat penting, maka ia perlu memiliki
pengetahuan dan ketrampilan tersebut. Memanajemen sebuah lembaga
pendidikan dikatakan berhasil jika semua komponen–komponen
mencapai standar nasional. Dalam buku ini kita akan belajar mengenai
dasar-dasar dalam manajemen pendidikan. Sehingga bisa dijadikan
pedoman sekaligus menambah wawasan dalam mengatur sebuah
lembaga pendidikan.
BAB VIII

SUBSTANSI MANAJEMEN KURIKULUM DAN


PEMBELAJARAN

A. Pendahuluan
1. Latar Belakang
Manajemen kurikulum merupakan salah satu aspek
yang berpengaruh terhadap keberhasilan pembelajaran dalam
pendidikan nasional. Di samping itu, kurikulum merupakan
suatu sistem program pembelajaran untuk mencapai tujuan
institusional pada lembaga pendidikan, sehingga kurikulum
memegang peranan penting dalam mewujudkan sekolah
yang bermutu atau berkualitas. Untuk menunjang
keberhasilan kurikulum, perlu adanya upaya pemberdayaan
bidang manajemen atau pengelolaan kurikulum.
Kurikulum pendidikan di Indonesia telah mengalami
beberapa kali penyempurnaan. Penyempurnaan kurikulum
dilakukan untuk menyesuaiakan pendidikan dengan
perkembangan ilmu pengetahuan, teknologi dan seni.
Kurikulum sebagai pedoman mengajar memiliki
karakteristik yang fleksibel dalam kurun waktu tertentu, dan
harus direnovasi sehingga mempunyai nilai inovatif dan
komunikatif. Manajemen tidak akan terlepas dari kegiatan
pembelajaran karena manajemen tersebut merupakan usaha
untuk mensukseskan suatu tujuan dalam pendidikan. perlu
adanya pengelolaan, penataan, dan pengaturan ataupun
kegiatan yang sejenis yang berkaitan dengan lembaga
pendidikan guna mengembangkan sumber daya manusia
agar dapat memenuhi tujuan pendidikan tersebut seoptimal
mungkin.

2. Tujuan
a. Secara kognitif, mahasiswa dapat memahami definisi
dari Manajemen Kurikulum dan Pembelajaran.
b. Mahasiswa mengetahui apa saja ruang lingkup
manajemen kurikulum dan pembelajaran.
c. Mahasiswa mengetahui sekaligus memahami mengenai
model pengembangan kurikulum dan pengembangan
silabus dalam kegiatan pembelajaran.

B. Substansi Manajemen Kurikulum dan Pembelajaran


1. Pengertian Kurikulum dan Pembelajaran
a. Pengertian Kurikulum
Istilah kurikulum berasal dari bahasa Inggris
yaitu curiculum, dalam bahasa latin curiculum berarti
curere yang bermakna berlari cepat, maju dengan cepat,
menjalani dan berusaha untuk mencapai sesuatu.
Pengertian kurikulum menurut Zainial Arifin
(1989:5) dalam bukunya konsep dan pengembang
kurikulum, ia menjelaskan implikasi kurikum secara
tradisional dan modern. Secara tradisional kurikulum
terdiri dari sejumlah mata pelajaran, peserta didik harus
mempelajari serta menguasai seluruh mata pelajaran di
sekolah, dan tujuan akhirnya adalah untuk memperoleh
ijazah. Sedangkan kurikulum secara modern adalah
semua kegiatan dan pengalaman potensial baik isi atau
materi yang disusun secara ilmiah, baik yang yang
terjadi di dalam kelas, dan diluar kelas atas
tanggungjawab sekolah untuk mencapai tujuan
pendidikan. Jadi implikasi dari pengertian modern ini
adalah kurikulum tidak hanya terdiri dari sejumlah mata
pelajaran saja, kegiatan belajar bisa dilakukan di luar
sekolah, guru sebagai pengembangan kurikulum perlu
menggunakan multi strategi dan pendekatan serta
berbagai sumber belajar secara bervariasi, dan tujuan
akhirnya bukan hanya memperoleh ijazah asli saja,
tetapi untuk menjapai tujuan pendidikan.
Secara terminologis menurut Dakir (2004:3),
kurikulum berarti suatu program pendidikanyang
berisikan berbagai bahan ajar dan pengalaman belajar
yangdiprogramkan, direncanakan dan dirancangkan
secara sistematika atas dasarnorma-norma yang berlaku
dan dijadikan pedoman dalam prosespembelajaran bagi
pendidik untuk mencapai tujuan pendidikan. Jadi
menurutnya kurikulum itu memuat semua program
yangdijalankan untuk menunjang proses pembelajaran.
b. Pengertian Pembelajaran
Menurut Setyosari (2003), pembelajaran
merupakan suatu upaya yang dilakukan oleh guru,
instruktur atau pembelajar dengan tujuan untuk
membantu siswa memahami materi pembelajaran.
Sedangkan menurut Hamalik (2003), pembelajaran
merupakan suatu kombinasi yang tersusun meliputi
unsur-unsur manusiawi, material, fasilitas,
perlengkapan, dan prosedur yang saling mempengaruhi
dalam mencapai tujuan.

