Anda di halaman 1dari 8

Nama : Rizky Rahmawan

Nim : 5301420026
Matkul : Kurikulum dan Pembelajaran Vokasional

Resume Perencanaan Kurikulum Pendidikan

Pengertian Perencanaan Kurikulum


Perencanaan terjadi pada semua kegiatan. Perencanaan merupakan proses awal
dimana manajemen memutuskan tujuan dan cara pencapaiannya. Perencanaan adalah hal
yang sangat esensial karena dalam kenyataanya perencanaan memegang peranan lebih bila
dibandng dengan fungsi-fungsi manajemen yang lainnya, yaitu pengorganisasian,
pengarahan, dan pengawasan. Dimana fungsi-fungsi manajemen tersebeut sebenatnya hanya
merupakan pelaksanaan dari hasil sebuah perencanaan. Perencanaan kurikulum merupakan
proses yang melibatkan kegiatan yang mengumpulkan, penyortiran, sintesis dan seleksi
informasi yang relevan dari berbagai sumber. Informasi tersebut kemudian digunakan untuk
merancang dan mendesain pengalaman-pengalaman belajar yang memungkinkan peserta
didik dapat mencapai tujuan pembelajaran.
Kurikulum Menurut Para Ahli
Kurikulum menurut para ahli mempunyai makna yang berbeda-beda. Lazimnya rencana yang
disusun untuk melancarkan kegiatan yang hendak dicapai baik dalam lingkungan formal
maupun non formal.
- Menurut Glatorn kurikulum adalah perencanaan yang disiapkan sebagai pedoman
belajar dalam sekolah yang pada umumnya dimunculkan dalam dokumen dan
diterapkan dalam kelas. Di dalam Undang-Undang No.20 Tahun 2003 Tentang Sistem
Pendidikan Nasional kurikulum adalah seperangkat rencana dan pengaturan mengenai
isi dan bahan pelajaran serta cara yang digunakan sebagai pedoman penyelenggaraan
kegiatan pembelajaran untuk mencapai tujuan pendidikan tertentu.
- Menurut Romine dalam Oemar Hamalik bahwa kurikulum mencakup semua temu
pembelajaran, aktivitas dan pengalaman yang diikuti oleh anak didik dengan arahan
dari sekolah baik di dalam maupun di luar kelas.
- Penulis menyimpulkan bahwa kurikulum adalah Seperangkat rencana dan pengaturan
yang disusun untuk melancarkan proses belajar-mengajar baik di dalam kelas maupun
luar kelas untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan.
- Dari pengertian perencanaan dan kurikulum di atas bahwa perencanaan kurikulum
menurut Oemar Hamalik yakni suatu proses ketika peserta dalam banyak tingkatan
membuat keputusan tentang tujuan belajar, cara mencapai tujuan tersebut melalui
situasi mengajar-belajar serta penelaahan keefektifan dan kebermaknaan metode
tersebut. tanpa perencanaan kurikulum, sistematika berbagai pengalaman belajar tidak
akan saling berhubungan dan tidak mengarah tujuan yang diharapkan.
Fungsi Perencanaan Kurikulum
Pimpinan perlu menyusun perencanaan kurikulum secara cermat, teliti, menyeluruh,
dan rinci, karena memiliki multi fungsi sebagai berikut:
a. Perencanaan kurikulum berfungsi sebagai pedoman atau alat manajemen, yang berisi
petunjuk tentang jenis dan sumber peserta yang diperlukan, media penyampaiannya,
tindakan yang perlu dilakukan, sumber biaya, tenaga, sarana yang diperlukan, sistem
pengontrol dan evaluasi, peran unsur-unsur ketenagaan untuk mencapai tujuan
manajemen organisasi.
b. Perencanaan kurikulum berfungsi sebagai penggerak roda organisasi dan tata laksana
untuk menciptakan perubahan dalam masyarakat sesuai dengan tujuan organisasi.
Perencanaan kurikulum yang matang besar sumbangannya terhadap pembuatan
keputusan oleh pemimpin, dan oleh karenanya perlu membuat informasi kebijakan
yang relevan, disamping seni kepemimpinan dan pengetahuan yang dimilikinya.
c. Perencanaan kurikulum berfungsi sebagai motivasi untuk melaksanakan sistem
pendidikan sehingga mencapai hasil optimal.
Sehingga dari poin-poin penjelasan di atas, dapat disimpulkan, bahwa perencanaan harus
memiliki fungsi yang dapat memberikan pengaruh pada tujuan akhir suatu institusi, yaitu
sesuai dengan tujuan pendidikan nasional.

