Anda di halaman 1dari 42

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Pendidikan adalah pembelajaran pengetahuan, keterampilan, dan

kebiasaan sekelompok orang yang diturunkan dari satu generasi ke generasi

berikutnya melalui pengajaran, pelatihan, atau penelitian. Pengertian Pendidikan

secara umum adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana

belajar dan proses pembelajaran untuk peserta didik agar secara aktif

mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan,

pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang

diperlukan dirinya dan masyarakat.

Menurut Drikarya (1980) pendidikan merupakan sebagai usaha sadar

dalam memanusiakan manusia muda atau pengangkatan manusia muda ke skala

insani. Apabila kita melakukan segala sesuatu itu maka harus dikerjakan dan

dikelola dengan baik, rapi, tertib, dan teratur. Tidak boleh dilakukan secara asal

asalan agar didapatkan hasil yang maksimal. Manajemen dalam arti mengatur

segala sesuatu agar dilakukan dengan baik, sebaliknya sulit dan sebesar apapun

suatu hal apabila diproses dengan manajemen yang baik maka bias dipastikan

akan berhasil dengan baik, efektif dan efisien.

Tidak terkecuali dalam bidang pendidikan. Peranan manajemen sangat

signifikan dalam menentukan kualitas sebuah lembaga pendidikan. Karena bidang

garapannya meliputi perencanaan, pengorganisasian, penggerakan, pengawasan

1
atau evaluasi dan pemberdayaan segala sumber daya yang ada. Begitu juga

pendidikan tidak akan berhasil tanpa diatur sesuai dengan fungsi dan peran

masing- masing efektif dan efisien.

Telah dijelaskan dalam Undang-undang system pendidikan nasional 2003

bahwa yang dimaksud pendidikan adalah “ Usaha sadar dan terencana untuk

mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara

aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual

keagamaan, pengendalian dirinya, masyarakat, bangsa dan Negara.

Berdasarkan atas pernyataan tujuan pendidikan diatas, untuk mencapai

suatu pendidikan yang baik dan berkualitas sebagaimana yang tersurat dalam

UUSPN tersebut maka perlu adanya sebuah manajemen yang baik terutama dalam

bidang kurikulum yang akan diajarkan kepada anak didik baik mengenai tujuan,

isis atau bahan ajar, pelaksanaan serta evaluasi dari kurikulum.

Manajemen kurikulum adalah kegiatan pengaturan yang meliputi

perencanaan, pengorganisasian, penggerakan atau pelaksanaan, dan pengawasan

atau evaluasi agar program pendidikan dapat berjalan dengan baik dan sesuai

dengan tujuan yang telah ditetapkan

Menurut Sutomo (2004 : 23) mengatakan bahwa manajemen kurikulum

merupakan seluruh proses kegiatan yang direncanakan dan diusahakan secara

sengaja dan sunggu-sungguh secara pembinaan secara koninyu terhadap situasi

belajar efektif dan efisien demi membantu tercapainya tujuan pendidikan yang

telah ditetapkan.

2
Dapat disimpulkan manajeman kurikulum dalam bidang pendidikan

dilembaga sekolah memang sangat urgen dan perlu ditingkatkan

profesionalismenya agar proses pendidikan berjalan lancer dan berhasil sesuai

dengan cita-cita masyarakat dan bangsa.

Manajemen kurikulum dan Pembelajaran berbasis sekolah adalah

pengaturan kurikulum dan pembelajaran yang meniputi kegiatan merencanakan,

mengorganisasikan, melaksanakan dan mengevaluasi kurikulum dan pembelajaran

di sekolah dengan berpedoman pada prinsip-prinsip implementasi manajemen

berbasis sekolah.

Kepala sekolah bertanggungjawab terhadap kegiatan pembelajaran sesuai

dengan peraturan yang ditetapkan oleh pemerintah. Setiap guru bertanggungjawab

terhadap mutu perencanaan kegiatan pembelajaran di dalam pendidikan. Kelas

merupakan tempat untuk melaksanakan dan menguji kurikulum. Disana semua

konsep, prinsip, nilai, pengetahuan, metode, alat dan kemampuan guru diuji dalam

bentuk perbuatan yang akan mewujudkan bentuk kurikulum yang nyata dan

hidup. Perwujudan konsep, prinsip, dan aspek-aspek kurikulum tersebut

seluruhnya terletak pada guru. Oleh karena itu, gurulah pemegang kunci

pelaksanaan dan keberhasilan kurikulum. Dialah sebenarnya perencana,

pelaksana, penilai, dan pengembangan kurikulum sesungguhnya.

Adanya rancangan atau kurikulum merupakan ciri utama pendidikan di

sekolah dengan kata lain, kurikulum merupakan syarat mutlak bagi pendidikan

3
disekolah. Kalau kurikulum merupakan syarat mutlak, hal itu berarti bahwa

kurikulum merupakan bagian yang tak terpisahkan dari pendidikan atau pelajaran.

Kurikulum dipandang sebagai suatu rancangan pendidikan. Kurikulum

menentukan pelaksanaan dan hasil pendidikan. Kita ketahui bahwa pendidikan

mempersiapkan generasi muda untuk terjun ke lingkungan masyarakat.

Dengan pendidikan kita tidak menghrapkan muncul manusia-manusia

yang lain dan asing terhdapap masyarakatnya, tetapi manusia yang lebih bermutu,

mengerti dan mampu membangun masyarakat. Oleh karena itu, untuk

mewujudkan cita-cita dari pendidikan perlu adanya sebuah manajemen kurikulum

dan pembelajaran berbasis sekolah yang baik dan sesuai dengan perkembangan

ilmu pengetahuan dan teknologi serta perkembangan kehidupan dimasyarakat.

Alasan peneliti memilih sekolah ini adalah karena untuk mengetahui

pelaksanaan kegiatan merencanakan, mengorganisasikan, melaksanakan dan

mengevaluasi kurikulum dan pembelajaran di sekolah dengan berpedoman pada

prinsip-prinsip implementasi manajemen berbasis sekolah.

Berdasarkan pemaparan diatas maka penulis tertarik untuk melakukan

penelitian dengan judul “Manajemen Kurikulum dan Pembelajaran berbasis

sekolah terhadap mutu pendidikan di Sekolah Dasar Negeri 146 Gattareng

Kecamatan Marioriwawo Kabupaten Soppeng.

4
B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah yang telah diuraikan di atas, rumusan

masalah pada penelitian ini adalah:

Bagaimana manajemen kurikulum dan pembelajaran berbasis sekolah

terhadap mutu pendidikan SDN 146 Gattareng Kecamatan Marioriwawo

Kabupaten Soppeng ?

C. Tujuan Penelitian

Untuk mengetahui manajemen kurikulum dan pembelajaran berbasis

sekolah terhadap mutu pendidikan SDN 146 Gattareng Kecamatan Marioriwawo

Kabupaten Soppeng?

D. Manfaat Penelitian

Sedangkan Manfaat Dari Penelitian Ini Diharapkan Berguna bagi:

a. Bagi siswa, hasil penelitian ini diharapkan dapat menumbuhkan minat

belajar mandiri dan mendorong siswa agar lebih termotivasi dalam belajar.

b. Bagi guru, hasil penelitian ini diharapkan dapat membantu meningkatkan

kreativitas dalam upaya pemaksimalan penggunaan teknologi informasi

dalam pembelajaran.

c. Bagi kepala sekolah, hasil peenelitian ini diharapkan dapat membantu

dalam kegiatan merencanakan, mengorganisasikan, melaksanakan dan

mengevaluasi kurikulum dan pembelajaran di sekolah..

