Anda di halaman 1dari 10

BAB II

ANATOMI DAN DESAIN KURIKULUM

Kurikulum merupakan salah satu perangkat yang harus ada dalam suatu
lembaga pendidikan. Kurikulum memegang peranan yang cukup strategis dalam
mencapai tujuan pendidikan, baik itu pendidikan umum maupun pendidikan
agama. Sedangkan Tujuan kurikulum dirumuskan berdasarkan perkembangan
tuntutan, kebutuhan dan kondisi masyarakat serta didasari oleh pemikiran-
pemikiran yang terarah pada pencapaian nilai-nilai filosofis, terutama falsafah
negara. Sedangkan Tujuan kurikulum dirumuskan berdasarkan perkembangan
tuntutan, kebutuhan dan kondisi masyarakat serta didasari oleh pemikiran-
pemikiran dan terarah pada pencapaian nilai-nilai filosofis, terutama falsafah
negara. Kurikulum sebagai salah satu komponen pendidikan sangat berperan
dalam mengantarkan pada tujuan pendidikan yang diharapkan. Untuk itu
kurikulum merupakan kekuatan utama yang mempengaruhi dan membentuk
proses pembelajaran. Kesalahan dalam penyusunan kurikulum akan menyebabkan
kegagalan suatu pendidikan dan penzoliman terhadap peserta didik.
Dalam hal penyusunan kurikulum, Herman H. Horne memberikan dasar bagi
penyusunan kurikulum menjadi tiga bahagian, diantaranya adalah:
1. Dasar Psikologis, digunakan untuk memenuhi dan mengetahui
kemampuan yang diperoleh dan kebutuhan peserta didik (the ability and
need of children).
2. Dasar sosiologis, digunakan untuk mengetahui tuntutan masyarkat (the
legitimate demands of society) terhadap pendidikan.
3. Dasar filosofis, digunakan untuk mengetahui nilai yang akan dicapai (the
kind of universe in which we live).

1. ANATOMI KURIKULUM
Anatomi berasal dari bahasa Yunani anatomia, dari anatemnein, yang berarti
memotong atau kemudian akan lebih tepat dalam pokok bahasan ini kita sebut
atau kita artikan dengan menggunakan arti struktur atau susunan atau juga bagian
atau komponen. Kurikulum merupakan salah satu komponen yang memiliki peran
penting dalam sistem pendidikan, sebab dalam kurikulum bukan hanya
dirumuskan tentang tujuan yang harus dicapai sehingga memperjelas arah
pendidikan, akan tetapi juga memberikan pemahaman tentang pengalaman belajar
yang harus dimiliki oleh setiap siswa. Oleh karena begitu pentingnya fungsi dan
peran kurikulum, maka setiap pengembangan kurikulum pada jenjang manapun
harus didasarkan pada azas-azas tertentu.
Anatomi kurikulum dapat dirumuskan menjadi empat bagian, yaitu:
1. Tujuan yang akan dicapai,
2. Proses dalam pembelajaran,
3. Materi yang akan disampaikan,
4. Evaluasi.
Dari keempat rumusan ini saling keterkaitan antara satu dengan yang lainnya.
Tujuan yang akan dicapai harus sesuai dengan proses yang akan dilakukan, materi
yang akan disampaikan juga tidak terlepas dari proses dan tujuan akan dicapai
dalam suatu kurikulum. Dengan demikian evaluasi akhir dari rumusan tersebut
terdapat timbal balik yang relevan terhadap pengembangan kurikulum
selanjutnya.
Tujuan Akan mengarahkan semua kegiatan pengajaran dan mewarnai komponen-
komponen kurikulum lainnya. Sedangkan rumusan tujuan didasarkan kepada,
pertama, Perkembangan tuntutan, kebutuhan, dan kondisi masyarakat, kedua,
Pencapaian nilai-nilai filosofis terutama falsafah negara (Tujuan Pendidikan
Nasional).
Lias Hasibuan mengemukakan beberapa prinsip dalam pengembangan kurikulum,
yaitu:
1. Prinsip berorientasi pada tujuan
2. Prinsip Relevansi
3. Prinsip Efesiensi.
4. Prinsip Fleksibilitas.
5. Prinsip Integritas.
6. Prinsip Kontinuitas.
7. Prinsip Sinkronisasi.
8. Prinsip Obyektivitas.
9. Prinsip Demokratis.