Tujuan Perencanaan Kurikulum


Tujuan perencanaan kurikulum dikembangkan dalam bentuk kerangka teori dan
penelitian terhadap kekuatan sosial, pengembangan masyarakat, kebutuhan, dan gaya belajar
siswa. Beberapa keputusan harus dibuat ketika merencanakan kurikulum dan keputusan
tersebut harus mengarah pada spesifikasi berdasarkan criteria.
Selanjutnya hal-hal yang perlu diperhatikan dalam proses perencanaan kurikulum adalah
siapa yang bertanggung jawab dalam perencanaan kurikulum, dan bagaimana perencanaan
kurikulum itu direncanakan secara professional.
Pada pendekatan yang bersifat “administrative approach” kurikulum direncanakan oleh pihak
atasan kemudian diturunkan kepada instansi-instansi bawahan sampai kepada guru-guru. Jadi
form the top down, dari atas ke bawah atas inisiatif administrator. Dalam kondisi ini guru-
guru tidak dilibatkan. Mereka lebih bersifat pasif yaitu sebagai penerima dan pelaksana di
lapangan.semua ide, gagasan dan inisiatif berasal dari pihak atasan.
Sebaliknya pada pendekatan yang bersifat “grass roots approach” yaitu yang dimulai dari
bawah, yakni dari pihak guru-guru atau sekolah-sekolah secara individual dengan harapan
bisa meluas ke sekolah-sekolah lain. Kepala sekolah serta guru-guru dapat merencanakan
kurikulum atau perubahan kurikulum karena melihat kekurangan dalam kurikulum yang
berlaku. Mereka tertarik oleh ide-ide baru mengenai kurikulum dan bersedia menerapkannya
di sekolah mereka untuk meningkatkan mutu pelajaran.
Dengan bertindak dari pandangan bahwa guru adalah manager (the teacher as manager) J.G
Owen sangat menekankan perlunya keterlibatan guru dalam perencanaan kurikulum. Guru
harus ikut bertanggung jawab dalam perencanaan kurikulum karena dalam praktek mereka
adalah pelaksana-pelaksana kurikulum yang sudah disusun bersama.
Di Inggris gagasan ini berwujud dalam bentuk “teacher’s centeres” yang dibentuk secara
local sebagai tempat guru-guru bertemu dan berdiskusi tentang pembaharuan pendidikan.
Disamping guru-guru berkumpul juga pengajar dari perguruan tinggi, pengusaha dan para
konsumen lulusan sekolah.
Masalah yang kedua, bagaimana kurikulum direncanakan secara professional, J.G Owen
lebih menekankan pada masalah bagaimana menganalisis kondisi-kondisi yang perlu
diperhatikan sebagai faktor yang berpengaruh dalam perencanaan kurikulum.
Sementara menurut Peter F. Olivia, Perencanaan kurikulum terjadi pada berbagai tingkatan.
Para pekerja-guru, pengawas, administrator, atau lainnya dapat terlibat dalam upaya
kurikulum pada beberapa tingkat pada waktu yang sama. semua guru yang terlibat dalam
perencanaan kurikulum di tingkat kelas, guru yang paling berpartisipasi dalam kurikulum.
tingkat perencanaan dimana fungsi guru dapat dikonseptualisasikan sebagai sosok yang
ditunjukkan.

Karakteristik Perencanaan Kurikulum


Dalam perencanaan kurikulum, terdapat beberapa aspek yang harus diperhatikan. Aspek-
aspek yang menjadi karakteristik perencanaan kurikulum tersebut sebagai berikut:
1. Perencanaan kurikulum harus berdasarkan konsep yang jelas tentang berbagai hal yang
menjadikan kehidupan lebih baik, karakteristik masyarakat sekarang dan masa depan, serta
kebutuhan dasar manusia.
2. Perencanaan kurikulum harus dibuat dalam kerangka kerja yang komprehensif , yang
mempertimbangkan dan mengoordinasi unsur esensial belajar mengajar efektif.
3. Perencanaan kurikulum harus bersifat reaktif dan antisipasif. Pendidikan harus responsif
terhadap kebutuhan siswa, untuk membantu siswa tersebut menuju kehidupan yang baik.
4. tujuan-tujuan pendidikan harus meliputi rentang yang luas akan kebutuhan dan minat yang
berkenaan dengan individu dan masyarakat.
5. Rumusan berbagai tujuan pendekatan harus diperjelas dengan ilustrasi konkrit, agar dapat
digunakan dalam pengembangan rencana kurikulum yang spesifik . jika tidak, persepsi yang
muncul kurang jelas dan kontradiktif.
6. Dalam perencanaan kurikulum, harus diadakan evaluasi secara kontinue terhadap semua
aspek pembuatan keputusan kurikulum, yang juga meliputi analisis terhadap proses dan
konten kurikulum.
7. Berbagai jenjang sekolah, dari Taman Kanak-kanak sampai Perguruan Tinggi, hendaknya
merespon dan mengakomodasi perubahan, pertumbuhan, dan perkembangan siswa. untuk itu,
perlu direfleksikan organisasi dan prosedur secara bervariasi.

