PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Hari berganti hari, dengan kemajuan zaman yang semakin mendunia termasuk kemajuan daya
berpikirnya, teknologi yang semakin canggih, hingga pendidikan yang semakin berdaya saing dan
kompeten di bidangnya. Maka dari itu, seiring berkembangnya masyarakat yang tak ingin berpuas
diri dengan kurikulum pemerintah yang berlaku terhadap kemajuan berpikir dunia, sehingga dalam
proses tercapainya kurikulum yang berdaya saing perlu perencanaan yang matang dalam
pembuatannya agar dapat menyesuaikan dengan perkembangan kemajuan dunia.
Untuk mengembangkan suatu rencana seseorang harus mengacu kemasa depan. Perencanaan ini
memberikan pengaruh dalam menentukan pengeluaran biaya atau keuntungan, menetapkan
perangkat tujuan atau hasil akhir, mengembangkan strategi untuk mencapai tujuan akhir, menyusun
atau menetapkan prioritas dan urutan strategi, menetapkan prosedur kerja dengan metode yang
baru, serta mengembangkan kebijakan-kebijakan.
B. Rumusan Masalah
3. Untuk lebih memahami berbagai pendekatan yang berkenaan dalam perencanaan manajemen
kurikulum.
BAB II
PEMBAHASAN
- Menurut Kerr, J. F (1968): Kurikulum adalah semua pembelajaran yang dirancang dan
dilaksanakan secara individu ataupun secara kelompok, baik di sekolah maupun di luar sekolah.
- Menurut Inlow (1966): Kurikulum adalah usaha menyeluruh yang dirancang oleh pihak
sekolah untuk membimbing murid memperoleh hasil pembelajaran yang sudah ditentukan.
- Menurut Beauchamp (1968): Kurikulum adalah dokumen tertulis yang mengandung isi mata
pelajaran yang diajar kepada peserta didik melalui berbagai mata pelajaran, pilihan disiplin ilmu,
rumusan masalah dalam kehidupan sehari-hari.
- Menurut UU No. 20 Tahun 2003: Kurikulum adalah seperangkat rencana dan pengaturan
mengenai tujuan, isi, dan bahan pelajaran serta cara yang digunakan sebagai pedoman
penyelenggaraan kegiatan pembelajaran untuk mencapai tujuan pendidikan nasional.
Manajemen kurikulum adalah suatu system pengelolaan kurikulum yang kooperatif, komperehensif,
sistemik, dan sistematik dalam rangka mewujudkan ketercapaian tujuan kurikulum. Dalam
pelaksanaannya, manajemen berbasis sekolah (MBS) dan kurikulum tingkat satuan pendidikan
(KTSP). Oleh karena itu, otonomi yang diberikan pada lembaga pendidikan dalam mengelola
kurikulum secara mandiri dengan memprioritaskan kebutuhan dan ketercapaian sasaran dalam visi
dan misi lembaga pendidikan tidak mengabaikan kebijaksanaan nasional yang telah ditetapkan.
Maksud dari manajemen dalam perencanaan kurikulum adalah keahlian “managing” dalam arti
kemampuan merencanakan dan mengorganisasikan kurikulum. Hal-hal yang perlu diperhatikan
dalam proses perencanaan kurikulum adalah siapa yang bertanggung jawab dalam perencanaan
kurikulum, dan bagaimana perencanaan kurikulum itu direncanakan secara professional.
Pandangan klasik penyusunan kurikulum yang masih digunakan sampai saat ini adalah rasional Tyler
(1945)[1][1] yang mengemukakan pertanyaan sebab akibat yang meliputi :
4. Bagaimana kita dapat menentukan bahwa tujuan pendidikan ini telah dicapai?
Pemikiran Tyler ini sangat linier dan mudah diikuti. Tujuan sangat dipentingkan dalam penyusunan
kurikulum. Dengan menentukan tujuan akan mudah bagi siapapun untuk dapat melaksanakan
perwujudan tujuan tersebut dan kemudian melakukan penilaian sejauh mana tujuan tersebut telah
dicapai.
Kurikulum sebagai mata pelajaran merupakan pemahaman yang menghubungkan kurikulum dengan
daftar mata pelajaran yang diajarkan. Kurikulum sebagai program kegiatan yang direncanakan
artinya perencanaan ruang lingkup, urutan, keseimbangan mata pelajaran, teknik mengajar, cara-
cara memotivasi siswa, dan hal-hal lain yang dapat direncanakan sebelumnya dalam pembelajaran.
Kurikulum sebagai hasil belajar bertujuan untuk memberikan fokus hasil belajar yang dapat
dipertanggungjawabkan secara terbuka. Kurikulum sebagai reproduksi kebudayaan dimaksudkan
untuk mencapai tujuan pendidikan nasional di mana pemerintah menuntut para pendidik untuk
membangun generasi yang mempunyai peradaban dan martabat yang tinggi, bertahan, berdaya
saing, serta mampu menyesuaikan diri dengan perubahan zaman.
Pendekatan sistem telah pula diuraikan oleh Layton (1989). Menurut Layton[2][2] (1989) kurikulum
dipengaruhi oleh sistem sosial politik, ekonomi, rasional, teknologi, moral keagamaan, dan sistem
keindahan. Selanjutnya Cornbleth (1990) menekankan pentingnya pendekatan kontekstual
berpengaruh pada proses interaksi antarpeserta didik, guru, pengetahuan, dan lingkungan.
