Anda di halaman 1dari 13

NAMA : DINDA RAHMADANI

NIM : 1173313019

KELAS : PG – PAUD REG C 2017

BLEENDED LEARNING I

MANAJEMEN KURIKULUM

Manajemen kurikulum adalah proses mendayagunakan semua unsur manajemen


dalam rangka memaksimalkan pencapaian tujuan kurikulum pendidikan yang dilaksanakan di
lembaga pendidikan. Manajemen pendidikan di sekolah menjadi faktor signifikan dalam
merencanakan, melaksanakan dan mengawasi keseluruhan kegiatan pendidikan dan
pembinaan siswa di sekolah. Pencapaian tujuan pendidikan nasional, institusional, kurikulum
dan tujuan pembelajaran, atau standar kompetensi/kompetensi inti menjadi tanggung jawab
manajemen pendidikan. Oleh sebab itu, kurikulum harus dikelola dengan efektif dan efisien
untuk memastikan bahwa pembelajaran berlangsung efektif.
Dalam konteks KTSP, Tita Lestari (2006) mengemukakan tentang siklus manajemen
kurikulum yang terdiri dari empat tahap berikut.
1. Tahap perencanaan; meliputi langkah-langkah sebagai:
1) analisis kebutuhan;
2) merumuskan dan menjawab pertanyaan filosofi;
3) menentukan desain kurikulum;
4) membuat rencana induk: pengembangan, pelaksanaan dan penilaian.
2. Tahap pengembangan, meliputi langkah-langkah:
1) perumusan rasional atau dasar pemikiran;
2) perumusan visi, misi dan tujuan;
3) penentuan struktur dan isi program;
4) pemilihan dan pengorganisasian materi;
5) pengorganisasian kegiatan pembelajaran;
6) pemilihan sumber, alat dan sarana belajar;
7) penentuan cara mengukur hasil belajar.
3. Tahap implementasi atau pelaksanaan meliputi langkah:
1) penyusunan rencana pembelajaran;
2) penjabaran materi;
3) penentuan strategi dan metode pembelajaran;
4) penyediaan sumber, alat, dan sarana pembelajaran;
5) penentuan cara dan alat penilaian proses dan hasil belajar dan
6) setting lingkungan pembelajaran.
4. Tahap penilaian; untuk melihat sejauh mana kekuatan dan kelemahan dari kurikulum
yang dikembangkan, baik bentuk penilaian formatif maupun sumatif. Penilaian
kurikulum dapat mencakup context, input, proses, produk (CIPP). Penilaian produk
berfokus pada mengukur pencapaian proses pada akhir program (identik dengan
evaluasi sumatif).

POAC (Planning, Organizing, Actuating dan Controlling)


1. Tahap perencanaan;
ada delapan prinsip yang harus diperhatikan dalam kegiatan perencanaan kurikulum, yaitu:

1. Perencanaan yang dibuat harus memberikan kemudahan dan mampu memicu


pemilihan dan pengembangan pengalaman belajar yang potensial sesuai dengan hasil
(tujuan) yang diharapkan sekolah.
2. Perencanaan hendaknya dikembangkan oleh guru sebagai pihak yang langsung
bekerja sama dengan siswa.
3. Perencanaan harus memungkinkan para guru menggunakan prinsipprinsip belajar
dalam memilih dan memajukan kegiatan-kegiatan belajar di sekolah.
4. Perencanaan harus memungkinkan para guru menyesuaikan pengalamanpengalaman
dengan kebutuhan-kebutuhan pengembangan, kesanggupan, dan taraf kematangan
siswa (level of pupils).
5. Perencanaan harus menggiatkan para guru untuk mempertimbangka pengalaman
belajar sehingga anak-anak dilibatkan dalam kegiatankegiatan di dalam dan di luar
sekolah.
6. Perencanaan harus merupakan penyelenggaraan suatu pengalaman belajar yang
kontiniu sehingga kegiatan-kegiatan belajar siswa dari sejak awal sungguh mampu
memberikan pengalaman.

