BAB I
PENDAHULUAN
1.4 Metode
Makalah ini disusun dan ditulis berdasarkan beberapa tinjauan metode yaitu mereview
buku (meringkas materi dari buku-buku yang tersedia) dan media internet.
BAB II
PEMBAHASAN
Sebagai adapters, dimana guru lebih dari hanya sebagai pelaksana kurikulum, akan tetapi juga
sebagai penyelaras kurikulum dengan karakteristik dan kebutuhan siswa dan kebutuhan daerah.
Guru diberi kewenangan untuk menyesuaikan kurikulum yang sudah ada dengan karakteristik
sekolah dan kebutuhan lokal. Hal ini sangat tepat dengan kebijakan KTSP dimana para
perancang kurikulum hanya menentukan standat isi sebagai standar minimal yang harus dicapai,
bagaimana implementasinya, kapan waktu pelaksanaannya, dan hal-hal teknis lainnya
seluruhnya ditentukan oleh guru. Dengan demikian, peran guru sebagai adapters lebih luas
dibandingkan dengan peran guru sebagai implementers.
Sebagai peneliti kurikulum (curriculum researcher). Peran ini dilaksanakan sebagai bagian dari
tugas professional guru yang memiliki tanggung jawab dalam meningkatkan kinerjanya sebagai
guru. Dalam peran ini guru memiliki tanggung jawab untuk menguji berbagai komponen
kurikulum, misalnya menguji bahan-bahan kurikulum, menguji efektivitas program, strategi
maupun model pembelajaran, termasuk mengumpulkan data tentang keberhasilan siswa
mencapai target kurikulum. Salah satu metode yang dianjurkan dalam penelitian adalah metode
Penelitian Tindakan Kelas (PTK), yakni metode penelitian yang berangkat dari masalah yang
dihadapi guru dalam implementasi kurikulum. Melalui PTK, guru berinisiatif melakukan
penelitian sekaligus melaksanakan tindakan untuk memecahkan masalah yang dihadapi. Dengan
demikian, PTK merupakan salah satu metode yang tidak hanya menambah wawasan guru dan
menambah profesionalismenya, tetapi secara terus-menerus dapat meningkatkan kualitas
kinerjanya.
Dilihat dari segi pengelolaannya, pengembangan kurikulum dapat dibedakan antara lain yang bersifat
sentralisasi, desentralisasi dan sentral-desentral :
1. Peranan Guru dalam Pengembangan Kurikulum yang Bersifat Sentralisasi
Dalam kurikulum yang bersifat sentralisasi, guru tidak mempunyai peranan. Kurikulum makro
disusun oleh tim khusus yang terdiri atas para ahli. Penyusunan kurikulum mikro dijabarkan dari
kurikulum makro. Guru menyusun kurikulum dalam bidangnya untuk jangka waktu satu tahun, satu
semester, beberapa minggu, atau beberapa hari saja.
Kurikulum untuk satu tahun disebut prota, dan kurikulum untuk satu semester disebut dengan
promes. Sedangkan kurikulum untuk beberapa minggu, beberapa hari disebut Rencana Pembelajaran.
Program tahunan, program semester ataupun rencana pembelajaran memiliki komponen-komponen
yang sama yaitu tujuan, bahan pelajaran, metode dan media pembelajaran dan evaluasi hanya keluasan
dan kedalamannya berbeda-beda. Tugas guru adalah menyusun dan merumuskan tujuan yang tepat
memilih dan menyusun bahan pelajaran yang sesuai dengan kebutuhan, minat dan tahap perkembangan
anak, memilih metode dan media mengajar yang bervariasi serta menyusun metode dan alat yang tepat.
Suatu kurikulum yang tersusun secara sistematis dan rinci akan sangat memudahkan guru dalam
implementasinya. Walaupun kurikulum sudah tersusun dengan terstruktur, tapi guru masih mempunyai
tugas untuk mengadakan penyempurnaan dan penyesuaian-penyesuaian. Implementasi kurikulum
hampir seluruhnya bergantung pada kreatifitas, kecakapan, kesungguhan dan ketekunan guru. Guru juga
berkewajiban untuk menjelaskan kepada para siswanya tentang apa yang akan dicapai dengan
pengajarannya, membangkitkan motivasi belajar, menciptakan situasi kompetitif dan kooperatif serta
memberikan pengarahan dan bimbingan.
