Anda di halaman 1dari 36

PERAN GURU DALAM PENGEMBANGAN KURIKULUM &

HAKEKAT PENGEMBANGAN KURIKULUM”

BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Ilmu pengetahuan dan teknologi selalu berkembang dan mengalami kemajuan sesuai
dengan perkembangan zaman dan perkembangan cara berpikir manusia. Kemajuan ilmu
pengetahuan dan teknologi tersebut juga menyebabkan terjadinya perkembangan dalam
kehidupan masyarakat. Perkembangan itu pula menyebabkan perubahan pandangan terhadap
tujuan pendidikan sehingga diperlukan adanya perubahan dan penyesuaian kurikulum.
Pengembangan kurikulum dilaksanakan sebagai langkah antisipasi dalam menjawab
tantangan yang muncul akibat perkembangan - perkembangan tersebut dengan tetap
memperhatikan situasi dan kondisi serta norma-norma yang berlaku di masyarakat. Langkah
pengembangan kurikulum diatur sedemikian rupa sesuai dengan hakekatnya agar peserta didik
sebagai komponen pembelajaran mendapat kompetensi yang memadai dalam menguasai dan
memanfaatkan teknologi sesuai dengan yang diinginkan.
Guru memiliki andil yang sangat besar terhadap keberhasilan pembelajaran di sekolah.
Guru sangat berperan dalam membantu perkembangan peserta didik untuk mewujudkan tujuan
hidupnya secara optimal. Di dalam kelas guru malaksanakan dua kegiatan pokok yaitu kegiatan
mengajar dan kegiatan mengelola kelas. Di kelas juga segala aspek pendidikan pengajaran
bertemu dan berproses. Guru dengan segala kemampuannya, siswa dengan segala latar belakang
dan sifat-sifat individualnya, kurikulum dengan segala komponennya, dan materi serta sumber
pelajaran dengan segala pokok bahasanya bertemu dan berpadu dan berinteraksi di kelas. Guru
harus memiliki, memahami dan terampil dalam menggunakan macam-macam pendekatan dalam
manajemen kelas, meskipun tidak semua pendekatan yang dipahami dan dimilikinya
dipergunakan bersamaan atau sekaligus. Dalam hal ini, guru dituntut untuk terampil memilih
atau bahkan memadukan pendekatan yang menyakinkan untuk menangani kasus manajemen
kelas yang tepat dengan masalah yang dihadapi.
Oleh karena itu, pada kesempatan yang berharga ini, penulis menyusun suatu makalah
dengan judul “PERAN GURU DALAM PENGEMBANGAN KURIKULUM & HAKEKAT
PENGEMBANGAN KURIKULUM”.

1.2 Rumusan Masalah


Berdasarkan latar belakang di atas, maka rumusan masalah yang dibahas adalah sebagai
berikut:
1. Apa pengertian kurikulum?
2. Bagaimana peranan guru dalam pengembangan kurikulum?
3. Apa hakekat pengembangan kurikulum beserta asas-asas dan prinsip-prinsip yang
melatarbelakanginya?
1.3 Tujuan
Berdasarkan rumusan masalah tersebut, maka tujuan dari penulisan makalah ini adalah
agar kita sebagai calon guru dapat:
1. Mengetahui pengertian kurikulum.
2. Mengetahui peranan guru dalam pengembangan kurikulum.
3. Mengetahui hakekat pengembangan kurikulum beserta asas-asas dan prinsip-prinsip yang
melatarbelakanginya.

1.4 Metode
Makalah ini disusun dan ditulis berdasarkan beberapa tinjauan metode yaitu mereview
buku (meringkas materi dari buku-buku yang tersedia) dan media internet.

BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Pengertian Kurikulum


Dalam kegiatan pembelajaran, interaksi antara pendidik dengan peserta didik merupakan
hal pokok dalam upaya mencapai tujuan pendidikan. Interaksi tersebut dapat berlangsung
diberbagai lingkungan pendidikan. Pada prinsipnya setiap praktik pendidikan pasti memiliki
komponen-komponen berupa metode, bahan ajar, penilaian dan tujuan yang hendak dicapai.
Sekolah sebagai salah satu lingkungan pendidikan yang bersifat formal merangkum
semua komponen-komponen tersebut didalam kurikulum. Konsep kurikulum berkembang
seiring perkembangan masyarakat dan kemajuan teknologi. Dakir (2010:2-3) mendefinisikan
kurikulum sebagai program pendidikan yang berisikan berbagai bahan ajar dan pengalaman
belajar yang diprogramkan, direncanakan dan dirancangkan secara sistemik atas dasar norma-
norma yang berlaku yang dijadikan pedoman dalam proses pembelajaran bagi tenaga
kependidikan dan peserta didik untuk mencapai tujuan pendidikan. Menurut Nengky &
Evan (1967) kurikulum adalah semua pengalaman yang direncanakan dan dilakukan oleh
sekolah untuk menolong para siswa dalam mencapai hasil belajar kepada kemampuan siswa
yang paling baik. SedangkanWilliam B. Ragan mengemukakan bahwa kurikulum adalah semua
pengalaman anak yang menjadi tanggung jawab sekolah.
Dari pendapat-pendapat tentang kurikulum diatas, dapat disimpulkan bahwa kurikulum
merupakan bagian dari suatu sistem pengelolaan yang menyangkut perencanaan dan pelaksanaan
pembelajaran yang dijadikan pedoman atau panduan bagi guru dalam melaksanakan kegiatan
pembelajaran, atau dengan kata lain, kurikulum merupakan suatu program pendidikan yang
berisikan berbagai bahan ajar dan pengalaman belajar yang diprogramkan , direncanakan dan
dirancangkan secara sistemik atas dasar norma-norma yang berlaku yang dijadikan pedoman
dalam proses pembelajaran bagi tenaga kependidikan dan peserta didik untuk mencapai tujuan
pendidikan.

2.2 Peran Guru Dalam Pengembangan Kurikulum


Kurikulum memiliki dua sisi yang sama penting, yaitu kurikulum sebagai dokumen dan
kurikulum sebagai implementasi. Sebagai sebuah dokumen, kurikulum berfungsi sebagai
pedoman bagi guru dan kurikulum sebagai implementasi merupakan realisasi dari dokumen
dalam bentuk kegiatan pembelajaran di kelas. Keduanya merupakan dua hal yang tidak
terpisahkan, ada kurikulum berarti ada pembelajaran, dan sebaliknya ada pembelajaran ada
kurikulum.
Implementasi kurikulum memerlukan seseorang yang berperan sebagai pelaksananya.
Guru merupakan faktor penting dalam implementasi kurikulum karena ia merupakan pelaksana
kurikulum. Karena itu guru dituntut memiliki kemampuan untuk
mengimplementasikannya karenatanpa itu kurikulum tidak akan bermakna sebagai alat
pendidikan. Dan sebaliknya pembelajaran tidak akan efektif tanpa kurikulum sebagai pedoman.
Dengan demikian guru menempati posisi kunci dalam implementasi kurikulum.
Selanjutnya dalam proses pengembangan kurikulum peran guru lebih banyak dalam
tataran kelas. Murray Print (1993) mengemukakan peran guru dalam tingkatan tersebut sebagai
berikut :
Sebagai implementer, guru berperan untuk mengaplikasikan kurikulum yang sudah ada. Di sini
guru hanya menerima berbagai kebijakan perumus kurikulum. Guru tidak memiliki kesempatan
baik untuk menentukan isi kurikulum maupun menentukan target kurikulum. Peran guru hanya
sebatas menjalankan kurikulum yang telah disusun. Peran ini pernah dilaksanakan di
Indonesia saat sebelum reformasi, yaitu guru sebagai implementator kebijakan kurikulum yang
disusun secara terpusat, dituangkan dalam Garis-Garis Besar Program Pengajaran (GBPP).
Dalam GBPP yang berbentuk matrik telah ditentukan dari mulai tujuan yang harus dicapai,
materi pelajaran yang harus disampaikan, cara yang harus dilakukan, hingga alokasi waktu
pelaksanaan. Dalam pengembangan kurikulum guru dianggap sebagai tenaga teknis yang hanya
bertanggung jawab dalam mengimplementasikan berbagai ketentuan yang ada. Kurikulum
bersifat seragam, sehingga apa yang dilakukan guru di Indonesia bagian timur sama dengan apa
yang dilakukan guru di Indonesia bagian barat. Dengan terbatasnya peran guru di sini, maka
kreatifitas guru dan inovasi guru dalam merekayasa pembelajaran tidak berkembang. Guru tidak
ada motivasi untuk melakukan berbagai pembaruan. Mengajar mereka anggap sebagai tugas
rutin dan keseharian, dan bukan sebagai tugas profesional.

Sebagai adapters, dimana guru lebih dari hanya sebagai pelaksana kurikulum, akan tetapi juga
sebagai penyelaras kurikulum dengan karakteristik dan kebutuhan siswa dan kebutuhan daerah.
Guru diberi kewenangan untuk menyesuaikan kurikulum yang sudah ada dengan karakteristik
sekolah dan kebutuhan lokal. Hal ini sangat tepat dengan kebijakan KTSP dimana para
perancang kurikulum hanya menentukan standat isi sebagai standar minimal yang harus dicapai,
bagaimana implementasinya, kapan waktu pelaksanaannya, dan hal-hal teknis lainnya
seluruhnya ditentukan oleh guru. Dengan demikian, peran guru sebagai adapters lebih luas
dibandingkan dengan peran guru sebagai implementers.

Sebagai pengembang kurikulum, guru memiliki kewenangan dalam mendesain sebuah


kurikulum. Guru tidak hanya bisa menentukan tujuan dan isi pelajaran yang akan disampaikan,
tetapi bahkan dapat menentukan strategi apa yang harus dikembangkan danbagaimana mengukur
keberhasilannya. Sebagai pengembang kurikulum guru sepenuhnya dapat menyusun kurikulum
sesuai dengan karakteristik, misi dan visi sekolah/madrasah, serta sesuai dengan pengalaman
belajar yang diperlukan anak didik. Dalam KTSP peran ini dapat dilihat dalam pengembangan
kurikulum muatan lokal. Dalam pengembangan kurikulum muatan lokal, sepenuhnya diserahkan
kepada masing-masing satuan pendidikan, karena itu kurikulum yang berkembang dapat berbeda
antara lembaga yang satu dengan lembaga yang lainnya.

Sebagai peneliti kurikulum (curriculum researcher). Peran ini dilaksanakan sebagai bagian dari
tugas professional guru yang memiliki tanggung jawab dalam meningkatkan kinerjanya sebagai
guru. Dalam peran ini guru memiliki tanggung jawab untuk menguji berbagai komponen
kurikulum, misalnya menguji bahan-bahan kurikulum, menguji efektivitas program, strategi
maupun model pembelajaran, termasuk mengumpulkan data tentang keberhasilan siswa
mencapai target kurikulum. Salah satu metode yang dianjurkan dalam penelitian adalah metode
Penelitian Tindakan Kelas (PTK), yakni metode penelitian yang berangkat dari masalah yang
dihadapi guru dalam implementasi kurikulum. Melalui PTK, guru berinisiatif melakukan
penelitian sekaligus melaksanakan tindakan untuk memecahkan masalah yang dihadapi. Dengan
demikian, PTK merupakan salah satu metode yang tidak hanya menambah wawasan guru dan
menambah profesionalismenya, tetapi secara terus-menerus dapat meningkatkan kualitas
kinerjanya.
Dilihat dari segi pengelolaannya, pengembangan kurikulum dapat dibedakan antara lain yang bersifat
sentralisasi, desentralisasi dan sentral-desentral :
1. Peranan Guru dalam Pengembangan Kurikulum yang Bersifat Sentralisasi
Dalam kurikulum yang bersifat sentralisasi, guru tidak mempunyai peranan. Kurikulum makro
disusun oleh tim khusus yang terdiri atas para ahli. Penyusunan kurikulum mikro dijabarkan dari
kurikulum makro. Guru menyusun kurikulum dalam bidangnya untuk jangka waktu satu tahun, satu
semester, beberapa minggu, atau beberapa hari saja.
Kurikulum untuk satu tahun disebut prota, dan kurikulum untuk satu semester disebut dengan
promes. Sedangkan kurikulum untuk beberapa minggu, beberapa hari disebut Rencana Pembelajaran.
Program tahunan, program semester ataupun rencana pembelajaran memiliki komponen-komponen
yang sama yaitu tujuan, bahan pelajaran, metode dan media pembelajaran dan evaluasi hanya keluasan
dan kedalamannya berbeda-beda. Tugas guru adalah menyusun dan merumuskan tujuan yang tepat
memilih dan menyusun bahan pelajaran yang sesuai dengan kebutuhan, minat dan tahap perkembangan
anak, memilih metode dan media mengajar yang bervariasi serta menyusun metode dan alat yang tepat.
Suatu kurikulum yang tersusun secara sistematis dan rinci akan sangat memudahkan guru dalam
implementasinya. Walaupun kurikulum sudah tersusun dengan terstruktur, tapi guru masih mempunyai
tugas untuk mengadakan penyempurnaan dan penyesuaian-penyesuaian. Implementasi kurikulum
hampir seluruhnya bergantung pada kreatifitas, kecakapan, kesungguhan dan ketekunan guru. Guru juga
berkewajiban untuk menjelaskan kepada para siswanya tentang apa yang akan dicapai dengan
pengajarannya, membangkitkan motivasi belajar, menciptakan situasi kompetitif dan kooperatif serta
memberikan pengarahan dan bimbingan.

