Pendahuluan
A. Latar Belakang
Mengajar merupakan suatu kewajiban bagi seorang guru. Dalam menjalankan
kewajiban mengajar , seorang guru dintuntut untuk menguasai materi yang diajarkannya.
Dan juga guru harus berperan aktif untuk mengelola kelas agar tercipta situasi yang
kondusif demi kenyamanan siswa dalam belajar. Guru harus bisa dalam menghidupkan
suasana kelas seperti dengan membentuk kelompok – kelompok kecil untuk sebuah
diskusi. Disini guru berperan mengarahkan dan membimbing diskusi dengan baik dan
benar. Kemampuan untuk membimbing diskusi sangat perlu dipelajari oleh guru maupun
calon guru. Dalam makalah kami ini, kami akan memarkan mengenai membimbing
diskusi kelompok kecil.
B. Rumusan Masalah
Rumusan masalah dalam penulisan makalah ini adalah :
1. Bagaimana cara membimbing diskusi kelompok kecil?
2. Bagaimana cara mengajar kelompok kecil dan perorangan?
C. Tujuan Penulisan
Tujuan penulisan makalah ini adalah untuk :
1. Mengetahui tentang keterampilan membimbing diskusi kelompok kecil
2. Mengetahui tentang keterampilan mengajar kelompok kecil dan perorangan
1
II. Pembahasan
i. Keterampilan Membimbing Diskusi Kelompok Kecil
Diskusi kelompok adalah suatu proses yang teratur dan melibatkan sekelompok orang
dalam interaksi tatap muka untuk mengambil kesimpulan dan memecahkan masalah.
Keterampilan membimbing diskusi kelompok kecil merupakan kemampuan guru
memposisikandiri sebagai pemimpin dalam kegiatan diskusi yang harus mengajarkan peserta
didik agar mampu bekerja kolaboratif dan bersikap kompromi.
Menurut Joni (1985) agar guru dapat membimbing peserta didik melakukan diskusi
kelompok kecil yang efektif, terdapat beberapa hal yang harus diperhatikan oleh guru,
diantaranya adalah sebagai berikut,
Hal ini ditandai oleh adanya kehangatan hubungan antar pribadi, kesediaan menerima dan
mengenal topik lebih jauh, keantusiasan berpartisipasi dan kesediaan menghargai pendapat orang
lain serta terbinanya perasaan aman dan bebas berpendapat.
1. Pemilihan topik sesuai dengan indikator khusus yang akan dicakup, minat dan
kemampuan peserta didik serta bermakna bagi peningkatan kemampuan berpikirnya.
2. Perumusan, masalah hendaknya mengandung jawaban yang komplek atau jawaban
bermacam-macam yang berbeda hanya tingkat kebenaran, sudut pandang dan arah
peninjauannya.
3. Penyiapan informasi pendahuluan yang berhubungan dengan topik agar peserta didik
memiliki latar belakang pengetahuan yang sama yang dapat diIakukan dengan membaca
artikel, melakukan observasi dan lain-lain.
2
4. Penyiapan diri sebaik-baiknya sebagai pemimpin diskusi
Dalam hal ini guru hendaknya selalu siap sebagai sumber informasi,
motivator.Sehingga dapat memberiikan penjelasan yang diperlukan dan menyusun
pertanyaan yang memotivasi peserta didik dan memahami kesulitannya.
Agar diupayakan anggota kelompok dapat bertatap muka dan pemimpin diskusi
berada dalam posisi yang memungkinkan dapat berhadapan dengan anggota.Sehingga
terpupuk suasana kehangatan, persahabatan, keko hesivan antar peserta.
c. Memanfaatkan kelebihan diskusi kelompok secara maksimal untuk mengaktifkan peserta didik
3
2. Peserta didik yang kurang agresif kemungkinan menjadi frustasi apabila
didominasi peserta didik tertentu.
1. Positive interdependence
Yaitu adanya saling ketergantungan yang positif diantara peserta didik, dalam
kondisi ini peserta didik merasa bahwa mereka “tenggelam atau berenang bersama” (
sink or swim together)
2. Individual accountability
Yaitu setiap individu mempunyai tanggung jawab untuk keberhasilan
kelompoknya.