BAB III
PENUTUP
3.1 KESIMPULAN
Berdasarkan pembahasan di atas, dapat disimpulkan bahwa:
1. Kurikulum merupakan bagian dari suatu sistem pengelolaan yang menyangkut perencanaan dan
pelaksanaan pembelajaran yang dijadikan pedoman atau panduan bagi guru dalam melaksanakan
kegiatan pembelajaran.
2. Peran guru dalam Pengembangan Kurikulum adalah :
Sebagai implementer, guru berperan untuk mengaplikasikan kurikulum yang sudah ada. Dalam
pengembangan kurikulum guru dianggap sebagai tenaga teknis yang hanya bertanggung jawab
dalam mengimplementasikan berbagai ketentuan yang ada.
Sebagai penyelaras kurikulum dengan karakteristik dan dan kebutuhan siswa sertakebutuhan
daerah. Guru diberikan kewenangan untuk mnyesuaikan kurikuum dengan kebutuhan daerah
ataupun karakteristik sekolah.
Sebagai pengembang kurikulum, guru memiliki kewenangan dalam mendesain sebuah
kurikulum. Guru tidak hanya bisa menentukan tujuan dan isi pelajaran yang akan disampaikan,
tetapi bahkan dapat menentukan strategi apa yang harus dikembangkan dan system evaluasi apa
yang akan digunakannya. Sebagai pengembang kurikulum guru sepenuhnya dapat menyusun
kurikulum sesuai dengan karakteristik, misi dan visi sekolah/madrasah, serta sesuai dengan
pengalaman belajar yang diperlukan anak didik.
Sebagai peneliti kurikulum (curriculum researcher). Peran ini dilaksanakan sebagai bagian dari
tugas professional guru yang memiliki tanggung jawab dalam meningkatkan kinerjanya sebagai
guru. Dalam peran ini guru memiliki tanggung jawab untuk menguji berbagai komponen
kurikulum, misalnya menguji bahan-bahan kurikulum, menguji efektivitas program, strategi
maupun model pembelajaran, termasuk mengumpulkan data tentang keberhasilan siswa
mencapai target kurikulum.
3. Pengembangan kurikulum pada hakikatnya adalah pengembangan silabus yang didalamnya
mencakup komponen-komponen dalam kurikulum yaitu tujuan, metode/alat, materi/bahan ajar
dan penilaian.
Guru dan Pengembangan Kurikulum
BAB I
PENDAHULUAN
1. Latar Belakang
Kurikulum memegang kedudukan kunci dalam pendidikan, sebab berkaitan dengan arah, isi
dan proses pendidikan yang pada akhirnya menentukan macam dan kualifikasi lulusan suatu
lembaga pendidikan. Dalam suatu lembaga pendidikan, salah satu tokoh yang memiliki peranan
yang begitu penting dalam pengembangan kurikulum adalah guru. Guru merupakan ujung
tombak keberhasilan pendidikan yang terlibat langsung dalam mengembangkan, memantau,
dan melaksanakan kurikulum sehingga pembelajaran dapat berjalan lancar dan dapat mencapai
tujuan yang diharapkan. Meskipun ilmu pengetahuan mengalami perkembangan yang cukup
pesat, tidak berarti menyurutkan peranan guru. Bahkan, hasil – hasil teknologi tersebut akan
menambah beban tugas dan tanggung jawab guru. Oleh karenanya, guru sebagai pelaku utama
pendidikan diwajibkan memenuhi kewajibannya sebagai pendidik professional, dan – tentu saja
– sebagai pengembang kurikulum.
1. Rumusan Masalah
Beberapa masalah yang akan dijawab dalam Makalah ini adalah sebagai berikut.