5
d. Bagi sekolah, hasil penelitian ini diharapkan dapat dijadikan sebagai

masukan dalam upaya peningkatan mutu pendidikan.

e. Bagi penulis, penelitian ini dapat menjadi masukan baru yang statusnya

masih sebagai peneliti awal, serta menambah dan memperkaya

pemahaman dalam bidang manajemen kurikulum dalam meningkatkan

mutu pendidikan

6
BAB II

KAJIAN PUSTAKA, KERANGKA PIKIR, HIPOTESIS

A.Kajian Pustaka

1. Manajemen Kurikulum

a. Pengertian manajemen kurikulum

Manajemen kurikulum merupakan salah satu bagian dari manajemen

pendidikan. Sebelum lebih jauh berbicara tentang pengertian manajemen itu

sendiri.

Manajemen berasal dari kata to manage yang artinya mengatur,

manajemen biasa diartikan sebagai seni, ilmu dan proesi. Follet mengartikan “

Manajemen sebagai seni, karena untuk mencapai tujuan organisasi secara efektif

dan efisien, seorang manajer harus bias mengatur dan menggerakkan orang untuk

melakukan tugas-tugasnya”. Dikatakan sebagai ilmu oleh gulick karena “

manajemen dipandang sebagai suatu bidang ilmu pengetahuan yang secara

sistematik berusaha memahami dan bagaimana orang bekerjasama. Dikatakan

suatu profesi karena untuk menjadi manager seseorang membutuhkan keahlian

khusus dan professional”

Pengertian manajemen secara umum seperti yang telah diulas diatas, para

ahli dan pakar memiliki pendapat yang berbeda beda dalam mendefinisikan apa

yang dimaksud dengan manajemen.

7
Menurut Asep Sudarsyah dkk (2009 : 191) manajemen kurikulum sebagai

suatu sistem pengelolahan kurikulum yang koperatif, komprehensif, sistematik

dan sistemik dalam rangka mewujudkan tercapainya tujuan kurikulum. Dalam

pelaksanaanya, manajemen kurikulum harus dikembangkan sesuai dengan

konteks Manajemen Berbasis Sekolah (MBS) dan Kurikulum Tingkat Satuan

Pendidikan (KTSP).

Adapun menurut Sutomo (2004 : 23) mengatakan bahwa manajemen

kurikulum merupakan seluruh proses kegiatan yang direncanakan dan diusahakan

secara sengaja dan sunggu-sungguh secara pembinaan secara koninyu terhadap

situasi belajar efektif dan efisien demi membantu tercapainya tujuan pendidikan

yang telah ditetapkan.

Sedangkan menurut Husaini Usman (2009 : 16) bahwa manajemen

kurikulum dan pembelajaran adalah meliputi seluruh kegiatan dalam rangka

melaksanakan kurikulum dan pembelajaran melalui taahapan perencanaan,

pengorganisasian, dengan pengarahan dan pengendalian seluruh sumber daya

untuk mencapai tujuan kurikulum yang telah ditetapkan.

Dari definisi para ahli tersebut diatas dapat dibuat sebuah kesimpulan

bahwa manajemen kurikulum adalah suatu proses kegiatan yang sengaja

diusahakan untuk mengelolah kurikulum yang komprehensif, kooperatif,

sistematif dan sistemik melalui tahapan perencanaan, pengorganisasian,

pengarahan dan pengendalihan sumber daya organisasi, dalam usaha untuk

mencapai tujuan kurikulum dan tujuan pendidikan yang telah ditetapkan.

8
Penjabaran perencanaan (planning), pengorganisasian (organizing),

penggerakan (actuating), dan pengawas (controlling). Penjelasan secara lebih rinci

adalah sebagai berikut:

a) Perencanaan

Perencanan adalah proses penentuan tujuan atau sasaran yang hendak

dicapai dan menetapkan jalan dan sumber yang diperlukan untuk mencapai tujuan

itu. Roger A. Kauffman (1972:185) yang dikutip oleh Nanang Fattah bahwa

dalam setiap perencanaan selalu terdapat tiga kegiatan yang meskipun dapat

dibedakan, tetapi tidak dapat dipisahkan antara satu dengan lainnya. Ketiga

kegiatan itu adalah (1) perumusan tujuan yang ingin dicapai (2) pemilihan

program untuk mencapai tujuan itu (3) identifikasi dan pengerahan sumber yang

jumlahnya selalu terbatas.

b) Pengorganisasian (organizing).

Pengorganisasian adalah system kerja sama kelompok orang yang

dilakukan dengan pembidangan dan pembagian seluruh pekerjaan atau tugas

dengan menentukan sejumlah satuan atau unit kerja, yang menghimpun pekerjaan

sejenis dalam satu satuan atau unit kerja.

c) Pengarahan (actuating)

Pengarahan adalah menempatkan semua anggota dari pada kelompok

Bekerja secara sadar untuk mencapai suatu tujuan yang ditetapkan sesuai dengan

perencanaan dan pola organisasi.

9
d) Pengendalihan (controlling)

Pengendalihan adalah proses pengamatan atau pemamtauan terhadap

pelaksanaan kegiatan organisasi untuk menjamin agar semua pekerjaan yang

sedang dilakukan berjalan sesuai dengan rencana yang telah ditentukan

sebelumnya. Demikian penjelasan mengenai manajemen, selanjutnya akan

dijelaskan mengenai kurikulum.

b. Prinsip Manajemen Kurikulum

Menurut Asep Sudarsyah dkk, (2009 :192) adapun prinsip dan fungsi

yang harus diperhatikan dalam melaksanakan manajemen kurikulum adalah

beberapa hal sebagai berikut yaitu :

a) Produktifitas, hasil yang akan diperoleh dalam kegiatan kurikulum

merupakan aspe yang harus di perimbangkan dalam manajemen

kurikulum. pertiimbangan bagaimana agar peserta didik dapat

mencapaii hasil belajar sesuai dengan tujuan kurikulum harus menjadi

sasaran dalam manajemen kkurikulum.

b) Demokratisasi, pelaksanaan manajemen kurikulum harus berdasarkan

pada demokrasi yang menenpatkan pengelola, pelaksanaan dan subjek

didik pada posisi yang seharusanya dalam melaksanakan tugas dengan

penuh tanggungjawab untukk mencapai tujuan kurikulum.

c) Kooperatif, untuk memperoleh hasil yang diharapkan dalam kegiatan

manajemen kurikulum perlu adanya kerja sama yaang positif dan

berbagai pihak yang terlibat.

10
d) Efektifitas dan efisiensi, rangkai kegiatan manajemen kurikulum harus

mempertimbangkan efektifitas dan efisiensi untuk mencapai tujuan

kurikulum, sehingga kegatan manajemen kurikulum tersebut memberi

hasil yang berguna dengan biaya, tenaaga dan waktu yang relatif

singkat.

e) Mengarahkan visi, misi dan tujuan yang telah ditetapkan dalam

kurikulum, proses manajemen kurikulum harus dapat memperkuat dan

mengarahkan visi, misi dan tujuan kurikulum.

c. Fungsi Manajemen Kurikulum

Selain prinsip-prinsip tersebut juga perlu mempertimbangkan kebijaksaan

pemerintah maupun depertemen pendidikan nasional. selanjutnya ada beberapa

fungsi dari manajemen kurikulum diantaranya adalah :

a) Meningkatkkan efisiensi pemamfaatan sumber daya kurikulum,

pemberdayaan sumber daya maupun komponen kurikulum dapat

ditingkatkan melalui pengelolaan yang terencana dan efektif

b) Meningkatkan keadilan (equity) dan kesempatan pada sisiwa untuk

mencapai hasil yang maksimal, kemampuan yang maksimal dapat

dicapai peserta didik tdak hanya melaluo kegiatan intrakurikuler, tetapi

juga perlu melalui kegiatan ekstra dan kokurikuler yang dikelola secara

integritaas dalam mencapai tujuan kurikulum.

c) Meningkatkan relevensi dan efektifitas pembelajaran sesuai dangan

kebutuhan peserta didik maupun lingkungan sekitar perserta didik,

kurikulum yang dikelola secara efektif dapat memberikan kesempatan

11
dan hasil yang relevan dengan kebutuhan peserta didik maupun

lingkungan sekitar.

d) Meningkatkan efektifitas kinerja guru maupun aktifitas siswa dalam

mencapai tujuan pembelajaran, dengan pengelolahan kurikulum yang

profesional, efektif dan terpadu dapat memberikan motivasi pada

kinerja guru maupun aktifitas siswadalam belajar.

e) Meningkatkan efisiensi dan efektifitaas proses belajar mengajar, proses

pembelajaran harus dipantau daam rangka melihat konsistensi antara

desain yang ttelah direncanakan dengan pelaksanaan pembelajaran.