2. Ruang Lingkup Manajemen Kurikulum dan


Pembelajaran

Menurut Rusman (2011:419), Lingkup manajemen


kurikulum ada empat yaitu perencanaan, pengembangan,
pelaksanaan dan pengevaluasian.

1. Tahap perencanaan, meliputi langkah-langkah sebagai


a. analisis kebuutuhan;
b. merumuskan dan menjawab pertanyaan filosofis;
c. menentukan desain kurikulum; dan
d. membuat rencana induk (Master Plan) berupa
Pengembangan, Pelaksanaan, dan penilaian.
2. Tahap pengembangan, meliputi langkah-langkah
a. perumusan rasional atau dasar pemikiran;
b. perumusan visi, misi, dan tujuan;
c. penentuan struktur dan isi program;
d. pemilihan dan pengorganisasian materi;
e. pengorganisasian kegiatan pembelajaran;
f. pemilihan sumber, alat, dan sarana belajar; dan
g. penentuan cara mengukur hasil belajar.
3. Tahap implementasi atau pelaksanaan, meliputi langkah-
langkah :
a. Penyusunan rencana dan program pembelajaran
(silabus, dan rencana pelaksanaan pembelajaran);
b. Penjabaran materi (kedalaman dan keluasan);
c. Penentuan startegi dan metode pembelajaran;
d. Penyediaan sumber, alat, dan sarana pembelajaran;
e. Penentuan cara dan alat penilaian proses dan hasil
belajar;
f. Setting lingkungan pembelajaran (Wahyudin, 2014:
13).
4. Tahap Evaluasi atau penilaian.
Untuk mengetahuai efektivitas kurikulum dan
dalam upaya memperbaiki serta menyempurnakan
kurikulum, maka diperlukan evaluasi kurikulum.
Evaluasi kurikulum merupakan usaha yang sulit dan
kompleks karena banyak aspek yag harus dievaluasi,
banyak orang yang terlibat, dan luasnya kurikulum yang
harus diperhatikan. Dalam perencananaan kurikulum
terdapat empat model perencanaan kurikulum
berdasarkan pada asumsi rasioanalitas, yaitu asumsi
tentang pemrosesan informasi secara cermat yang
berkaitan dengan mata pelajaran, peserta didik,
lingkungan dan hasil belajar. Berikut model model
perencanaan kurikulum:
a. Model perencanaan rasional dedukatif atau
rasional tyler. Model ini di titik beratkan
perencanaan program kurikulum dan bertitik
tolak dari speksifikasi tujuan. Model ini dapat
diterapkan pada semua tingkat pembuatan
keputusan dan tepat pada pendidikan sentralistik.
b. Model interatif rasional model ini menitik
beratkan pada perencanaan dengan plaining dari
pada perencanaan bagi. Perencanaan ini bersifat
situsioanal atau fleksibel serta tepat bagi lembaga
pendidikan yang mengembangkan kurikulum
berbasis sekolah.
c. The disciplines model, model ini menitik
beratkan guru sebagai model yang merencanakan
kurikulum bagi siswa. Model ini dikembangkan
sesuai dengan perkembangan sistematik dengan
relevansi antara pengetahuan filosofi, sosilogis,
dan psikologis.
d. Model tanpa perencanaan. Model ini
dikembangkan berdasarkan inisiatif guru di
dalam ruang kelas sebagai pengambil keputusan
dalam menentukan strategi pemeblajaran
pemilihan media pembelajaran dan sebagainya.