2. Peranan Guru dalam Pengembangan Kurikulum yang Bersifat Desentralisasi


Kurikulum desentralisasi disusun oleh sekolah ataupun kelompok sekolah tertentu dalam suatu
wilayah atau daerah. Kurikulum ini diperuntukan bagi suatu sekolah ataupun lingkungan wilayah tertentu.
Pengembangan kurikulum semacam ini didasarkan oleh atas karakteristik, kebutuhan, perkembangan
daerah serta kemampuan sekolah-sekolah tersebut. Dengan demikian, isi daripada kurikulum sangat
beragam, tiap sekolah atau wilayah mempunyai kurikulum sendiri tetapi kurikulum ini cukup realistis.
Bentuk kurikulum ini mempunyai kelebihan dan kekurangan. Kelebihannya antara lain
:pertama, kurikulum sesuai dengan kebutuhan dan perkembangan masyarakat
setempat. Kedua,kurikulum sesuai dengan tingkat dan kemampuan sekolah baik kemampuan
profesional, finansial dan manajerial. Ketiga, disusun oleh guru-guru sendiri dengan demikian sangat
memudahkan dalam pelaksanaannya. Keempat, ada motivasi kepada sekolah (kepala sekolah, guru),
untuk mengembangkan diri, mencari dan menciptakan kurikulum yang sebaik-baiknya, dengan demikian
akan terjadi semacam kompetisi dalam pengembangan kurikulum. Beberapa kelemahan kurikulum ini
adalah: 1) tidak adanya keseragaman untuk situasi yang membutuhkan keseragaman demi persatuan
dan kesatuan nasional, bentuk ini kurang tepat. 2) tidak adanya standart penilaian yang sama sehingga
sukar untuk diperbandingkannya keadaan dan kemajuan suatu sekolah/ wilayah dengan sekolah/ wilayah
lainnya. 3) adanya kesulitan bila terjadi perpindahan siswa kesekolah/ wilayah lain. 4) sukar untuk
mengadakan pegelolaan dan penilaian secara nasional.5) belum semua sekolah/ daerah mempunyai
kesiapan untuk menyusun dan mengembangkan kurikulum sendiri.

3. Peranan Guru dalam Pengembangan Kurikulum yang Bersifat Sentral- Desentral


Untuk mengatasi kelemahan kedua bentuk kurikulum tersebut, bentuk campuran antara keduanya
dapat digunakan yaitu bentuk sentral-desentral. Dalam kurikulum yang dikelola secara sentralisasi-
desentralisasi mempunyai batas-batas tertentu juga, peranan guru dalam pengembangan kurikulum lebih
besar dibandingkan dengan yang dikelola secara sentralisasi. Guru-guru turut berpartisipasi, bukan
hanya dalam penjabaraban kurikulum induk ke dalam program tahunan/ semester/ atau rencana
pembelajaran, tetapi juga di dalam menyusun kurikulum yang menyeluruh untuk sekolahnya. Guru-guru
turut memberi andil dalam merumuskan dalam setiap komponen dan unsur dari kurikulum. Dalam
kegiatan yang seperti itu, mereka mempunyai perasaan turut memilki kurikulum dan terdorong untuk
mengembangkan pengetahuan dan kemampuan dirinya dalam pengembangan kurikulum. Karena guru-
guru sejak awal penyusunan kurikulum telah diikutsertakan, mereka memahami dan benar-benar
menguasai kurikulumnya, dengan demikian pelaksanaan kurikulum di dalam kelas akan lebih tepat dan
lancar. Guru bukan hanya berperan sebagi pengguna, tetapi perencana, pemikir, penyusun,
pengembang dan juga pelaksana serta evaluator kurikulum.

2.3 Hakekat Pengembangan Kurikulum Beserta Asas-Asas Dan Prinsip-Prinsip


Yang Melatarbelakanginya
Pengembangan kurikulum pada hakekatnya adalah pengembangan silabus yang
didalamnya mencakup komponen-komponen dalam kurikulum yaitu tujuan, metode/alat,
materi/bahan ajar dan penilaian. Salim (1987:98) dalam Abdul Majid, mendefinisikan silabus
sebagai garis besar, ringkasan, ikhtisar, atau pokok-pokok isi atau materi pelajaran. Silabus berisi
perencanaan pembelajaran dan pengurutan penyajian materi kurikulum yang dipertimbangkan
berdasarkan ciri dan kebutuhan daerah tersebut. Tujuan pembelajaran merupakan sesuatu yang
ingin dicapai dalam proses pembelajaran. R.F. Meager (1962:3) dalam Sumiati dan Asra
(2007:10) mengatakan bahwa tujuan merupakan deskripsi pola-pola perilaku atau performance
yang diinginkan dapat didemonstrasikan siswa. Metode/alat merupakan segala sesuatu yang
digunakan untuk mencapai tujuan pembelajaran. Materi/bahan ajar adalah isi dari proses
pembelajaran yang tercermin dalam materi pembelajaran yang dipelajari siswa. Sedangkan
penilaian merupakan komponen yang berfungsi mengukur derajat keberhasilan suatu program
pembelajaran. Selain pengembangan komponen-komponen tersebut, pengembangan kurikulum
sebaiknya juga diikuti dengan pengembangan kompetensi peserta didik agar kurikulum yang
dikembangkan dapat dijalankan secara selaras.
Seiring kemajuan teknologi dan perkembangan masyarakat, berubah pula tujuan
pendidikan yang hendak dicapai. Perubahan masyarakat dari masyarakat agraris ke masyarakat
industri menuntut program kurikulum dibuat dan dikembangkan dengan tujuan agar peserta
didik dapat menghadapi masa depannya dengan baik. Oleh karena itu kurikulum hendaknya
bersifat antisifatif, adaftif, dan aplikatif (Dakir, 2010:91).
a) Asas Pengembangan Kurikulum
Dalam prosesnya, kurikulum dikembangkan dengan didasari oleh:
1) Asas psikologi. Psikologi peserta didik memegang peranan penting dalam pengembangan
kurikulum, karena nantinya akan dijadikan dasar-dasar pembelajaran sesuai dengan yang
diharapkan oleh kurikulum yang berlaku.
2) Asas sosiologi. Kurikulum hendaknya dikembangkan dengan memperhatikan aspek geografis
dan budaya. Implementasi dari asas ini lahirlah kurikulum muatan lokal.
3) Asas perkembangan IPTEK. Kurikulum dikembangkan secara dinamis dan fleksibel terhadap
perkembangan teknologi dengan tujuan agar peserta didik terampil dalam penguasaan teknologi
dan memiliki sifat inovatif dan kreatif.
4) Asas Filsafat bangsa Indonesia yaitu filsafat Pancasila. Filsafat pancasila merupakan dasar dan
arah tujuan pendidikan, karena itu pengembangan kurikulum harus didasarkan pada asas ini.
Dari keempat asas pengembangan kurikulum diatas, asas filsafat Pancasila adalah asas
yang bersifat kekal karena Pancasila merupakan idiologi bangsa Indonesia.
b) Prinsip-prinsip Pengembangan Kurikulum
Menurut Nana Syaodih Sukmadinata (1997), kurikulum dikembangkan
berdasarkan pada prinsip-prinsip:
1)Prinsip relevansi, kurikulum dikembangkan berdasarkan kebutuhan dan potensi anak didik,
perkembangan IPTEK, dan perkembangan kebutuhan masyarakat.
2)Prinsip fleksibilitas, kurikulum dikembangkan secara fleksibel dan bersifat luwes dalam
pelaksanaannya, menyesuaikan dengan situasi dan kondisi, tempat, waktu, dan latar belakang
peserta didik yang selalu berkembang.
3)Prinsip kontinuitas, kurikulum yang dikembangkan harus memiliki kesinambungan dari jenjang
pendidikan terbawah dengan jenjang pendidikan diatasnya, serta dengan jenis pekerjaan yang
diinginkan.
4)Prinsip efisiensi, kurikulum dikembangkan dengan mendayagunakan durasi/waktu, biaya, dan lain
sebagainya secara efektif dan efisien agar mendapat hasil yang maksimal.
5)Prinsip efektivitas, kurikulum dikembangkan dengan cara yang tepat agar mencapai tujuan, baik
dari segi kualitas maupun kuantitasnya.
c) Pihak yang Mengembangkan Kurikulum
Dalam pelaksanaannya, pengembangan kurikulum dilakukan oleh orang-orang
yang terkait dengan masalah kurikulum, yaitu:
1)Pihak Produsen, yaitu berbagai ahli dan praktisi pendidikan yang ada pada lembaga pendidikan
misalnya narasumber yang ada di lingkungan Depdiknas, Dikdasmen, Dikti dan sebagainya.
2)Pihak Konsumen, yaitu dapat diambil dari narasumber yang berada di berbagai perusahaan dan
dinas terkait seperti Bank, Perusahaan Industri, dan Dinas terkait lainnya.
3)Pihak Ahli yang relevan, yaitu para ahli bidang studi yang sesuai dengan kurikulum yang disusun
misalnya psikolog, sosiolog, filosof, pakar teknologi pendidikan, dan sebagainya.
4) Pihak Guru, yaitu para guru yang memenuhi syarat kompetensi.
Hakekat pengembangan kurikulum dikembangkan juga berdasarkan hakekat kurikulum
dimana diketahui bahwa hakekat kurikulum menurut Saylor, Alexander dan Leuwis (1981) yaitu:
 Kurikulum sebagai rencana tentang mata pelajaran atau bahan-bahan pelajaran
 Sebagai sejumlah pelajaran yang ditetapkan untuk dipelajari oleh siswa disuatu sekolah atau
perguruan tinggi, untuk memperoleh ijazasah atau gelar.
 Keseluruhan mata pelajaran yang ditawarkan oleh suatu lembaga pendidikan atau suatu
departemen tertentu.

 Kurikulum sebagai rencana tentang pengalaman belajar


Pengalaman-pengalaman belajar bisa berupa mempelajari mata pelajaran dan berbagai kegiatan
lain yang dapat memberi pengalaman beajar yang bermanfaat. Kegiatan belajar pun tidak
terbatas pada kegiatan-kegitan belajar didalam kelas atau sekolah, melainkan juga kegiatan yang
dilakukan diluar kelas atau sekolah; asalkan dilakukan atas tanggung jawab sekolah (Romine,
1954).
 Kurikulum sebagai seluruh pengalaman hidup siswa. Kurikulum mencakup aspek yang cukup
luas yakni meliputi seluruh pengalaman siswa, karena menurut ketiga tokoh diatas berpandangan
bahwa pendidikan bertugas mempersiapkan siswa untuk dapat berfungsi dan menyesuaikan diri
dengan seluruh aspek kehidupan di masyarakat.
 Kurikulum sebagai rencana tentang kesempatan belajar
Istilah rencana belajar yaitu apa yang diinginkan oleh perencana kurikulum untuk dipelajari
siswa selama mengikuti pendidikan di sekolah. Menurut Hilda Taba(1962) menyatakan
kurikulum adalah suatu rencana belajar. Oleh karena itu, konsep-konsep tetang belajar dan
perkembangan individu dapat mewarnai bentuk-bentuk kurikulum. Rencana belajar mencakup
tujuan, materi, organisasi kegiatan dan penilaian keberhasilan belajar.

BAB III
PENUTUP
3.1 KESIMPULAN
Berdasarkan pembahasan di atas, dapat disimpulkan bahwa:
1. Kurikulum merupakan bagian dari suatu sistem pengelolaan yang menyangkut perencanaan dan
pelaksanaan pembelajaran yang dijadikan pedoman atau panduan bagi guru dalam melaksanakan
kegiatan pembelajaran.
2. Peran guru dalam Pengembangan Kurikulum adalah :
Sebagai implementer, guru berperan untuk mengaplikasikan kurikulum yang sudah ada. Dalam
pengembangan kurikulum guru dianggap sebagai tenaga teknis yang hanya bertanggung jawab
dalam mengimplementasikan berbagai ketentuan yang ada.
Sebagai penyelaras kurikulum dengan karakteristik dan dan kebutuhan siswa sertakebutuhan
daerah. Guru diberikan kewenangan untuk mnyesuaikan kurikuum dengan kebutuhan daerah
ataupun karakteristik sekolah.
Sebagai pengembang kurikulum, guru memiliki kewenangan dalam mendesain sebuah
kurikulum. Guru tidak hanya bisa menentukan tujuan dan isi pelajaran yang akan disampaikan,
tetapi bahkan dapat menentukan strategi apa yang harus dikembangkan dan system evaluasi apa
yang akan digunakannya. Sebagai pengembang kurikulum guru sepenuhnya dapat menyusun
kurikulum sesuai dengan karakteristik, misi dan visi sekolah/madrasah, serta sesuai dengan
pengalaman belajar yang diperlukan anak didik.
Sebagai peneliti kurikulum (curriculum researcher). Peran ini dilaksanakan sebagai bagian dari
tugas professional guru yang memiliki tanggung jawab dalam meningkatkan kinerjanya sebagai
guru. Dalam peran ini guru memiliki tanggung jawab untuk menguji berbagai komponen
kurikulum, misalnya menguji bahan-bahan kurikulum, menguji efektivitas program, strategi
maupun model pembelajaran, termasuk mengumpulkan data tentang keberhasilan siswa
mencapai target kurikulum.
3. Pengembangan kurikulum pada hakikatnya adalah pengembangan silabus yang didalamnya
mencakup komponen-komponen dalam kurikulum yaitu tujuan, metode/alat, materi/bahan ajar
dan penilaian.
Guru dan Pengembangan Kurikulum
BAB I
PENDAHULUAN

1. Latar Belakang

Kurikulum memegang kedudukan kunci dalam pendidikan, sebab berkaitan dengan arah, isi
dan proses pendidikan yang pada akhirnya menentukan macam dan kualifikasi lulusan suatu
lembaga pendidikan. Dalam suatu lembaga pendidikan, salah satu tokoh yang memiliki peranan
yang begitu penting dalam pengembangan kurikulum adalah guru. Guru merupakan ujung
tombak keberhasilan pendidikan yang terlibat langsung dalam mengembangkan, memantau,
dan melaksanakan kurikulum sehingga pembelajaran dapat berjalan lancar dan dapat mencapai
tujuan yang diharapkan. Meskipun ilmu pengetahuan mengalami perkembangan yang cukup
pesat, tidak berarti menyurutkan peranan guru. Bahkan, hasil – hasil teknologi tersebut akan
menambah beban tugas dan tanggung jawab guru. Oleh karenanya, guru sebagai pelaku utama
pendidikan diwajibkan memenuhi kewajibannya sebagai pendidik professional, dan – tentu saja
– sebagai pengembang kurikulum.

1. Rumusan Masalah

Beberapa masalah yang akan dijawab dalam Makalah ini adalah sebagai berikut.