Dengan demikian ketidaksesuaian antara desain dengan implementasi

dapat dihindarkan. disamping itu guru mampu siswa selalu termotivasi

untuk melaksanakan pembelajaran yang efektif dan efisien, karena

adanya dukungan kondisi positif yang diciptakan dalam kegiiatan

pengelolaan kurikulum.

f) Meningkatkan partisipasi masyarakat untuk membantu

mengembangkan kurikulum, kurikulum yang dikelola secara

profesional akan melibatkan masyarakat khususnya dalam mengisi

bahan ajar atau sumber belajar perlu disesuaikan dengan ciri khas dan

kebutuhan pembangunan daerah setempat.

12
2. Manajemen Kurikulum dan Pembelajaran Berbasis Sekolah

a. Pengertian Manajemen Kurikulum dan Pembelajaran Berbasis

Sekolah

Manajemen kurikulum dan pembelajaran berbasis sekolah atau manajemen

berbasis sekolah (MBS) adalah pengaturan kurikulum dan pembelajaran yang

meliputi kegiatan merencanakan, mengorganisasikan, melaksanakan, dan

mengevaluasi kurikulum dan pembelajaran di sekolah,  dengan berpedoman pada

prinsip-prinsip implementasi manajemen berbasis sekolah..

Nurkholis (2003:1) menjelaskan bahwa Manajemen Berbasis Sekolah

terdiri dari tiga kata, yaitu manajemen, berbasis, dan sekolah. Secara umum

manajemen dapat diartikan sebagai proses mengelola sumber daya secara efektif

untuk mencapai tujuan. Ditinjau dari aspek pendidikan, manajemen pendidikan

diartikan sebagai segala sesuatu yang berkenaan dengan pengelolaan proses

pendidikan untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan, baik tujuan jangka

pendek, menengah maupun tujuan jangka panjang. Kedua, kata berbasis

mempunyai kata dasar basis atau dasar. Ketiga , kata sekolah merujuk pada

lembaga tempat berlangsungnya proses belajar mengajar. Bertolak dari arti ketiga

istilah itu, maka Manajemen Berbasis Sekolah dapat didefinisikan sebagai segala

sesuatu yang berkenaan dengan pengelolaan sumber daya yang berdasar pada

sekolah itu sendiri dalam proses pembelajaran untuk mencapai tujuan yang telah

ditetapkan.

13
Sedangkan menurut Slamet PH (2001) mendefinisikan MBS dengan

bertolak dari kata manajemen, berbasis, dan sekolah. Menurut Slamet, manajemen

berarti koordinasi dan penyerasian sumber daya melalui sejumlah input

manajemen untuk mencapai tujuan atau untuk memenuhi kebutuhan pelanggan.

Berbasis artinya “berdasarkan pada” atau “berfokuskan pada”. Sedangkan sekolah

merupakan organisasi terbawah dalam jajaran Departemen Pendidikan Nasional

(Depdiknas) yang bertugas memberikan “bekal kemampuan dasar” kepada peserta

didik atas dasar ketentuan-ketentuan yang bersifat legalistik (makro, meso, mikro)

dan profesionalistik (kualifikasi, untuk sumber daya manusia).

Perihal MBS ini, UU No. 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan

Nasional, pasal 51, ayat (1) menyatakan, “Pengelolaan satuan pendidikan anak

usia dini, pendidikan dasar, dan pendidikan menengah dilaksanakan berdasarkan

standar pelayanan minimal dengan prinsip manajemen berbasis

sekolah/madrasah.” Selanjutnya, penjelasan pasal 51, ayat (1) menerangkan

bahwa, “Yang dimaksud dengan manajemen berbasis sekolah/madrasah adalah

bentuk otonomi manajemen pendidikan pada satuan pendi dikan, yang dalam hal

ini kepala sekolah/ madrasah dan guru dibantu oleh komite sekolah/madrasah

dalam mengelola kegiatan pendidikan”.

Otonomi memang bermakna pemilikan kewenangan mengatur semua

masalah secara mandiri. Namun, dalam konteks MBS di Indonesia,

pelaksanaannya masih terikat dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku

baik secara nasional, maupun daerah. Artinya otonomi yang dimaksudkan di

dalam penjelasan pasal 51 ayat (1) UU Sisdiknas No. 23 Tahun 2003 merupakan

14
bentuk desentralisasi yang bersifat relatif dan mengacu kepada perundang-

undangan dan peraturan yang berlaku baik di tingkat nasional maupun di daerah.

Sungguh pun demikian, dengan MBS, tanggung jawab sekolah menjadi lebih

besar. Sekolah dituntut untuk menunjukkan hasil kerjanya sehubungan dengan

kewenangan lebih besar yang diperolehnya sebagai bentuk akuntabilitas, baik

kepada warga sekolah maupun pemerintah.

Selanjutnya, peran komite sekolah yang dalam hal ini merupakan refleksi

dari pemangku kepentingan pendidikan kepentingan (orang tua, masyarakat,

pengguna lulusan, guru-kepala sekolah, dan penyelenggara pendidikan) terlibat

baik secara langsung maupun tidak langsung di dalam pengelolaan pendidikan di

sekolah. Artinya, dengan MBS tujuan pendidikan yang diharapkan oleh

pemangku dapat dipenuhi. 

b. Standar Penilaian

standar penilaian. Mutu pembelajaran disekolah dikembangkan dengan :

1) model kegiatan pembelajaran yang mengacu pada Standar Proses;

2) melibatkan peserta didik secara aktif, demokratis, mendidik, memotivasi,

mendorong kreativitas, dan dialogis;

3) tujuan agar peserta didik mencapai pola pikir dan kebebasan berpikir

sehingga dapat melaksanakan aktivitas intelektual yang berupa berpikir,

berargumentasi, mempertanyakan, mengkaji, menemukan, dan

memprediksi; dan

15
4) pemahaman bahwa keterlibatan peserta didik secara aktif dalam proses

belajar yang dilakukan secara sungguh-sungguh dan mendalam untuk

mencapai pemahaman konsep, tidak terbatas pada materi yang diberikan

oleh guru.