Asas Perencanaan Kurikulum


Fungsi asas atau landasan kurikulum adalah seperti fondasi sebuah bangunan. Apa
yang akan terjadi seandainya sebuah gedung yang menjulang tinggi berdiri di atas fondasi
yang rapuh?. Tentu saja bangunan itu tidak akan bertahan lama. Oleh sebab itu, sebelum
sebuah gedung dibangun, terlebih dahulu disusun fondasi yang kukuh.
Layaknya membangun sebuah gedung, maka menyusun sebuah kurikulum juga harus
didasarkan pada fondasi yang kuat. Kesalahan menentukan dan menyusun fondasi kurikulum
berarti kesalahan dalam menentukan kebijakan dan implementasi pendidikan.
Perencanaan kurikulum disusun berdasarkan asas-asas sebagai berikut:
1. Objektivitas
Perencnaan kurikulum memiliki tujuan yang jelas dan spesifik berdasarkan tujuan pendidikan
nasional, data input yang nyata sesuai dengan kebutuhan.
2. Keterpaduan
Perencanaan kurikulum memadukan jenis dan sumber dari semua disiplin ilmu, keterpaduan
sekolah dan masyarakat, keterpaduan internal, serta keterpaduan dalam proses penyampaian.
3. Manfaat
Perencanaan kurikulum menyediakan dan menyajikan pengetahuan dan keterampilan sebagai
bahan masukan untuk pengambilan keputusan dan tindakan, serta bermanfaat sebagai acuan
strategis dalam penyelenggaraan pendidikan.
4. Efisiensi dan Efektivitas
Perencanaan kurikulum disusun berdasarkan prinsip efisiensi dana, tenaga, dan waktu dan
efektif dalam mencapai tujuan dan hasil pendidikan.
5. Kesesuaian
Perencanaan kurikulum disesuaikan dengan sasaran peserta didik, kemampuan tenaga
kependidikan, kemampuan IPTEK, dan perubahan atau perkembangan masyarakat.
6. Keseimbangan
Perencanaan kurikulum memperhatikan keseimbangan antara jenis bidang studi, sumber yang
tersedia, serta kemampuan dan progam yang akan dilaksanakan.
7. Kemudahan
Perencanaan kurikulum memberikan kemudahan bagi para pemakainya yang membutuhkan
pedoman berupa bahan kajian dan metode untuk melaksanakan proses pembelajaran.
8. Berkesinambungan
Perencanaan kurikulum di tata secara berkesinambungan sejalan dengan tahap-tahap dan
jenis dan jenjang satuan pendidikan.
9. Pembakuan
Perencanaan kurikulum dibakukan sesuai dengan jenjang dan jenis satuan pendidikan, sejak
dari pusat, propinsi, kabupaten/kotamadya.
10. Mutu
Perencanaan kurikulum memuat perangkat pembelajaran yang bermutu, sehingga turut
meningkatkan mutu proses belajar dan kualitas lulusan secara keseluruhan.[12]