1. Bagaimanakah makna guru?

2. Bagaimanakah peranan guru dalam pengembangan kurikulum?

3. Bagaimanakah Upaya pembinaan kurikulum bagi guru?

1. Tujuan

Tujuan yang hendak diperoleh dari Makalah ini adalah,

1. Menjelaskan makna guru dalam beberapa perspektif.

2. Menjelaskan peranan guru dalam pengembangan kurikulum

3. Menjelaskan guru dan upaya pembinaan kurikulum.


BAB II
PEMBAHASAN

1. MAKNA GURU

Dalam pengertian yang sederhana, guru adalah orang yang memberikan ilmu pengetahuan
kepada anak didik. Guru dalam pandangan masyarakat adalah orang yang melaksanakan
pendidikan di tempat-tempat tertentu, tidak mesti di lembaga pendidikan formal, tetapi bisa
juga di mesjid, di surau/musalla, di rumah dan sebagainya. Guru menempati kedudukan yang
terhormat di masyarakat karena kewibawaannya sehingga masyarakat tidak meragukan figur
seorang guru. Masyarakat yakin bahwa gurulah yang dapat mendidik anak meraka agar menjadi
orang yang berkepribadian mulia. Karen akepercayaan yang diberikan masyarakat, maka guru
diberikan tugas dan tanggung jawab yang berat sebaba tanggung jawab guru tidak hanya
sebatas di sekolah, tapi juga di luar sekolah yaitu membina yang diberikan tidak hanya
berkelompok tetapi juga secara individual seperti memperhatikan sikap, tingkah laku, dan
perbuatan anak didiknya di sekolah dan di luar sekolah. Menurut amatembun dalam saipul
bahri (1997:32) bahwa guru adalah semua orang yang beyrwenang dan bertanggung jawab
terhadap pendidikan murid baik secara individual maupun klasikal di sekolah maupun di luar
sekolah. Guru Dan Pengembangan Kurikulum

1. PERANAN GURU DALAM PENGEMBANGAN KURIKULUM

Dari segi pengelolaannya, pengembangan kurikulum dapat di bedakan antara sifat yang bersifat
sentralisasi, desentralisasi dan sentraldesentral. Pembagian kategori ini – tentu saja- akan
memberikan pengaruh signifikan terhadap pengembangan kurikulum. Tujuan utama
pengembangan kurikulum adalah untuk menciptakan persatuan dan kesatuan bangsa serta
memberikan standar penguasaan yang sama bagi seluruh wilayah. Latar belakang
pengembangan kurikulum menurut Dr. Nana Saodih yaitu pertama, karena wilayah Indonesia
yang sangat luas yang terbentuk atas pulau-pulau yang letaknya berjauhan. Kedua, kondisi dan
karakteristik tiap daerah berbeda-beda yaitu ada yang daerahnya sangat maju sekali dan ada
yang sangat terbelakang sekali,ada daerah yang tertutup dan ada daerah yang terbuka, dan ada
yang kaya dan miskin. Ketiga, perkembangan dan kemampuan sekolah juga berbeda-beda yaitu
ada sekolah yang sudah mapan mampu berdiiri sendiri dan melakukan pengembangan sendiri
karena memiiki personalia, fasilitas yang memadai, dan manajemen yang mapan, dan sekolah
yang lain kondisinya sangat memprihatinkan karena segalanya masih berada pada tingkat
darurat. Keempat, adanya golongan atau kelompok tertentu dalam masyarakat yang ingin lebih
mengutamakan kelompoknya dan menggunakan sekolah untuk mencapai tujuan tersebut.

1. Peranan guru dalam pengembangan kurikulum yang bersifat sentralisasi Dalam kurikulum
yang bersifat sentralisasi tugas guru adalah menyusun dan merumuskan tujuan yang tepat,
memilih dan menyusun bahan pelajaran yang sesuai dengan kebutuhan ,minat dan tahap
perkembangan anak, memiliki metode dan media mengajar yang bervariasi serta menyusun
program dan alat evaluasi yang memudahkan guru dalam implementasinya. Walaupun
kurikulum sudah tersusun dengan berstruktur tetapi guru masih mempunyai tugas untuk
mengaddakan penyempurnaan dan penyesuaian-penyesuaian. Guru Dan Pengembangan
Kurikulum Implementasi kurikulum hampir seluruhnya bergantung pada kreativitas,
kecakapan, kesungguhan, dan ketekunan guru. Guru hendaknya mampu memilih dan
menciptakan situasi-situasi belajar yang menggairahkan siswa, mampu memilih dan
melaksanakan metode mengajar yang sesuai dengan kemampuan siswa, bahan pelajaran dan
banyak mengaktifkan siswa, guru hendaknya mampu memilih, menyusun dan melaksanakan
evaluasi baik untuk mengevaluasi perkembangan atau hasil belajar siswa untuk menilai efisiensi
pelaksanaannya itu sendiri.

2. Peranan guru dalam pengembangan kurikulum yang bersifat desentralisasi Kurikulum


desentralisasi di susun oleh sekolah ataupun kelompok sekolah tertentu dalam suatu wilayah
atau daerah. Kuriklum ini dipeeruntukkan bagi suatu sekolah atau lingkungan wilayah tertentu.
Pengembangan kurikulum semacam ini di dasarkan pada karakteristik, kebutuhan,
perkembangan daerah serta kemampuan sekolah tersebut. Bentuk kurikulum seperti ini
memiliki beberapa kelebihan dan kekurangan. Kelebihan – kelebihannya adalah. * Kurikulum
sesuai dengan kebutuhan dan perkembangan masyarakat setempat. * Kurikulum sesuai dengan
tingkat dan kemampuan sekolah, baik kemampuan profesioanal, finansial maupun manajerial. *
Disusun oleh guru-guru sendiri dengan demikian sangat memudahkan dalam pelaksanaannya. *
Ada motivasi kepada kepada sekolah untuk mengembangkan diri, mencari dan menciptakan
kurikulum yang sebaik-baikny, dengan demikian akan terjadi semacam kompetisi dalam
pengembangan kurikulum. Adapun beberapa kelemahannya adalah. Guru Dan Pengembangan
Kurikulum * Tidak adanya keseragaman, untuk situasi yang membutuhkan kesesragaman demi
persatuan dan kesatuan nasional * Tidak adanya standar penilaian yang sama sehingga sukarn
untuk diperbandingkan keadaan dan kemajuan suatu sekolah/wilayah dengan sekolah/wilayah
lainnya * Adanya kesulitan bila terjadi perpindahan siswa ke sekolah / wilayah lain * Sukar
untuk mengadakan pengeloaan dan penilaian secara nasional. * Belum semua sekolah atau
daerah mempunyai kesiapan untuk menyusun dan mengembangkan kurikulum sendiri.
1. GURU DAN UPAYA PEMBINAAN KURIKULUM

Upaya pembinaan kurikulum yang dilakukan guru bertujuan meningkatkaan kualitas proses
pengajaran dan hasil belajar yang dicapai siswa. Oleh sebab itu aspek pembinaan mencakup
proses belajar mengajar termasuk penilaian hasil belajar, bimbingan dan penyuluhan,
administrasi guru, dan pembinaan kompetensi professional guru itu sendiri. Proses belajar
mengajar adalah operasionalisasi dari kurikulum, khususnya garis-garis besar program
pengajaran (GBPP) bidang studi tertentu. Upaya yang bisa dilakukan agar pelaksanaan proses
belajar mengajar sesuai dengan rambu-rambu yang ada dalam GBPP adalah sbb : 1. Menelaah
GBPP Dalam GBPP dikemukakan tujuan kurikuler, tujuan instruksional, pokok bahasan/sub
pokok bahasan, bahan pengajaran dan penyebaran pokok bahasan berdasarkan
kelas/caturwulan/semester. Telaah guru terhadap GBPP terutama untuk menetapkan : * Berapa
banyak pokok bahasan dalam satu caturwulan/semester sesuai dengan tujuan instruksionalnya.
Hal ini penting untuk membaginya ke dalam jumlah pertemuan mengajar tatap muka, sehingga
memudahkan dalam menyusun satuan pelajaran. * Materi apa yang harus dikuasai dan
disiapkan guru, sesuai dengan bahan isi bahan atau/pokok bahasanyang ada dalam GBPP,
melalui telaahan ini guru dapat mencari dan menentukan buku sumbar yang paling sesuai
dengan isi npokok bahasan. * Jenis alat peraga dan sarana belajar yang di perlukan guna
mengajarkan pokok bahasan tersebut. * Pertanyaan-pertanyaan sebagai alat evaluasi
materi/bahan pengajaran berdasarkan pokok bahasan tertentu. Guru dapat mengumpulkan
atau menyusun pertanyaan, dari berbagai sumber yang ada. 2. Menyusun satuan pelajaran |
Guru Dan Pengembangan Kurikulum Berdasarkan telaahan GBPP setiap guru sebaiknya
menyusun satu – satuan pelajaran untuk satu caturwulan/ semester. Penyusunan satuan
pelajaran secara menyeluruh untuk satu caturwulan/semester akan dapat menjamin
kesinambungan tujuan, bahan kegiatan belajar, dan penilaiaan. Manfaat lain, guru tidak
direpotkan membuat satuan pelajaran setiap kali akan mengajar. Satuan pelajaran yang di
susun untuk satu semester bisa diperbaiki dan disempurnakan pada tahun berikutnya,
berdasarkan pengalaman mengajar yang di tempuh guru dengan menggunakan satuan
pelajaran yang telah disusun tersebut. 3. Penyediaan sumber (alat) fasilitas belajar
Menyediakan sumber (alat) fasilitas belajar untuk siswa, seperti alat peraga, buku sumber, alat
praktikum, bahan diskusi (topik-topik diskusi), keperluan permanen, alat untuk kunjungan ke
luar kelas, dan lain-lain.Upaya pengelolaan sumber belajar dilakukan dan direncanakan sedini
mungkin, sehingga pada waktu pelaksanaannya dapat berjalan lancar, sumber belajar dapat di
usahakan melaui berbagai cara misalnya membuat sendiri, menugaskan siswa, membeli, atau
bekerja sama dengan orang lain/ pihak lain(meminjam, dll). 4. Penilaian hasil belajar Hasil
belajar yang dicapai oleh para siswa dapat dijadikan salah satu ukuran dari keberhasilan proses
belajar mengajar. Hasil tersebut nampak dalam hal perubahan intelektual terutama mengenai
pemahaman konsep, prinsip, hukum, teori yang ada dalam bidang studi yang dipelajarinya,
kemampuan memecahkan masalah berdasarkan prinsip-prinsip pengetahuan ilmiah,
kemampuan menganalisis dan menginterpretasi permasalahan yang dihadapinya dan
kemampuan memberikan pertimbangan terhadap sesuatu gejala, masalah, objek, dan lain-lain
atas dasar kaidah-kaidah dan nilai-nilai tertentu.

1. AKTIVITAS GURU DALAM MERENCANAKAN KURIKULUM

Pada dasarnya kegiatan merencanakan dapat meliputi menentukan tujuan pengajaran,


penentuan bahan pelajaran, alat dan metode pengajaran, serta perencanaan penilaian
pembelajaran. Dengan demikian kegiatan merencanakan merupakan upaya sistematis dalam
mencapai suatu tujuan selain itu untuk mempermudah proses belajar mengajar yang kondusif.
Sebagai contoh, keberhasilan dalam implementasi kurikulum dapat dipengaruhi oleh
perencanaan pembelajaran pembelajaran yang disusun guru. Oleh sebab itu, kepiawaian guru
dalam menyusun rencana pembelajaran (Instruction Design) dapat menentukan keberhasilan
pencapaian kompetensi. Guru Dan Pengembangan Kurikulum

Dalam kegiatan perencanaan hal pertama yang harus dilakukan adalah menentukan tujuan
yang hendak di capai. Berangkat dari tujuan yang kongkrit inilah, hal ini akan menjadi patokan
dalam melakukan dan melaksanakan langkah yang harus ditempuh termasuk cara bagaimana
melaksanakannya. Tujuan yang dimaksud adalah tujuan pokok bahasan yang lebih spesifik yang
merupakan hasil proses belajar mengajar. Tujuan pengajaran ini mengandung muatan yang
menjadi bahan pelajaran. Tujuan-tujuan tang telah ditentukan tersebut kemudian di bagi
menjadi tiga ranah yaitu ranah kognitif, afektif, dan psikomotorik. Adapun beberapa petunjuk
untuk melakukan atau menentukan tujuan pembelajaran.

1. Tujuan hendaknya mengandung unsur proses dan produk.

2. Tujuan bersifat spesifik dan dinyatakan dalam bentuk perilaku nyata.

3. Mengandung pengalaman belajar yang diperlukan untuk mencapai tujuan yang dimaksud.

4. Pencapaian tujuan kadang waktu membutuhkan waktu yang relatif lama.

5. Harus komprehensif, yang artinya mencakup segala tujuan yang ingin di tempuh oleh suatu
sekolah tertentu. Selanjutnya adalah menetapkan bahan ajar atau bahan pelajaran. Bahan
pelajaran mencakup tiga komponen antara lain ilmu pengetahuan, proses, dan nilai-nilai.

Dalam hal ini ketiga komponen tersebut dapat dirincikan sesuai dengan tujuan yang ingin
dicapai oleh sekolah tertentu. Menentukan metode pengajaran merupakan langkah ketiga
dalam peranan guru sebagai pengembang kurikulum. Penentuan metode erat kaitannya dengan
pemilihan strategi pembelajaran yang paling efektif dan efesien dalam melakukan proses belajar
mengajar guna mencapai tujuan pembelajaran. Hal-hal yang harus dipertimbangkan dalam
menentukan metode mengajar yaitu: 1. Tujuan pengajaran yang ingin dicapai. 2. Bahan ajar
yang akan diajarkan. 3. Jenis kegiatan belajar anak didik yang diinginkan. Selanjutnya langkah
keempat adalah merencanakan penilaian hasil belajar. Penilaian pada dasarnya penilaian
adalah suatu proses penentuan nilai dari suatu objek atau peristiwa dalam konteks situasi
tertentu. Sedangkan pendapat lain menjelaskan bahwa penilaian berbeda dengan tes dan
pengukuran. Tes merupakan bagian integral dari pengukuran, sedangkan pengukuran
pengukuran merupakan bagian yang mungkin dilakukan dalam suatu penelitian.