Kepala sekolah bertanggungjawab terhadap kegiatan pembelajaran sesuai

dengan peraturan yang ditetapkan Pemerintah. Setiap guru bertanggungjawab

terhadap mutu perencanaan kegiatan pembelajaran untuk setiap mata pelajaran

yang diampunya agar peserta didik mampu:

- meningkat rasa ingin tahunya

- mencapai keberhasilan belajarnya secara konsisten sesuai dengan tujuan

pendidikan;

- memahami perkembangan pengetahuan dengan kemampuan mencari

sumber informasi;

- mengolah informasi menjadi pengetahuan;

- menggunakan pengetahuan untuk menyelesaikan masalah;

- mengkomunikasikan pengetahuan pada pihak lain; dan

- mengembangkan belajar mandiri dan kelompok dengan proporsi yang

wajar.

adapun guru, Setiap guru bertanggungjawab terhadap mutu kegiatan

pembelajaran untuk setiap mata pelajaran yang diampunya dengan cara:

- merujuk perkembangan metode pembelajaran mutakhir;

16
- menggunakan metoda pembelajaran yang bervariasi, inovatif dan tepat

untuk mencapai tujuan pembelajaran;

- menggunakan fasilitas, peralatan, dan alat bantu yang tersedia secara

efektif dan efisien;

- memperhatikan sifat alamiah kurikulum, kemampuan peserta didik, dan

pengalaman belajar sebelumnya yang bervariasi serta kebutuhan khusus

bagi peserta didik dari yang mampu belajar dengan cepat sampai yang

lambat;

- memperkaya kegiatan pembelajaran melalui lintas kurikulum, hasil-hasil

penelitian dan penerapannya; dan

- mengarahkan kepada pendekatan kompetensi agar dapat menghasilkan

lulusan yang mudah beradaptasi, memiliki motivasi, kreatif, mandiri,

mempunyai etos kerja yang tinggi, memahami belajar seumur hidup, dan

berpikir logis dalam menyelesaikan masalah.

c. Ruang Lingkup

Ruang lingkup manajemen kurikulum dan pembelajaran berbasis sekolah

meliputi:

1) implementasi kurikulum

2) penyusunan kalender pendidikan

3) pembagian tugas mengajar dan penyusunan jadwal mengajar

4) proses pembelajaran

a) perencanaan pembelajaran

b) pelaksanaan pembelajaran

17
c) penilaian pembelajaran

d) analisis dan penilaian

e) tindak lanjut hasil penilaian (program remidial dan pengayaan)

f) pegawasan melalui supervisi pembelajaran

5) penyusunan peraturan akademik

6) penentuan beban belajar

a) sistem pembelajaran

b) beban belajar

7) pemilihan strategis PAKEM

a) konsep dasar

b) model / strategi mengajar

c) apa dan mengapa pakem

d) arti penting pakem

e) prinsip pakem

f) keunggulan pakem

g) ciri-ciri pakem

8) pengawasan dan evaluasi serta pelaporan.

3. Kualitas pendidikan

Kata kualitas Dahlal Al-Barry (1994:123) menjelaskan bahwa: kamus

modem bahasa indonesia adalah ‘kualinet’ ;’mutu’; baik buruknya suatu barang

.Seperti halnya yang dikutip oleh Quraish bahwasnya kualitas adalah “baik

buruknya sesuatu atau mutu sesuatu”

18
Kualitas pendidikan merupakan kemanpuan sistem pendidikan dasar,baik

dari segi pengelolaan maupun dari segi pendidikan ,yang di arahkan secara

efektifuntuk meningkatkan nilai tambah dan faktor-faktor infut agar mendafatkan

output yang setinggi-tingginya.

Jadi pendidikan yang berkualitas adalah pendidikan yang dapat

menghasikan lulusan yang memiliki kemanpuan dasar untuk belajar sehingga

dafat mengikuti bahkan menjadi pelopor dalam pembaharuan dan perubahan

dengan cara memberdayakan sumber-sumber pendidikan secara optimal melalui

pembelajaran yang baik dan kondusif.

Adapun kirteria pendidikann yang berkualitas sesuai dengan alam

indonesia adalah sebagai berikut:

a. Sekolah yang mampu untuk mendidik muridnya berkepribadian

luhur;bermoral,bertaqwa,berwawasan nasional dan kebangsaan.

b. Sekolah yang mampu menanamkan secara komprehensif atas

keteramilan dasr untuk mencapai prestasi akademik berdasrkan

kuriulum nasional serta mengembangkan bakat dan minat individu

melalui pencapaian perestasi non akademik.

c. Sekolah yang mampu menanamkan wawasan lingkungan dan sistem

nilai yang merefleksi sosil kultural religus yang khas indonesia yang

bermuatan pada pemahaman kosep dari atau percaya diri.

19
d. Sekolah yang menjalin kelangsungan hubungan kemitraan yang

harmonis dan sehat antar kepala sekolah yang secara administratif dan

akademik.

e. Sekolah yang mampu menciptakan iklim yang sehat, bersemangat dan

bermotipasi tinggi pada semua komunitas sekolah.

f. Sekolah yang mampu mengembankan kreatipitas guru dalam

mengajar secara kontinyu melalui evaluasi,perubahan dan perbaikan

pengajaran.

g. Sekolah yang mampu membangkitkan semangat murik untuk

berpartisipasi dan memanfaatkan kompetensi akademik dan non

akademik.

Peningkatan kualitas pendidikan sangat penting artinya bagi kehidupan

manusia khusunya dilinkungan pendidikan itu sendri ,untuk mengimbangi

perubahan dana kemajuan di berbagai bidang misalnya: Bidang ilmu pengetahuan

dan teknologi, bidang ekonomi, sosial budaya dan lain sebagainya

Peningkatan kualiatas pendidikan terjadi karena adanya pengaruh yang

saling memperkuat yang akhirnya melahirkan sesuaatu yang baru. Peningkatan

pendidikan yang terjadi karena adanya suatu yang mendorong yang berasal dari

masyarakat itu sendri,tetapi dapat pula dari luar misalnya karena adanya pengaruh

kebudayaan asing. pengkatan kualiatas pendidikan merupakan perubahan

pendidikan yang berdasarkan atas usaha-usaha sadar, terencana dan berpola dalam

pendidikan untuk mengarahkan sesuai dengan kebutuhan yang dihadapi dan

tuntutan zamannya.

20
Ada beberapa faktor yang mempengaruhi terjadinya peningkatan kualitas

pendidikan yaitu:

1. Adanya potensi dasar manusia yang universal, berupa:

a. Kemanpuan untuk membedakan antara yang baik dan yang buruk.

b. Kemampuan dan kebebasan untuk mengembakan diri sendri sesuai

dengan pembawaan dan cita-citanya.

c. Kemanpuan untuk berhubungan dan kerja sama dengan orang lain.

d. Adanya ciri khas yang mampu membedakan dirinya dengan orang

lain.

2. Adanya pertambaahan penduduk.

3. Adanya perkembangan ilmu pengetahuan.

4. Adanya tuntutan peroses pendidikan yang relevan.

Peningkatan dibidang pendiddikan terus selaras dan teringtegrasi serta

menungjang pembagunan bangsa yang menyeluruh. Dalam kerangka berfikir

ini tugas peningkatan kualitas pendidikan adalah memecahkan masalah-masalah

yang dijumpai dalam dunia pendidikan itu sendri dengan baiak.Peningkatan

kualiatas pendidikan juga merupakan suatu tangapan baruterhadap masalh

pendidikan yang jelas akan dihadapi.

Titik pangkal peningkatan kualitas pendidikan adalah masalah pendidikan

yang aktual yang secara sitematis akan dipecahkan secara inovatif. Cara yang

inofatif dimaksud adalah segala cara pemecahan yang terpilih dan secara nyata

manppu memecah kan masala yang timbul.

