Anda di halaman 1dari 9

PENGEMBANGAN KURIKULUM

A.    Pengertian Pengembangan Kurikulum


Pengembangan kurikulum ialah mengarahkan kurikulum sekarang ke tujuan pendidikan
yang diharapkan karena adanya berbagai pengaruh positif yang datangnya dari luar ataupun dari
dalam dengan harapan agar peserta didik mampu untuk menghadapi masa depannya[1]. Oleh
karena itu hendaknya pengembangan kurikulum harus bersifat adaptif, antisipatif dan aplikatif.
Adaptif disini yaitu pengembangan kurikulum harus disesuaikan dengan keadaan dan kebutuhan
peserta didik. Antisipasi bermakna kurikulum harus dapat selalu siap untuk tujuan jangka
panjang maupun jangka pendek.
B.     Faktor-faktor yang mempengaruhi pengembangan kurikulum
Sekolah mendapatkan pengaruh dari kekuatan-kekuatan yang ada dalam masyarakat,
terutama dari perguruan tinggi dan masyarakat.
1.      Perguruan Tinggi
Kurikulum minimal mendapat dua pengaruh dari perguruan tinggi. Pertama, dari
pengembangan ilmu pengetahuan dan teknologi yang dikembangkan di perguruan tinggi umum.
Kedua, dari pengembangan ilmu pendiddikan dan keguruan serta penyiapan guru-guru di
perguruan tinggi keguruan. Telah diuraikan terlebih dahulu bahwa pengetahuan dan teknologi
banyak memberikan sumbangan bagi isi kurikulum seta proses pembelajaran. Perkembangan
teknologi selain menjadi isi kurikulum juga mendukung penembangan alat bantu dan media
pendidikan. Penguasaan ilmu, baik ilmu pendiddikan maupun bidang studi serta kemampuan
mengajar dari guru- guru akan sangat mempengaruhi pengembangan dan implementasi
kurikulum di sekolah.
2.      Masyarakat
Sekolah merupakan bagian dari masyarakat dan mempersiapkan anak untuk kehidupan di
masyarakat. Sebagai bagian dan agen dari masyarakat, sekolah sangat dipengaruhi oleh
lingkungan masyarakat dimana sekolah tersebut berada. Isi kurikulum hendaknya mencerminkan
kondisi dan dan dapat memenuhi tuntutan dan kebutuhan masyarakat di sekitarnya.
3.      System nilai
Dalam kehidupan masyarakat terdapat system nilai, baik nilai moral, keagamaan, social,
budaya, maupun nilai politis. Sekolah sebagai lembga masyarakat juga bertanggung jawab dalam
pemeliharaan dan penerusan nilai-nilai. System nilai yang akan dipelihara dan diteruskan
tersebut harus terintegrasi dalam kurikulum. Ada beberapa hal yang perlu diperhatikan guru
dalam mengajarkan nilai[2] :
a.       Guru hendaknya mengetahui dan memperhatikan semua nilai yang ada dalam masyarakat,
b.      Guru hendaknya berpegang pada prinsip demokrasi, etis, dan moral,
c.       Guru berusaha menjadikan dirinya sebagai teladan yang patut ditiru,
d.      Guru mengharagi nilai-nilai kelompok lain,
e.       Memahami dan menerima kebudayaan sendiri
C.    Langkah-langkah pengembangan kurikulum
Penyusunan dan pengembangan kurikulum dapat menempuh langkah-langkah:
1.      Perumusan tujuan
Tujuan di rumuskan berdasarkan analisis terhadap berbagai kebutuhan, tuntutan dan harapan.
Oleh karena itu tujuan di rumuskan dengan mempertimbangkan faktor-faktor masyarakat, siswa
itu sendiri serta ilmu pengetahuan.
2.      Menentukan isi
Isi kurikulum merupakan pengalaman belajar yang di rencanakan akan di peroleh siswa
selama mengikuti pendidikan. Pengalaman belajar ini dapat berupa mempelajari mata pelajaran-
mata pelajaran, atau jenis-jenis pengalaman belajar lain sesuai dengan bentuk kurikulum itu
sendiri.
3.      Memilih kegiatan
Organisasi dapat di rumuskan sesuai dengan  tujaun dan pengalaman-pengalaman belajar yang
menjadi isi kurikulum, dengan mempertimbangkan bentuk kurikulum yang digunakan.
4.      Merumuskan evaluasi
Evaluasi kurikulum mengacu pada tujuan kurikulum, sebagai di jelaskan di muka. Evaluasi
perlu di lakukan untuk memperoleh balikan sebagai dasar dalam melakukan perbaikan, oleh
karena itu evaluasi dapat di lakukan secara terus menerus[3].