BAB III

PENUTUP

1. Kesimpulan

Berdasarkan uraian di atas, maka ada beberapa hal yag dapat disimpulkan.

1. Guru adalah sosok yang melaksanakan pendidikan dalam tempat – tempat (lembaga
pendidikan) tertentu sebagai pengajar yang mendidik peserta didik. Guru memiliki kedudukan
yang sangat penting dalam proses pengembangan masyarakat.

2. Dalam usaha pengembangan kurikulum, dapat dikategorikan menjadi dua, yaitu


pengembangangan kurikulum yang bersifat desentralisasi, dan pengembangan kurikulum yang
bersifat sentralisasi.

3. Upaya pembinaan kurikulum yang dilakukan guru bertujuan meningkatkaan kualitas proses
pengajaran dan hasil belajar yang dicapai siswa.
Langkah-langkah pengembangan kurikulum

PENDAHULUAN
Sejatinya, kurikulum tidak hanya berisi serangkaian petunjuk teknis materi pelajaran.
Lebih dari itu, kurikulum merupakan sebuah progam terencana dan menyeluruh, yang
menggambarkan kualitas pendidikan suatu lembaga, mulai dari lembaga tingkat sekolah, tingkat
wilayah kecamatan, kabupaten, propinsi dan bangsa. Dengan sendirinya, kurikulum memegang
peran strategis dalam kemajuan lembaga tersebut.
Kurikulum tidah seharusnya bersifat statis, karena dengan seiring dengan perkembangan
zaman dan tuntutan kehidupan dalam masyarakat menjadikan kurikulum senantiasa berkembng
dan menyelaraskan dengan kemajuan zaman. Oleh karena itu, pengembangan kurikulum berupa
proses dinamis dan integratif perlu diupayakan, melalui langkah-langkah pengembangan
kurikulum yang sistematis, profesional dan melibatkan seluruh aspek-aspek kurikulum yang
terkait yang berguna untuk tercapainya tujuan pendidikan nasional. Pemakalah mencoba untuk
mendiskusikan langkah-langkah pengembangan kurikulum yang sesuai dengan kriteria dinamis
dan integratif serta tepat dalam pendidikan.

II. RUMUSAN MASALAH


1. Apa pengertian pengembangan kurikulum?
2. Apa saja pendekatan pengembangan kurikulum?
3. Bagaimana langkah-langkah pengembangan kurikulum secara umum ?

III. PEMBAHASAN
A. Pengertian Pengembangan kurikulum
Pengembangan kurikulum ialah mengarahkan kurikulum sekarang ke tujuan pendidikan
yang diharapkan karena adanya berbagai pengaruh positif yang datangnya dari luar ataupun dari
dalam dengan harapan agar peserta didik mampu untuk menghadapi masa depannya. Oleh
karena itu hendaknya pengembngan kurikulum harus bersifat adaptif, antisipatif dan aplikatif.
Adaptif disini yaitu pengembangan kurikulum harus disesuaikan dengan keadaan dan kebutuhan
peserta didik. Antisipasi bermakna kurikulum harus dapat selalu siap untuk tujuan jangka
panjang maupun jangka pendek.
Pengaruh globalisasi membuat perubahan di segala aspek termasuk di bidang pendidikan,
khususnya kurikulum. Dalam pengembangan kurikulum perlu dijawab berbagai pertanyaan,
yaitu
1. Apa yang dikembangkan?
Sesuai dengan pengertian kurikulum yaitu suatu progam pendidikan. Yang berisi tentang
a. progam dan sistem penjenjangan
b. sistem kredit
c. sistem semester
d. sistem administrasi
e. sistem bimbingan
f. sistem evaluasi
yang pada dasarnya terdapat 4 aspek yang perlu diperhatikan dalam pengembangan
a. merencanakan progam
b. karakteristik peserta didik
c. tujuan yang akan dicapai
d. kriteria-kriteria untuk mencpai tujuan
yang jelas yang dikembangkan dalam pengembangan kurikulum yaitu yang sesuai dengan UUD
1945 dan Pancasila dan memperhatikan perkembangan IPTEK dan peserta didiknya.[1]
2. Siapa yang mengembangkan kurikulum
Yang mengembngkan kurikulum adalah orang-orang yang terkait dengan kurikulum.
a. Pihak produsen
Yaitu para ahli yang sesuai pada lembaga pendidikan, misalnya beberapa narasumber yang ada
di Dinas Depdiknas, Dikti
b. Pihak konsumen
Yaitu dapat diambil dari berbagai perusahaan, perindustrian, bank, BUMN dll
c. Pihak yang ahli relevan
Yaitu para ahli yang menguasai suatu bidang tertentu seperti metodologi, psikologi filosof,
sosiologi teknologi pendidikan dll
d. Pihak guru
Yaitu guru-guru yang telah memenuhi syarat. Guru-guru yang ahli di bidangnya, guru ikut
berpartisipasi dalam pembuatan kurikulum karena guru adalah orang yang terjun langsung
melakukan pembelajaran kepada peserta didik.[2]
Semua komponen penyusun kurikulum harus terintegrasi dan saling terkait. Karena
kurikulum tersusun jika semua komponennya membentuk satu kesatuan dan saling menyetujui,
dari mulai produsen, konsumen, ahli relevan dan juga guru.
Tim tersebut akan menghasilkan suatu kurikulum tertulis. Perubahan yang menuju
perkembangan kurikulum akan dapat terlaksana jika:
 Ada perubahan kebijakan pejabat yang berwenang
 Terkena pengaruh dari luar
 Ditemukan penelitian baru
 Kurikulum yang berlaku sudah ketinggalan jaman
 Perubahan teknologi
B. Pendekatan Pengembangan Kurikulum
Pada dasarnya ada tiga pendekatan perencanaan dan pengembangan kurikulum, yaitu:
1. Pendekatan berdasarkan materi
2. Pendekatan berdasarkan tujuan
3. Pendekatan berdasarkan kemampuan
Pendekatan berdasarkan materi, inti dari proses pembelajaran ditentukan oleh pemilihan
materi. Karena dengan mengetahui bahan materi yang akan diajarkan maka dapat ditentukan
model pembelajaran yang akan dilangsungkan yang akhirnya mengarah pada tujuan pendidikan
yang akan dicapai.
Pendekatan berdasarkan tujuan. Artinya bahwa tujuan suatu pendidikan ditetapkan terlebih
dahulu, baru kemudian tujuan yang ditetapkan, diuraikan menjadi tuuan-tujuan yang lebih rinci.
Pendekatan berdasarkan kemampuan. Sebetulnya penyusunan kurikulum berdasarkan
kemampuan sama halnya dengan dengan kurikulum berdasarkan tujuan namun.. jika pendekatan
kurikulum berdasarkan tujuan hanya bersifat operasional maka pendekatan berdasarkan
kemampuan lebih kepada kemampuan apa yang akan dicapai lulusan dari lembaga tersebut yang
orientasinya kepada profesi.
Pengembangan Kurikulum Berdasarkan Lokasi
1. Pengembangan kurikulum tingkat nasional
2. Pengembangan kurikulum tingkat lokal
3. Pengembangan kurikulum tingkat kelas[3]
C. Langkah-langkah pengembangan kurikulum secara umum
Kurikulum adalah seperangkat rencana dan pengaturan mengenai tujuan, isi dan bahan
pengajaran serta cara yang digunakan sebagai pedoman penyelenggaraan kegiatan pembelajaran
untuk mencapai tujuan pendidikan tertentu. (Undang-Undang nomor 20 th. 2003 tentang sistem
pendidikan nasional, pasal 1 ayat 19).
Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam pengembangan kurikulum salah satunya langkah
pengembangan, langkah-langkah pengembangan kurikulum pada umumnya terdiri atas diagnosis
kebutuhan, perumusan tujuan, pengorganisasian materi pemilihan, dan pengorganisasian
pengalaman belajar dan pengembangan alat evaluasi.
1. Diagnosisnatau analisis kebutuhan
Diagnosis atau analisis kebutuhan dapat dilakukan dengan mempelajari kebutuhan siswa,
tuntutan masyarakat atau dunia kerja serta harapan-harapan pemerintah.
Menurut Taba, sangatlah penting dalam mendiagnosis berbagai kebutuhan anak didik. Hal ini
merupakan langkah penting dari Taba tentang apa yang anak didik inginkan atau perlukan untuk
belajar.[4]
2. Perumusan tujuan
Dalam perumusan tujuan, tujuan yang dirumuskan adalah tujuan nasional, tujuan
institusional dan tujuan pembelajaran. Pada tujuan nasional di indonesia dapat dilihat dari
undang-undang sistem pendidikan nasional yang berlaku, maka berdasarkan tujuan nasional
disusunlah tujuan institusional dan tujuan pemelajaran. Tujuan ini menjadi kriteria untuk
memilih isi,bahan pembelajaran, metode dan penilaian. Tujuannya untuk mengubah perilaku
serta apa yang harus dilakukan siswa, bukan apa yang harus dilakukan guru. Tujuan kurikulum
pada hakikatnya adalah tujuan dalam setiap program pendidikan. Oleh karena itu kurikulum
harus dijabarkan dari tujuan umum pendidikan . kemudian berdasarkan hakikat tujuan tersebut
dijabarkan tujuan kurikulum mulai dari tujuan kelembagaan pendidikan, tujuan setiap mata
pelajaran atau bidang studi sampai pada tujuan pembelajaran.
Hilda Taba (1962:2000-2005) dalam S. Nasution (1991:43-44) memberikan beberapa
petunjuk tentang cara merumuskan tujuan antara lain:
a. Tujuan hendaknya berdimensi dua, yakni mengandung unsur proses dan produk. Yang termasuk
unsur proses antara lain: menganalisis, menyintesa, menginterpretasi, dan sebagainya.
Sedangkan produk adalah bahan atau materi yang terdapat dalam tiap mata pelajaran. Jadi tujuan
dapat berbunyi: menganalisis sebab-sebab terjadinya banjir, menafsirkan makna kejujuran,
memahami dan menghafal rumus-rumus tentang gravitasi dan lainnya.
b. Menganalisis tujuan yang bersifat umum dan kompleks menjadi spesifik sehingga diperoleh
bentuk kelakuan yang diharapkan dapat diamati.
c. Memberi petunjuk tentang pengalaman apa yang diperlukan untuk mencapai tujuan itu.
Misalnya menghasilkan karya sastra tidak diperoleh dengan hanya sekedar membaca karya
sastra, akan tetapi dengan cara membuat suatu karangan yang mengandung corak seni.
d. Menunjukkan bahwa suatu tujuan tidak selalu dicapai segera akan tetappi adakalanya memakan
waktu yang lama, seperti berpikir kritis, menghargai seni sastra, dan sebagainya.
e. Tujuan harus realistis dan harus dapat diterjemahkan dalam bentuuk kegiatan atau pengalaman
belajar tertentu.
f. Tujuan itu harus kkomprehensif, menyeluruh. Artiya meliputi segaka tujuan yang ingin dicapai
disekolah, bukan hanya penyampaian informasi, akan tetapi juga ketrampilan berpikir, hubungan
sosial, sikap terhadap bangsa da negara dan lainnya.[5]
Dalam merumuskan tujuan hendaknya berdasarkan kebutuhan, tntutan dan harapan, serta dengan
mempertimbangkan berbagai faktor-faktor masyarakat, siswa sendiri dan ilmu pengetahuan.
Manfaat dari terumusnya tujuan kurikulum madalah dapat membantu para pengembang
kurikulum dalam mendesain model kurikulum sehingga dapat digunakkan juga untuk membantu
guru dalam mengembangkan pengajaran atau mendesain suatu pembelajaran.
3. Pengorganisasian materi/ isi
Dalam pengorganisasian materi pemilihan bisa menggunakan metode, strategi serta teknik
yang disesuaikan dengan sifat materi yang akan disampaikan. Pemilihan juga dapat dilakukan
melaui pengalaman visual, suara dan lain-lain serta disesuaikan dengan minat belajar yang sesuai
dengan perkembangan mental dan fisik. Ini dilakukan agar dapat merangsang siswa lebih kreatif
dan aktif. Pengorganisasian materi sangat erat hubungannya dengan tujuan kurikulum. Oleh
karena itu dalam menentukan isi matteri hendaknnya memperhatikan tujuan akhir pendidiikan.
Sehingga dalam menyusun isi kurikulum tidak bertetangan dengan tujuan kurikulum yang telah
ditetpkan.
Burhan Nurgiyanto (1988:100) menyatakan bahan pelajaran atai isi program kurikulum
adalah segala sesuatu yang diberikan kepada anak dalam kegiatan belajar mengajar dalam rangka
mencapai tujuan pendidikan. Apa yang dibberikan sekolah kepada anak didik itulah yang disebut
isis kurikulum. Dengan merancang tujuan kurikulum, maka semua jam dan aktivitas oendidikan
dapat terarah dengan baik, dapat benar-benar terarah kepada tercapainya tuujuan pendidikan.
4. Pengorganisasian Pengalaman Belajar
Pegalaman belajar yang dimaksud disini adalah pengalaman belajar yag diperoleh siswa selama
mengikuti pelajaran. Pengembang kurikulum dapat menentukan pengalaman belajar siswa yaitu
dengan seberapa besar aktifitas seorang siswa terhadap lingkungan.[6]
Ada dua jenis pengorganisasian pengalaman belajar yaitu:
a. pengorganisasian secara vertikal
adalah menghubungkan pengalaman belajar dalam satu kajian yang sama dalam tingkatan yang
berbeda.
b. Pengorganisasian secara horizontal
Adalah menghubungkan pengalaman belajar dalam bidang geografi dan sejarah dalam tingkatan
yang sama.
5. Penilaian (Evaluasi)
Evaluasi secara etimologis berasal dari kata “evaluation” yang berarti “penilaian terhadap
sesuatu”. Mengevaluasi berarrti memberi atau menilai apakah sesuatu itu bernilai atau tidak.
Adapun yang dimaksud disini adalah evaluasi kurikulum yaitu sejauh mana efektifitas dan dan
vitalis kurikulum dalam mencapai tujuan. Evaluasi dapat memberikan informasi paling akurat
dalam kemampuan akademik siswa, dan dapat menunjukkan bagaimana murid itu tumbuh.
Sehingga dalam hal ini pembimbing atau pengajar dapat menentukan kemajuan dan kedudukan
siswa. Penilaian dilakukan sebagai hasil seberapa besar tujuan tujuan pengembangan itu
terealisasikan atau tercapai dengan baik.
Setelah mengetahui pencapaian tujuan-tujuan pendidikan, maka dilakukan penyempurnaan
kurikulum. [7]
Langkah Evaluasi kurikulum ini mencakup empat hal:
a. Evaluasi tentang pelaksanaan kurikulum oleh guru-guru
b. Evaluasi desain kurikulum
c. Evaluasi hasil belajar siswa
d. Evaluasi dari keseluruhan sistem kurikulum

IV. KESIMPULAN
1. Pengembangan kurikulum ialah mengarahkan kurikulum sekarang ke tujuan pendidikan yang
diharapkan karena adanya berbagai pengaruh positif yang datangnya dari luar ataupun dari dalam
dengan harapan agar peserta didik mampu untuk menghadapi masa depannya.
2. Dalam pengembangan kurikulum harus mampu menjawab “apa yang akan dikembangkan dan
siapa yang akan mengembangkan kurikulum”
3. Terdapat banyak pendekatan yang digunakan dalam pengembangan kurikulum yaitu;
a. pendekatan kurikulum berdasarkan materi
b. pendekatan kurikulum berdasarkan kemampuan
c. pendekatan kurikulum berdasarkan tujuan
d. pendekatan kurikulum berdasarkan tingkat nasional
e. pendekatan kurikulum berdasarkan tingkat lokal
f. pendekatan kurikulum berdasarkan tingkat sekolah.
4. Langkah-langkah pengembangan kurikulum secara umum yaitu:
a. Diagnosis kebutuhan
b. Perumusan tujuan
c. Pengorganisasian materi pemilihan
d. Pengorganisasian pengalaman belajar
 Pengorganisasian secara vertikal
 Pengorganisasian secara horisontal
e. Pengembangan alat evaluasi.