1. Tujuan
1. MAKNA GURU
Dalam pengertian yang sederhana, guru adalah orang yang memberikan ilmu pengetahuan
kepada anak didik. Guru dalam pandangan masyarakat adalah orang yang melaksanakan
pendidikan di tempat-tempat tertentu, tidak mesti di lembaga pendidikan formal, tetapi bisa
juga di mesjid, di surau/musalla, di rumah dan sebagainya. Guru menempati kedudukan yang
terhormat di masyarakat karena kewibawaannya sehingga masyarakat tidak meragukan figur
seorang guru. Masyarakat yakin bahwa gurulah yang dapat mendidik anak meraka agar menjadi
orang yang berkepribadian mulia. Karen akepercayaan yang diberikan masyarakat, maka guru
diberikan tugas dan tanggung jawab yang berat sebaba tanggung jawab guru tidak hanya
sebatas di sekolah, tapi juga di luar sekolah yaitu membina yang diberikan tidak hanya
berkelompok tetapi juga secara individual seperti memperhatikan sikap, tingkah laku, dan
perbuatan anak didiknya di sekolah dan di luar sekolah. Menurut amatembun dalam saipul
bahri (1997:32) bahwa guru adalah semua orang yang beyrwenang dan bertanggung jawab
terhadap pendidikan murid baik secara individual maupun klasikal di sekolah maupun di luar
sekolah. Guru Dan Pengembangan Kurikulum
Dari segi pengelolaannya, pengembangan kurikulum dapat di bedakan antara sifat yang bersifat
sentralisasi, desentralisasi dan sentraldesentral. Pembagian kategori ini – tentu saja- akan
memberikan pengaruh signifikan terhadap pengembangan kurikulum. Tujuan utama
pengembangan kurikulum adalah untuk menciptakan persatuan dan kesatuan bangsa serta
memberikan standar penguasaan yang sama bagi seluruh wilayah. Latar belakang
pengembangan kurikulum menurut Dr. Nana Saodih yaitu pertama, karena wilayah Indonesia
yang sangat luas yang terbentuk atas pulau-pulau yang letaknya berjauhan. Kedua, kondisi dan
karakteristik tiap daerah berbeda-beda yaitu ada yang daerahnya sangat maju sekali dan ada
yang sangat terbelakang sekali,ada daerah yang tertutup dan ada daerah yang terbuka, dan ada
yang kaya dan miskin. Ketiga, perkembangan dan kemampuan sekolah juga berbeda-beda yaitu
ada sekolah yang sudah mapan mampu berdiiri sendiri dan melakukan pengembangan sendiri
karena memiiki personalia, fasilitas yang memadai, dan manajemen yang mapan, dan sekolah
yang lain kondisinya sangat memprihatinkan karena segalanya masih berada pada tingkat
darurat. Keempat, adanya golongan atau kelompok tertentu dalam masyarakat yang ingin lebih
mengutamakan kelompoknya dan menggunakan sekolah untuk mencapai tujuan tersebut.
1. Peranan guru dalam pengembangan kurikulum yang bersifat sentralisasi Dalam kurikulum
yang bersifat sentralisasi tugas guru adalah menyusun dan merumuskan tujuan yang tepat,
memilih dan menyusun bahan pelajaran yang sesuai dengan kebutuhan ,minat dan tahap
perkembangan anak, memiliki metode dan media mengajar yang bervariasi serta menyusun
program dan alat evaluasi yang memudahkan guru dalam implementasinya. Walaupun
kurikulum sudah tersusun dengan berstruktur tetapi guru masih mempunyai tugas untuk
mengaddakan penyempurnaan dan penyesuaian-penyesuaian. Guru Dan Pengembangan
Kurikulum Implementasi kurikulum hampir seluruhnya bergantung pada kreativitas,
kecakapan, kesungguhan, dan ketekunan guru. Guru hendaknya mampu memilih dan
menciptakan situasi-situasi belajar yang menggairahkan siswa, mampu memilih dan
melaksanakan metode mengajar yang sesuai dengan kemampuan siswa, bahan pelajaran dan
banyak mengaktifkan siswa, guru hendaknya mampu memilih, menyusun dan melaksanakan
evaluasi baik untuk mengevaluasi perkembangan atau hasil belajar siswa untuk menilai efisiensi
pelaksanaannya itu sendiri.