Ada empat langkah pengembangan kurikulum model Rogers.


1.      Pemilihan target dari system pendidikan. Didalam penentuan target ini stu-satunya criteria yang
menjadi pagangan adalah adanya kesediaan dari pejabat pendidikan untuk turut serta dalam
kegiatan kelompok yang intensif.
2.      Partisipasi guru dalam pengalaman guru dalam pengalaman kelompok yang intensif.
3.      Pengembangan pengalaman kelompok yang intensif untuk satu kelas atau unit pelajaran.
4.      Partisipasi orang tua dalam kegiatan kelompok.

Menurut Olivia pengembangan kurikulum terdiri atas 10 langkah :

1.      Perumusan filosofis, sasaran, misi serta visi lembaga pendidikan, yang kesemuanya bersumber
dari analisis kebutuhan siswa, dan kebutuhan masyarakat.
2.      Analisis kebutuhan masyarkat di mana sekolah itu berada, kebutuhan siswa dan urgensi dari
disiplin ilmu yang harus diberikan oleh sekolah.
3.      Tujuan umum dan khusus bagaimana mengorganisasikan rancangan dan mengimplementasikan
kurikulum.
4.      Bagaimana menjabarkan atau perbedaan antara tujuan umum dan tujuan khusus pembelajaran.
5.      Menetapkan strategi pembelejaran untuk mencapai tujuan.
6.      Pengembangan kurikulum.
7.      Mengimplementasikan strategi pembelajaran.
8.      Pengembangan kurikulum kembali.
9.      Menyempurnakan alat atau teknik penilaian.
10.  Evaluasi terhadap pembelajaran dan evalusi kurikulum[4]

Langkah – langkah pengembangan kurikulum menurut Tyler :