2. DESAIN KURIKULUM
Desain kurikulum adalah rancangan, pola atau model. Mendesain kurikulum
berarti menyusun rancangan atau menyusun model kurikulum sesuai dengan visi
dan misi sekolah.
Ada beberapa Pengertian Desain Kurikulum menurut para ahli, diantaranya
adalah:
1) Menurut Oemar Hamalik (1993) pengertian Desain adalah suatu petunjuk
yang memberi dasar, arah, tujuan dan teknik yang ditempuh dalam
memulai dan melaksanakan kegiatan. Fred Percival dan Henry Ellington
(1984)
2) Menurut Nana S. Sukmadinata (2007) desain kurikulum adalah
menyangkut pola pengorganisasian unsur-unsur atau komponen
kurikulum. Penyusunan desain kurikulum dapat dilihat dari dua dimensi,
yaitu dimensi horizontal dan vertikal. Dimensi horizontal berkenaan
dengan penyusunan dari lingkup isi kurikulum. Sedangkan dimensi
vertikal menyangkut penyusunan sekuens bahan berdasarkan urutan
tingkat kesukaran.
3) Menurut Longstrteet (1993) Desain kurikulum ini merupakan desain
kurikulum yang berpusat pada pengetahuan (the knowledge centered
design) yang dirancang berdasarkan struktur disiplin ilmu, oleh karena itu
model desain ini dinamakan juga model kurikulum subjek akademis yang
penekanannya diarahkan untuk pengembangan itelektual siswa.
4) Menurut Mc Neil (1990)Desain kurikulum ini berfungsi
untuk mengembangkan proses kognitif atau pengembangan kemampuan
berfikir siswa melalui latihan menggunakan gagasan dan melakukan
proses penelitian ilmiah.
Dari uraian diatas dapat diambil kesimpulan bahwa Desain kurikulum
merupakan suatu pengorganisasian tujuan, isi, serta proses belajar yang akan
diikuti siswa pada berbagai tahap perkembangan pendidikan. Dalam desain
kurikulum akan tergambar unsur-unsur dari kurikulum, hubungan antara satu
unsur dengan unsur lainnya, prinsipprinsip pengorganisasian, serta hal-hal yang
diperlukan dalam pelaksanaannya.

Prinsip-prinsip dalam mendesain


Saylor (dalam Hamalik, 2007) mengajukan delapan prinsip ketika akan
mendesain kurikulum, prinsip-prinsip tersebut adalah sebagai berikut:
1. Desain kurikulum harus memudahkan dan mendorong seleksi serta
pengembangan semua jenis pengalaman belajar yang esensial bagi pencapaian
prestasi belajar, sesuai dengan hasil yang diharapkan.
2. Desain memuat berbagai pengalaman belajar yang bermakna dalam rangka
merealisasikan tujuan–tujuan pendidikan, khususnya bagi kelompok siswa
yang belajar dengan bimbingan guru;
3. Desain harus memungkinkan dan menyediakan peluang bagi guru untuk
menggunakan prinsip-prinsip belajar dalam memilih, membimbing, dan
mengembangkan berbagai kegiatan belajar di sekolah;
4. Desain harus memungkinkan guru untuk menyesuaikan pengalaman dengan
kebutuhan, kapasitas, dan tingkat kematangan siswa
5. Desain harus mendorong guru mempertimbangkan berbagai pengalaman
belajar anak yang diperoleh diluar sekolah dan mengaitkannya dengan
kegiatan belajar di sekolah.
6. Desain harus menyediakan pengalaman belajar yang berkesinambungan, agar
kegiatan belajar siswa berkembang sejalan dengan pengalaman terdahulu dan
terus berlanjut pada pengalaman berikutnya.
7. Kurikulum harus di desain agar dapat membantu siswa mengembangkan
watak, kepribadian, pengalaman, dan nilai-nilai demokrasi yang menjiwai
kultur.
8. Desain kurikulum harus realistis, layak, dan dapat diterima.
Mendesain kurikulum tidak terlepas dari perencanaan yang matang dan baik
sehingga tujuan yang akan direncanakan dapat dicapai dengan baik pula. Mike
Threlfall menyebutkan, bahwa: “aim of planning across the curriculum is to
balance the needs of children and those of staff with the necessary systems,
procedures and policies in relation to planning. I have indicated a need to
plan thoroughly and carefully but you will also need to find a place for
flexibility, spontaneity and imagination”.
Dengan demikian, desian kurikulum tidak terlepas dari tujuan perencanaan
kurikulum yang menyeimbangkan kebutuhan anak dan orang-orang yang terlibat
dengan sistem yang diperlukan, prosedur dan kebijakan dalam kaitannya dengan
perencanaan. Dalam mendesain kurikulum, ada beberapa model desain kurikulum
yang dapat diutarakan dalam makalah ini, yaitu:

1. Desain Kurikulum Disiplin Ilmu.


Longstreet mendefinisikan desain kurikulum merupakan desain kurikulum yang
berpusat kepada pengetahuan (the knowledge centered desain) yang dirancang
berdasarkan struktur disiplin ilmu, oleh karena itu model desain ini jiga
dinamakan model kurikulum subjek akademis yang penekananny diarahkan untuk
pengembangan intelektual siswa.
Ada tiga bentuk organisisi kurikulum yang berorientasi pada disiplin ilmu, yaitu:
subject centered desain, learned centered desain, problem centered desain. Setiap
desain kurikukum memberikan teknik atau cara yang efektif dalam proses
pembelajaran agar berjalan dengan efektif dan efisien. Tetapi tidak setiap desain
kurikulum dapat dijadikan pedoman dalam melaksanakn proses pembelajaran,
karena setiap desain kurikulum memiliki kelebihan dan kekurangan dalam
pelaksanannya.
a. Subject Centered Curriculum.
Pada subjek ini, bahan atau isi kurikulum disusun dalam bentuk mata pelajaran
yang terpisah, mata pelajaran-mata pelajaran tersebut tidak berhubungan antara
satu dengan yang lainnya. Organisasi bahan atau isi kurikulum pada subjek ini
berpusat pada mata pelajaran secara terpisah, kurikulum ini juga dinamaka
separated subject curriculum.
b. Subject Correlated Curriculum.
Pada organisasi kurikulum ini mata pelajaran tidak disajikan secara terpisah,
akan tetapi mata pelajaran-mata pelajaran yang memiliki kedekatan atau mata
pelajaran sejenis dikelompokkan sehingga menjadi suatu bidang studi
(broadfield). Mengkorelasikan bahan atau isi materi kurikulum dapat dilakukan
dengan beberapa pendekatan, yaitu; 1). Pendekatan struktural, yaitu pendekatan
kajian suatu pokok bahasan ditinjau dari berapa mata pelajaran sejenis. 2).
Pendekatan Fungsional, yaitu pendekatan yang didasarkan pada pengkajian
masalah yang berarti dalam kehidupan sehari-hari, dan 3). Pendekatan Daerah,
yaitu pendekatan mata pelajaran ditentukan berdasarkan lokasi atau tempat.
c. Integreted Curriculum.
Model organisasi kurikulum ini tidak lagi menampakkan nama-nama mata
pelajaran atau bidang studi, tetapi belajar berangkat dari suatu pokok masalah
yang harus dipecahkan, selanjutnya masalah tersebut dinamakan unit. Subject
Correlated Curriculum berfungsi untuk mengembangkan siswa dari segi
intelektual dan seluruh aspek yang berkaitan dengan sikap, emosi, dan
keterampilan. Organisasi kurikulum ini berfungsi untuk mengembangkan proses
kognitif atau pengembangan kemampuan berfikir siswa melalui latihan
menggunakan gagasan dan melakukan proses penelitian ilmiah.

2. Desain Kurikulum Berorientasi pada Masyarakat.


Beauchamp merumuskan desian kurikulum yang berorientasi pada masyarakan
merupakan sebuah desian kelompok social untuk dijadikan pengalaman belajar
anak didalam kelompok. Artinya, permasalahan yang dihadapi dan dibutuhkan
oleh suatu kelompok social, harus menjadi bahan kajian anak didik di sekolah.
Ada tiga perspektif desain kuriukulum yang berorientasi pada kehidupan
masyarakat, yaitu:
 Perspektif Status Quo (the status quo perspective), rancangan kurikulum ini
diarahkan untuk melestarikan nilai-nilai budaya masyarakat
 Perspektif Pembaharuan (the reformist perspective). Kurikulum
dikembangkan untuk lebih meningkatkan kwalitas masyarakat itu sendiri.
 Perspektif Masa Depan (the futurist perspective).
Perspektif ini sering dikaitkan dengan kurikulum rekonstruksi sosial, yang
menekankan kepada proses mengembangkan hubungan antara kurikulum dan
kehidupan social, politik, dan ekonomi masyarakat. Model kurikulum ini lebih
mengutamakan kepentingan social dari pada kepentingan individu.