3. Equal participation
Yaitu semua peserta didik berpartisipasi sesuai dengan tugasnya masing-masing
untuk keberhasilan kelompoknya,
4. Simultaneous interaction
Maksudnya dalam kegiatan kelompok peserta didik akan berpartisipasi secara
simultan, setiap anggota kelompok pada gilirannya akan berpartisipasi secara
terstruktur dan secara berurutan, berbeda dengan kelas konvensional partisipasi
kurang maksimal.
Selama kegiatan diskusi berlangsung guru harus berusaha memusatkan perhatian dan
aktivitas pembelajaran siswa pada topik atau permasalahan yang didiskusikan. Dengan demikian
apabila terjadi pembicaraan yang menyimpang dari sasaran diskusi, maka pada saat itu pula
pimpinan diskusi harus segera meluruskan dan mengingatkan peserta diskusi tentang topik dan
sasaran dari diskusi yang sedang dilakukan.
4
Diskusi sebagai bagian dari aktivitas pembelajaran harus berjalan secara efektif dan
efisisen. Salah satu aspek untuk menunjang efektifitas diskusi yaitu apabila kegiatan diskusi
tidak terjadi pembicaraan yang menyimpang. Semua pembicaraan harus terfokus pada
permasalahan yang sedang dibahas. Oleh karena itu sebelum dan selama proses diskusi harus
memperhatikan hal-hal sebagai berikut:
Yaitu rumusan tujuan atau kompetensi secara jelas dan terukur yang harus
dimiliki atau dicapai oleh siswa dari kegiatan diskusi yang akan dilakukan.
3. Mengidentifikasi arah pembicaraan yang tidak relevan dan menyimpang dari arah
diskusi
Hasil dari identifikasi dapat dijadikan masukan bagi pimpinan diskusi untuk
meluruskan pembicaraan, pertanyaan, atau komentar lainnya, sehingga kegiatan diskusi
senantiasa terjaga dan terfokus pada masalah diskusi.
Rangkuman ini tidak hanya dilakukan pada ahir diskusi, tapi selama proses
berlangsung hasil pembicaraan yang inti segera dirangkum, sehingga pada ahir diskusi
akan dapat menyimpulkannya secara lengkap dan akurat.
Pada saat diskusi berjalan, kadang-kadang pertanyaan, komentar, pendapat, atau gagasan
yang disampaikan peserta diskusi ada kalanya kurang jelas, sehingga jelas mengaburkan pada
topik pembahasan kadang-kadang juga menimbulkan ketegangan atau permasalahan baru dalam
5
diskusi. Kejadian ini jangan dibiarkan semakin berkembang, karena akan mengganggu proses
dan hasil diskusi itu sendiri.
Oleh karena itu guru atau pimpinan diskusi, harus segera memperjelas terhadap pendapat
atau pembicaraan peserta diskusi yang kurang jelas ditangkap oleh peserta diskusi lainnya.
Dengan demikian melalui upaya guru atau pimpinan diskusi urun rembug memberikan
penjelasan yang diperlukan, maka setiap peserta diskusi akan memiliki persepsi yang sama
terhadap ide yang disampaikan oleh anggota kelompok diskusi.
Untuk memperjelas setiap pembicaraan dari peserta diskusi, pimpinan diskusi atau guru dapat
melakukan hal-hal sebagai berikut:
1. Menguraikan kembali pendapat atau ide yang kurang jelas, sehingga menjadi jelas
dipahami oleh seluruh peserta didik.
Perbedaan pendapat dalam diskusi adalah sesuatu yang wajar dan sangat mungkin terjadi.
Namun yang harus diperhatikan oleh guru atau pimpinan diskusi adalah bagaimana agar
perbedaan tersebut menjadi pendorong dan membimbimng setiap anggota kelompok untuk
berpartisipasi secara aktif dan konstruktif terpecahkannya masalah yang didiskusikan sehingga
mendapatkan titik temunya.
1. Meneliti apakah alasan yang dikemukakan peserta didik itu mempunyai dasar yang kuat
2. Memperjelas hal-hal yang disepakati dan yang tidak disepakati.
6
atau alasan yang dijadikan dasar pemikiran terhadap pendapat dari masing-masing anggota
kelompok diskusi. Dengan demikian semua peserta diskusi akan memahami dan menghargai
terhadap perbedaan pendapat yang dikemukakannya.
Diskusi dalam pembelajaran antara lain adalah untuk melatih kemampuan berfikir siswa,
yaitu melalui menyampaikan ide, pendapat, komentar, kritik, dan lain sebagainya. Agar sasaran
dari diskusi dapat tercapai yaitu dalam rangja mengembangkan kemmapuan berfikir siswa secara
optimal, maka guru atau pimpinan diskusi harus mendorong setiap anggota diskusi untuk
berpikir dan menyampaikan buah fikirannya dalam forum diskusi tersebut.