1.      Menentukan tujuan
Dalam penyusunan suatu kurikulum, merumuskan tujuan merupakan langkah pertama dan
utama , sebab tujuan merupakan arah atau sasaran pendidikan[5].
2.      Menentukan pengalaman belajar
Menentukan pengalaman belajar (learning experiences) adalah aktivitas siswa dalam
berinteraksi dengan lingkungan. Pengalaman belajar pada aktivitas siswa dalam proses
pembelajaran. Ada beberapa prinsip dalam menentukan pengalaman belajar siswa, yaitu :
a.       Pengalaman siswa harus sesuai dengan tujuan yang ingin di capai.
b.      Setiap pengalaman belajar harus memuaskan siswa.
c.       Setiap rancangan pengalaman siswa belajar sebaiknya melibatkan siswa.
d.      Dalam suatu pengalaman belaajr dapat mencapai tujuan yang berbeda
3.      Pengorganisasian pengalaman belajar
Ada dua jenis pengorganisasian pengalaman belajar, yaitu :
a.       Pengorganisasian secara vertikal
Pengorganisasian secara vertikal adalah menghubungkan pengalaman belajar dalam satu
kajian yang sama dalam tingkat yang berbeda.
b.      Pengorganisasian secara horizontal
Pengorganisasian secara horisontal adalah menghubungkan pengalaman belajar dalam
bidang geografi dan sejarah dalam tingkat yang sama.
4.      Penilaian tujuan belajar sebagai komponen yang dijadikan perhatian utama
Menurut Beauchamp, ada lima langkah atau pentahapan dalam mengembangkan suatu
kurikulum (Beauchamp’s System)[6]:
a.       Menetapkan arena atau lingkup wilayah yang akan dicakup oleh kurikulum tersebut (sekolah,
kecamatan, kabupaten, propinsi, negara). Pentahapan arena ini ditentukan oleh wewenang yang
dimiliki oleh pengambil kebijakan dalam pengembangan kurikulum,serta oleh tujuan
pengembangan kurikulum.
b.       Menetapkan personalia, yaitu siapa-siapa yang turut serta terlibat dalam pengembangan
kurikulum. Ada empat kategori orang yang turut berpartisipasi dalam pengembangan kurikulum:
1)      para ahli pendidikan/kurikulum yang ada pada pusat pengembangan kurikulum dan para ahli
bidang ilmu dari luar
2)      para ahli pendidikan dari perguruan tinggi atau sekolah dan guru-guru terpilih para profesional
dalam sistem pendidikan profesional lain dan tokoh-tokoh masyarakat.
5.      Organisasi dan prosedur pengembangan kurikulum.
Langkah ini berkenaan dengan prosedur yang harus ditempuh dalam merumuskan tujuan
umum dan tujuan yang lebih khusus, memilih isi dan pengalaman belajar, serta kegiatan
evaluasi, dan dalam menentukan keseluruhan desain kurikulum. Beauchamp membagi
keseluruhan kegiatan ini dalam lima langkah, yaitu:
a.       membentuk tim pengembang kurikulum.
b.      mengadakan penilaian atau penelitian terhadap kurikulum yang ada yang sedang digunakan studi
penjajahan tentang kemungkinan penyusunan kurikulum baru.
c.       merumuskan kriteria-kriteria bagi penentuan kurikulum baru.
d.      penyusunan dan penulisan kurikulum baru.
6.      Implementasi kurikulum.
Langkah ini merupakan langkah mengimplementasikan atau melaksanakan kurikulum yang
bukan sesuatu yang sederhana, sebab membutuhkan kesiapan yang menyeluruh,baik kesiapan
guru-guru, siswa, fasilitas, bahan maupun biaya, di samping kesiapan manajerial dari pimpinan
sekolah atau administrator setempat.
7.      Evaluasi kurikulum.
Langkah ini mencakup empat hal, yaitu:
a.       Evaluasi tentang pelaksanaan kurikulum oleh guru-guru
b.      Evaluasi desain kurikulum
c.       Evaluasi hasil belajar siswa
d.      Evaluasi dari keseluruhan sistem kurikulum.
Data yang diperoleh dari hasil kegiatan evaluasi ini digunakan bagi penyempurnaan sistem
dan desain kurikulum, serta prinsip-prinsip melaksanakannya. Dalam Buku Perencanaan dan
Pengembangan Kurikulum yang ditulis oleh Prof. Drs. H. Dakir melihat bahwa langkah-langkah
pada model Beaucham tersebut yang dikembangkan oleh G.A. Beauchamp (1964) adalah
sebagai berikut:
a.       Suatu gagasan pengembangan kurikulum yang telah dilaksanakan di kelas, diperluas di sekolah,
disebarkan di sekolah-sekolah di daerah tertentu baik berskala regional maupun nasional yang
disebut arena.
b.      Menunjuk tim pengembang yang terdiri atas ahli kurikulum, para ekspert, staf pengajar, petugas
bimbingan, dan nara sumber lain.
c.       Tim menyusun tujuan pengajaran, materi dan pelaksanaan proses belajar mengajar. Untuk tugas
tersebut perlu dibentuk dewan kurikulum sebagai Koordinator yang bertugas juga sebagai penilai
pelaksanaan kurikulum, memilih materi pelajaran baru, menentukan berbagai criteria untuk
memilih kurikulum mana yang akan dipakai, dan menulis secara menyeluruh mengenai
kurikulum yang akan dikembangkan.
d.      Melaksanakan kurikulum di sekolah.
e.       Mengevaluasi kurikulum yang berlaku

Beauchamp mengemukakan lima hal dalam mengembangkan suatu kurikulum.

1.      Pertama, menetapkan arena atau lingkup wilayah yang akan dicakup oleh kurikulum tersebut,
apakah suatu sekolah, kecamatan, kabupaten, propinsi, ataupun seluruh Negara.
2.      Kedua, menetapkan personalia, yaitu siapa-siapa yang turut seerta terlibat dalam pengembangan
kurikulum.
3.      Ketiga, organisasi dan prosedur pengembangan kurikulum. Langkah ini berkenaan dengan
prosedur yang harus ditempuh dalam merumuskan tujuan umum dan tujuan yang lebih khusus,
memilih isi dan pengalaman belajar, serta kegiatan evaluasi, dan dalam menetukan keseluruhan
dasain kurikulum.
4.      Keempat, implementasi kurikulum. Langkah ini merupakan langkah mengimplementasikan aatu
melaksanakan kurikulum yang bukan sesuatu yang sederhana, sebab membutuhkan kesiapan
yang menyeluruh, baik kesiapan guru-guru, siswa, fasilitas, bahan maupun biaya, disamping
kesiapan material dari pimpinan dan penulisan kurikulum baru.
5.      Langkah yang ke;lima dan merupakan terakhir adalah evaluasi kurikulum