3. Desain Kurikulum Berorientasi pada Siswa.


Hal yang mendasari desain ini adalah bahwa pendidikan diselenggarakan untuk
membantu anak didik, yaitu sebagai objek utama dalam pendidikan, terutama
dalam proses belajar mengajar, peserta didik memegang peranan yang sangat
dominan. Dalam proses belajar mengajar, peserta didik dapat menentukan
keberhasilan belajar melalui penggunaan intelegensia, daya motorik, pengalaman,
kemauan dan komitmennya yang timbul dalam diri mereka tanpa paksaan. Jadi
kurikulum harus dapat menyesuaikan dengan irama perkembangan anak didik.
Dalam mendesain kurikulum yang berorientasi pada siswa perlu memperhatikan
hal-hal sebagai berikut:
1. Kurikulum harus disesuaikan dengan perkembangan anak.
2. Isi kurikulum harus mencakup keterampilan, pengetahuan dan sikap yang
dianggap berguna untuk masa sekarang dan masa yang akan datang.
3. Anak hendaknya ditempatkan sebagai subjek belajar yang berusaha untuk
belajar sendiri. Artinya siswa harus didorong untuk melakukan berbagai
aktivitas belajar, bukan hanya sekedar menerima informasi dari guru.

4. Diusahakan apa yang dipelajari siswa sesuai dengan minat, bakat dan
tingkat perkembangan mereka. Artinya, apa yang seharusnya dupelajari
bukan ditentukan dan dipandang baik dari sudut guru atau dari sudut lain
akan tetapi ditentukan dari sudut anak didik itu sendiri[35].

Desain kurikulum yang berorientasi pada siswa, dapat dilihat dalam dua
perspektif, yaitu:
a. Perspektif kehidupan anak dimasyarakat.
Siswa sebagi sumber kurikulum percaya bahwa hakikat belajar bagi siswa adalah
apabila siswa belajar secara riil dari kehidupan mereka di masyarakat. Kurikulum
yang berorientasi pada anak didik dalam perspektif kehidupan di masyarakat,
mengharapkan materi kurikulum yang dipelajari disekolah serta pengalaman
belajar, disesain sesuai dengan kebutuhan anak anak sebagai persiapan agar
mereka dapat hidup ditengah masyarakat.

b. Perspektif Psikologis.
Perspektif ini adalah desain kurikulum yang didasarkan atas pertimbangan
terhadap jiwa peserta didik. Desain kurikulum ini ditujukan untuk kepentingan
peserta didik, karena itu pertimbangan-pertimbangan terhadap kejiwaan peserta
didik diabadikan sebagai salah satu yang penting untuk dipahami dalam proses
pelaksanaan kurikulum[36]. Dalam persepktif psikologis, desain kurikulum yang
berorientasi pada siswa, sering juga diartikan sebagai kurikulum yang bersifat
humanistic, yang muncul sebagai reaksi terhadap proses pendidikan yang hanya
mengutamakan segi intelektual. Kurikulum humanistic sanagt menekankan
kepada adanya hubungan emosional yang baik antara guru dan siswa. Guru harus
mampu membangun suasana yang hangat dan akrab yang memungkinkan siswa
dapat mencurahkan segala perasannya dengan penuh kepercayaan[37]. Sedangkan
dalam sudut pandang Pendidikan Agama Islam pendekatan humanistic dalam
pengembangan kurikulum bertolak dari ide “memanusiakan manusia”. Penciptaan
konteks yang akan member peluang manusia untuk menjadi lebih human, untuk
mempertinggi harkat manusia merupakan dasar filosofi, dasar teori, dasar evaluasi
dan dasar pengembangan program pendidikan.