Untuk memfasilitasi keaktifam siswa ikut serta turun rembug dalam kegiatan diskusi
yang dilakukan, ada beberapa aspek yang ditempuh oleh guru atau pimpinan diskusi, antara lain:
2. Memberikan contoh atau ilustrasi baik bersifat verbal atau non-verbal, dimana melalui
contoh atau ilustrasi tersebut menggugah siswa untuk berfikir.
4. Memberi waktu yang cukup bagi setiap anggota kelompok untuk berfikir dan
menyampaikan buah fikirannya.
7
Proses dan hasil diskusi harus mencerminkan dari hasil kerja kolektif antar sesama
peserta diskusi. Oleh karena itu setiap anggota diskusi harus memiliki kesempatan yang sama
untuk menyampaikan ide, pendapat, atau memberikan komentar. Kegiatan diskusi merupakan
salah satu contoh penerapan demokrasi dalam pembelajaran, karenanya pimpinan diskusi atau
guru harus mampu mengendalikan kegiatan diskusi agar pembicara tidak didominasi oleh
sekelompok atau orang-orang tertentu saja.
Apabila pembicaraan dalam diskusi hanya dimonopoli oleh peserta tentu saja, maka
proses diskusi tidak akan berjalan secara efektif dan efisien. Demikian juga kesimpulan dari
diskusi tersebut tidak mencerminkan hasil diskusi yang baik, melainkan kesimpulan dari
sekelompok orang tertentu saja. Oleh karena itu untuk mendorong partisipasi secara aktif dari
setiap anggota kelompok, dapat dilakukan hal-hal sebagai berikut:
1. Memberi stimulus yang ditujukan kepada siswa tertentu yang belum berkesempatan
menyampaikan pendapatnya, sehingga siswa tersebut terdorong untuk mengeluarkan
buah fikirannya.
2. Mencegah monopoli pembicaraan hanya kepada orang-orang tertentu saja, dengan cara
terlebih dahulu memberi kesempatan kepada siswa yang dianggap pendiam untuk
berbicara.
3. Mendorong siswa untuk merespon pembicaraan dari temannya yang lain, sehingga
terjadi komunikasi interaksi antar semua pserta diskusi.
4. Menghindari respon siswa yang secara serentak, agar setiap siswa secara individu
dapat mengemukakan pikirannya secara bebas berdasarkan pemahaman yang
dimilikinya.
f. Menutup diskusi.
Kegiatan terakhir dari pelaksanaan diskusi adalah menutup diskusi. Diskusi dikatakan
efektif dan efisien apabila semua peserta diskusi berkesempatan mengemukakan ide atau
pikirannya, sehingga setelah berakhirnya dikusi diperoleh kesimpulan sebagai hasil berpikir
bersama. Adapun kegiatan-kegiatan yang harus dilakukan oleh guru atau pimpinan diskusi dalam
menutup diskusi antara lain adalah:
8
1. Membuat rangkuman sebagai kesimpulan atau pokok-pokok pikiran yang dihasilkan
dari kegiatan diskusi yang telah dilaksanakan.
2. Menyampaikan beberapa catatan tindak lanjut dari kegiatan diskusi yang telah
dilakukan, baik dalam bentuk aplikasi maupun rencana diskusi pada pertemuan
berikutnya.
3. Melakukan penilaian terhadap proses maupun hasil diskusi yang telah dilakukan,
seperti melalui kegiatan observasi, wawancara, skala sikap dan sebagainya. Penilaian ini
berfungsi sebagai umpan balik untuk mengetahui dan memberi pemahaman kepada siswa
terhadap peran dan partisipasinya dalam kegiatan diskusi tersebut. Hal ini penting untuk
lebih meningkatkan aktivitas siswa dalam pembelajaran melalui diskusi yang akan
dilakukan pada kegiatan berikutnya.
Pengajaran kelompok kecil dan perorangan merupakan suatu bentuk pembelajaran yang
memungkinkan guru memberikan perhatian terhadap setiap peserta didik, dan menjalin
hubungan yang lebih akrab antara guru dengan peserta didik maupun antara peserta didik dengan
peserta didik.