3. Model Pengembangan Kurikulum


a. Model Humanistik
Kurikulum humanistik dikembangkan oleh para
ahli pendidikan humanistik. Kurikulum ini berdasarkan
konsep aliran pendidikan pribadi (personalized
education) yaitu John Dewey (Progressive
Education)dan J.J.Rousseau (Romantic Education.
Aliran ini lebih memberikan tempat utama kepada
siswa. Pendidikan mereka lebih menekankan bagaimana
menagajar siswa (mendorong siswa), dan bagaimana
merasakan atau bersikap terhadap sesuatu.
Kurikulum humanistik mempunyai beberapa
karakteristik, berkenaan dengan tujuan, metode,
organisasi, dan evaluasi. Menurut para humanis,
kurikulum berfungsi menyediakan pengalaman
(pengetahuan-red) berharga untuk membantu
memperlancar perkembangan pribadi murid. Kurikulum
humanistik menuntut hubungan emosional yang baik
anatara guru dan murid. Guru selain harus mampu
menciptaka hubungan yang hangat dengan murid, juga
mampu memberi sumber.
b. Model Subjek Akademik
Model konsep kurikulum ini adalah model yang
tertua, sejak sekolah yang pertama berdiri,
kurikulumnya mirip dengan tipe ini. Sampai sekarang,
walaupun telah berkembang tipe-tipe lain, umumnya
sekolah tidak dapat melepaskan tipe ini. Kurikulum
subjek akademis bersumber dari pendidikan klasik
(perenialisme dan esensialisme) yang berorientasi pada
masa lalu.
Jerome Bruner dalam The Process of Education
menyatakan bahwa desain kurikulum hendaknya
didasarkan atas struktur disiplin ilmu. Selanjutnya, ia
menegaskan bahwa kurikulum suatu mata pelajaran
harus didasarkan atas pemahaman yang mendasar yang
dapat diperoleh dari prinsip-prinsip yang mendasarinya
dan yang memberi struktur kepada suatu disiplin ilmu.
Salah satu contoh kurikulum yang berdasarkan atas
struktur pengetahuan adalah Man: A Course oof Study
(MACOS) Macos adalah kurikulum untuk sekolah
dasar, terdiri atas buku-buku, film, poster, rekaman,
permainan, dan perlengkapan kelas lainnya.
Sasaran utama kurikulum model MACOS adalah
perkembangan kemampuan intelektual, yaitu
membangkitkan penghargaan dan keyakinan akan
kemampuan sendiri dan memberikan serangkaiann car
kerja yang memungkinkan anak walaupun dengan cara
sederhana mampu menganalisis kehidupan sosial.
c. Model Rekontruksi Sosial
Kurikulum rekonstruksi sosial berada dengan
model-model kurikulum lainnya. Kurikulum ini lebih
memusatkan perhataian pada problema-problema yang
dihadapinya dalam masyarakat. Kurikulum ini
bersumber pada aliran pendidikan interaksional.
Pandangan rekonstruksi sosial di dalam kurikulum
dimulai sekitar tahun 1920-an.Para rekonstruksionis
sosial tidak mau terlalu menekankan kebebasan
individu. Mereka ingin meyakinkan murid-murid
bagaiman masyarakat membuat warganya seperti yang
ada sekarang.

Berikut merupakan model-model pngembangan


kurikulum menurut Zainal Arifin (Konsep dan Model
Pengembangan Kurikulum, 2011) :

1. The Administrative model


Model pengembangan kurikulum yang paling awal dan
sangat umum dikenal adalah model administratif karena
model ini menggunakan prosedur “garis staff” atau garis
komando “dari atas ke bawah”. Maksudnya inisiatif
pengembangankurikulum berasal dari pejabat tinggi,
kemudian secara struktural dilaksanakan di tingkat
bawah. Dalam model ini pejabat pendidikan membentuk
panitia pengarah yang biasanya terdiri atas pengawas
pendidikan, kepala sekolah, dan guru-guru itu. Panitia
pengarah ini bertugas merumuskan rencana uum,
prinsip-prinsip, landasan filosofis, dan tujuan umum
pendidikan.