Tahap perencanaan meliputi langkah-langkah sebagai:


1) analisis kebutuhan;
Dalam konteks pengembangan kurikulum, John McNeil (1985) mendefinisikan analisis
kebutuhan (need assessment) sebagai: Proses dimana seseorang mendefinisikan kebutuhan
pendidikan dan memutuskan apa prioritas mereka. Sejalan dengan pendapat McNeil, Seels
dan Glasglow (1990) menjelaskan tentang pengertian need assessment: Itu
berarti rencana untuk mengumpulkan Informasi tentang perbedaan dan untuk
menggunakan informasi tersebut untuk membuat keputusan tentang prioritas.

2) merumuskan dan menjawab pertanyaan filosofi


pandangan klasik penyusunan kurikulm yang masih digunakan untuk sampai saat ini
adalah rasional Tyler (1945) [1]1[1] yang mengumukakan pertanyaan sebab akibat yang
meliputi :
a. tujuan pendidikan apa yang harus dicapai disekolah ?
b. pengalaman pendidikan apakah yang dapat disediakan untuk mencapai tujuan
pendidikan tersebut?
c. Bagaimana pengalaman pendidikan ini dapat dikelola secara efektif?
d. Bagaimana kita dapat menentukan bahwa tujuan pendidikan ini telah tercapai?
Pemikiran Tyler ini sangat linier dan mudah diikuti. Tujuan sangat dipentingkan dalam
penyusunan kurikulum. Dengan menentukan tujuan akan mudah bagi siapapun untuk dapat
melaksanakan perwujudan tujuan tersebut dan kemudian melakukan penulaian sejauh mana
tujuan tersebut telah tercapai. Apabila tujuan telah ditentukan, kemudian dipertanyakan
bagaimana pengalaman – pengalaman belajar dirancang agar dapat dilaksanakan. Tentu
dalam melaksanakan pengalaman belajara perlu pua diketahui pengelolaan atau pengaturan
kegiatan belajarnya agar dapat lebih efektif. Selanjutnya kegiatan penilaian pun sangat
dipentingkan dalam pemikiran Tyler. Penilaian dapat langsung memperbaiki tujuan
pembelajaran atau secara bertahap menyempurnakan tujuan kurikulum.
3) menentukan desain kurikulum
Mendesain kurikulum berarti menyusun rancangan atau model kurikulum sesuai dengan
misi dan visi sekolah. Tugas dan peran seseorang desainer kurikulum menentukan bahan dan
cara mengembangkan kurikulum yang baru sesuai dengan kondisi lingkungan pendidikan.

4) membuat rencana induk: pengembangan, pelaksanaan dan penilaian.


Pelaksanaan kurikulum dibagi menjadi dua:

Pelaksanaan kurikulum tingkat sekolah, yang dalam hal ini langsung ditangani oleh
kepala sekolah. Selain dia bertanggung jawab supaya kurikulum dapat terlaksana di sekolah,
dia juga berkewajiban melakukan kegiatan-kegiatan yakni menyusun kalender akademik
yang akan berlangsung disekolah dalam satu tahun, menyusun jadwal pelajaran dalam satu
minggu, pengaturan tugas dan kewajiban guru, dan lain-lain yang berkaitan tentang usaha
untuk pencapaian tujuan kurikulum.
Pelaksanaan kurikulum tingkat kelas, yang dalam hal ini dibagi dan ditugaskan
langsung kepada para guru. Pembagian tugas ini meliputi; (1) kegiatan dalam bidang proses
belajar mengajar, (2) pembinaan kegiatan ekstrakulikuler yang berada diluar ketentuan
kurikulum sebagai penunjang tujuan sekolah, (3) kegiatan bimbingan belajar yang bertujuan
untuk mengembangkan potensi yang berada dalam diri siswa dan membantu siswa dalam
memecahkan masalah.