21
sebagaimana telah diketahui bahwa dalam pelaksaanaan pendidikan dalam

satu lembaga pendidikan tidak lepas dari beberapa faktor di bawah ini:

1. Fator guru

Guru merupakan faktor penentu dalam upaya meningkatakn kualiats

pendidikan, sebab guru lah yang merupakan pengerak utama dalam melaksanakan

prosesbelajar mngajar. ada beberapa jalan yang bisah ditemukan dalam

meningkatakan ualitas guru,antara lain.

a. Meningkatkan pengetahuan dan wawasan guru

Peningkatan wawasan dan pengetahuan yang dimiliki oleh guru

biasa di lakukan dengan cara mengikuti penataran-penataran,

workshop,seminar dan lain-lain. Dengan cara seperti itu maka guru tidak

akan ketingalan jaman. Dan mampu menyesuaikan diri dengan

perkembangan ilmu pengetahuan yang semakin meninkat dewasa ini.Dan

juga mengadakan studi banding kesekolah yang lebih maju. Dengan cara

seperti itu guru akan memperoleh masukan tentang hal-hal yang berkenan

dengan pelaksanaan pembelajaran dan upaya peningkatannya.

b. Mengadakan musyawarah

Dengan seringnya mengadakan musyawarah atau rapat juga

menjadi penentu bagaimana meningkatkan kualitas pendidikan. Karena

dalam forum rapat atau musyawarah tersebut para guru akan memproleh

langka yang lebih baik dalam proses belajr mngajar dan juga dengan

22
musyawarah dapat menyelasaikan masalah.Untuk musyawarah guru mata

pelajaran bisah disebut MGMP (Musyawarah guru mata pelajaran).

2. Faktor peserta didik

Peserta didik merupakan ojek dari pendidikan oleh karena itu kualitas

pendidikan tidak akan terlepas dari tingkah laku,minat dan bakat peserta didik.

Karena itu pembina terhadap anak harus dilakasanakan secara terus menerus

kearaah kematangan dan kedewasaan

a. Mengadakan kerja sama dengan masyarakat.

Salah satu hal yang sedikit banyak mempengaruhi kemajuan

pendidikan adalah masyarakat, terutama orang tua siswa,sebab tanpa

adanya bantuan dan kesadaran dari masyarakat sulit kiranya peninkatkan

kualitas pendidikan itu akan terwujud.

Mengigat hubungan antara sekolah dan masyarakat maka

dibutuhkan sebuah wadah yaitu yang bisah disebut BP3 (Badan

pembantuan penyelangaraan pendidikan). Semua usaha peningkatan

kualitas pendidikan ini telah menemukan titik tolak berpijak yang mantap

dan jelas yaitu pada kepentingan muruid atau subjek belajar. Maka salah

satu upaya yang dilakukan dalam meningkatkan kualitas pendidikan

adalah dengan manajemen kurikulum.

Sejalan dengan perkembangan ilmu pengetahuan di bidang pendidikan ,di

kembangkan pula berbagi kurikulum dan metode mengajar yang lebih sesuai,

lebih efektif dan efesien.

23
Tidak dapat disangka baha perkembangan teknologi yang telah

menyebabkan kehidupan lebih baik , transportasi lebih mudah ,komunikasi lebih

lancar dan sebaiknya. tetapii disisi lain terjadi pula akibat-akibat negatif seperti

makin banyaknya penganguran.

4. Problem manajemen kurikulum dan meningkatkan mutu pendidikan

Beberapa pendapat ahli penedidikan tentang problem peningkatan mutu

pendidikan diantranya adalah:

1) Soedijarto (2008:108) Bahwa rendahnya kualitas pendidikan

disamping disebabkan oleh karena pemberian peranan yang kurang

propesional terhadap sekolah, kurang memadainya perencanaan.

Pelaksanaan dan pengelolaan sistem kurikulum , dan pembangunan

prestasi belajar secara kongnitif sebagai satu-satunya indidkator

penghasilan alat pendidikan dan bagian terpadu dari sistem kurikulum.

2) Secara umum Edward sallis (2008:45) dalam Total Quallty

management in Educatin menyebutkan , kondisi yang menyebabkan

rendahnya mutu pendidikan dapat berasal dari berbagai macam

sumber, yaitu miskinya perncanaan kurikulum, ketidak cocokan

pengelolaan gedung ,lingkungan kerja yang tidakkondusif, ketidak

sesuainan sistem dan prosedur (majemen), tidak cukupnya jam

pelajaran , keruanganya jam pelajaran, kurangnya sumberdaya dan

pengadaan staf.

24
5. Strategi Majemen Kurikulum Sebagai Upaya Peningkatan Mutu

Pendidikan

Secara umum strategi menpunyai suatu pengertian suatu gariis-garis

besar atau haluan untuk bertindak dalam usaha mencapai sasaran yang telah

ditentukan

Dalam rangka peningkatan mutu atau kualitas pendidikan,perlu di lakukan

sebagai strategi diantranya adalah:

1) pengembangan kurikulum termasuk cara penyajian pelajaran dan

sistem studi pada umumya.

2) Pengadaaan buku-buku pelajaran pokokuntuk murid serta buku

pedoman guru sekolah dasar dan sekola-sekolah lanjutan . buku-buku

pelajaran kejuruan dan teknik untuk sekolah-sekolah yang memerlukan

dan buku-buku perpustakaan dalam berbagai bidang studi pada

pendidikan tertingi.

3) Pengadaan alat-alat peraga dan alat-alat pendidikan lainya pada

sekolah dasar (SD), TK, dan SLB, labolatorium IPA dan SMP&SMA,

fasilitas dan perlenkapan latihan dan fraktik pada sekolah-sekolah

kejuruan dan tehnik serta labolatorium untuk berbagai bidang ilmu

pendidikan untuk perguruaan timggi.

4) Penataran guru-guru dan dosen

5) Pengadaan buku bacaan yang sehat dan bermutu melalui perpustakaan

sekolah.

25
Sekolah merupakan ujung tombak pelaksanaan kurikulum,baik

kurikulum naional maupun muatan lokal, yang diwujudkan dalam

proses belajar mngajar untuk mencapai tujuan pendidikan nasional

,internasional,kurikuler dan intuksional. Agar proses belajar mengajar dapat

dilaksakan secara efektifdan efesien serta mencapai hasil yang diharap kan, maka

di perlukan kegiatan manajemen program pengajaran manajemen atau

adaministrasi pengajaran adalah keseluruhan prosespenyelangaran kegiatan di

bidang pengajaran yang bertujuan agar seluruh kegiatan pengajaran terlaksana

secara efektif dan efesien.

Diantara komponen pokok sistem pendidikan, yaitu berupa masukan

sumber, proses pendidikan dan hasil pendidikan. Ketiga komponen

tersebutmemeng saaling berkaitan dan saaling mempengaruhi,namun yang

palingberpengaruh terhadap output adalah proses pendidikan, artinya walaupun

masukan sumber kurang bermutu, maka akan dapat menghasilkan output yang

berkualitaspula.

Dengan tercapainya proses pendidikan yang bermutu,maka passtikan

puladapat menghasilkan output yang berkualitas sesuai dengan tujuan pendidkan

nasional, seperti yang dapat dalam UUSPN No 20 Tahun 2003 pasal 3 yang

berbunyi:

Pendidikan nasional berpungsi mengembangkan kemanpuan dan

membentuk watak serta peradaban bangsa dan beermartabat dalam rangka

mencerdaskan kehidupan bangsa, bertujuan untuk berkembangnya potensi peserta

26
didik agar menjadi manuasia yang beriman dan bertakwa kepda Tuhan Yang

Maha Esa,berahlak mulia,sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri dan menjadi

warga negara yang demokrasi serta bertanggu jawab.

Tujuan ini kemudian dioperasionalkan dalam setiap jenjang pendidikan.

Adapun ciri atau profil lulusan pendidikan menengah umumadalah sebagai

berikut:

a. Memiliki ke imanan dan ketakwaan terhadap tuhan Yang Maha Esa.

b. Memiliki etika

c. Memiliki penalaran yang baik.

d. Kemanpuan berkomunikasi/sosial.

e. Dapat mengurus dirinya dengan baik.