Menurut Taba ada lima langkah pengembangan kurikulum model terbalik

1.      Membuat unit-unit eksperimen bersama dengan guru-guru :


a.       Mendiagnosis kebutuhan. Pada langkah ini, pengembangan kurikulum dimulai dengan 
menentukan kebuttuhan-kebutuhan siswa melalui diagnosis tentang berbagai kekurangan
(deficiencies), dan perbedaan latar belakang siswa. Tenaga pengajar mengidentifikasi masalah-
masalah, kondisi, kesulitan serta kebutuhan-kebutuhan siswa dalam suatu proses pengajaran.
Lingkup diagnosis tergantung pada latar belakang program yang akan direvisi, termasuk
didalamnya tujuan konteks dimana program tersebut difungsikan.
b.      Merumuskan tujuan khusus. Setelah kebuttuhan-kebutuhan siswa didiagnosis, selanjutnya para
pengembang kurikulum merumuskan tujuan. Rumusan tujuan akan meliputi:
1)      Konsep atau gagasan yang akan dipelajari
2)       Sikap, kepekaan dan perasaan yang akan dikembangkan
3)      Cara befikir untuk memperkuat,
4)      Kebiasaan dan keterampilan yang akan dikuasai
c.       Memilih isi. Pemilihan isi kurikulum sesuai dengan tujuan meerupakan langkah berikutnya.
Pemilihan isi bukan saja didasarkan pada tujuan yang harus dicapai sesuai dengan langkah
kedua, akan tetapi juga harus mempertimbangkan segi validitas dan kebermaknaannya untuk
siswa.
d.      Mengorganisasi isi. Melalui penyeleksian, selanjutnya isi kurikulum yang telah ditentukan itu
disusun urutannya, sehingga tampak pada tingkat atau kelas berapa sebaiknya kurikulum itu
diberikan.
e.       Memilih pengalaman belajar. Pada tahap ini ditentukan pengalaman-pengalaman belajar yag
harus dimiliki siswa untuk mencapai tujuan kurikulum.
f.        Mengorganisasi pengalaman belajar. Guru selanjutnya menentukan bagaimana mengemas
pengalaman-pengalaman belajar yang telah ditentukan itu kedalam paket-paket kegiatan itu,
siswa diajak serta, agar mereka memiliki tanggung jawab dalam melaksanakan kegiatan belajar.
g.      Menentukan alat evaluasi dan prosedur yang harus dilakukan siswa. Peda penentuan alat
evaluasi guru dapat menyeleksi berbagai teknik yang dapat dilakukan untuk menilai prestasi
siswa, apakah siswa sudah mencapai tujuan atau belum.
h.      Menguji keseimbangan isi kurikulum. Pengujian ini perlu dilakukan untuk melihat kesesuaian
antara isi, pengalaman belajar, dan tipe-tipe belajar siswa.
2.      Menguji unit eksperimen
Unit yang sudah sudah dihasilkan pada langkah yang pertama harus diujicobakan pada
berbagai situasi dan kondisi belajar. Pengujian dilakukan untuk mengetahui tigkat validitas dan
kepraktisan sehingga dapat menghimpun data sebagai penyempurnaan.
3.      Mengadakan revisi dan konsolidasi

Setelah langkah pengujian, maka langkah selanjutnya melakukan revisi dan konsolidasi.
Perbaikan dan penyempurnaan dilakukan pada data yang dihimpun sebelumnya. Selain
dilakukan perbaikan dan penyempurnaan dilakukan juga konsolidasi yaitu penarikan kesimpulan
hal-hal yang umum dan tentang konsistensi teori-teori yang digunakan. Langkah ini dilakukan
secara bersama-sama dengan coordinator kurikulum maupun ahli kurikulum. produk dari
langkah ini adalah berupa teaching learning unityang telah diuji dilapangan. Pada langkah ini
dilakukan pula penarikan kesimpulan (konsolidasi) tentang konsistensi teori yang digunakan.
Langkah ini dilakukan bersama oleh koordinator kurikulum dan ahli kurikulum. Bila hasilnya
sudah memadai, maka unit-unit tersebut dapat disebarkan dalam lingkup yang lebih luas.