V. PENUTUP
Demikian makalah yang kami susun. Kami menyadari dalam penyusunan makalah ini
masih banyak kekurangan. Oleh karena itu, penulis membutuhkan sumbangsih kritik maupun
saran yang konstruktif demi perbaikan makalah selanjutnya.semoga makalah ini bermanfaat dan
menambah keilmuan serta pengetahuan kita.
LANGKAH-LANGKAH PENGEMBANGAN
KURIKULUM
A. Langkah-langkah pengembangan kurikulum
Penyusunan dan pengembangan kurikulum dapat menempuh langkah-langkah:
1) Perumusan tujuan
Tujuan di rumuskan berdasarkan analisis terhadap berbagai kebutuhan, tuntutan dan harapan.
Oleh karena itu tujuan di rumuskan dengan mempertimbangkan faktor-faktor masyarakat, siswa
itu sendiri serta ilmu pengetahuan.
2) Menentukan isi
Isi kurikulum merupakan pengalaman belajar yang di rencanakan akan di peroleh siswa selama
mengikuti pendidikan. Pengalaman belajar ini dapat berupa mempelajari mata pelajaran-mata
pelajaran, atau jenis-jenis pengalaman belajar lain sesuai dengan bentuk kurikulum itu sendiri.
3) Memilih kegiatan
Organisasi dapat di rumuskan sesuai dengan tujaun dan pengalaman-pengalaman belajar yang
menjadi isi kurikulum, dengan mempertimbangkan bentuk kurikulum yang digunakan.
4) Merumuskan evaluasi
Evaluasi kurikulum mengacu pada tujuan kurikulum, sebagai di jelaskan di muka. Evaluasi perlu
di lakukan untuk memperoleh balikan sebagai dasar dalam melakukan perbaikan, oleh karena itu
evaluasi dapat di lakukan secara terus menerus.[1]
Ada empat langkah pengembangan kurikulum model Rogers.
1) pemilihan target dari system pendidikan. Didalam penentuan target ini stu-satunya criteria yang
menjadi pagangan adalah adanya kesediaan dari pejabat pendidikan untuk turut serta dalam
kegiatan kel;ompok yang intensif.
2) partisipasi guru dalam pengalaman guru dalam pengalaman kelompok yang intensif.
3) pengembangan pengalaman kelompok yang intensif untuk satu kelas atau unit pelajaran.
4) partisipasi orang tua dalam kegiatan kelompok.[2]
Menurut Olivia pengembangan kurikulum terdiri atas 10 langkah :
1. Perumusan filosofis, sasaran, misi serta visi lembaga pendidikan, yang kesemuanya bersumber
dari analisis kebutuhan siswa, dan kebutuhan masyarakat.
2. Analisis kebutuhan masyarkat di mana sekolah itu berada, kebutuhan siswa dan urgensi dari
disiplin ilmu yang harus diberikan oleh sekolah.
3. Tujuan umum dan khusus bagaimana mengorganisasikan rancangan dan mengimplementasikan
kurikulum.
4. Bagaimana menjabarkan atau perbedaan antara tujuan umum dan tujuan khusus pembelajaran.
5. Menetapkan strategi pembelejaran untuk mencapai tujuan.
6. Pengembangan kurikulum.
7. Mengimplementasikan strategi pembelajaran.
8. Pengembangan kurikulum kembali.
9. Menyempurnakan alat atau teknik penilaian.
10. Evaluasi terhadap pembelajaran dan evalusi kurikulum[3]
Langkah – langkah pengembangan kurikulum menurut Tyler :
1. Menentukan tujuan
Dalam penyusunan suatu kurikulum, merumuskan tujuan merupakan langkah pertama dan utama
, sebab tujuan merupakan arah atau sasaran pendidikan.
2. Menentukan pengalaman belajar
Menentukan pengalaman belajar (learning experiences) adalah aktivitas siswa dalam berinteraksi
dengan lingkungan. Pengalaman belajar pada aktivitas siswa dalam proses pembelajaran. Ada
beberapa prinsip dalam menentukan pengalaman belajar siswa, yaitu :
- Pengalaman siswa harus sesuai dengan tujuan yang ingin di capai.
- Setiap pengalaman belajar harus memuaskan siswa.
- Setiap rancangan pengalaman siswa belajar sebaiknya melibatkan siswa.
- Dalam suatu pengalaman belaajr dapat mencapai tujuan yang berbeda
3. Pengorganisasian pengalaman belajar
Ada dua jenis pengorganisasian pengalaman belajar, yaitu :
- Pengorganisasian secara vertikal
Pengorganisasian secara vertikal adalah menghubungkan pengalaman belajar dalam satu kajian
yang sama dalam tingkat yang berbeda.
Contoh : Pengorganisasian pengalaman belajar yang menghubungkan antara bidang geografi di
kelas lima dan geografi di kelas enam.
- Pengorganisasian secara horisontal
Pengorganisasian secara horisontal adalah menghubungkan pengalaman belajar dalam bidang
geografi dan sejarah dalam tingkat yang sama.
4. Penilaian tujuan belajar sebagai kompponen yang dijadikan perhatian utama
Menurut Beauchamp, ada lima langkah atau pentahapan dalam mengembangkan suatu
kurikulum (Beauchamp’s System):
1. Menetapkan arena atau lingkup wilayah yang akan dicakup oleh kurikulum tersebut (sekolah,
kecamatan, kabupaten, propinsi, negara).
Pentahapan arena ini ditentukan oleh wewenang yang dimiliki oleh pengambil kebijakan dalam
pengembangan kurikulum,serta oleh tujuan pengembangan kurikulum.
2. Menetapkan personalia, yaitu siapa-siapa yang turut serta terlibat dalam pengembangan
kurikulum. Ada empat kategori orang yang turut berpartisipasi dalam pengembangan kurikulum:
a) para ahli pendidikan/kurikulum yang ada pada pusat pengembangan kurikulum dan para ahli
bidang ilmu dari luar
b) para ahli pendidikan dari perguruan tinggi atau sekolah dan guru-guru terpilih para profesional
dalam sistem pendidikan profesional lain dan tokoh-tokoh masyarakat.
Beauchamp mencoba melibatkan para ahli dan tokoh-tokoh pendidikan seluas mungkin, yang
biasanya pengaruh mereka kurang langsung terhadap pengembangan kurikulum dibanding
dengan tokoh-tokoh lain seperti para penulis dan penerbit buku, para pejabat pemerintah,
politisi,dan pengusaha serta industriawan. Penetapan personalia ini sudah tentu disesuaikan
dengan tingkat dan luas wilayah arena.
Untuk tingkat propinsi atau nasional tidak terlalu banyak melibatkan
guru. Sebaliknya untuk tingkat kabupaten, kecamatan atau sekolah keterlibatan guru-guru
semakin besar.

3. Organisasi dan prosedur pengembangan kurikulum.


Langkah ini berkenaan dengan prosedur yang harus ditempuh dalam merumuskan tujuan umum
dan tujuan yang lebih khusus, memilih isi dan pengalaman belajar, serta kegiatan evaluasi, dan
dalam menentukan keseluruhan desain kurikulum. Beauchamp membagi keseluruhan kegiatan
ini dalam lima langkah, yaitu:
a) membentuk tim pengembang kurikulum.
b) mengadakan penilaian atau penelitian terhadap kurikulum yang ada yang sedang digunakan
studi penjajahan tentang kemungkinan penyusunan kurikulum baru.
c) merumuskan kriteria-kriteria bagi penentuan kurikulum baru.
d) penyusunan dan penulisan kurikulum baru.
4. Implementasi kurikulum.
Langkah ini merupakan langkah mengimplementasikan atau melaksanakan kurikulum yang
bukan sesuatu yang sederhana, sebab membutuhkan kesiapan yang menyeluruh,baik kesiapan
guru-guru, siswa, fasilitas, bahan maupun biaya, di samping kesiapan manajerial dari pimpinan
sekolah atau administrator setempat.
5. Evaluasi kurikulum.
Langkah ini mencakup empat hal, yaitu:
a) Evaluasi tentang pelaksanaan kurikulum oleh guru-guru
b) Evaluasi desain kurikulum
c) Evaluasi hasil belajar siswa
d) Evaluasi dari keseluruhan sistem kurikulum.
Data yang diperoleh dari hasil kegiatan evaluasi ini digunakan bagi penyempurnaan sistem
dan desain kurikulum, serta prinsip-prinsip melaksanakannya. Dalam Buku Perencanaan dan
Pengembangan Kurikulum yang ditulis oleh Prof. Drs. H. Dakir melihat bahwa langkah-langkah
pada model Beaucham tersebut yang dikembangkan oleh G.A. Beauchamp (1964) adalah
sebagai berikut:

a) Suatu gagasan pengembangan kurikulum yang telah dilaksanakan di kelas, diperluas di sekolah,
disebarkan di sekolah-sekolah di daerah tertentu baik berskala regional maupun nasional yang
disebut arena.
b) Menunjuk tim pengembang yang terdiri atas ahli kurikulum, para ekspert, staf pengajar, petugas
bimbingan, dan nara sumber lain.
c) Tim menyusun tujuan pengajaran, materi dan pelaksanaan proses belajar mengajar. Untuk tugas
tersebut perlu dibentuk dewan kurikulum sebagai Koordinator yang bertugas juga sebagai penilai
pelaksanaan kurikulum, memilih materi pelajaran baru, menentukan berbagai criteria untuk
memilih kurikulum mana yang akan dipakai, dan menulis secara menyeluruh mengenai
kurikulum yang akan dikembangkan.
d) Melaksanakan kurikulum di sekolah.
e) Mengevaluasi kurikulum yang berlaku.[4]
Beauchamp mengemukakan lima hal dalam mengembangkan suatu kurikulum.
Pertama, menetapkan arena atau lingkup wilayah yang akan dicakup oleh kurikulum tersebut,
apakah suatu sekolah, kecamatan, kabupaten, propinsi, ataupun seluruh Negara.
Kedua, menetapkan personalia, yaitu siapa-siapa yang turut seerta terlibat dalam pengembangan
kurikulum.
Ketiga, organisasi dan prosedur pengembangan kurikulum. Langkah ini berkenaan dengan
prosedur yang harus ditempuh dalam merumuskan tujuan umum dan tujuan yang lebih khusus,
memilih isi dan pengalaman belajar, serta kegiatan evaluasi, dan dalam menetukan keseluruhan
dasain kurikulum.
Keempat, implementasi kurikulum. Langkah ini merupakan langkah mengimplementasikan aatu
melaksanakan kurikulum yang bukan sesuatu yang sederhana, sebab membutuhkan kesiapan
yang menyeluruh, baik kesiapan guru-guru, siswa, fasilitas, bahan maupun biaya, disamping
kesiapan material dari pimpinan dan penulisan kurikulum baru.
Langkah yang ke;lima dan merupakan terakhir adalah evaluasi kurikulum.[5]
Menurut Taba ada lima langkah pengembangan kurikulum model terbalik dari Taba, yaitu :
1. Membuat unit-unit eksperimen bersama dengan guru-guru :
Dalam kegiatan ini perlu mempersiapkan
 Perencanaan berdasarkan pada teori-teori yang kuat,
 Eksperimen harus dilakukan di dalam kelas dengan menghasilkan data yang empiric dan teruji.
Unit –unit eksperimen ini harus dirancang melaui tahapan-tahapan sebagai berikut:
1) Mendiagnosis kebutuhan. Pada langkah ini, pengembangan kurikulum dimulai dengan
menentukan kebuttuhan-kebutuhan siswa melalui diagnosis tentang berbagai kekurangan
(deficiencies), dan perbedaan latar belakang siswa. Tenaga pengajar mengidentifikasi masalah-
masalah, kondisi, kesulitan serta kebutuhan-kebutuhan siswa dalam suatu proses pengajaran.
Lingkup diagnosis tergantung pada latar belakang program yang akan direvisi, termasuk
didalamnya tujuan konteks dimana program tersebut difungsikan.
2) Merumuskan tujuan khusus. Setelah kebuttuhan-kebutuhan siswa didiagnosis, selanjutnya para
pengembang kurikulum merumuskan tujuan. Rumusan tujuan akan meliputi:
 Konsep atau gagasan yang akan dipelajari
 Sikap, kepekaan dan perasaan yang akan dikembangkan
 Cara befikir untuk memperkuat,
 Kebiasaan dan keterampilan yang akan dikuasai
3) Memilih isi. Pemilihan isi kurikulum sesuai dengan tujuan meerupakan langkah berikutnya.
Pemilihan isi bukan saja didasarkan pada tujuan yang harus dicapai sesuai dengan langkah
kedua, akan tetapi juga harus mempertimbangkan segi validitas dan kebermaknaannya untuk
siswa.
4) Mengorganisasi isi. Melalui penyeleksian, selanjutnya isi kurikulum yang telah ditentukan itu
disusun urutannya, sehingga tampak pada tingkat atau kelas berapa sebaiknya kurikulum itu
diberikan.
5) Memilih pengalaman belajar. Pada tahap ini ditentukan pengalaman-pengalaman belajar yag
harus dimiliki siswa untuk mencapai tujuan kurikulum.
6) Mengorganisasi pengalaman belajar. Guru selanjutnya menentukan bagaimana mengemas
pengalaman-pengalaman belajar yang telah ditentukan itu kedalam paket-paket kegiatan itu,
siswa diajak serta, agar mereka memiliki tanggung jawab dalam melaksanakan kegiatan belajar.
7) Menentukan alat evaluasi dan prosedur yang harus dilakukan siswa. Peda penentuan alat
evaluasi guru dapat menyeleksi berbagai teknik yang dapat dilakukan untuk menilai prestasi
siswa, apakah siswa sudah mencapai tujuan atau belum.
8) Menguji keseimbangan isi kurikulum. Pengujian ini perlu dilakukan untuk melihat kesesuaian
antara isi, pengalaman belajar, dan tipe-tipe belajar siswa.
2. Menguji unit eksperimen
Unit yang sudah sudah dihasilkan pada langkah yang pertama harus diujicobakan pada
berbagai situasi dan kondisi belajar. Pengujian dilakukan untuk mengetahui tigkat validitas dan
kepraktisan sehingga dapat menghimpun data sebagai penyempurnaan.