2. Tahap pengembangan, meliputi langkah-langkah:


1) perumusan rasional atau dasar pemikiran;
Dalam menyusun kurikulum (konseptual/program), maka ada beberapa azas
yang harus diperhatikan para penyusun kurikulum pendidikan. Paling tidak, sebuah
perencanaan kurikulum disusun berdasarkan azasazas sebagai berikut, yaitu:

1. Objektivitas; Perencanaan kurikulum memiliki tujuan yang jelas dan spesifik


berdasarkan tujuan pendidikan nasional, data input yang nyata sesuai dengan
kebutuhan.
2. Keterpaduan;Perencanaan kurikulum memadukan jenis dan sumber dari semua
disiplin ilmu, keterpaduan sekolah dan masyarakat, keterpaduan internal, serta
keterpaduan dalam proses penyampaian.
3. Manfaat; Perencanaan kurikulum menyediakan dan menyajikan pengetahuan dan
keterampilan sebagai bahan masukan untuk pengambilan keputusan dan tindakan,
serta bermanfaat sebagai acuan strategis dalam penyelenggaraan pendidikan.
4. Efisiensi dan Efektivitas; Perencanaan kurikulum disusun berdasarkan prinsip
efisiensi dana, tenaga, dan waktu dalam mencapai tujuan dan hasil pendidikan.
5. Kesesuaian; Perencanaan kurikulum disesuaikan dengan sasaran peserta didik,
kemampuan tenaga kependidikan, kemajuan IPTEK, dan perubahan/ perkembangan
masyarakat.
6. Keseimbangan; Perencanaan kurikulum memperhatikan keseimbangan antara jenis
bidang studi, sumber yang tersedia, serta antara kemampuan dan program yang akan
dilaksanakan.
7. Kemudahan; Perencanaan kurikulum memberikan kemudahan bagi para pemakainya
yang membutuhkan pedoman berupa bahan kajian dan metode untuk melaksanakan
proses pembelajaran.
8. Berkesinambungan; Perencanaan kurikulum ditata secara berkesinambungan sejalan
dengan tahapan, jenis, dan jenjang satuan pendidikan.
9. Pembakuan; Perencanaan kurikulum dibakukan sesuai dengan jenjang dan jenis
satuan pendidikan, sejak dari pusat sampai daerah.
10. Mutu; Perencanaan kurikulum memuat perangkat pembelajaran yang bermutu,
sehingga turut meningkatkan mutu proses belajar dan kualitas lulusan secara
keseluruhan.
2) perumusan visi, misi dan tujuan;
Visi sekolah harus tetap dalam kerangka kebijakan pendidikan nasional, tetapi sesuai
dengan kebutuhan sekolah untuk pelayanan masyarakat. Dengan tujuan pendidikan nasional
yang rumusannya sama, profil sekolah dan kebutuhan masyarakat yang dilayani sekolah tidak
selalu sama. Oleh karena itu, sekolah memiliki visi yang tidak sama dengan sekolah lain,
asalkan tidak keluar dari koridor tujuan pendidikan nasional. Sesuai dengan Permendiknas
Nomor 19 Tahun 2007, visi sekolah seharusnya:

 dijadikan cita-cita bersama warga sekolah dan segenap pihak yang berkepentingan pada
masa yang akan datang;
 mampu memberikan inspirasi, motivasi, dan kekuatan pada warga sekolah dan segenap
pihak yang berkepentingan;
 dirumuskan berdasar masukan dari berbagai warga sekolah dan pihak-pihak yang
berkepentingan, selaras dengan visi institusi di atasnya serta visi pendidikan nasional;
 diputuskan oleh rapat dewan pendidik yang dipimpin oleh kepala sekolah dengan
memperhatikan masukan komite sekolah;
 disosialisasikan kepada warga sekolah dan segenap pihak yang berkepentingan;
 ditinjau dan dirumuskan kembali secara berkala sesuai dengan perkembangan dan
tantangan di masyarakat.

Untuk itu, maka rambu-rambu yang perlu diperhatikan dalam merumuskan visi sekolah
adalah:

 mengacu kepada landasan filosofis bangsa, UUD, dan peraturan perundangan lainnya
yang baku dan telah menjadi pegangan hidup bangsa Indonesia
 mengacu visi umum pendidikan
 memiliki indikator prestasi akademik dan non akademik
 berkepribadian, nasionalisme, budaya-nasional/Indonesia
 perkembangan era global
 perkembangan IPTEK
 dilandasi oleh keimanan dan ketaqwaan
 sesuai konteks daerah, yayasan, sekolah, peserta didik
 belum operasional
 menggambarkan harapan masa datang

Berikut ini sejumlah contoh perumusan visi yang dibuat berdasarkan potensi dan kondisi


sekolah.