Upaya pembinaan kurikulum yang dilakukan guru bertujuan meningkatkaan kualitas proses
pengajaran dan hasil belajar yang dicapai siswa. Oleh sebab itu aspek pembinaan mencakup
proses belajar mengajar termasuk penilaian hasil belajar, bimbingan dan penyuluhan,
administrasi guru, dan pembinaan kompetensi professional guru itu sendiri. Proses belajar
mengajar adalah operasionalisasi dari kurikulum, khususnya garis-garis besar program
pengajaran (GBPP) bidang studi tertentu. Upaya yang bisa dilakukan agar pelaksanaan proses
belajar mengajar sesuai dengan rambu-rambu yang ada dalam GBPP adalah sbb : 1. Menelaah
GBPP Dalam GBPP dikemukakan tujuan kurikuler, tujuan instruksional, pokok bahasan/sub
pokok bahasan, bahan pengajaran dan penyebaran pokok bahasan berdasarkan
kelas/caturwulan/semester. Telaah guru terhadap GBPP terutama untuk menetapkan : * Berapa
banyak pokok bahasan dalam satu caturwulan/semester sesuai dengan tujuan instruksionalnya.
Hal ini penting untuk membaginya ke dalam jumlah pertemuan mengajar tatap muka, sehingga
memudahkan dalam menyusun satuan pelajaran. * Materi apa yang harus dikuasai dan
disiapkan guru, sesuai dengan bahan isi bahan atau/pokok bahasanyang ada dalam GBPP,
melalui telaahan ini guru dapat mencari dan menentukan buku sumbar yang paling sesuai
dengan isi npokok bahasan. * Jenis alat peraga dan sarana belajar yang di perlukan guna
mengajarkan pokok bahasan tersebut. * Pertanyaan-pertanyaan sebagai alat evaluasi
materi/bahan pengajaran berdasarkan pokok bahasan tertentu. Guru dapat mengumpulkan
atau menyusun pertanyaan, dari berbagai sumber yang ada. 2. Menyusun satuan pelajaran |
Guru Dan Pengembangan Kurikulum Berdasarkan telaahan GBPP setiap guru sebaiknya
menyusun satu – satuan pelajaran untuk satu caturwulan/ semester. Penyusunan satuan
pelajaran secara menyeluruh untuk satu caturwulan/semester akan dapat menjamin
kesinambungan tujuan, bahan kegiatan belajar, dan penilaiaan. Manfaat lain, guru tidak
direpotkan membuat satuan pelajaran setiap kali akan mengajar. Satuan pelajaran yang di
susun untuk satu semester bisa diperbaiki dan disempurnakan pada tahun berikutnya,
berdasarkan pengalaman mengajar yang di tempuh guru dengan menggunakan satuan
pelajaran yang telah disusun tersebut. 3. Penyediaan sumber (alat) fasilitas belajar
Menyediakan sumber (alat) fasilitas belajar untuk siswa, seperti alat peraga, buku sumber, alat
praktikum, bahan diskusi (topik-topik diskusi), keperluan permanen, alat untuk kunjungan ke
luar kelas, dan lain-lain.Upaya pengelolaan sumber belajar dilakukan dan direncanakan sedini
mungkin, sehingga pada waktu pelaksanaannya dapat berjalan lancar, sumber belajar dapat di
usahakan melaui berbagai cara misalnya membuat sendiri, menugaskan siswa, membeli, atau
bekerja sama dengan orang lain/ pihak lain(meminjam, dll). 4. Penilaian hasil belajar Hasil
belajar yang dicapai oleh para siswa dapat dijadikan salah satu ukuran dari keberhasilan proses
belajar mengajar. Hasil tersebut nampak dalam hal perubahan intelektual terutama mengenai
pemahaman konsep, prinsip, hukum, teori yang ada dalam bidang studi yang dipelajarinya,
kemampuan memecahkan masalah berdasarkan prinsip-prinsip pengetahuan ilmiah,
kemampuan menganalisis dan menginterpretasi permasalahan yang dihadapinya dan
kemampuan memberikan pertimbangan terhadap sesuatu gejala, masalah, objek, dan lain-lain
atas dasar kaidah-kaidah dan nilai-nilai tertentu.