3. Mengadakan revisi dan konsolidasi


Setelah langkah pengujian, maka langkah selanjutnya melakukan revisi dan konsolidasi.
Perbaikan dan penyempurnaan dilakukan pada data yang dihimpun sebelumnya. Selain d
dilakukan perbaikan dan penyempurnaan dilakukan juga konsolidasi yaitu penarikan kesimpulan
hal-hal yang umum dan tentang konsistensi teori-teori yang digunakan. Langkah ini dilakukan
secara bersama-sama dengan coordinator kurikulum maupun ahli kurikulum. produk dari
langkah ini adalah berupa teaching learning unit yang telah diuji dilapangan. Pada langkah ini
dilakukan pula penarikan kesimpulan (konsolidasi) tentang konsistensi teori yang digunakan.
Langkah ini dilakukan bersama oleh koordinator kurikulum dan ahli kurikulum. Bila hasilnya
sudah memadai, maka unit-unit tersebut dapat disebarkan dalam lingkup yang lebih luas.
4. Pengembangan keseluruhan kerangka kurikulum (developing a frame work)
Apabila dalam kegiatan penyempurnaan dan konsolidasi telah diperoleh sifatnya yang lebih
menyeluruh atau berlaku lebih luas, hal itu harus dikaji oleh para ahli kurikulum.
Ada beberapa pertanyaan yang harus dijawab dalam langkah ini.
 Apakah lingkup isi telah memadai
 Apakah isi telah tersusun secara logis
 Apakah pemebelajaran telah memberikan peluang terhadap pengembangan
intelektual, keterampilan dan sikap
 Dan apakah konsep dasar telah terakomodasi
Perkembangan yang dipergunakan untuk melakukan kegiatan yang berdasarkan pada
pertanyaan-pertanyaan apa isi unit-unit yang disusun secara berurutan itu telah berimbang ke
dalamnya dan keluasannya, dan apakah pengalaman belajar telah memungkinkan belajarnya
kemampuan intelektual dan emosional. Pengembangan ini dilakukan oleh ahli kurikulum dan
para professional kurikulum lainnya. Produk dari langkah-langkah ini adalah dokumen
kurikulum yang siap untuk diimplementasikan dan didesiminasikan.
5. Implementasi dan desiminasi
Dalam langkah ini dilakukan penerapan dan penyebarluasan program ke daerah dan sekolah-
sekolah dan dilakukan pendataan tetang kesulitan serta permasalahan yang dihadapi guru-guru di
lapangan. Oleh karena itu perlu diperhatikan tentang persiapan dilapangan yang berkaitan
dengan aspek-aspek penerapan kurikulum. Pengembangan kurikulum realitas dengan
pelaksanaannya, yaitu melalui pengujian terlebih dahulu oleh staf pengajar yang profesional.
Dengan demikian, model ini benar-benar memadukan teori dan praktek.
Tanggung jawab tahap ini dibebankan pada administrator sekolah. Penerapan kurikulum
merupakan tahap yang ditempuh dalam kegiatan pengembangan kurikulum. Pada tahap ini harus
diperhatikan berbagai masalah seperti kesiapan tenaga pengajar untuk melaksanakan kurikulum
di kelasnya, penyediaan fasilitas pendukung yang memadai, alat atau bahan yang diperlukan dan
biaya yang tersedia, semuanya perlu mendapat perhatian dalam penerapan kurikulum agar
tercapai hasil optimal. [6]
Menurut Wheeler berpendapat bahwa pengembangan kurikulum teridri dari 5 tahap yaitu:
1. Mementukan tujuan umum dan tujuan khusus.
Dalam hal ini tujuan umum dapat berupa tujuan yang bersifat normative yang mengandung
tujuan filisofis (aim) atau tujuan pembelajaran yang bersifat praktis (goals). Sedangkan yang
menjadi tujuan khusus yaitu tujuan yang bersifat spesifik dan observable (objective) yaitu suatu
tujuan pembelajaran yang mudah diukur ketercapaiannya. Dalam pengembangan kurikulum
menurut Wheeler penentuan tujuan merupakan tahap awal yang harus dilakukan. Dalam
penyusunan suatu kurikulumin, merumuskan tujuan merupakan hal yang harus dikerjakan karena
tujuan merupakan arah atau sasaran pendidikan. Tanpa ada tujuan maka apa yang ingin di capai
akan menjadi tidak.
Alasan alasan yang mendasar mengenai pentingnya perumusan suatu tujuan adalah:
 Tujuan berkaitan erat dengan arah dan sasaran yang harus dicapai oleh dunia pendidikan.
Kurikulum merupakan alat untuk mencapai tujuan pendidikan, denagn demikian salah satu
komponen penting yang harus ada dalam suatu perencanaan kurikulum adalah tujuan itu sendiri.
 Tujuan kurikulum dapat membantu pengembang kurikulum dalam mendesain suatu model
kurikulum. Melalui tujuan yang jelas, maka dapat membantu para pengembang kurikulum dalam
mendesain model kurikulum yang dapat digunakan bahkan akan membantu guru dalam
mendesain sistem pembelajaran. Maksudnya disini adalah dengan tujuan yang jelas dapat
memberikan arahan kepada guru dalam menentukan bahan atau materi yang harus dipelajari,
menentukan metode dan strategi pembelajaran yang akan digunakan, menentukan alat, media,
dan sumber pembelajaran, serta bagaimana cara merancang alat evaluasi untuk menentukan
keberhasilan belajar siswa.
 Tujuan dapat digunakan sebagai control dalam menentukan batas batas serta kualitas
pembelajaran. Dengan adanya tujuan kurikulum yang jelas dapat digunakan sebagai kontrol
dalam menentukan batas-batas dan kualitas pembelajaran. Artinya, melalui penetapan tujuan,
para pengembang kurikulum termasuk guru dapat mengontrol sampai mana siswa telah
memperoleh kemampuan-kemampuan sesuai dengan tujuan dan tuntutan kurikulum yang
berlaku. Lebih jauh dari itu dengan adanya tujuan akan dapat ditentukan daya serap siswa dan
kualitas suatu sekolah.
2. Menentukan pengalaman belajar yang mungkin dapat dilakukan oleh siswa untuk mencapai
tujuan yang telah dirumuskan dalam dalam langkah pertama. Yang dimaksud dengan
pengalaman belajar disini adalah segala aktivitas siswa dalam berinteraksi denagn lingkungan.
Menentukan pengalaman belajar merupakan hal yang penting untuk materi - materi yang sesuai
dalam proses pembelajaran.
3. Menentukan isi dan materi pelajaran sesuai dengan pengalaman belajar
Tahap ketiga dalam pengembangan kurikulum menurut Wheeler adalah penentuan isi dan materi
pelajaran. Penentuan isi dan materi pelajaran ini di dasarkan atas pengalaman belajar yang di
alami oleh peserta didik, pengalaman belajar yang dialami oleh peserta didik dijadikan suatu
acuan dalam penyusunan materi ajar.langkah langkah pengorganisasian merupakan hal yang
sangat penting karena dengan pengorganisasian yang jelas akan memberikan arah bagi
pelaksanaan proses pembelajaran sehingga menjadi pengalaman belajar bagi pelaksanaan proses
pembelajaran sehingga menjadi pengalaman belajar yang nyata bagi siswa.
4. Mengorganisasi atau menyatukan pengalaman belajar dengan isi atau materi pelajaran. Setelah
materi ajar disusun maka dilakukan penyatuan antara pengalaman belajar dengan materi ajar
yang telah disusun, hal ini bertujuan agar terjadi hubungan atau kesinambungan antara
pengalaman belajar dengan materi ajar. Sehingga proses belajar mengajar dapat berjalan dengan
naik sehingga hasil yang diperoleh pun dapat maksimal.
5. Melakukan evaluasi setiap fase pengembangan dan pencapaian tujuan. Disini setelah proses
pembelajaran selesai akan dilaksanakan suatu proses evaluasi. Dalam proses pengembangan
kurikulum ini tahap evaluasi merupakan tahap yang sangat penting, hal itu karena proses
penilaian atau evaluasi dapat memberikan informasi tentang ketercapaian daripada tujuan yang
telah ditetapkan sebelumnya. Dengan evaluasi ini maka akan dapat diketahui apakah kurikulum
yang diterapkan itu berjalan denagn baik sesuai dengan tujuan yang ingin dicapai oleh sekolah
tersebut.secara rinci dapat dikatakan bahwa Evaluasi bertujuan untuk menggumpulkan,
menganalisis dan menyajikan data untuk bahan penentuan keputusan mengenai kurikulum
apakan kurikulum itu masih bisa berlaku atau harus di perbaharui atau digamti lagihal itu terjadi
karena evaluasi suatu kurikulum dapat memberikan informasi mengenai kesesuaian, efektifitas
dan efisiensi kurikulum terhadap tujuan yang ingin dicapai dan penggunaan sumber daya,yang
mana informasi ini akan sangat berguna sebagai bahan pembuat keputusan apakah kurikulum
tersebut masih dijalankan tetapi perlu revisi atau kurikulum tersebut harus diganti dengan
kurikulum yang baru. Evaluasi kurikulum juga penting dilakukan dalam rangka penyesuaian
dengan perkembangan ilmu pengetahuan, kemajuan teknologi dan kebutuhan pasar yang
berubah.
Berdasarkan dari langkah- langkah pengembangan kurikulum yang dikemukakan oleh
Wheeler terlihat bahwa pengembangn kurikulum itu berbentuk sebuah siklus (lingkaran) yang
mana pada setiap tahapa dalam siklus tersebut membentuk suatu system yang terdiri dari
komponen- komponen pengembangan yang saling berhubungan satu sama lain. [7]
Menyusun Materi dan Mengembangkan Kurikulum
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Materi pembelajaran merupakan komponen penting yang harus dipersiapkan guru sebelum
melaksanakan kegiatan belajar dan pembelajaran. Kelengkapan bahan pembelajaran akan
membantu guru dan siswa dalam kegiatan belajar dan pembelajaran. Lebih dari itu, bahan
pembelajaran merupakan komponen yang sangat menentukan bagi tercapainya tujuan belajar dan
pembelajaran. Bahan pembelajaran yang lengkap dan disusun secara sistematis dapat
menciptakan proses belajar dan pembelajaran yang efektif dan efisien.
Sedangkan kurikulum mempunyai peranan yang sangat signifikan dalam dunia pendidikan,
bahkan bisa dikatakan bahwa kurikulum memegang kedudukan dan kunci dalam pendidikan, hal
ini berkaitan dengan penentuan arah, isi, dan proses pendidikan, yang pada akhirnya menentukan
macam dan kualifikasi lulusan suatu lembaga pendidikan. Kurikulum menyangkut rencana dan
pelaksanaan pendidikan baik dalam lingkup kelas, sekolah, daerah, wilayah maupun nasional.
Dalam proses penyusunan materi pembelajaran dan pengembangan kurikulum tidak dapat
dilakukan secara sembarangan dan bukan merupakan hal yang mudah. Diperlukan cara dan
strategi yang tepat agar dapat menghasilkan materi pembelajaran dan kurikulum yang baik.
Berikut ini akan dijelaskan strategi dalam menyusun materi dan mengembangkan kurikulum.