Mulyasa (2006:109) peningkatan kualitas pendidikan bukanlah tugas yang

ringan karena tidak hanya beraitan denngan permasalahan teknis,tetapi

mencangkup berbagi persoalan yang sangat rumit dan kompleks,baik yang

mencangkut perencanaan, pendanaan, maupun efisiensi dan efektifitas

penyelenggaraan sistem sekolah. Peningkatan kualitas pendidikan juga menuntut

manajemen sekolah

Hasil penelitian badan penilitian dan pengembangan dapartemen

pendidikan dan kebudayaan menunjudkan bahwa manajemen sekolah merupakan

faktor yang mempengaruhi kualitas pendidikan. Manajemen sekolah akan

menpengaruhi secara langsung efektip tidaknya kurikulum proses pembelajaran

dan sarana prasarana sekolah Untuk itu pemanfaatan pengatahuan manajemen

27
oleh para pengelolah (kepala sekolah,administrator,supervisor,tata usaha) dan

pendidikan di sekolah merupakan keharuan organisatoristetapi jauga dari pelyan

terhadap pelanggan pendidikan (siswa,orang tua,masyarakat dan pengguna

lulusan sekolah) yaitu dunia industri, pemerinta dan lain sebagainya

Salah satu bidng garapan manajemen sekolah yaitu manajem kurikulum.

Komponen-komponen kurikulum dan unsur sistem kurikulum meliputi tujuan

institusional, strukturprogram kurikulum, garis-garisprogram pengajaran (silsbi)

buku pedoman guru, buku pelajaran,dan yang trakhir strategi belajar mengajar.

Kesemuanya memiliki kedududkan yang sangat penting dalam penyelanggaraan

pendidikan yang berkualitas.

Pendidikan yang berkualits adalah pendidikan yang dapat menghasilkan

lulusan yang berkualitas yaitu lulusan yaang memiliki prestasi akademikdan non

akademikyang mampu menjadi pelopor pembaharuan dan perubahan sehingga

mampu menjawap berbagai tantangan dan permasalahan yang dihadapinya. Baik

dimasa sekarang maupun yang akan datang.

Seperti yang telah dipaparkan diatas, bahwa manajemen kurikulum

merupakan suatu peroses mengarahkan agar proses pembelajaran berjalan dengan

baik dengan melalui rangkaian proses yang mencangkup: perencanaan

pengorganisasian, pelaksanaan, pengawasan, atau evaluasi dan mengupayakan

efektifitas pembelajaran.Apabila langka-langka tersebut dilakssanakan dengan

baik, maka pendidikan yang berkualitasbukan hanya sekedar wacana tetapi dapat

menjadi sesuatu yang nyata.

28
Jadi dengan pelaksanaan manajemen kurikulumini diharapkan proses

belajer mengajar yang terjadi disekolah dapat berjalan dengan baik,sehingga dapat

menghasilkan lulusan yang berkualitas.

B. Kerangka Pikir

Manajemen kurikulum adalah seperangkat rencana pengajaran yang

digunakan oleh guru sebagai pedoman bkegiatan belajarn mengajar disekolah

untuk mencapai tujuan pendidikan. Sedangkan manejemen pembelajran adalah

proses mengelolah yang meliputi kegiatan tahap perencanaan, pengorganisasian,

pengarahan dan pengendalian kegiatan yang berkaitan dengan proses

menbelajarkan siswa (orang yang belajar) dengan mengikutsertakan berbagai

factor guna mencapai tujuan.

Kepala sekolah dalam manejemen kurikulum dan pembelajaran bertugas

sebagai seorang manajer, kepala sekolah tersebut bertugas untuk menjalankan

komponen-komponen manajemen tersebut diharapkan dapat meningkatkan mutu

pendidikan pada sekolah yang bersangkutan,

Berdasarkan uraian diatas dapat diketahui penerapan manajemen kurikulum

dan pembelajaran berbasis sekolah dalam meningkatkan mutu pendidikan. Dalam

penelitian ini manajemen kurikulum dan pembelajaran berbasis sekolah terhadap

mutu pendidikan dilakukan di sekolah SDN 146 Gattareng Kecamatan

Marioriwawo Kabupaten Soppeng. Untuk memperjelas kerangka pikir ini akan

disajikan sebagai berikut:

29
secara skematik karangka pikir penilaian ini dapat dilihat pada gambar berikut
dibawah ini.
Manajemen Pembelajaran

perencanaan

pengorganisasian

pengarahan

Pengendalian

Peningkatan Mutu Pendidikan

Gambar 2.1 Kerangka Pikir

C. Hipotesis Penelitian

Berdasarkan kerangka pikir tersebut, maka hipotesis dalam penelitian

ini adalah: manajemen kurikulum dan pembelajaran berbasis sekolah

terhadap mutu pendidikan di Sekolah SDN 146 Gattareng Kecamatan

Marioriwawo Kabupaten Soppeng.

30
BAB III

METODE PENELITIAN

A. Jenis Penelitian

Berdasarkan pedekatan penelitian ini menggunakan penelitian kualitatif.

Bogdan dan Taylor (2012:56), Menyatakan bahwa: “Penelitian kualitatif adalah

prosedur penelitian yang menghasilkan data deskriptif berupa katak- kata tertulis

atau lisan dari orang-orang dan perilaku yang dapat diamati.”

Penelitian kualitatif memiliki ciri yang membedakanya dari penelitian

jenis lain ciri-cirinya yaitu: 1) latar ilmiah, 2) manusia sebagai alat atau

instrumen, 3) metode kualitatif, 4) analisis data secara indukatif, 5) teori dari

dasar, 6) deskriptif, 7) lebih mementingkan peroses dari pada hasil, 8) adanya

batas yang ditentukan oleh fokus, 9) adanya kriteria khusus untuk keabsahan oleh

fokus, 10) desain yang bersifat sempurna, 11) hasil penelitin yang dirundingkan

dan di sepakati bersama.

Adapun jenis penelitiannya adalah bersifat deskriptif. Penelitian deskriptif

Sanapiah Faisal (2007:126) Menyatakan bahwa: “adalah dimaksudkan untuk

eksplorasi dan klarifikasi mengenai sesuatu fenomena atau kenyataan social

dengan jalan mendeskripsikan sejumlah variabel yang berkenaan dengan masalah

dan unit yang diteliti.”Jenis penelitian ini tidak sampai mempersoalkan jalinan

hubungan antar variabel yang ada, tidak dimaksudkan untuk menarik generasi

yang menjelaskan variabel-variabel anteseden yang menyebabkan sesuatu gejala

atau kenyataan social. Dari penjelasan diatas dapat diambil kesimpulan bahwa

31
Penerapan Manajemen Kurikulum Dan Pembelajaran Berbasis Sekolah Dalam

Meningkatkan Mutu Pendidikan di SDN 146 Gattareng Kabupaten Soppeng.

Penelitian kualitatif bersifat deskriptif artinya mencatat secara teliti segala

gejala (fenomena) yang dilihat, didengar dan dibaca (lewat wawancara atau

bukan, catatan lapangan, foto, video, tape, dokumen pribadi catatan atau memo,

dokumen resmi dll).

Suharsimi (2006:187) dalam bukunya “manajemen penelitian”

menjelaskan bahwa penelitian kualitatif bersifat deskriptif tidak dimaksudkan

untuk menguji hipotesis, tetapi hanya menggambarkan “apa adanya” tentang suatu

variabel, gejala, keadaan, dalam penelitian ingin juga membuktikan dugaan tetapi

tidak terlalu lazim. Yang umumnya adalah bahwa penelitian deskriptif tidak

dimaksudkan untuk menguji hipotesis.