Menurut Mulyasa dalam Suwarna (2006:79), “diskusi kelompok adalah suatu proses
percakapan yang teratur, yang melibatkan sekelompok orang dalam interaksi tatap muka yang
bebas dan terbuka, dengan tujuan berbagi informasi/pengalaman, mengambil keputusan atau
memecahkan suatu masalah”.
1. Melibatkan kelompok orang yang anggotanya antara 3-9 orang (idealnya 5-9 orang).
9
2. Berlangsung dalam interaksi secara bebas (tidak ada tekanan dan paksaan ) dan
langsung, artinya semua anggota kelompok mendapat kesempatan untuk saling beradu
pandang dan saling mendengarkan serta saling berkomunikasi dengan yang lain.
3. Mempunyai tujuan tertentu yang akan dicapai dengan kerjasama antar anggota
kelompok.
4. Berlangsung menurut proses yang teratur dan sistematis, menuju suatu kesimpulan.
2)Mengajar perorangan
Mengajar kelompok kecil dan individual, terjadi dalam konteks pengajaran klasikal. Di
dalam kelas, seorang pengajar mungkin menghadapi banyak kelompok kecil serta banyak
pembelajar yang masing-masing diberi kesempatan belajar secara kelompok atau secara
individual.
10
Penguasaan keterampilan mengajar kelompok kecil dan individual memungkinkan
pengajar mengelola kegiatan jenis ini secara efektif dan efisien serta memainkan perannya
sebagai :
11
g. mengendalikan situasi pembelajaran agar peserta didik merasa aman, penuh
pemahaman, merasa dibantu, serta merasa menemukan alternatif pemecahan masalah
yang dihadapinya.
Jadi guru harus memahami bahwa peserta didik akan belajar dengan baik, ketika mereka
termotivasi untuk melakukannya dengan adanya inspirasi dan semangat dari orang lain dalam
kehidupan mereka.
Selama kegiatan kelompok kecil dan perorangan berlangsung, guru hendaknya berperan
sebagai organisator yang mengatur dan memonitor kegiatan belajar peserta didik. Dalam hal ini
guru harus mempunyai keterampilan sebagai berikut :
a. Memberi orientasi umum,tentang tujuan, tugas , atau masalah yang akan dipecahkan,
sebelum kelompok-kelompok kecil atau perorangan mengerjakan tugas-tugasnya.
e. Membagi-bagi perhatian dalam berbagai tugas dan kebutuhan peserta didik, sehingga
guru siap datang membantu siapa saja yang memerlukannya.
f. Mengakhiri kegiatan dengan kulminasi berupa laporan hasil yang dicapai peserta didik,
yang dilanjutkan dengan kesimpulan tentang kemajuan yang dicapai peserta didik dalam
kegiatan tertentu,sehingga mereka dapat saling belajar.
12
1.memberi penguatan yang sesuai dengan bentuk, kuantitas, dan kualitas aktivitas peserta
didik.
3. mengadakan supervisi proses lanjut, yang berupa bantuan yang diberikan secara
selektif, berupa :
2)Tidak semua topik dapat dipelajari secara efektif dalam kelompok kecil dan individual.
Informasi umum sebaliknya disampaikan secara klasikal.
13
3)Pengajaran kelompok kecil yang efektif selalu diakhiri dengan suatu kulminasi berupa
rangkuman, pemantapan, kesepakatan, laporan, dan sebagainya.
4)Pengajar perlu mengenal pembelajar secara individual agar dapat mengatur kondisi
belajar dengan tepat.
5)Dalam kegiatan belajar individual, pembelajar dapat bekerja secara bebas dengan
bahan yang disiapkan.
Berbagai variasi pengorganisasian kelas dapat digunakan untuk maksud tersebut yang
tentu saja harus disesuaikan dengan tujuan yang akan dicapai, karakteristik peserta didik, hakikat
materi yang akan dipelajari peserta didik, dan fasilitas yang ada.berikut ini , Joni (1985)
mengemukakan beberapa variasi pengorganisasian untuk memberikan kesempatan belajar dalam
kelompok kecil dan perorangan.
Model a
14
kelompok, dan sebagian lainnya memilih belajar sendiri.dalam hal ini guru hendaknya
memberikan kebebasan kepada mereka ,dengan tugas yang telah disepakati bersama. Setelah
waktu yang ditetapkan erakhir, pembelajaran diakhiri dengan pertemuan kelas, yang
dikondisikan oleh guru sebagai arena berbagi pengalaman, laporan atau pengukuhan hasil kerja
baik kelompok maupun perorangan.