 Sekolah yang terletak di kota besar, peserta didiknya berasal dari keluarga mampu,
berpendidikan tinggi dan memiliki harapan anaknya menjadi orang hebat, lulusannya
melanjutkan ke sekolah favorit yang lebih tinggi, dapat merumuskan visinya:
UNGGUL DALAM PRESTASI, BERAKHLAQUL KARIMAH, TERAMPIL DAN
MANDIRI.
 Sekolah yang terletak di perkotaan, mayoritas peserta didiknya berasal dari keluarga
mampu dan hampir seluruh lulusannya ingin melanjutkan ke sekolah yang lebih
tinggi, dapat merumuskan visinya: UNGGUL DALAM PRESTASI
BERDASARKAN IMTAQ, TERAMPIL DAN MANDIRI
   Sekolah yang terletak di daerah pedesaan yang umumnya tidak maju dari Sekolah di
perkotaan dan banyak peserta didiknya tidak melanjutkan
ke Sekolah favorit/berprestasi, dapat merumuskan visinya: TERDIDIK,  TERAMPIL
DAN MANDIRI BERDASARKAN IMAN /TAQWA.
    Sekolah yang terletak di daerah pinggiran kota (urban) yang umumnya tingkat
kemajuannya menengah dibanding Sekolah di perkotaan atau pedesaan;
masyarakatnya pekerja, lingkungannya abangan, perilaku moral rendah, dan banyak
peserta didiknya tidak melanjutkan ke Sekolah yang lebih tinggi, dapat merumuskan
visinya : BERAKHLAQUL KARIMAH MANDIRI DAN TERAMPIL
BERDASARKAN IMTAQ.
Misi adalah tindakan atau upaya untuk mewujudkan visi.  Jadi misi merupakan
penjabaran visi dalam bentuk rumusan tugas, kewajiban, dan rancangan tindakan yang
dijadikan arahan untuk mewujudkan visi. Dengan kata lain, misi adalah bentuk layanan untuk
memenuhi tuntutan sekolah dengan berbagai indikatornya. Rumusan misi selalu dalam
bentuk kalimat yang menunjukkan “tindakan” dan bukan kalimat yang menunjukkan
“keadaan” sebagaimana pada rumusan visi. Dalam hal ini, satu indikator visi dapat
dirumuskan lebih dari satu rumusan misi. Antara indikator visi dengan rumusan misi harus
ada keterkaitan atau terdapat benang merahnya secara jelas. Dengan kata lain, misi adalah
bentuk layanan untuk memenuhi tuntutan yang dituangkan dalam visi. Misi mengacu kepada
indikator.  Satu indikator bisa dicapai dengan lebih dari satu misi, ada benang
merahnya dengan misi, redaksinya operasional, terukur, menggunakan kata kerja, misalnya
dengan kata ‘mewujudkan’, ‘mengembangkan’, ‘memenuhi’, ‘meningkatkan’,
‘memberdayakan’, dan sebagainya.

Jika visi dan misi terkait dengan jangka waktu yang panjang, maka tujuan dirumuskan
untuk jangka waktu menengah. Dengan demikian tujuan pada dasarnya merupakan tahapan
atau langkah untuk mewujudkan visi sekolah yang telah dicanangkan. Tujuan mengarahkan
perumusan sasaran, kebijaksanaan, program dalam rangka merealisasikan misi.  Pencapaian
tujuan dapat dijadikan indikator untuk menilai kinerja sebuah organisasi.