1. Administrative approach
Kurikulum direncanakan oleh pihak atasan kemudian diturunkan kepada instansi-instansi bawahan
sampai kepada guru-guru. Jadi form the top down, dari atas ke bawah atas inisiatif administrator.
Dalam kondisi ini guru-guru tidak dilibatkan. Mereka lebih bersifat pasif yaitu sebagai penerima dan
pelaksana di lapangan. Semua ide, gagasan dan inisiatif berasal dari pihak atasan.
Pendekatan yang dimulai dari bawah, yakni dari pihak guru-guru atau sekolah-sekolah secara
individual dengan harapan bisa meluas ke sekolah-sekolah lain. Kepala sekolah serta guru-guru
dapat merencanakan kurikulum atau perubahan kurikulum karena melihat kekurangan dalam
kurikulum yang berlaku. Mereka tertarik oleh ide-ide baru mengenai kurikulum dan bersedia
menerapkannya di sekolah mereka untuk meningkatkan mutu pelajaran.
D. Model Perencanaan Kurikulum
Ada 4 (empat) model perencanaan kurikulum berdasar asumsi rasionalitas, yaitu: asumsi tentang
pemrosesan informasi secara cermat yang berkaitan dengan mata pelajaran, peserta didik,
lingkungan dan hasil belajar. Berikut ini model-model perencanaan kurikulum:
Model ini menitik-beratkan logika dalam merancang program kurikulum dan bertitik tolak dari
spesifikasi tujuan (goals dan objectives). Model ini dapat diterapkan pada semua tingkat pembuat
keputusan, dan tepat untuk sistem pendidikan sentralistik.
Model ini menitik-beratkan pada ”perencanaan dengan” (planning with) daripada ”Perencanaan
bagi” (planning for). Perencanaan kurikulum ini bersifat situasional atau fleksibel serta tepat bagi
lembaga pendidikan yang akan mengembangkan kurikulum berbasis sekolah. Model perencanaan
kurikulum ini didasarkan pada kebutuhan yang berkembang di masyarakat.
Model ini menitik-beratkan pada guru sebagai pihak yang merencanakan kurikulum bagi siswa.
Model ini dikembangkan sesuai dengan pertimbangan sistematik tentang relevansi antara
pengetahuan filosofis, sosiologis, dan psikologis.
Model ini dikembangkan berdasarkan pertimbangan inisiatif guru di dalam ruangan kelas, sebagai
pengambil keputusan dalam menentukan strategi pembelajaran, pemilihan media belajar dan
sebagainya.
- Demokratisasi => berasas demokrasi, menempatkan pengelola, pelaksana, dan subjek didik
sesuai pada aspeknya.
- Mengarahkan visi, misi dan tujuan => yang ditetapkan dalam kurikulum, proses manajemen
kurikulum harus dapat memperkuat dan mengarahkan visi, misi, dan tujuan kurikulum.
1. Analisis Kebutuhan
1. Objektivitas
Perencanaan kurikulum memiliki tujuan yang jelas dan spesifik berdasarkan tujuan pendidikan
nasional, data input yang nyata sesuai dengan kebutuhan.
2. Keterpaduan
Perencanaan kurikulum memadukan jenis dan sumber dari semua disiplin ilmu, keterpaduan sekolah
dan masyarakat, keterpaduan internal, serta keterpaduan dalam proses penyampaian.
3. Manfaat
Perencanaan kurikulum menyediakan dan menyajikan pengetahuan dan keterampilan sebagai bahan
masukan untuk pengambilan keputusan dan tindakan, serta bermanfaat sebagai acuan strategis
dalam penyelenggaraan pendidikan.
Perencanaan kurikulum disusun berdasarkan prinsip efisiensi dana, tenaga, dan waktu dalam
mencapai tujuan dan hasil pendidikan.
5. Kesesuaian
6. Keseimbangan
Perencanaan kurikulum memperhatikan keseimbangan antara jenis bidang studi, sumber yang
tersedia, serta antara kemampuan dan program yang akan dilaksanakan.
7. Kemudahan
8. Berkesinambungan
Perencanaan kurikulum ditata secara berkesinambungan sejalan dengan tahapan, jenis, dan jenjang
satuan pendidikan.
9. Pembakuan
Perencanaan kurikulum dibakukan sesuai dengan jenjang dan jenis satuan pendidikan, sejak dari
pusat sampai daerah.
10. Mutu
PENUTUP
A. Kesimpulan
Kurikulum selalu mengalami perubahan sesuai dengan perkembangan zaman. Adapun proses
pengembangan kurikulum adalah kegiatan mengahasilkan kurikulum baru melalui langkah-langkah
Perencanaan, pelaksanaan, Penilaian dan penyempurnaan/Pengembangan kurikulum atas dasar
penilaian yang dilakukan selama kegiatan pelaksanaan kurikulum, dan hal tersebut bisa dikatakan
bahwa terjadinya perubahan-perubahan kurikulum mempunyai tujuan untuk perbaikan.
Dengan demikian, Proses perencanaan dalam manajemen kurikulum memiliki karakteristik yang
perlu di pertimbangkan sedemikian rupa hingga akan terciptanya seperangkat pembelajaran yang
sesuai dengan keberadaan dalam suatu ruang lingkup pendidikan lebih tepatnya dalam sektor
sekolah-sekolah.
DAFTAR PUSTAKA
http://syamsuddincoy.blogspot.com/2012/02/manjemen-kurikulum.html
http://anan-nur.blogspot.com/2011/08/manajemen-perencanaan-pengembangan.html