2. The Grass-Roots model

Inisiatif pengembangan kurikulum dalam model


ini berada di tangan guru guru sebagai pelaksana
kurikulum di sekolah, baik yang bersumber dari satu
sekolahmaupun dari beberapa sekolah sekaligus.
Model grassroots ini didasarkan atas empat
prinsip, yaitu kurikulum akan bertambah baik, jika
kemampuan profesional guru bertambah baik;
kompetensi guru akan bertambah baik, jika guru terlibat
secara pribadi didalam merevisi kurikulum; jika guru
terlibat dalam merumuskan tujuan yang ingin dicapai,
menyeleksi, mendefinisikan dan memecahkan maslah,
mengevaluasi hasil, maka hasil pengembangan
kurikulum akan lebih bermakna; dan hendaknya diantara
guru-guru terjadi kontak langsung sehingga mereka
dapat saling memahami dan mencapai suatu konsensus
tentang prinsip-prinsip dasar, tujuan dan rencana.
3. The demonstration model

Model ini dikembangkan untuk


memperkenalkan suatu inovasi kurikulum dalam skala
kecil. dalam pelaksanaannya, model ini menuntut
sejumlah guru dalam satu sekolah untuk
mengorganisasikan dirinya dalam memperbarui
kurikulum. Model demonstrasi dapat dilaksanakan baik
secara formal maupun tidak formal. Keuntungan model
demonstrasi antara lain: disebabkan kurikulum yang
dihasilkan telah melalui ujicoba dalam praktik yang
nyata, maka dapat memberikan alternatif yang dapat
bekerja; perubahan kurikulum pada bagian tertentu
cenderung lebih mudah disepakati dan diterima daripada
perubahan secara keselruhan; mudah untuk mengatasi
hambatan dan; menempatan guru sebagai pengambil
inisiatif dan narasumber sehingga para administrator
dapat mengarahkan minat dan kebutuhan guru untuk
mengambangkan program-program baru. Kelemahan
utama model ini adalah dapat menghasilkan
antagonisme baru yang tidak terlihat di dalam proses
pemngembangan cenderung bersikap apatis, curiga,
tidak percaya, dan cemburu. Akibatnya, mereka akan
menerima kurikulum baru itu dengan setengah hati.
4. Beauchamps system model

Sistem yang diformulasikan oleh Beauchamp


mengemukakan adanya lima langkah kritis dalam
pengambilan keputusan pengembangan kurikulum yaitu
menentukan arena pengembangan kurikulum; memilih
dan mengikutsertakan pengembang kurikulum yang
terdiri atas spesialis kurikulu,perwakilan kelompok-
kelompok profesionaldan guruguru kelas yang terpilih,
semua tenaga profesional yang ada dalam sistem
sekolah tersebut dan kelompok masyarakat yang
representatif; pengorganisasian dan penentuan prosedur
perencanaan kurikulum yang meliputi menetapkan
tujuan kurikulum, memilih materi pelajaran,
mengembangkan kegiatan pembelajaran dan
mengembangkan desain; pelaksanaankurikulum secara
sistematis; dan evaluasi kurikulum yang meliputi empat
dimensi penggunaan kurikulum oleh guru, desain
kurikulum, hasil belajar peserta didik dan sistem
kurikulum.

5. The systematic action-research model

Tiga faktor utama yang dijadikan bahan


pertimbangan dalam model ini adalah adanya hubungan
antarmanusia, organisasi sekola dan masyarakat sert
otoritas ilmu. Langkah-langkah dalam model ini adalah
merasakan adanya suatu masalah dalam kelas atau
sekolah yang perlu diteliti secara mendalam;
mengidentifikasi faktor-faktor apa saja yang
memengaruhi ; merencanakan secara mendalam tentang
bagaimana pemecahan masalahnya; menentukan
keputusa-keputusan apa yang perlu diambil sehubungan
dengan masalah tersebut; melaksanakan keputusan yang
telah diambil dan menjalankan rencana yang telah
disusun; mencari fakta secara meluas; dan menilai
tentang kekuatan dan kelemahannya.

6. Emerging Technical model

Model teknologis ini terdiri atas tiga variasi odel


yaitu model analisis tingkah laku, model analisis sistem
dan odel berdasarkan komputer. Model analisis tingkah
laku memulai kegiatannya dengan jalan melatih
kemampuan anak mulai dari yang sederhana sampai pda
yang kompleks secara bertahap. Model analisis
sistemmemulai kegiatanya dengan jalan menjabaran
tujuan-tujuan secara khusus kemudian menyusun alat-
alat ukur untuk menilai keberhasilannya, selanjutnya
mengidentifikasi sejumlah faktor-faktor yang
berpengaruh terhadap proses penyelenggaraannya.