B. Rumusan Masalah
1. Apa pengertian dari kurikulum?
2. Apa pengertian materi pembelajaran?
3. Apa saja macam-macam materi pembelajaran?
4. Bagaimana strategi dalam menyusun materi?
5. Bagaimana strategi dalam mengembangkan kurikulum?
BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengertian Kurikulum
Secara etimologi, kurikulum (curriculum) berasal dari bahasa Yunani, yaitu curir yang artinya
“pelari” dan curere yang berarti “tempat berpacu”. Itu berarti istilah kurikulum berasal dari dunia
olah raga pada zaman Yunani Kuno di Yunani, yang mengandung pengertian suatu jarak yang
harus ditempuh oleh pelari dari garis start sampai finish, kemudian di gunakan oleh dunia
pendidikan.
Secara terminologi, istilah kurikulum digunakan dalam dunia pendidikan, yaitu sejumlah
pengetahuan atau kemampuan yang harus ditempuh atau diselesaikan siswa guna mencapai
tingkatan tertentu secara formal dan dapat dipertanggung jawabkan. Para ahli mengartikan
kurikulum itu yaitu:

1. Menurut Nasution, “Kurikulum adalah suatu rencana yang disusun untuk melancarkan proses
belajar mengajar di bawah bimbingan dan tanggung jawab sekolah atau lembaga pendidikan
beserta staf pengajarnya.”
2. Menurut Grayson (1978), kurikulum adalah suatu perencanaan untuk mendapatkan keluaran
(out- comes) yang diharapkan dari suatu pembelajaran.
3. Menurut Harsono (2005), kurikulum merupakan gagasan pendidikan yang diekpresikan dalam
praktik. Dalam bahasa latin, kurikulum berarti track atau jalur pacu. Saat ini definisi kurikulum
semakin berkembang, sehingga yang dimaksud kurikulum tidak hanya gagasan pendidikan tetapi
juga termasuk seluruh program pembelajaran yang terencana dari suatu institusi pendidikan.
4. John Dewey 1902;5 kurikulum dapat diartikan sebagai pengajian di sekolah dengan mengambil
kira kandungan dari masa lampau hingga masa kini. Pembentukan kurikulum menekankan
kepetingn dan keperluan masyarakat.
5. Menurut Hasan Kurikulum bersifat fleksibilitas mengandung dua posisi. Pada posisi pertama
berhubungan dengan fleksibilitas sebagai suatu pemikiran kependidikan bagi diklat. Dengan
demikian, pada posisi teoritik yang harus dikembangkan dalam kurikulum sebagai rencana.
Pengertian kedua yaitu sebagai kaidah pengembang kurikulum. Terdapatnya posisi pengembang
ini karena adanya perubahan pada pemikiran kependidikan atau pelatihan.
6. Hilda Taba ;1962 Kurikulum sebagai a plan for learning, yakni sesuatu yang direncanakan
untuk dipelajari oleh siswa. Sementara itu, pandangan lain mengatakan bahwa kurikulum sebagai
dokumen tertulis yang memuat rencana untuk peserta didik selama di sekolah
7. Menurut Saylor J. Gallen & William N. Alexander dalam bukunya “Curriculum Planning”
menyatakan Kurikulum adalah “Keseluruhan usaha sekolah untuk mempengaruhi belajar baik
berlangsung dikelas, dihalaman maupun diluar sekolah”.
8. Menurut Soedijarto, “Kurikulum adalah segala pengalaman dan kegiatan belajar yang
direncanakan dan diorganisir untuk diatasi oleh siswa atau mahasiswa untuk mencapai tujuan
pendidikan yang telah ditetapkan bagi suatu lembaga pendidikan”.
Jadi, kurikulum itu merupakan suatu usaha terencana dan terorganisir untuk menciptakan
suatu pengalaman belajar pada siswa dibawah tanggung jawab sekolah atau lembaga pendidikan
untuk mencapai suatu tujuan. Pengertian kurikulum secara luas tidak hanya berupa mata
pelajaran atau kegiatan-kegiatan belajar siswa saja tetapi segala hal yang berpengaruh terhadap
pembentukan pribadi anak sesuai dengan tujuan pendidikan yang diharapkan.

B. Pengertian Materi Pembelajaran


Materi pembelajaran merupakan bahan atau materi pembelajaran yang disusun secara sistematis yang digunakan
pendidik dan peserta didik dalam proses pembelajaran. Secara umum Bahan Ajar adalah segala bentuk bahan yang
digunakan untuk membantu guru/pendidik dalam melaksanakan kegiatan belajar mengajar. Bahan yang dimaksud
bisa berupa bahan tertulis maupun bahan tidak tertulis. Dengan bahan ajar memungkinkan siswa dapat menguasai
kompetensi melalui materi yang disajikan secara runtut dan sistematis sehingga mampu menguasai semua
kompetensi secara utuh dan terpadu sesuai dengan tujuan pendidikan Agama Islam.

Bahan ajar atau materi pembelajaran (instructional materials) secara garis besar terdiri dari
pengetahuan, keterampilan, dan sikap yang harus dipelajari siswa dalam rangka mencapai
standar kompetensi yang telah ditentukan. Secara terperinci, jenis-jenis materi pembelajaran
terdiri dari pengetahuan (fakta, konsep, prinsip, prosedur), keterampilan, serta nilai dan sikap.

Terdapat beberapa rumusan tentang pengertian bahan pembelajaran, antara lain


dikemukakan oleh Gintings (2008: 152) yaitu, bahan pembelajaran adalah rangkuman materi
yang diberikan dan diajarkan kepada siswa dalam bentuk bahan tercetak atau dalam bentuk lain
yang tersimpan dalam file elektronik baik verbal maupun tertulis. Untuk mengupayakan agar
siswa memiliki pemahaman awal tentang materi pembelajaran yang akan dibahas, sebaiknya
bahan pembelajaran ini disampaikan atau dibagikan terlebih dahulu kepada peserta didik
sebelum proses belajar dan pembelajaran dilaksanakan. Hal ini baik untuk dilakukan karena
dengan mempelajarinya lebih dulu diharapkan peserta didik dapat berpartisipasi aktif selama
berlangsungnya proses belajar dan pembelajaran.
Pengertian lain tentang bahan pembelajaran dikemukakan oleh Pannin (2001), ia
menyebutkan bahwa bahan ajar sebagai bahan-bahan atau materi pelajaran yang disusun secara
sistematis, yang digunakan guru dan peserta didik dalam proses pembelajaran. Prastowo (2011)
menyatakan pemahaman bahan ajar sebagai segala bahan (baik informasi, alat, maupun teks)
yang disusun secara sistematis, yang menampilkan sosok utuh dari kompetensi yang dikuasai
peserta didik dan digunakan dalam proses pembelajaran dengan tujuan perencanaan dan
penelaahan implementasi pembelajaran.
Berdasarkan beberapa pengertian sebagaimana tersebut di atas dapat disimpulkan
bahwa materi pembelajaran merupakan susunan sistematis dari berbagai bentuk bahan
pembelajaran baik tertulis seperti buku pelajaran, modul, handout, LKS maupun yang tidak
tertulis seperti maket, bahan ajar audio, bahan ajar interaktif yang dipakai atau digunakan
sebagai pedoman atau panduan oleh pendidik atau instruktur dalam proses belajar dan
pembelajaran.[4]

C. Macam-Macam Materi Pembelajaran


Materi pembelajaran yang digunakan perlu didesain secara khusus sehingga sesuai dengan
karakteristik proses belajar dan pembelajaran. Pengembangan bahan ajar dapat dilakukan dengan
cara; pertama, membuat atau menulis sendiri, ini merupakan pengembangan bahan ajar yang
paling ideal; kedua, memodifikasi atau kompilasi, yaitu menggunakan bahan ajar yang telah ada
namun dilakukan perubahan atau penambahan sesuai dengan kebutuhan pembelajaran; ketiga,
mengadaptasi yaitu menggunakan sebagian atau secara utuh dengan melengkapi panduan belajar
dalam menggunakan bahan ajar yang telah ada.

Berdasarkan pada sudut pandang yang dipergunakan untuk melihat bahan pembelajaran
yang dipergunakan dalam proses belajar dan pembelajaran maka bahan pembelajaran dapat
digolongkan menjadi dua macam, yaitu; menurut karakteristik materinya dan menurut cara
pengorganisasiannya (Satori, dkk., 2007).

 Macam-Macam Materi Pembelajaran menurut Karakteristik Materinya


Berdasarkan karakteristik materi atau isinya, bahan pembelajaran dapat digolongkan
menjadi enam macam sebagaimana dijelaskan berikut ini.
a. Materi Pembelajaran Fakta
Bahan pembelajaran fakta adalah bahan pembelajaran yang isinya terdiri dari sejumlah fakta
atau informasi yang secara umum diyakini kebenarannya.Menyebutkan kapan, berapa, nama dan
dimana. Misalnya, Ka’bah terletak di Mekkah, Indonesia merdeka pada tanggal 17 agustus 1945.
b. Materi Pembelajaran Konsep
Bahan pembelajaran yang isinya berupa gagasan, ide, pendapat, teori, atau dalil. Konsep itu
bersifat abstrak, namun akan menjadi nyata jika diwujudkan dalam bentuk benda atau perbuatan.
Misalnya konsep tentang bilangan ganjil dan genap yang dlambangkan dalam bentuk angka 1, 3,
5 dan 2, 4, 6, dan seterusnya.
c. Materi Pembelajaran Prinsip
Prinsip adalah tuntutan praktis bagi terselenggaranya perbuatan tertentu, seperti dalam
proses belajar dan pembelajaran. Bahan pembelajaran prinsip merupakan bahan pembelajaran
yang memberikan landasan bagi terwujudnya suatu perbuatan yang diharapkan sehingga setiap
tindakan yang dilakukan dapat dikontrol dengan baik. Contoh; jika berbuat baik maka akan
mendapat pahala dari Allah.[5]
d. Materi Pembelajaran Keterampilan
Materi pembelajaran keterampilan terdiri dari keterampilan-keterampilan tertentu yang harus
dikuasai terutama yang menyangkut keterampilan motorik, seperti keterampilan mengetik,
memukul bola, lari cepat, bermain bola kaki, dan sebagainya. Bahan pembelajaran keterampilan
ini banyak digunakan pada bidang pembelajaran kejuruan. Cara mempelajarinya pada umumnya
dengan melaksanakan tugas-tugas dan latihan-latihan.
e. Materi Pembelajaran Pemecahan Masalah
Materi pembelajaran pemecahan masalah mengandung unsur permasalahan yang harus
diselesaikan/dipecahkan oleh peserta didik baik secara perorangan maupun kelompok. Misalnya,
guru memberikan tugas kepada sekelompok siswa untuk mengatasi permasalahan yang
ditimbulkan oleh sampah dan bagaimana memanfaatkannya. Pembelajaran ini dilaksanakan
dengan menggunakan metode pemecahan masalah. Peserta didik diberi tugas untuk berpikir,
berbuat, dan membuat kesimpulan.
f. Materi Pembelajaran Proses
Bahan pembelajaran proses adalah bahan pembelajaran yang melukiskan proses terjadinya
sesuatu, seperti proses terjadinya perubahan warna, proses terjadinya hujan, proses terjadinya
pengendapan, dan lain-lain.

 Macam-macam Materi Pembelajaran menurut Cara Pengorganisasiannnya


Macam-macam bahan pembelajaran ditinjau dari cara pengorganisasiannya dapat
digolongkan menjadi empat macam sebagaimana dijelaskan berikut ini.[6]
a. Materi Pembelajaran Mata pelajaran Linier
Karakteristik materi pembelajaran linier disusun secara berurutan dari yang mudah kepada
yang sulit atau dari yang sederhana kepada yang kompleks. Peran sistematika dalam bahan
pembelajaran ini sangat tinggi dan disampaikan secara berangsur-angsur sesuai dengan tingkat
perkembangan peserta didik. Misalnya dalam pelajaran matematika, bahan pembelajaran disusun
mulai dari himpunan benda-benda nyata, kemudian meningkat menjadi melambangkannya dalam
bentuk lambang bilangan, dan seterusnya.
b. Materi Pembelajaran Mata Pelajaran Kumulatif
Materi pembelajaran mata pelajaran ini tidak disusun dalam serangkaian tingkatan yang
berseri seperti pada bahan pembelajaran mata pelajaran linier. Pendekatan metodologisnya
adalah Child Centered, yaitu proses belajar dan pembelajaran seluruhnya berpusat pada
kebutuhan, minat, dan perhatian peserta didik. Bahan pembelajaran mata pelajaran ini
disampaikan dari keseluruhan menuju kepada bagian-bagain. Metoda pembelajaran unit sangat
cocok dipergunakan untuk menyajikan bahan pembelajaran ini.
c. Materi Pembelajaran Mata Pelajaran Praktikal
Materi pembelajaran ini dapat disajikan dengan pendekatan dan metode drill atau pelatihan,
demonstrasi, tugas, dan presentasi. Peran metode demonstrasi dalam penyajian bahan
pembelajaran mata pelajaran praktikal ini sangat besar. Pelajaran olahraga dan kesehatan,
kesenian, dan kejuruan banyak mengandung bahan pembelajaran praktikal.
d. Materi Pembelajaran Mata Pelajaran Eksperensial
Materi pembelajaran mata pelajaran ini sangat erat kaitannya dengan bahan pembelajaran
mata pelajaran praktikal, hanya saja di sini lebih menekankan pada unsur kreativitas. Dalam
penyajian bahan pembelajaran mata pelajaran ini peserta didik diharapkan dapat
mengembangkan kegiatannya dalam bentuk kreativitas, tidak terlalu terikat oleh kebiasaan-
kebiasaan tertentu. Bahan pembelajaran eksperensial tidak terbatas pada mata pelajaran
keterampilan atau kejuruan saja, melainkan juga terdapat pada mata pelajaran IPA. Pendekatan
dalam penyajian bahan pembelajaran ini bersifar child centered melalui prinsip cara belajar
siswa aktif (CBSA).[7]