Sifat Perencanaan Kurikulum


Suatu perencanaan kurikulum memiliki sifat-sifat sebagai berikut :
a. Bersifat strategis, karena merupakan instrument yang sangat penting untuk mencapai
tujuan pendidikan nasional.
b. Bersifat komprehensif, yang mencakup keseluruhan aspek-aspek kehidupan dan
penghidupan masyarakat.
c. Bersifat integrative, yang mengintegrasikan rencana yang luas, mencakup pengembangan
dimensi kualitas dan kuantitas.
d. Bersifat realistis, berdasarkan kebutuhan nyata peserta didik dan kebutuhan masyarakat.
e. Bersifat humanistic, menitik beratkan pada pengembangan sumber daya manusia baik
kuantitatif maupun kualitatif.
f. Bersifat futuralistik, mengacu jauh ke depan dalam merencanakan masyarakat yang maju.
g. Merupakan bagian yang integral yang mendukung manajemen pendidikan secara
sistematik.
h. Perencanaan kurikulum mengacu pada pengembangan kompetensi sesuai dengan standar
nasional.
i. Berdeverensifikasi untuk melayani keragaman peserta didik.
j. Bersifat desentralistik, karena dikembangkan oleh daerah sesuai dengan kondisi dan potensi
daerah
Model Perencanaan Kurikulum
a. Model perencanaan rasional deduktif atau Tayler, menitik beratkan logika dalam
merancang program kurikulum dan bertitik tolak dari spesifikasi tujuan (goal and objektives)
tetapi cenderung mengabaikan problematika dalam lingkungan tugas. Model itu dapat
diterapkan pada semua tingkat pembuatan keputusan, misalnya rasionalisasi proyek
pengembangan guru atau menentukan kebijakan suatu planning by-objektives di lingkungan
departemen. Model ini cocok untuk sistem pendidikan yang sentralistik yang menitik
beratkan pada sistem perencanaan pusat, dimana kurikulum dianggap sebagai suatu alat untuk
mengembangkan/ mencapai maksud-maksud di bidang social ekonomi.
b. Model interaktif rational (the rational-interaktive model), memandang rasionalitas sebagai
tuntutan kesepakatan antara pendapat-pendapat yang berbeda, yang tidak mengikuti urutan
logik. Perencanaan kurikulum di pandang sebagai suatu masalah lebih ‘perencanaan dengan’
(planning with) daripada ‘perencanaan bagi’ (planning for). Seringkali model ini dinamakan
model situasional, asumsi rasionalitasnya menekankan pada respons fleksibel kurikulum yang
tidak memuaskan dan inisiatif pada tingkat sekolah atau tingkat local. Hal ini mungkin
merupakan refleksi suatu keyakinan ideologis masyarakat demokrasi atau pengembangan
kurikulum berbasis sekolah. Implementasi rencana merupakan fase krusial dalam
pengembangan kurikulum, dimana diperlukan saling beradaptasi antara perencana dan
pengguna kurikulum.
c. ‘The disciplines model’, perencanaan ini menitik beratkan pada guru -guru; mereka sendiri
yang merencanakan kurikulum berdasarkan pertimbangan sistematik tentang relevansi
pengetahuan filosofis, (isu-isu pengetahuan yang bermakna), sosiologi (argument-argumen
kecenderungan sosial), psikologi (untuk memberitahukan tentang urutan-urutan materi
pelajaran) demikian dikemukakan oleh Lawton) d. Model tanpa perencanaan (non planning
model) adalah suatu model ruangan kelas sebagai bentuk pembuatan keputusan, hanya sedikit
upaya kecuali merumuskan tujuan khusus, formalitas, pendapat, dan analisis intelektual.
Sehingga dari empat model perencanaan kurikulum yang telah dijelaskan diatas, semuanya
memiliki karakteristik tersendiri dalam merencanakan kurikulum yang tujuannya adalah
terlaksananya kurikulum yang baik, sesuai dengan tujuan yang diharapkan.

Tahap Perencanaan Kurikulum


Hafni Ladjid dalam bukunya Pengembangan Kurikulum mengemukakan bahwa kegiatan
pengembangan kurikulum tingkat lembaga dibagi menjadi 3 tahapan yaitu: (1) perumusan
tujuan isntitusional, (2) tahapan pengembangan setiap bidang studi, (3) pengembangan
program pengajaran dikelas.
1. Perumusan tujuan isntitusional
Dalam tujuan pengetahuan, keterampilan dan sikap yang sesuai dengan suatu lembaga
pendidikan tertentu, misalnya SMP, SMU dan lain-lainnya, adalah hal-hal yang harus
diperhatikan bagi para fungsi lembaga pendidikan itu.
Sumber-sumber yang dapat dimanfaatkan dalam merumuskan tujuan institusional sekurang-
kurangnya ada tiga sumber yang penting, yaitu tujuan pendidikan nasional yang tercantum
dalam Undang-undang sistem pendidikan Nasional, pandangan atau harapan masyarakat dan
dunia pekerjaan, harapan lembaga pendidikan yang lebih tinggi.
2. Tahapan pengembangan setiap bidang studi
Langkah-langkah yang harus ditempuh dalam mengembangkan setiap program studi ini
meliputi: (1) merumuskan tujuan kurikuler, (2) merumuskan tujuan pengajaran, (3)
menetaokan pokok bahasan/sub pokok bahasan, (4) menyusun garis-garis besar program
pengajaran, (5) menyusun pedoman khusus.
3. Pengembangan program pengajaran dikelas
Pengembangan program pengajaran dikelas khususnya di indonesia bertolak dengan suatu
dasar konsep sistem. Secara sederhana sistem itu mempunyai komponen-komponen sebagai
berikut: (1) tujuan, (2) bahan/isi, (3) metode, (4) alat, (5) evaluasi dan (6) proses.
DAFTAR PUSTAKA
Kisbiyanto. 2015. “Manajemen Kurikulum Manajemen Kurikulum Bidang Teaching and
Learning”, Jurnal ThufuLA 3
M. Arif Khoirudin. 2013. “Manajemen Kurikulum dalam Meningkatkan Mutu Pendidikan”,
Jurnal Manajemen Kurikulum 24
Muhammad Busro dan Siskandar. 2017. Perencanaan dan Pengembangan Kurikulum.
Yogyakarta: Media Akademi.

Anda mungkin juga menyukai