4. Pengembangan Silabus dalam Kegiatan Pembelajaran

Silabus merupakan program pembelajaran pada suatu


atau kelompok mata pelajaran atau tema tertentu yang
mencakup standar kompetensi, kompetensi dasar, materi
pokok/ pembelajaran, indikator, penilaian, alokasi waktu,
dan sumber/ bahan/ alat ajar. Pengembangan silabus dapat
dilakukan oleh para guru secara mandiri atau berkelompok
dalam sebuah sekolah/madrasah atau beberapa sekolah,
kelompok Musyawarah Guru Mata Pelajaran (MGMP) pada
atau Pusat Kegiatan Guru (PKG), dan Dinas Pendikan.

1. Langkah-langkah pengembangan silabus :


a. Mengkaji dan menentukan kompetensi standar mata
pelajaran dengan memperhatikan hal-hal berikut:
1) Urutan berdasarkan hierarki konsep disiplin ilmu dan/atau
tingkat kesulitan materi, tidak harus selalu sesuai dengan
urutan yang ada di SI;
2) Keterkaitan antar standar kompetensi dan kompetensi dasar
dalam mata pelajaran;
3) Keterkaitan standar kompetensi dan kompetensi dasar
antarmata pelajaran
b. Mengkaji dan Menentukan Kompetensi Dasar
Mengkaji kompetensi dasar mata pelajaran dengan
memperhatikan hal-hal berikut:
1) Urutan berdasarkan hierarki konsep disiplin ilmu dan/atau
tingkat kesulitan materi, tidak harus selalu sesuai dengan
urutan yang ada dalam SI;
2) Keterkaitan antar standar kompetensi dan kompetensi dasar
dalam mata pelajaran;
3) Keterkaitan standar kompetensi dan kompetensi dasar antar
mata pelajaran.
d. Mengidentifikasi Materi Pokok Pembelajaran, dengan
mempertimbangkan :
1) Potensi peserta didik;
2) Relevansi dengan karakteristik daerah;
3) Tingkat perkembangan fisik, intelektual, emosional,
sosial, dan spritual peserta didik;
4) Kebermanfaatan bagi peserta didik;
5) Struktur keilmuan;
6) Aktualitas, kedalaman, dan keluasan materi
pembelajaran;
7) relevansi dengan kebutuhan peserta didik dan tuntutan
lingkungan;
8) Alokasi waktu
e. Mengembangkan Kegiatan Pembelajaran
Kegiatan pembelajaran dirancang untuk memberikan
pengalaman belajar yang melibatkan proses mental dan fisik
melalui interaksi antar peserta didik, peserta didik dengan
guru, lingkungan, dan sumber belajar lainnya dalam rangka
pencapaian kompetensi. Pengalaman belajar dimaksud dapat
terwujud melalui pendekatan pembelajaran yang bervariasi
dan berpusatpada peserta didik. Pengalaman Belajar memuat
kecakapan hidup yang perlu dikuasai peserta didik.
f. Merumuskan Indikator Pencapaian Kompetensi
Indikator merupakan penanda pencapaian kompetensi
dasar yang ditandai oleh perubahan perilaku yang dapat
diukur yang mencakup sikap, pengetahuan, dan
keterampilan.Indikator dikembangkan sesuai dengan
karakteristik peserta didik, satuan pendidikan, dan potensi
daerah digunakan sebagai dasar untuk menyusun alat
penilaian.
g. Menentukan Jenis Penilaian
Penilaian merupakan serangkaian kegiatan untuk
memperoleh, menganalisis, dan menafsirkan data
tentangproses dan hasil belajar peserta didik yang
dilakukansecara sistematis dan berkesinambungan,
sehinggamenjadi informasi yang bermakna dalam
pengambilan keputusan. Penilaian dilakukan dengan
menggunakan tes dan non tesdalam bentuk tertulis maupun
lisan, pengamatan kinerja, sikap, penilaian hasil karya
berupa proyek atau produk, penggunaan portofolio, dan
penilaian diri.
h. Menentukan Alokasi Waktu
Penentuan alokasi waktu pada setiap kompetensi dasar
didasarkan pada jumlah minggu efektif dan alokasi waktu
mata pelajaran per minggu dengan
mempertimbangkanjumlah kompetensi dasar, keluasan,
kedalaman, tingkatkesulitan, dan tingkat kepentingan
kompetensi dasar. Alokasi waktu yang dicantumkan dalam
silabus merupakan perkiraan waktu rerata untuk menguasai
kompetensi dasar yang dibutuhkan oleh peserta didik yang
beragam
i. Menentukan Sumber Belajar
Sumber belajar adalah rujukan, objek dan/atau bahan
yang digunakan untuk kegiatan pembelajaran. Sumber
belajar dapat berupa media cetak dan elektronik,narasumber,
serta lingkungan fisik, alam, sosial, dan budaya. Penentuan
sumber belajar didasarkan pada standar kompetensi dan
kompetensi dasar serta materi pokok/pembelajaran, kegiatan
pembelajaran, dan indikator pencapaian kompetensi.