Penelitian ini tidak lain hanyalah ingin mengetahui dan mendeskripsikan

sesuatu yang terdapat dalam rumusan masalah yaitu bagaimanakah Manajemen

Kurikulum Dalam dan Pembelajaran Berbasis Sekolah Terhadap Mutu Pendidikan

di SDN 146 Gattareng Kabupaten Soppeng

B. Lokasi Penelitian dan Subjek Penneliti

a. lokasi Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan di SDN 146 Gattareng Kecamatan

Marioriwawo Kabupaten Soppeng. Peneliti memilih sekolah tersebut dengan

tujuan agar lebih mudah untuk mencari informasi tentang manajemen kurikulum

dan pembelajaran berbasis sekolah terhadap mutu pendidikan dan juga karena

32
sekolah ini dari tahun ke tahun mengalami kemajuan. Baik dalam hal

pengelolaan sekolah, banyaknya siswa yang mendaftar disekolah ini setiap

tahunnya maupun dari hasil ujian nasional.

b. Subjek Penelitian

Subjek peneliitan ini adalah yang terkait dengan Manajemen Kurikulum

dan Pembelajaran Berbasis Sekolah terhadap Mutu Pendidikan di SDN 146

Gattareng Kecamatan Marioriwawo Kabupaten Soppeng. Adapun subjek

penelitian yang dimaksud adalah Sekolah SDN 146 Gattareng.

Subjek dalam penelitian ini ditentukan menggunakan teknik wawancara dan

observasi, dengan memperhatikan kemampuan maupun pengetahuan responden

tentang topic yang dikaji. Adapun respondennya adalah:

1. Kepala Sekolah

2. Guru

C. Faktor yang Diselidiki

Adapun faktor yang diselidiki adalah bagaimana kegiatan dalam rangka

melaksanakan kurikulum dan pembelajaran melalui tahapan perencanaan,

pengorganisasian, pengarahan dan pengendalian seluruh sumber daya untuk

mencapai tujuan kurikulum yang telah ditetapkan.

D. Prosedur Penelitian

Prosedur penelitian ini berangkat dari faktor yang diteliti yaitu mencari

tahu tentang bagaimana tahapan perencaan, pengorganisasian, pengarahan dan

pengendalian dalam manajemen berbasis sekolah (MBS) terhadap kepala sekolah

33
serta guru di SDN 146 Gattareng Kecamatan Marioriwawo Kabupaten Soppeng.

Menurut Sugiyono (2007), terdapat tiga tahap utama dalam penelitian

kualitatif, yaitu:

1. Tahap deskripsi atau tahap orientasi. Pada tahap ini, peneliti

mendeskripsikan apa yang dilihat, didengar dan dirasakan. Peneliti baru

mendata sepintas tentang informasi yang diperolehnya.

2. Tahap reduksi. Pada tahap ini, peneliti mereduksi segala informasi yang

diperoleh pada tahap pertama untuk memfokuskan pada masalah tertentu. 

3. Tahap seleksi. Pada tahap ini, peneliti menguraikan fokus yang telah

ditetapkan menjadi lebih rinci kemudian melakukan analisis secara

mendalam tentang fokus masalah. Hasilnya adalah tema yang dikonstruksi

berdasarkan data yang diperoleh menjadi suatu pengetahuan, hipotesis,

bahkan teori baru.

E. Instrumen Penelitian

Pada instrumen penelitian ini melalukan observasi dan wawancara kepada

kepala sekolah serta guru di SDN 146 Gattareng Kecamatan Marioriwawo

Kabupaten Soppeng.

Menurut Arikunto (2006 : 149) merupakan alat bantu bagi peneliti dalam

mengumpulkan data. Sedangkan menurut Arikunto dalam edisi

sebelumnyaadalah alat atau fasilitas yang digunakan oleh peneliti dalam

mengumpulkan data agar pekerjaannya lebih mudah dan hasilnya lebih baik,

dalam arti lebih cermat, lengkap dan sistematis, sehingga mudah di olah.

34
instrumen yang digunakan oleh peneliti dalam hal ini adalah instrumen

pokok dan intrumen penunjang. istrumen pokok adalah manusia itu sendiri

sedangkan intrumen penunjang adalah pedoman obsevasi dan pedoman

wawancara.

F. Teknik Pengumpulan Data

Agar dalam pengumpulan data pada penelitian ini mendapat data yang

akurat, maka penelitian menggunakan alat pengumpulan data berupa:

1. Pengamatan (observasi)

Observasi adalah pengamatan meliputi kegiatan pemusatan perhatian

terhadap suatu objek dengan menggunakan seluruh alat indera. Jadi observasi ini

dapat dilakukan melalui penglihatan, penciuman, peraba dan pengecap atau

pengamatan langsung. Ada beberapa alasan mengapa dalam penelitian

kulitatif, pengamatan dimanfaatkan sebesar-besarnya, yaitu: 1) teknik

pengamatan ini didasarkan atas pengalaman langsung, 2) teknik pengamatan

juga memungkinkan melihat dan mengamati sendiri, kemudian mencatat

perilaku dan kejadian sebagaimana yang terjadi pada keadaan

sebenarnya, 3) pengamatan memungkinkan peneliti mencatat peristiwa

dalam situasi yang berkaitan dengan pengetahuan proporsional maupun

pengetahuan yang langsung diperoleh dari data, 4) sering terjadi ada

keraguan pada peneliti, 5) teknik pengamatan memungkinkan peneliti mampu

memahami situasi-situasi yang rumit, 6) dalam kasus-kasus tertentu di mana

tehnik komunikasi lainnya tidak memungkinkan, maka pengamatan dapat

menjadi alat yang sangat bermanfaat.

35
Menurut Buford Junker dalam Patton (1980) menjelaskan tentang macam-

macam pengamatan yaitu: 1) berperan serta secara lengkap, 2) peran serta

sebagai pengamat, 3) pengamat sebagai pemeran serta, 4) pengamat penuh. Data

yang dikumpulkan melalui observasi adalah kegiatan proses belajar mengajar,

keadaan sekolah, sarana dan prasarana yang menujang keberhasilan pendidikan.

2. Interview (wawancara)

Peneliti menggunakan tehnik wawancara dalam pengumpulan data untuk

mendapatkan keterangan-keterangan lisan melalui ercakap-cakap dan berhadapan

muka dengan orang yang dapat memberi keterangan pada peneliti.

Metode wawancara adalah metode pengumpulan data dengan jalan tanya

jawab yang dikerjakan dengan sistematik dan berlandaskan kepada tujuan

penyelidikan. Pada umumnya dua orang atau lebih hadir secara fisik dalam

proses tanya jawab itu, dan masing-masing pihak dapat menggunakan saluran-

saluran komunikasi secara wajar dan lancar.

Wawancara adalah percakapan dengan maksud tertentu. Percakapan

itu dilakukan oleh dua pihak, yaitu pewawancara (interviewer) yang mengajukan

pertanyaan dan yang diwawancarai (interviewer) yang memberikan jawaban

atas pertanyaan itu. Maksud mengadakan wawancara seperti di tegaskan oleh

Lincoln dan Guba yang dikutip oleh Moleong antara lain: “mengkonstruksi

mengenai orang, kejadian, kegiatan, organisasi, perasaan, motivasi, tuntutan,

kepedulian dan lain-lain.

Dalam wawancara selalu ada dua pihak yang masing-masing mempunyai

kedudukan yang berlainan. Pihak yang satu dalam kedudukan sebagai

36
pengejar informasi (information hunter), sedang pihak lainnya dalam

kedudukan sebagai pemberi informasi (information supplyer) atau informan.