4. Desain Kurikulum Teknologis.


Pendekatan teknologis dalam menyusun kurikulum atau program pendidikan
bertolak dari analisis kompetensi yang dibutuhkan untuk melaksanakan tugas-
tugas tertentu. Materi yang diajarkan, kriteria evaluasi sukses, dan strategi
belajarnya ditetapkan sesuai dengan analisis tugas (job analysis). Model desain
kurikulum teknologi difokuskan kepada efektivitas program, metode, dan bahan-
bahan yang dianggab dapat mencapai tujuan. Teknologi mempengaruhi kurikulum
dapat dilihat dari dua sisi, yaitu sisi penerapan hasil-hasil teknologi dan penerapan
teknologi sebagai suatu sistem.
Kurikulum teknologi, banyak dipengaruhi oleh psikologi belajar behavioristik.
Salah satu cirri dari belajar ini adalah menekankan pada pola tingkah laku yang
bersifat mekanis seperti yang digambarkan dalam teori Stimulus Respon.
Kurikulum ini memiliki karakteristuk sebagai berikut:
a) Belajar dipandang sebagai proses respons terhadap
rangsangan.
b) Belajar diatur berdasarkan langkah-langkah tertentu dengan jumlah tugas
yang harus dipelajari.
c) Secara khusus siswa belajar secara individual, meskipun dalam hal-hal
tertentu, bisa saj belajar secara kelompok.

Selanjutnya untuk efektivitas dan keberhasilan implementasi teknologi kurikulum


hendaklah memperhatikan prinsip-prinsip sebagai berikut:
a. Kesadaran akan tujuan, artinya siswa perlu memahami bahwa
pembelajaran diarahkan untuk mencapai tujuan.
b. Dalam pembelajaran siswa diberi kesempatan mempraktekkan kecakapan
sesuai dengan tujuan.
c. Siswa perlu diberi tahu hasil yang telah dicapai. Dengan demikian siswa
perlu menyadari apakah pembelajaran sudah dianggab cukup atau masih
perlu bantuan.

Dengan memperhatikan hal-hal tersebut diatas, serta keterlibatan siswa secara


penuh dlam proses belajar mengajar, maka tujuan yang telah ditetapkan akan
tercapai sesuai dengan yang diinginkan. Namun disisi lain guru sebagai perencana
dan pendesain kurikulum tentunya haarus mengetahui keadaan sekolah secara
umum dan keadaan siswa secara khusus.
Rujukan:

1. W. J. S. Purwadarminta, Kamus Umum Bahasa Indonesia cet. ke-12,


(Jakarta: Balai Pustaka, 2001)

2. S. Naustion, Pengembangan Kurikulum Pendidikan (Bandung: Citra


Adirya Bakti, 2001).
3. Zainal Arifin. Konsep dan Model Pengembangan Kurikulum. (Bandung:
Remaja Rosdakarya, 2009).
4. Forum Mangun wijaya, Menyambut Kurikulum 2013, (Jakarta: PT.
Kompas Media Nusantara, 2013).
5. Oemar Hamalik, Dasar-Dasar Pengembangan Kurikulum (Bandung: PT
Remaja Rosdakarya, 2011).
6. Syaiful Sagala, Konsep dan Makna Pembelajaran: Untuk membantu
memecahkan problematika belajar dan mengajar (Bandung: Alfabeta,
2007).
7. Wina Sanjaya, Kurikulum dan Pembelajaran: Teori dan Praktik
Pengembangan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (Jakarta: Prenada
Media Group, 2008).
8. Mimin Haryati, Model dan Teknik Penilaian pada Tingkat Satuan
Pendidikan, (Jakarta: Gaung Persada Press, 2008).
9. Jejen Musfah, Manajemen Pendidikan, Teori, Kebijakan, dan Praktik,
(Jakarta: Kencana, 2015).
10. E. Mulyasa, Pengembangan dan Implementasi Kurikulum 2013,
(Bandung: Remaja Rosdakarya, 2013).
11. Mida Latifatul Muzamiroh, Kupas Tuntas Kurikulum 2013 Kelebihan dan
Kekurangan Kurikulum 2013, (Kota Pena, 2013).
12. Forum Mangunwijaya VII, Menyambut Kurikulum 2013, (Jakarta:
Kompas Media Nusantara, 2013).

Anda mungkin juga menyukai