2. Contoh Format Silabus


Nama Sekolah :
Mata Pelajaran :
Kelas/Semester :
Standar Kompetensi :
Kompetensi Dasar :
Materi Pokok/Pembelajaran :
Kegiatan Pembelajaran :
Indikator :
Penilaian :
Alokasi Waktu :
Sumber Belajar :

Pengembangan Silabus Berkelanjutan dijabarkan ke dalam


rencana pelaksanaan pembelajaran. Dilaksanakan,
dievaluasi, dan ditindaklanjuti oleh masing-masing guru.
5. Latihan
1) Bagaimana cara membuat kurikulum yang mudah diterima oleh
peserta didik, tanpa harus membebani siswa, dan adanya jam
pembeljaranan yang tudaj terlalu lama?
2) Bagaimana cara menciptakan hubungan yang baik anatar
manusia, dalam dunia pendidikan agar proses pembelajaran
dapat di terima oleh semua masyarakat, tan terkecuali,
khususnya terhadapa kalangan yang sulit terbuka,akan dunia
luar?

Jawab :

1) Cara membuat kurikulum agar mudah diterima.oleh peserta


didik dan tidak membebani yaitu dengan cara :
a. Adanya kebijakan mengubah kurikulum yang sekiranya
kurang dapat di terima oleh peserta didik.
b. Membuat kurikulum.yang bervariatif

2) Hal-hal yang dapat dilakukan, untuk masyarakat yang sulit


terbuka akan dunia pendidikan, yaitu harus dapat mengetahui
lingkungan sekitar, agar dapat mengerti cara berkomunikasi
yang tepat terhadap mereka, dan mampu mengambil hati
rakyat serempat, agar dapat di terima

6. Rangkuman
Manajemen kurikulum merupakan salah satu aspek yang
berpengaruh terhadap keberhasilan pembelajaran dalam pendidikan
nasional. Disampingitu, kurikulum merupakan suatu system program
pembelajaran untuk mencapai tujuan institusional pada lembaga
pendidikan, sehingga kurikulum memegang peranan penting dalam
mewujudkan sekolah yang bermutu atau berkualitas. Untuk
menunjang keberhasilan kurikulum, perlu adanya upaya
pemberdayaan bidang manajemen atau pengelolaan kurikulum.