Model b
Model c
Pertemuan diawali dengan pemberian informasi, curah pendapat, tugas- tugas secara
klasikal. Setelah itu peserta didik belajar secara perorangan, hasil kegiatan perorangan
15
didiskusikan dalam kelompok-kelompok kecil.sesuai dengan kesepakatan, maka hasil kerja
kelompoknya diserahkan kepada guru dan kepada peserta didik lainnya.
Model d
Pertemuan diawali dengan pemberian informasi, curah pendapat, tugas- tugas secara
klasikal. Setelah pertemuan secara klasikal (kelas besar), pada kegiatan ini inti peserta didik
secara perorangan bekerja sesuai sengan tugas yang telah disepakati dengan guru. Hasil
pekerjaan, diserahkan langsung kepada guru.
16
yaitu setiap siswa secara bebas dan bertanggung jawab terbiasa mengemukakan
pendapat, bertukar fikiran untuk mencapai tujuan pembelajaran yang diharapkan.
3. Mendorong pembelajaran secara aktif
yaitu siswa dalam membahas suatu topik pembelajaran tidak selalu menerima dari
guru, akan tetapi melalui kerjasama dalam kelompok diskusi siswa belajar
mengembangkan kemampuan berfikirnya.
4. Menumbuhkan rasa percaya diri
yaitu dengan kebiasaan untuk beragumentasi yang dilakukan antar sesama teman
dalam kelompok diskusi, akan mendorong keberanian dan rasa percaya diri
mengajukan pendapat maupun mencari solusi pemecahan.
1. Kelompok menjadi kaya dengan ide dan informasi untuk mendapatkan hasil yang lebih
baik
2. Termotivasi oleh kehadiran teman
3. Mengurangi sifat pemalu
4. Anak merasa terikat untuk melaksanakan keputusan kelompok,
5. Meningkatkan pemahaman diri anak
6. Melatih sisa untuk berfikir kritis
7. Melatih siswa untuk mengemukakan pendapatnya
8. Melatih dan mengembangkan jiwa social pada diri siswa
17
Semua kekurangan tersebut dapat ditekan dengan rencana yang matang dan keterampilan
guru mengarahkan, memberi petunjuk yang jelas, memahami kesulitan siswa, dan membagi
perhatian pada semua kelompok.
Diskusi kelompok bermanfaat ganda. Tidak hanya pengetahuan siswa yang bertambah,
diskusi kelompok kecil juga memupuk rasa kebersamaan dan berbagi sesama siswa. Untuk
mendapatkan hasil maksimal di dalam diskusi kelompok kecil, ada hal-hal yang harus dihindari
oleh guru dalam memimpin diskusi kelompok, yaitu :
18
III. Penutup
1. Kesimpulan
Diskusi kelompok adalah suatu proses yang teratur dan melibatkan sekelompok orang
dalam interaksi tatap muka untuk mengambil kesimpulan dan memecahkan masalah.
Keterampilan membimbing diskusi kelompok kecil merupakan kemampuan guru
memposisikandiri sebagai pemimpin dalam kegiatan diskusi yang harus mengajarkan peserta
didik agar mampu bekerja kolaboratif dan bersikap kompromi. Prinsip pelaksanaan diskusi
diantaranya Diskusi hendaknya berlangsung dalam Iklim Terbuka, Didahului oleh
perencanaan dan persiapan yang matang, Memanfaatkan kelebihan diskusi kelompok secara
maksimal untuk mengaktifkan peserta didik, Mengatasi kelemahan diskusi kelompok.
2. Saran
Setelah mengetahui pengertian dan penjabaran tentang keterampilan membimbing
kelompok kecil dan mengajar kelompok kecil dan perorangan , sebagai calon guru atau
bahkan yang sudah menjadi guru dapat menerapkan hal-hal yang telah dijelaskan di atas
dengan tepat. Hal ini bertujuan agar tercapainya tujuan pendidikan yang telah direncanakan
dalam recana pembelajaran.
19
20
Daftar Rujukan
Kagan, S. & Kagan, M. (2009). Kagan Cooperative Learning. San Clemente, CA: Kagan
Publishing
Leli Halimah, (2017). Keterampilan Mengajar Sebagai Inspirasi untuk Menjadi Guru yang
Excellent di Abad Ke-21, Bandung : PT Refika Aditama.
21