4.      Pengembangan keseluruhan kerangka kurikulum (developing a frame work)


Apabila dalam kegiatan penyempurnaan dan konsolidasi telah diperoleh sifatnya yang  lebih
menyeluruh atau berlaku lebih luas, hal itu harus dikaji oleh para ahli
kurikulum.                            
5.      Implementasi dan desiminasi

Dalam langkah ini dilakukan penerapan dan penyebarluasan program ke daerah dan
sekolah-sekolah dan dilakukan pendataan tetang kesulitan serta permasalahan yang dihadapi
guru-guru di lapangan. Oleh karena itu perlu diperhatikan tentang persiapan dilapangan yang
berkaitan dengan aspek-aspek penerapan kurikulum. Pengembangan kurikulum realitas dengan
pelaksanaannya, yaitu melalui pengujian terlebih dahulu oleh staf pengajar yang profesional.
Dengan demikian, model ini benar-benar memadukan teori dan praktek.

Menurut Wheeler berpendapat bahwa pengembangan kurikulum teridri dari 5


tahap yaitu:

1.      Mementukan tujuan umum dan tujuan khusus.


Dalam hal ini tujuan umum dapat berupa tujuan yang bersifat normative yang
mengandung tujuan filisofis (aim) atau tujuan pembelajaran yang bersifat praktis (goals).
Sedangkan yang menjadi tujuan khusus yaitu tujuan yang bersifat spesifik dan observable
(objective) yaitu suatu tujuan pembelajaran yang mudah diukur ketercapaiannya.  Dalam
pengembangan kurikulum menurut Wheeler penentuan tujuan merupakan tahap awal yang harus
dilakukan. Dalam penyusunan suatu kurikulumin, merumuskan tujuan merupakan hal yang harus
dikerjakan karena tujuan merupakan arah atau sasaran pendidikan. Tanpa ada tujuan maka apa
yang ingin di capai akan menjadi tidak.
2.      Menentukan pengalaman belajar yang mungkin dapat dilakukan oleh siswa untuk mencapai
tujuan yang telah dirumuskan dalam dalam langkah pertama.
 Yang dimaksud dengan pengalaman belajar disini adalah segala aktivitas siswa dalam
berinteraksi denagn lingkungan. Menentukan pengalaman belajar merupakan hal yang penting
untuk materi - materi yang sesuai dalam proses pembelajaran.
3.       Menentukan isi dan materi pelajaran sesuai dengan pengalaman belajar
Tahap ketiga dalam pengembangan kurikulum menurut Wheeler adalah penentuan isi dan
materi pelajaran. Penentuan isi dan materi pelajaran ini di dasarkan atas pengalaman belajar yang
di alami oleh peserta didik, pengalaman belajar yang dialami oleh peserta didik dijadikan suatu
acuan dalam penyusunan materi ajar.langkah langkah pengorganisasian merupakan hal yang
sangat penting karena dengan pengorganisasian yang jelas akan memberikan arah bagi
pelaksanaan proses pembelajaran sehingga menjadi pengalaman belajar bagi pelaksanaan proses
pembelajaran sehingga menjadi pengalaman belajar yang nyata bagi siswa.
4.      Mengorganisasi atau menyatukan pengalaman belajar dengan isi atau materi pelajaran. Setelah
materi ajar disusun maka dilakukan penyatuan antara pengalaman belajar dengan materi ajar
yang telah disusun, hal ini bertujuan agar terjadi hubungan atau kesinambungan antara
pengalaman belajar dengan materi ajar. Sehingga proses belajar mengajar dapat berjalan dengan
naik sehingga hasil yang diperoleh pun dapat maksimal.
5.      Melakukan evaluasi setiap fase pengembangan dan pencapaian tujuan. Disini setelah proses
pembelajaran selesai akan dilaksanakan suatu proses evaluasi. Dalam proses pengembangan
kurikulum ini tahap evaluasi merupakan tahap yang sangat penting, hal itu karena proses
penilaian atau evaluasi dapat memberikan informasi tentang ketercapaian daripada tujuan yang
telah ditetapkan sebelumnya.

Anda mungkin juga menyukai