C. Evaluasi
Dari materi yang telah dijelaskan, maka terdapat sebuah pertanyaan dari
beberapa audience, diantaranya adalah sebagai berikut.
1. Mengapa kurikulum selalu mengalami perubahan?
Oleh : Pak Jarwo (Dosen mata kulian Dasar-dasar Manajemen
Pendidikan
Jawab :
Faktor-faktor penyebab perubahan kurikulum itu antara lain adalah :
a. Adanya perkembangan dan perubahan bangsa yang satu dengan
yang lain.
Perubahan perhatian dan perluasan bentuk
pembelajaran harus mendapat perhatian. Perubahan praktek
pendidikan di suatu Negara harus mendapan perhatian serius,
agar pendidikan di Negara kita tidak ketinggalan zaman. Tetapi
tentu perubahan kurikulum harus disesuaikan denga kondisi
setempat, kurikulum Negara lain tidak sepenuhnya diadopsi
karena adanya perbedaan-perbedaan baik ideologi, agama,
ekonomi, sosial, maupun budaya.
b. Berkembangnya industri dan produksi atau teknologi.
Pesatnya perubahan di bidang teknologi harus disikapi
dengan cepat, karena kalau tidak demikian maka output dari
lembaga pendidikan akan menjadi makhluk terasing yang akan
hidup di dunianya. Kurikulum harus mampu menciptakan
manusia-manusia yang siap pakai di segala bidang yang
diminatinya, bahkan mampu menciptakan dunia sendiri yang
baru bukan hanya mampu mengikuti dunia itu.
c. Orientasi politik dan praktek kenegaraan.
Praktek politik kenegaraan memegang peranan penting
dalam perubahan kurikulum. Tidak dapat dipungkiri lagi bahwa
pendidikan termasuk kurikulum itu tidak dapat terlepas dari
perpolitikan suatu bangsa. Oleh karena itulah orientasi politik
Negara harus diarahkan pada pemantapan demokrasi yang sejati,
sehingga sistem pendidikan akan berjalan dengan baik tanpa
dibayangi ketakutan terhadap kekuasaan atau penguasa.
d. Pandangan intelektual yang berubah.
Selama ini pendidikan di Indonesia lebih diarahkan
pada pencapaian materi sebanyak-banyaknya daripada mencapai
suatu kemampuan tau kompetensi tertentu. Sehingga outputnya
kurang berkualitas di bandingkan dengan Negara lain. Untuk
meningkatkan kualitas itulah maka pemerintah mengupayakan
dilaksanakannya kurikulum berbasis kompetensi (KBK) yang
dirintis seja tanggal 26 Juni 2002, kemudian pada tahun 2006
diberlakukan kurikulum baru yaitu KTSP dan sekarang mulai
dirintis kurikulum terbaru yaitu Kurikulum 2013 dengan basis
yang sanma dengan perubahan dan penekanan pada aspek
tertentu.
e. Pemikiran baru mengenai proses belajar-mengajar.
Banyak sekali pemikiran, konsep atau teori baru dalam
proses pembelajaran, walaupun pemikiran itu kadang hanyalah
perubahan pada titik tekannya saja. Misalnya mengenai active
learningatau (CBSA),contextual learning, quntum teaching-
learning dan lain-lain, untuk dapat mengaktifkan seorang
individu siswa dan mengaktifkan kelompok.
f. Perubahan dalam masyarakat.
Masyarakat adalah suatu komunitas yang dinamis dan
akan selalu berubah, baik perubahan kearah positif maupun
negatif perubahan positif antara lainadalah kesadaran
masyarakat terhadap kebutuhan pendidikan anak, terutama lagi
kalangan menengah ke atas, dengan menyediakan fasilitas yang
memadai seperti alat komunikasi, transportasi, komputer dan
internet. Perubahan kearah negatif sesungguhnya lebih banyak
terjadi akibat efek tidak baik karena kemudahan-kemudahan
yang dialami oleh manusia modern, seperti mudahnya
berkomunikasi antar individu yang kemudian disalahgunakan
untuk kejahatan.
g. Eksploitasi ilmu pengetahuan.
Dengan pesatnya kemajuan di berbagai bidang
kehidupan, tentu ilmu pengetahuan mendapat porsi dalam
kehidupan manusia. Banyak sekali disiplin ilmu pengetahuan
baru yang pada dekade sebelumnya belum dikenal. Oleh karena
itu kurikulum paling tidak harus disesuaikan dengan
berkembangnya ilmu pengetahuan, agar anak memiliki bekal
yang cukup untuk menghadapi kehidupan di masa depan.