3) penentuan struktur dan isi program


 Isi dan Struktur Kurikulum
Isi kurikulum berkenaan dengan pengetahuan ilmiah dan pengalaman belajar
yang harus diberikan kepada siswa untuk dapat mencapai tujuan pendidikan. Dalam
menentukan isi kurikulum baik yang berkenaan dengan pengetahuan ilmiah maupun
pengalaman belajar disesuaikan dengan tingkat dan jenjang pendidikan,
perkembangan yang terjadi dalam masyarakat menyangkut tuntutan dan kebutuhan
masyarakat, perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi. Sudah barang tentu tidak
lepas dari kondisi anak didik dalam pengertian pertumbuhan dan perkembangannya
pada setiap jenjang dan tingkat pendidikana. Pengetahuan ilmiah pada hakikatnya
adalah kebudayaan manusia, yakni hasil cipta-karya dan karsa manusia yang telah
diterima secara universal.
Ada tiga pengetahuan dasar manusia, Pertama Pengetahuan benar-salah
(logika), yakni pengetahuan yang berkenaan dengan ilmu yang telah diterima secara
universal dan teruji kebenarannya melalui penelitian keilmuan. Kedua, pengetahuan
baik-buruk atau etika, yakni pengetahuan yang berkenaan dengan nilai-nilai moral
dan nilai sosial yang juga telah diterima di masyarakat sebagai acuan dalam hidup
bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara. Ketiga, pengetahuan yang berkenaan
dengan indah jelek, yakni berkenaan dengan nilai-nilai seni. Sebagai akibat
kebudayaan manusia, ketiga pengetahuan tersebut berkembang demikian pesat
sehingga melahirkan beberapa cabang pengetahuan di muka bumi ini.
Ada beberapa alasan mengapa perlu dilakukan pilihan dalam menetapkan isi
kurikulum. Alasan – alasan tersebut adalah :
- tugas dan tanggung jawab sekolah dalam mencerdaskan anak didik sangat terbatas,
baik dari segi waktu maupun sumber-sumber yang tersedia. Tugas pokok sekolah
hanya sebagian saja dari upaya mendewasakan anak atau pendidikan anak yang secara
hakiki berlangsung sepanjang hayat. Pendidikan di sekolah merupakan tahap lanjut
dari pendidikan dalam keluarga, dan sebagai landasan bagi pendidikan di masyarakat.
Oleh sebab itu keterbatasan ini menuntut pentingnya seleksi isi kurikulum sebagai
program pendidikan.
 Kriteria Memilih Isi Kurikulum
Ada beberapa kriteria yang dapat membantu para perancang kurikulum dalam
menentukan isi kurikulum. Kriteria tersebut antara lain :
- Isi Kurikulum harus sesuai, tepat dan bermakna bagi perkembangan siswa.
Artinya, sejalan dengan tahap perkembangan anak.
- Isi kurikulum harus mencerminkan kenyataan sosial, artinya sesuai dengan
tuntutan hidup nyata dalam masyarakat.
- Isi kurikulum dapat mencapai tujuan yang komprehensif, artinya mengandung
aspek intelektual, moral, sosial secara seimbang
- Isi kurikulum harus mengandung pengetahuan ilmiah yang tahan uji, artinya
tidak cepat lapuk hanya karena perubahan tuntutan hidup sehari-hari.
- Isi kurikulum mengandung bahan pelajaran yang jelas, teori, prinsip, konsep
yang terdapat di dalamnya bukan hanyaa sekadar informasi faktual.
- Isi kurikulum harus dapat menunjang tercapainya tujuan pendidikan.
Isi kurikulum disusun dalam bentuk program pendidikan yang nantinya dijabarkan
dan dilaksanakan melalui proses pengajaran/pengalaman belajar anak didik. Sesuai
dengan makan yang terkandung dalam pengertian kurikulum maka isi kurikulum
bukan hanya pengetahuan ilmiah yang terorganisasikan dalam bentuk mata
pelajaran/bidang studi saja tetapi juga kegiatan dan pengalaman yang diberikan
kepada akan didik/siswa sebagai bagian yang integral dari proses pendidikan dan
pengajaran di sekolah.
4) pemilihan dan pengorganisasian materi
Pengorganisasian materi merupakan faktor penting dalam proses pembelajaran. Kegiatan
pengorganisasiannmateri mencakup dua langkah, yaitu memilih materi dan menyusun materi.
1. Memilih materi
Pemilihan materi bukan hal yang mudah. Sering kali guru kesulitan dalam memilih
materi yang relevan dengan tujuan pembelajaran. Kesulitan ini disebabkan oleh hal-hal
sebagai berikut;
a. Banyak sedikitnya materi yang tersedia.
b. Perubahan ilmu pengetahuan yang cepat, sehingga materi pembelajaran berubah setiap
saat.
c. Perbedaan kemampuan dan karakteristik siswa
d. Perubahan standarisasi sistem evaluasi.