Dalam kegiatan perencanaan hal pertama yang harus dilakukan adalah menentukan tujuan
yang hendak di capai. Berangkat dari tujuan yang kongkrit inilah, hal ini akan menjadi patokan
dalam melakukan dan melaksanakan langkah yang harus ditempuh termasuk cara bagaimana
melaksanakannya. Tujuan yang dimaksud adalah tujuan pokok bahasan yang lebih spesifik yang
merupakan hasil proses belajar mengajar. Tujuan pengajaran ini mengandung muatan yang
menjadi bahan pelajaran. Tujuan-tujuan tang telah ditentukan tersebut kemudian di bagi
menjadi tiga ranah yaitu ranah kognitif, afektif, dan psikomotorik. Adapun beberapa petunjuk
untuk melakukan atau menentukan tujuan pembelajaran.
3. Mengandung pengalaman belajar yang diperlukan untuk mencapai tujuan yang dimaksud.
5. Harus komprehensif, yang artinya mencakup segala tujuan yang ingin di tempuh oleh suatu
sekolah tertentu. Selanjutnya adalah menetapkan bahan ajar atau bahan pelajaran. Bahan
pelajaran mencakup tiga komponen antara lain ilmu pengetahuan, proses, dan nilai-nilai.
Dalam hal ini ketiga komponen tersebut dapat dirincikan sesuai dengan tujuan yang ingin
dicapai oleh sekolah tertentu. Menentukan metode pengajaran merupakan langkah ketiga
dalam peranan guru sebagai pengembang kurikulum. Penentuan metode erat kaitannya dengan
pemilihan strategi pembelajaran yang paling efektif dan efesien dalam melakukan proses belajar
mengajar guna mencapai tujuan pembelajaran. Hal-hal yang harus dipertimbangkan dalam
menentukan metode mengajar yaitu: 1. Tujuan pengajaran yang ingin dicapai. 2. Bahan ajar
yang akan diajarkan. 3. Jenis kegiatan belajar anak didik yang diinginkan. Selanjutnya langkah
keempat adalah merencanakan penilaian hasil belajar. Penilaian pada dasarnya penilaian
adalah suatu proses penentuan nilai dari suatu objek atau peristiwa dalam konteks situasi
tertentu. Sedangkan pendapat lain menjelaskan bahwa penilaian berbeda dengan tes dan
pengukuran. Tes merupakan bagian integral dari pengukuran, sedangkan pengukuran
pengukuran merupakan bagian yang mungkin dilakukan dalam suatu penelitian.
BAB III
PENUTUP
1. Kesimpulan
Berdasarkan uraian di atas, maka ada beberapa hal yag dapat disimpulkan.
1. Guru adalah sosok yang melaksanakan pendidikan dalam tempat – tempat (lembaga
pendidikan) tertentu sebagai pengajar yang mendidik peserta didik. Guru memiliki kedudukan
yang sangat penting dalam proses pengembangan masyarakat.
3. Upaya pembinaan kurikulum yang dilakukan guru bertujuan meningkatkaan kualitas proses
pengajaran dan hasil belajar yang dicapai siswa.
Langkah-langkah pengembangan kurikulum
PENDAHULUAN
Sejatinya, kurikulum tidak hanya berisi serangkaian petunjuk teknis materi pelajaran.
Lebih dari itu, kurikulum merupakan sebuah progam terencana dan menyeluruh, yang
menggambarkan kualitas pendidikan suatu lembaga, mulai dari lembaga tingkat sekolah, tingkat
wilayah kecamatan, kabupaten, propinsi dan bangsa. Dengan sendirinya, kurikulum memegang
peran strategis dalam kemajuan lembaga tersebut.
Kurikulum tidah seharusnya bersifat statis, karena dengan seiring dengan perkembangan
zaman dan tuntutan kehidupan dalam masyarakat menjadikan kurikulum senantiasa berkembng
dan menyelaraskan dengan kemajuan zaman. Oleh karena itu, pengembangan kurikulum berupa
proses dinamis dan integratif perlu diupayakan, melalui langkah-langkah pengembangan
kurikulum yang sistematis, profesional dan melibatkan seluruh aspek-aspek kurikulum yang
terkait yang berguna untuk tercapainya tujuan pendidikan nasional. Pemakalah mencoba untuk
mendiskusikan langkah-langkah pengembangan kurikulum yang sesuai dengan kriteria dinamis
dan integratif serta tepat dalam pendidikan.