Sebagai information hunter penginterview mengajukan pertanyaan-

pertanyaan, menilai jawaban-jawaban, dan menggali keterangan yang lebih

mendalam. Di pihak lain, sebagai informan interviewee menjawab pertanyaan-

pertanyaan dan memberikan penjelasan-penjelasan.

Wawancara yang dilakukan dalam penelitian ini menggunakan

wawancara terstruktur dan terbuka, artinya masalah dan pertanyaan-

pertanyaan yang diajukan kepada informan sudah ditetapkan terlebih dahulu

oleh peneliti dan para informan tahu kalau sedang di wawancarai dan juga

mengetahui maksud dari wawancara yang dilakukan.

Wawancara ini digunakan untuk mendapatkan data tentang problematika

manajemen kurikulum, serta manajemen kurikulum dan pembelajaran berbasis

sekolah terhadap mutu pendidikan di SDN 146 Gattareng Kecamatan

Marioriwawo Kabupaten Soppeng. Wawancara ini peneliti lakukan dengan

kepala sekolah, waka kurikulum, waka kesiswaan, waka keuangan, lima

orang guru dari berbagai macam bidang studi dan tiga orang siswa.

3. Dokumentasi

Tehnik pengumpulan data dengan metode dokumentasi adalah pengambila

data yang diperoleh melalui dokumen-dokumen. Suharsimi “metode dokumentasi

yaitu mencari atau mengambil data mengenai hal-hal atau variabel yang berupa

catatan, transkrip, buku, surat kabar, majalah, prasasti, notulen, rapat, legger,

37
agenda dan sebagainya.

Macam-macam dokumen ada dua yaitu dokumen pribadi dan

dokumen resmi. Penjelasannya adalah sebagai berikut:

a. Dokumen pribadi adalah catatan atau karangan seseorang secara tertulis

tentang tindakan, pengalaman dan kepercayaannya. Maksud mengumpulkan

dokumen pribadi ialah untuk memperoleh kejadian nyata tentang situasi

sosial dan arti berbagai faktor di sekitar subjek penelitian. Yang

termasuk dalam dokumen pribadi adalah buku harian, surat pribadi dan

autobiografi.

b. Dokumen resmi terbagi atas dokumen internal dan eksternal. Dokumen

internal berupa memo, pengumuman, instruksi, aturan suatu lembaga

masyarakat tertentu yang digunakan dikalangan sendiri. Sedangkan

dokumen eksternal berisi bahan-bahan informasi yang di hasilkan oleh

suatu lembaga sosial, misalnya majalah, buletin dan lain-lain.

Metode ini digunakan peneliti untuk mengumpulkan data tentang

catatan, arsip kepengurusan atau struktur lembaga atau organisasi, jumlah tenaga

pengajar dan karyawan serta data-data yang lain.

G. Teknik Analisis Data

Analisis data (Bogdan & Biklen,2003:34) adalah “upaya yang dilakukan

dengan jalan bekerja dengan data, mengorganisasikan data, memilah-milahnya

menjadi satuan yang dapat dikelola, mensintesiskannya, mencari dan menemukan

pola, menemukan apa yang penting dan apa yang dipelajari, dan memutuskan

apa yang dapat diceritakan kepada orang lain.

38
Analisis data yang dilakukan dalam penelitian ini adalah analisis data

deskriptif kualitatif. Yaitu dengan memberikan predikat kepada variabel yang

diteliti sesuai dengan kondisi yang sebenarnya di lapangan

Seiddel (1998) proses analisis data kualitatif adalah sebagai berikut:

1. Mencatat sesuatu yang dihasilkan dari catatan lapangan, kemudian diberi

kode agar sumber datanya tetap dapat ditelusuri.

2. Mengumpulkan, memilah-milah, mengklasifikasikan, mensintesiskan,

membuat ikhtisar, dan membuat indeks.

Adapun langkah yang digunakan peneliti dalam menganalisis data

yang di peroleh dari berbagai sumber, tidak jauh beda dengan langkah-langkah

analisis data diatas, yaitu:

1) Mencatat dan menelaah seluruh hasil data yang diperoleh dari berbagai

sumber yaitu wawancara, observasi dan dokumentasi.

2) Mengumpulkan, memilah-milah, mensintesiskan, membuat ikhtisar dan

mengklasifikasikan data sesuai dengan data yang dibutuhkan untuk

menjawab rumusan masalah

3) Dari data yang dikategorikan tersebut, kemudian peneliti berpikir untuk

mencari makna hubungan-hubungan dan membuat temuan-temuan umum

terkait dengan rumusan masalah. Dalam menganalisis data, peneliti juga

harus menguji keabsahan data agar memperoleh data yang valid maka

dalam penelitian ini digunakan lima tehnik pengecekan, yaitu:

39
1. Observasi terus menerus

langkah ini dilakukan dengan mengadakan observasi secara terus menerus

terhadap subyek yang diteliti agar dapat mengetahui aspek-aspek yang penting

sesuai dengan fokus penelitian.

2. Triangulasi.

Adalah tehnik pemeriksaan keabsahan data yang memanfaatkan

sesuatu yang lain diluar data itu untuk keperluan pengecekan atau sebagai

pembanding terhadap data.

3. Pengecekan Anggota.

Pengecekan anggota ini dilakukan dengan melibatkan informan untuk

mereview data, mengkonfirmasikan antara data hasil interpretasi peneliti

dengan pandangan subyek yang diteliti. Pengecekan anggota ini tidak

dilakukan kepada semua informan, melainkan hanya kepada mereka yang

dianggap mewakili.

4. Diskusi Teman Sejawat.

Tehnik ini mengandung beberapa maksud sebagai salah satu tehnik

pemeriksaan keabsahan data yaitu untuk membuat agar peneliti tetap

mempertahankan sikap terbuka dan kejujuran dan dilaksanakan dengan

mendiskusikan data yang telah terkumpul dengan pihak-pihak yang memiliki

pengetahuan dan keahlian yang relevan, seperti pada teman, dosen

pembimbing dan lain-lain.

40
5. Kecukupan Referensi.

Untuk memudahkan upaya pemeriksaan kesesuaian antara kesimpulan

penelitian dengan data yang diperoleh dari berbagai alat, Dilakukan

pencatatan dan penyimpanan data dan informasi terhimpun serta dilakukan

pencatatan dan penyimpanan terhadap metode yang digunakan untuk

menghimpun dan menganalisis data selama penelitian. Jadi bahan-bahan yang

tercatat atau terekam dapat digunakan sebagai patokan untuk menguji sewaktu

diadakan analisis dan penafsiran data.

H. Indikator Keberhasilan

1. tahap persiapan

hal-hal yang dilakukan dalam tahap persiapan ini antara lain:

1) peneliti menetapkan lokasi penelitian.

2) Untuk mempermudah pelaksanaan penelitian (penggalian data), maka peneliti

melakukan kegiatan perizinan yaitu kepada SDN 146 Gattareng Kabupaten

Soppeng, Sebagai tempat dilaksanakannya penelitian.

3) peneliti harus mempersiapkan atau menyusun paduan(instrumen) tentang

pokok-pokok permasalahan yang digali sebagai pedoman untuk

mempermudah pengumpulan data, yang meliputi wawancara, paduan

observasi dan dokumentasi.

2. tahap pelaksanaan

Kegiatan yang dilakukan dalam tahap ini adalah pengumpulan data dengan

instrumen-instrumen yang sudah dipersiapkan, mengolah data,menganalisis data,

41
dan menyimpulkan data.

3. tahap pelaporan

Kegiatan dalam tahap pelaporan ini adalah menyusun data-data yang telah

diperoleh dan dianalisis kedalam bentuk laporan.

42

Anda mungkin juga menyukai