Dalam memilih materi pembelajaran, guru dapat melakukan langkah-langkah sebagai berikut;

a. Mengidentifikasi dan menentukan pokok bahasa yang relevan dengan tujuan


pembelajaran.
b. Memerinci pokok bahasa tersebut menjadi sub pokok bahasan atau topik.
c. Mencari berbagai sumber untuk mendapat kan materi yang relevan dengan materi
masing-masing sub pokok bahasan atau topik.
d. Mengidentifikasi dan menentukan materi yang benar-benar relevan dengan masing-
masing sub pokok bahasan atau topik yang disampaikan dalam proses pembelajaran.

2. Menyusun materi
Setelah materi dipilih, selanjutnya materi tersebut disusun sebagai satu-kesatuan
yang utuh dengan urutan yang logis. Oleh sebab itu dalam penyusunan materi perlu
memperhatikan hal-hal sebagai berikut;
a. Materi pembelajaran disusun dari materi yang sederhana kemateri yang kompleks.
b. Materi pembelajaran disusun dari materi yang dianggap mudah kemateri yang
dianggap sulit.
c. Penyusunan materi sebaiknya diawali dari materi yang termasuk konsep.
5) pengorganisasian kegiatan pembelajaran;
Pengorganisasian pembelajaran memiliki peranan penting dalam kegiatan pembelajaran
khususnya dalam menyusun skema tahapan kegiatan  (alur kegiatan pembelajaran)
perngembangan organisasi melalui visi dan misi tidak terbatas membentuk strategi yang
strategis melainkan bagaimana  kita harus dapat  memadukan sebuah keterampilan mengelola
strategi pengorganisasian pembelajaaraan yang terpadu.

6) pemilihan sumber, alat dan sarana belajar;


Alat belajar yang dimaksud adalah berbagai alat, bahan yang bisa digunakan untuk
membantu dalam penyampaian materi pembelajaran. Alat tersebut baik dibuat sendiri
maupun karya orang lain. Berbagai alat yang ada perlu digunakan secara optimal dan tentu
saja harus dipelihara dan dijaga kelayakannya.Alat yang telah rusak segera diperbaiki bahkan
diganti. Alat yang belum ada dan sekiranya berguna perlu dipikirkan untuk dimiliki, dengan
cara membeli atau mengajukan bantuan. Alat yang perlu dipertimbangkan untuk dimiliki
terutama alat elektronik (produk teknologi komunikasi). Biasanya dengan menggunakan alat
seperti ini pembelajaran akan lebih hidup dan siswa pun lebih antusias mengikutinya.
Berbagai alat seperti slide film, proyektor, VCD dapat digunakan sewaktu-waktu sebagai
sumber belajar. Peralatan (Device) yakni sesuatu peralatan yang digunakan untuk
menyampai-kan pesan yang tersimpan dalam bahan (materials). Contoh sumber belajar yang
dirancang adalah Overhead Projector (OHP), projector slide, televisi, kamera dan lain
sebagainya. Sedang sumber belajar yang tidak dirancang, tetapi dapat dimanfaatkan adalah
mesin, generator, mobil.