2. Jelaskan dengan singkat mengenai 6 model pengembangan


kurikulum menurut Zainal Arifin! (Oleh : Devi Oktaviana,
17010034056)
Jawaban :
a. The Administrative model
Dalam model ini pejabat pendidikan membentuk
panitia pengarah yang biasanya terdiri atas pengawas
pendidikan, kepala sekolah, dan guru-guru itu. Panitia
pengarah ini bertugas merumuskan rencana uum,
prinsip-prinsip, landasan filosofis, dan tujuan umum
pendidikan.
b. The Grass-Roots model
Inisiatif pengembangan kurikulum dalam model ini
berada di tangan guru guru sebagai pelaksana
kurikulum di sekolah, baik yang bersumber dari satu
sekolahmaupun dari beberapa sekolah sekaligus.
c. The demonstration model
Model ini dikembangkan untuk memperkenalkan suatu
inovasi kurikulum dalam skala kecil. dalam
pelaksanaannya, model ini menuntut sejumlah guru
dalam satu sekolah untuk mengorganisasikan dirinya
dalam memperbarui kurikulum. Model demonstrasi
dapat dilaksanakan baik secara formal maupun tidak
formal.
d. Beauchamps system model
Sistem yang diformulasikan oleh Beauchamp
mengemukakan adanya lima langkah kritis dalam
pengambilan keputusan pengembangan kurikulum
yaitu menentukan arena pengembangan kurikulum;
memilih dan mengikutsertakan pengembang kurikulum
yang terdiri atas spesialis kurikulu,perwakilan
kelompok-kelompok profesionaldan guruguru kelas
yang terpilih, semua tenaga profesional yang ada
dalam sistem sekolah tersebut dan kelompok
masyarakat yang representatif; pengorganisasian dan
penentuan prosedur perencanaan kurikulum yang
meliputi menetapkan tujuan kurikulum, memilih
materi pelajaran, mengembangkan kegiatan
pembelajaran dan mengembangkan desain;
pelaksanaankurikulum secara sistematis; dan evaluasi
kurikulum yang meliputi empat dimensi penggunaan
kurikulum oleh guru, desain kurikulum, hasil belajar
peserta didik dan sistem kurikulum.
e. The systematic action-research model
Langkah-langkah dalam model ini adalah merasakan
adanya suatu masalah dalam kelas atau sekolah yang
perlu diteliti secara mendalam; mengidentifikasi
faktor-faktor apa saja yang memengaruhi ;
merencanakan secara mendalam tentang bagaimana
pemecahan masalahnya; menentukan keputusa-
keputusan apa yang perlu diambil sehubungan dengan
masalah tersebut; melaksanakan keputusan yang telah
diambil dan menjalankan rencana yang telah disusun;
mencari fakta secara meluas; dan menilai tentang
kekuatan dan kelemahannya.
f. Emerging Technical model
Model teknologis ini terdiri atas tiga variasi odel yaitu
model analisis tingkah laku, model analisis sistem dan
odel berdasarkan komputer. Model analisis tingkah
laku memulai kegiatannya dengan jalan melatih
kemampuan anak mulai dari yang sederhana sampai
pda yang kompleks secara bertahap. Model analisis
sistemmemulai kegiatanya dengan jalan menjabaran
tujuan-tujuan secara khusus kemudian menyusun alat-
alat ukur untuk menilai keberhasilannya, selanjutnya
mengidentifikasi sejumlah faktor-faktor yang
berpengaruh terhadap proses penyelenggaraannya.

3. Berikan penjelesan yang ringkas mengenai perbedaan


kurikulum dengan silabus! (oleh : Azizatul Marati,
17010034047)
Jawaban :
Secara singkatnya untuk mengingat dan membembedakan
dengan mudah antara kurikulum dengan pembelajaran,
maka kami menarik kesimpulan, bahwa kurikulum itu
seperangkat rencana dan pengaturan mengenai tujuan , isi ,
dan bahan pelajaran serta cara yang digunakan sebagai
pedoman penyelenggaraan kegiatan pembelajaran untuk
mencapai tujuan pendidikan tertentu. Contohnya jenis-jenis
mata kuliah yang sudah ditetapkan di masing-masing
jurusan. Sedangkan pembelajaran yaitu upaya yang
dilakukan oleh guru, instruktur atau pembelajar dengan
tujuan untuk membantu siswa memahami materi
pembelajaran. Seperti sebelum mengajar tentunya seorang
dosen menyiapkan RPS.

4. Bagaimanakah contoh penerapan kurikulum secara modern


menurut Zainal Arifin? (oleh : Siti Lailatul Muslikah,
1701003458)
Jawaban :
Penerapan teori modern oleh Zainal Arifin adalah
pembelajaran itu harus kontekstual, maksudnya sesuai
dengan lingkungan disekitarnya, dan kegiatan
pembelajaran tidak selalu didalam kelas, melainkan bisa
dilakukan di luar kelas. Sehingga pembelejarannya lebih
menarik, peserta didik lebih mudah memahami dan
mengingatnya.

D. Daftar Bacaan
1. Muhammad Zaini. Pengembangan Kurikulum. (Yogyakarta
: TERAS, 2009). hlm.167-170
2. Arifin Zainal. Konsep dan Pengembangan Kurikulum.
(1989:5)
3. http://academia.edu/KurikulumdanPembelajaran

Anda mungkin juga menyukai