III. PEMBAHASAN
A. Pengertian Pengembangan kurikulum
Pengembangan kurikulum ialah mengarahkan kurikulum sekarang ke tujuan pendidikan
yang diharapkan karena adanya berbagai pengaruh positif yang datangnya dari luar ataupun dari
dalam dengan harapan agar peserta didik mampu untuk menghadapi masa depannya. Oleh
karena itu hendaknya pengembngan kurikulum harus bersifat adaptif, antisipatif dan aplikatif.
Adaptif disini yaitu pengembangan kurikulum harus disesuaikan dengan keadaan dan kebutuhan
peserta didik. Antisipasi bermakna kurikulum harus dapat selalu siap untuk tujuan jangka
panjang maupun jangka pendek.
Pengaruh globalisasi membuat perubahan di segala aspek termasuk di bidang pendidikan,
khususnya kurikulum. Dalam pengembangan kurikulum perlu dijawab berbagai pertanyaan,
yaitu
1. Apa yang dikembangkan?
Sesuai dengan pengertian kurikulum yaitu suatu progam pendidikan. Yang berisi tentang
a. progam dan sistem penjenjangan
b. sistem kredit
c. sistem semester
d. sistem administrasi
e. sistem bimbingan
f. sistem evaluasi
yang pada dasarnya terdapat 4 aspek yang perlu diperhatikan dalam pengembangan
a. merencanakan progam
b. karakteristik peserta didik
c. tujuan yang akan dicapai
d. kriteria-kriteria untuk mencpai tujuan
yang jelas yang dikembangkan dalam pengembangan kurikulum yaitu yang sesuai dengan UUD
1945 dan Pancasila dan memperhatikan perkembangan IPTEK dan peserta didiknya.[1]
2. Siapa yang mengembangkan kurikulum
Yang mengembngkan kurikulum adalah orang-orang yang terkait dengan kurikulum.
a. Pihak produsen
Yaitu para ahli yang sesuai pada lembaga pendidikan, misalnya beberapa narasumber yang ada
di Dinas Depdiknas, Dikti
b. Pihak konsumen
Yaitu dapat diambil dari berbagai perusahaan, perindustrian, bank, BUMN dll
c. Pihak yang ahli relevan
Yaitu para ahli yang menguasai suatu bidang tertentu seperti metodologi, psikologi filosof,
sosiologi teknologi pendidikan dll
d. Pihak guru
Yaitu guru-guru yang telah memenuhi syarat. Guru-guru yang ahli di bidangnya, guru ikut
berpartisipasi dalam pembuatan kurikulum karena guru adalah orang yang terjun langsung
melakukan pembelajaran kepada peserta didik.[2]
Semua komponen penyusun kurikulum harus terintegrasi dan saling terkait. Karena
kurikulum tersusun jika semua komponennya membentuk satu kesatuan dan saling menyetujui,
dari mulai produsen, konsumen, ahli relevan dan juga guru.
Tim tersebut akan menghasilkan suatu kurikulum tertulis. Perubahan yang menuju
perkembangan kurikulum akan dapat terlaksana jika:
Ada perubahan kebijakan pejabat yang berwenang
Terkena pengaruh dari luar
Ditemukan penelitian baru
Kurikulum yang berlaku sudah ketinggalan jaman
Perubahan teknologi
B. Pendekatan Pengembangan Kurikulum
Pada dasarnya ada tiga pendekatan perencanaan dan pengembangan kurikulum, yaitu:
1. Pendekatan berdasarkan materi
2. Pendekatan berdasarkan tujuan
3. Pendekatan berdasarkan kemampuan
Pendekatan berdasarkan materi, inti dari proses pembelajaran ditentukan oleh pemilihan
materi. Karena dengan mengetahui bahan materi yang akan diajarkan maka dapat ditentukan
model pembelajaran yang akan dilangsungkan yang akhirnya mengarah pada tujuan pendidikan
yang akan dicapai.