D. Strategi Pengembangan Kurikulum


1. Mengubah sistem pendidikan
Mengubah seluruh sistem pendidikan hanya dapat dilakukan oleh pemerintah pusat, yakni
Depdiknas, yang mempunyai wewenang penuh untuk mengadakan perubahan kurikulum secara
total.
Pendekatan perubahan kurikulum memiliki sejumlah kelemahan. Para pakar
kurikulum yang dilibatkan biasanya kurang mencerminkan keterwakilan pemikiran dan keahlian
para pakar yang tersebar di seluruh negara. Bila semua perubahan kurikulum hanya datang dari
pemerintah pusat, dalam jangka panjang akan mengekang dan membatasi kreativitas para guru
dalam mengembangkan kurikulum. Bagi para guru, perbaikan atau perubahan kurikulum kerap
hanya berperan sebagai penerima kebijakan orang-orang yang secara resmi diberi status sebagai
pemimpin urusan kurikulum.
2. Mengubah kurikulum tingkat lokal
Kurikulum yang nyata, yang riil, hanya terdapat di tempat guru dan murid berada,
yakni di sekolah. Di sinilah masalah kurikulum yang sesungguhnya berada. Betapa pun ketat
dan rincinya sebuah kurikulum, guru selalu mendapat kesempatan untuk mencoba pikiran dan
kreativitasnya. Kelaslah yang menjadi garis depan serta basis perubahan dan pengembangan
kurikulum.
Perubahan kurikulum di sekolah tidak berarti bahwa sekolah itu menyendiri dan
melepaskan diri dari kurikulum resmi. Sekolah itu tetap bergerak dalam kerangka kurikulum
resmi yang berlaku, akan tetapi sekolah berusaha menyesuaikan dan mengaitkannya dengan
kebutuhan anak dan lingkungan. Kurikulum seperti ini ada yang menyebutnya sebagai
“kurikulum plus”.[8]
3. Memberikan pendidikan in-service dan pengembangan staf
Kurikulum sekolah akan mengalami pengembangan jika mutu guru
ditingkatkan. In-service training dianggap lebih formal, dengan rencana yang lebih ketat,
diselenggarakan atas instruksi pihak atasan. Pengembangan staf lebih baik tidak formal, sehingga
lebih bebas dan sesuai dengan kebutuhan guru. Guru dengan menerapkan apa yang sudah
diperolehnya dalam pendidikan in-service atau kegiatan pengembangan staf lainnya, misalnya
dapat disuruh mengobservasi dan menilai dirinya dalam mengajar dengan melihat rekaman
kegiatan mengajar yang ia lakukan.
4. Supervisi
Supervisi adalah memberi pelayanan kepada guru agar dapat melakukan
pembelajaran lebih efektif. Tujuannya ialah membantu guru mengadakan pengembangan dalam
pengajaran. Bila dirasa perlu, penilik sekolah dapat memberikan demonstrasi bagaimana
melaksanakan suatu metode baru. Seorang penilik sekolah harus senantiasa mempelajari
perkembangan kurikulum dan metode mengajar modern serta dapat pula menerapkannya. Dialah
sebenarnya yang menjadi hulubalang dalam modernisasi pendidikan.
5. Reorganisasi sekolah
Reorganisasi diadakan bila sekolah itu ingin merombak seluruh cara mendidik di
sekolah itu dengan menerima cara yang sama sekali baru. Hal ini antara lain dapat terjadi bila
sekolah itu akan menerapkan misalnya team teaching, non grading, metode unit, dan open
school. Hal serupa akan jarang terdapat di negara kita dewasa ini, kecuali bila di adakan
eksperimen dengan metode baru, misalnya pengajaran modul.[9]
6. Eksperimentasi dan penelitian
Negara kita tidak tertutup bagi macam-macam pembaruan dalam pendidikan.
Kemajuan teknologi informasi dan komunikasi membuka pendidikan kita terhadap pengaruh dari
negara-negara lain di dunia ini. Ciri kemajuan ialah perubahan dan perbaikan. Penelitian atau
riset pendidikan belum cukup banyak dilakukan di negara kita. Hasil penelitian pun tidak
langsung dapat diterapkan. Diperlukan waktu yang cukup sebelum hasil penelitian itu dapat
diterima oleh khalayak luas.
Yang lebih mungkin dilaksanakan ialah eksperimentasi, yakni mencobakan
metode atau bahan baru. Pada dasarnya setiap kurikulum baru harus diujicobakan lebih dahulu
sebelum disebarkan ke semua sekolah. Pembaruan kurikulum tanpa uji coba terlebih dahulu
sangatlah beresiko, karena dapat menghamburkan biaya dan tenaga, tanpa jaminan bahwa
pembaruan itu akan membawa perbaikan.
Langkah-langkah dalam Pengembangan Kurikulum Sekolah
Pegembangan kurikulum meliputi empat langkah, yaitu merumuskan tujuan pembelajaran
(instructional objective), menyeleksi pengalaman-pengalaman belajar ( selection of learning
experiences), mengorganisasi pengalaman-pegalaman belajar (organization of learning
experiences), dan mengevaluasi (evaluating).[10]
1) Merumuskan Tujuan Pembelajaran (instructional objective)
Terdapat tiga tahap dalam merumuskan tujuan pembelajaran. Tahap yang pertama
yang harus diperhatikan dalam merumuskan tujuan adalah memahami tiga sumber, yaitu siswa
(source of student), masyarakat (source of society), dan konten (source of content). Tahap kedua
adalah merumuskan tentative general objective atau standar kompetensi (SK) dengan
memperhatikan landasan sosiologi (sociology), kemudian di-screen melalui dua landasan lain
dalam pengembangan kurikulum yaitu landasan filsofi pendidikan (philosophy of learning) dan
psikologi belajar (psychology of learning), dan tahap terakhir adalah merumuskan precise
education atau kompetensi dasar (KD)
2) Merumuskan dan Menyeleksi Pengalaman-Pengalaman Belajar ( selection of learning
experiences)
Dalam merumuskan dan menyeleksi pengalaman-pengalaman belajar dalam
pengembangan kurikulum harus memahami definisi pengalaman belajar dan landasan psikologi
belajar (psychology of learning). Pengalaman belajar merupakan bentuk interaksi yang dialami
atau dilakukan oleh siswa yang dirancang oleh guru untuk memperoleh pengetahuan dan
ketrampilan. Pengalaman belajar yang harus dialami siswa sebagai learning
activity menggambarkan interaksi siswa dengan objek belajar. Belajar berlangsung melalui
perilaku aktif siswa; apa yang ia kerjakan adalah apa yang ia pelajari, bukan apa yang dilakukan
oleh guru. Dalam merancang dan menyeleksi pengalaman-pengalaman belajar juga
memperhatikan psikologi belajar.
Ada lima prinsip umum dalam pemilihan pengalaman belajar. Kelima prinsip tersebut
adalah pertama, pengalaman belajar yang diberikan ditentukan oleh tujuan yang akan
dicapai, kedua, pengalaman belajar harus cukup sehingga siswa memperoleh kepuasan dari
pengadaan berbagai macam perilaku yang diimplakasikan oleh sasaran hasil, ketiga, reaksi yang
diinginkan dalam pengalaman belajar memungkinkan bagi siswa untuk mengalaminya
(terlibat), keempat, pengalaman belajar yang berbeda dapat digunakan untuk mencapai tujuan
pembelajaran yang sama, dan kelima, pengalaman belajar yang sama akan memberikan berbagai
macam keluaran (outcomes).
3) Mengorganisasi Pengalaman Pengalaman Belajar (organization of learning experiences)
Pengorganisasi atau disain kurikulum diperlukan untuk memudahkan anak didik
untuk belajar. Dalam pengorganisasian kurikulum tidak lepas dari beberapa hal penting yang
mendukung, yakni: tentang teori, konsep, pandangan tentang pendidikan, perkembangan anak
didik, dan kebutuhan masyarakat.[11]
4) Mengevaluasi (evaluating) Kurikulum
Langkah terakhir dalam pengembangan kurikulum adalah evaluasi. Evaluasi
adalah proses yang berkelanjutan di mana data yang terkumpul dan dibuat pertimbangan untuk
tujuan memperbaiki sistem. Evaluasi yang seksama adalah sangat esensial dalam pengembangan
kurikulum. Evaluasi dirasa sebagai suatu proses membuat keputusan , sedangkan riset sebagai
proses pengumpulan data sebagai dasar pengambilan keputusan.
Perencana kurikulum menggunakan berbagai tipe evaluasi dan riset. Tipe-tipe
evaluasi adalah konteks, input, proses, dan produk. Sedagkan tipe-tipe riset adalah aksi,
deskripsi, historikal, dan eksperimental. Di sisi lain perencana kurikulum menggunakan evaluasi
formatif (proses atau progres) dan evaluasi sumatif (outcome atau produk).
E. Strategi Penyusunan Materi Pembelajaran
Sebagaimana telah dikemukan pada bagian terdahulu, bahan pembelajaran merupakan
komponen penting yang harus disusun dan dipersiapkan guru sebelum melaksanakan kegiatan
belajar dan pembelajaran. Bahan pembelajaran tersebut merupakan ramuan yang menentukan
kompetensi yang akan dicapai dan dimiliki peserta didik di akhir kegiatan atau setelah
berlangsungnya proses belajar dan pembelajaran. Ada beberapa prosedur yang harus diikuti
dalam penyusunan bahan pembelajaran sebagaiman dijelaskan berikut ini.
1. Memahami Standar Isi dan Standar Kompetensi Lulusan, Silabus, Program Semeter, dan
Rencana Pelaksanaan Pembelajaran
Langkah pertama yang harus dilakukan dalam menyusun bahan pembelajaran adalah
memahami standar isi (Permen 22/2006) berarti memahmai standar kompetensi dan kompetensi
dasar. Hal ini telah dilakukan guru ketika menyusun silabus, program semester, dan rencana
pelaksanaan pembelajaran. Memahami standar kompetensi lulusan (Permen 23/2006) juga telah
dilakukan ketika menyusun silabus. [12]Walaupun demikian, ketika menyusun bahan
pembelajaran, dokumen-dokumen tersebut perlu perlu dihadirkan dan dibaca kembali. Hal itu
akan membantu penyusun bahan ajar dalam mengaplikasikan prinsip relevansi, konsistensi, dan
kecukupan. Selain itu, penyusunan bahan ajar akan terpandu ke arah yang jelas, sehingga bahan
ajar yang dihasilkan benar-benar berfungsi.
2. Mengidentifikasi Jenis Bahan Pembelajaran Berdasarkan Pemahaman terhadap Poin
Mengidentifikasi jenis materi pembelajaran dilakukan agar penyusun bahan pembelajaran
mengenal dengan tepat jenis-jenis materi pembelajaran yang akan disajikan.
3. Melakuan Pemetaan Materi
Hasil identifikasi dipetakan dan diorganisasikan sesuai dengan pendekatan yang dipilih
(prosedural atau hierarkis). Pemetaan materi dilakukan berdasarkan standar kompetensi (SK),
kompetensi dasar (KD), dan standar kompetensi lulusan (SKL). Tentu saja di dalamnya terdapat
indikator pencapaian yang telah dirumuskan pada saat menyusun silabus. Jika ketika menyusun
silabus telah terpeta dengan baik, pemetaan tidak diperlukan lagi. Penyusun bahan ajar tinggal
mempedomani yang ada pada silbus. Akan tetapi jika belum terpetakan dengan baik, perlu
pemetaan ulang setelah penyusunan silabus.
4. Menetapkan Bentuk Penyajian
Langkah berikutnya yaitu menetapkan bentuk penyajian. Bentuk penyajian dapat dipilih
sesuai dengan kebutuhan. Bentuk-bentuk tersebut adalah seperti buku teks, modul, diktat, lembar
informasi, atau bahan ajar sederhana. Masing-masing bentuk penyajian ini dapat dilihat dari
berbagai sisi. Di antaranya dapat dilihat dari sisi kompleksitas struktur dan pekerjaannya. Bentuk
buku teks tentu lebih kompleks dibandingkan dengan yang lain. Adapun yang paling kurang
kompleksitasnya adalah bahan pembelajaran sederhana.
5. Menyusun Struktur (Kerangka) Penyajian
Jika bentuk penyajian sudah ditetapkan, penyusun bahan pembelajaran menyusun struktur
atau kerangka penyajian. Kerangka-kerangka itu diisi dengan materi yang telah diatetapkan.[13]

6. Membaca Buku Sumber


Membaca buku sumber diperlukan untuk menentukan materi yang diisikan pada kerangka
struktur penyajian. Kegiatan pengisian dilakukan setelah penyusunan Struktur Penyajian.
7. Membuat Draft Bahan Pembelajaran
Kegiatan membuat draf (termasuk membahasakan, membuat ilustrasi, gambar) ini
dilakukan bersamaan dengan kegiatan yang telah disebutkan sebelumnya.
8. Merevisi (Menyunting) Bahan Pembelajaran
Meneliti ulang draf yang telah jadi seraya melakukan perbaikan (revisi) jika diperlukan.
9. Mengujicobakan Bahan Pembelajaran
Bahan pembelajaran diujicobakan untuk mengetahui tingkat kelayakannya sebagai bahan
pembelajaran.
10. Merevisi dan Menulis Akhir (Finalisasi)
Melakukan perbaikan terhadap draf yang telah diujicobakan kemudian melakukan
kegiatan penulisan akhir (finalisasi).
Selanjutnya setelah prosedur sebagaimana tersebut telah dilakukan, maka bahan ajar siap
dipergunakan untuk membelajarkan peserta didik.[14]
BAB III
PENUTUP
Kesimpulan
Dari pembahasan diatas dapat diambil kesimpulan sebagai berikut :
a. Kurikulum adalah sejumlah pengetahuan atau kemampuan yang harus ditempuh atau
diselesaikan siswa guna mencapai tingkatan tertentu secara formal dan dapat dipertanggung
jawabkan.
b. Materi pembelajaran merupakan bahan atau materi pembelajaran yang disusun secara sistematis
yang digunakan pendidik dan peserta didik dalam proses pembelajaran
c. Macam-macam materi pembelajaran menurut karakteristiknya ada 6, yaitu fakta, konsep,
prinsip, keterampilan, pemecahan masalah, proses. Sedangkan menurut cara
pengorganisasiannya terbagi menjadi 4, yaitu materi pembelajaran mata pelajaran linier,
kumulatif, praktikal, eksperensial.
d. Strategi pengembangan kurikulum meliputi beberapa tahapan yaitu mengubah sistem
pendidikan, mengubah kurikulum local, memberikan pendidikan in-service dan pengembangan
staf, supervisi, reorganisasi sekolah.
e. Dalam menyusun materi pembelajaran terdapat beberapa langkah yaitu memahami isi SKL,
silabus, program semester, dan RPP, mengidentifikasi jenis materi pembelajaran berdasarkan
pemahaman terhadap poin, melakukan pemetaan materi, menetapkan bentuk penyajian,
menyusun strukutur (kerangka) penyajian, membaca buku sumber, mebuat draft bahan
pembelajaran, merevisi (menyunting) bahan pembelajaran, mengujicobakan bahan pembelajaran,
merevisi dan menulis akhir (finalisasi).

Anda mungkin juga menyukai