7) penentuan cara mengukur hasil belajar


Adapun dasar-dasar penyusunan tes hasil belajar adalah sebagai berikut :

1) Tes hasil belajar harus dapat mengukur hasil belajar yang diperoleh setelah proses
balajar mengajar sesuai dengan tujuan instruksional yang tercantum dalam kurikulum.
2) Butir tes hasil belajar harus disusun sedemikian rupa sehingga perangkat tes yang
terbentuk benar-benar mewakili keseluruhan bahan yang tekah dipelajari.
3. Perangkat tes hasil belajar hendaknya mengukur keseluruhan aspek kompetensi yang
diharapkan dan keseluruhan tingkat kemampuan hasil belajar yang diharapkan.
4. Perangkat tes hasil belajar hendaknya disusun dari berbagai bentuk dan tipe butir soal
sesuai dengan hakikat hasil belajar yang diharapkan.
5. Interpretasi hasil belajar disesuaikan degan pendekatan pengukuran yang dianut
apakah mengacu pada norma kelompok (norm reference) ataukah mengacu pada
patokan criteria tertentu (criterion reference)
6. Hasil tes hasil belajar hendaknya dapat digunakan untuk memperbaiki proses belajar-
mengajar.

3) Tahap implementasi atau pelaksanaan meliputi langkah:


1. penyusunan rencana pembelajaran
Perencanaan itu dapat bermanfaat bagi guru sebagai kontrol terhadap diri sendiri agar
dapat memperbaiki cara pengajarannya. Agar dalam pelaksanaan pembelajaran berjalan
dengan baik untuk itu guru perlu menyusun komponen perangkat perencanaan pembelajaran
antara lain:

a. Menetukan Alokasi Waktu dan Minggu efektif

Menentukan alokasi waktu pada dasarnya adalah menetukan minggu efektif dalam
setiap semester pada satu tahun ajaran. Rencana alokasi waktu berfungsi untuk mengetahui
berapa jam waktu efektif yang tersedia untuk dimanfaatkan dalam proses pembelajaran dalam
satu tahun ajaran. Hal ini diperlukan untuk menyesuaikan dengan standar kompetensi dan
kompetensi dasar minimal yang harus dicapai sesuai dengan rumusan standard isi yang
ditetapkan.

b. Menyusun Program Tahunan (Prota)

Program tahunan (Prota) merupakan rencana program umum setiap mata pelajaran
untuk setiap kelas, yang dikembangkan oleh guru mata pelajaran yang bersangkutan, yakni
dengan menetapkan alokasi dalam waktu satu tahun ajaran untuk mencapai tujuan (standar
kompetensi dan kompetensi dasar) yang telah ditetapkan. Program ini perlu dipersiapkan dan
dikembangkan oleh guru sebelum tahun ajaran, karena merupakan pedoman bagi
pengembangan program-program berikutnya.

c. Menyusun Program Semesteran (Promes)

Program semester (Promes) merupakan penjabaran dari program tahunan. Kalau


Program tahunan disusun untuk menentukan jumlah jam yang diperlukan untuk mencapai
kompetensi dasar, maka dalam program semester diarahkan untuk menjawab minggu
keberapa atau kapan pembelajaran untuk mencapai kompetensi dasar itu dilakukan.

d. Menyusun Silabus Pembelajaran

Silabus adalah bentuk pengembangan dan penjabaran kurikulum menjadi rencana


pembelajaran atau susunan materi pembelajaran yang teratur pada mata pelajaran tertentu
pada kelas tertentu.Komponen dalam menyusun silabus memuat antara lain identitas mata
pelajaran atau tema pelajaran, standard kompetensi (SK), kompetensi dasar (KD), materi
pelajaran, kegiatan pembelajaran, indikator, pencapaian kompetensi, penilaian, alokasi waktu,
dan sumber belajar.

e.  Menyusun Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP)

Rencana pelaksanaan pembelajaran (RPP) disusun untuk setiap Kompetensi dasar


(KD) yang dapat dilaksanakan dalam satu kali pertemuan atau lebih.

2. penjabaran materi;

3. penentuan strategi dan metode pembelajaran;


4. penyediaan sumber, alat, dan sarana pembelajaran;
5. penentuan cara dan alat penilaian proses dan hasil belajar dan
6. setting lingkungan pembelajaran.
Nana Sudjana.2002. Pembinaan dan Pengembangan Kurikulum Disekolah. Bandung: Sinar Baru
Algesindo

Anda mungkin juga menyukai