Pendekatan berdasarkan tujuan. Artinya bahwa tujuan suatu pendidikan ditetapkan terlebih
dahulu, baru kemudian tujuan yang ditetapkan, diuraikan menjadi tuuan-tujuan yang lebih rinci.
Pendekatan berdasarkan kemampuan. Sebetulnya penyusunan kurikulum berdasarkan
kemampuan sama halnya dengan dengan kurikulum berdasarkan tujuan namun.. jika pendekatan
kurikulum berdasarkan tujuan hanya bersifat operasional maka pendekatan berdasarkan
kemampuan lebih kepada kemampuan apa yang akan dicapai lulusan dari lembaga tersebut yang
orientasinya kepada profesi.
Pengembangan Kurikulum Berdasarkan Lokasi
1. Pengembangan kurikulum tingkat nasional
2. Pengembangan kurikulum tingkat lokal
3. Pengembangan kurikulum tingkat kelas[3]
C. Langkah-langkah pengembangan kurikulum secara umum
Kurikulum adalah seperangkat rencana dan pengaturan mengenai tujuan, isi dan bahan
pengajaran serta cara yang digunakan sebagai pedoman penyelenggaraan kegiatan pembelajaran
untuk mencapai tujuan pendidikan tertentu. (Undang-Undang nomor 20 th. 2003 tentang sistem
pendidikan nasional, pasal 1 ayat 19).
Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam pengembangan kurikulum salah satunya langkah
pengembangan, langkah-langkah pengembangan kurikulum pada umumnya terdiri atas diagnosis
kebutuhan, perumusan tujuan, pengorganisasian materi pemilihan, dan pengorganisasian
pengalaman belajar dan pengembangan alat evaluasi.
1. Diagnosisnatau analisis kebutuhan
Diagnosis atau analisis kebutuhan dapat dilakukan dengan mempelajari kebutuhan siswa,
tuntutan masyarakat atau dunia kerja serta harapan-harapan pemerintah.
Menurut Taba, sangatlah penting dalam mendiagnosis berbagai kebutuhan anak didik. Hal ini
merupakan langkah penting dari Taba tentang apa yang anak didik inginkan atau perlukan untuk
belajar.[4]
2. Perumusan tujuan
Dalam perumusan tujuan, tujuan yang dirumuskan adalah tujuan nasional, tujuan
institusional dan tujuan pembelajaran. Pada tujuan nasional di indonesia dapat dilihat dari
undang-undang sistem pendidikan nasional yang berlaku, maka berdasarkan tujuan nasional
disusunlah tujuan institusional dan tujuan pemelajaran. Tujuan ini menjadi kriteria untuk
memilih isi,bahan pembelajaran, metode dan penilaian. Tujuannya untuk mengubah perilaku
serta apa yang harus dilakukan siswa, bukan apa yang harus dilakukan guru. Tujuan kurikulum
pada hakikatnya adalah tujuan dalam setiap program pendidikan. Oleh karena itu kurikulum
harus dijabarkan dari tujuan umum pendidikan . kemudian berdasarkan hakikat tujuan tersebut
dijabarkan tujuan kurikulum mulai dari tujuan kelembagaan pendidikan, tujuan setiap mata
pelajaran atau bidang studi sampai pada tujuan pembelajaran.
Hilda Taba (1962:2000-2005) dalam S. Nasution (1991:43-44) memberikan beberapa
petunjuk tentang cara merumuskan tujuan antara lain:
a. Tujuan hendaknya berdimensi dua, yakni mengandung unsur proses dan produk. Yang termasuk
unsur proses antara lain: menganalisis, menyintesa, menginterpretasi, dan sebagainya.
Sedangkan produk adalah bahan atau materi yang terdapat dalam tiap mata pelajaran. Jadi tujuan
dapat berbunyi: menganalisis sebab-sebab terjadinya banjir, menafsirkan makna kejujuran,
memahami dan menghafal rumus-rumus tentang gravitasi dan lainnya.
b. Menganalisis tujuan yang bersifat umum dan kompleks menjadi spesifik sehingga diperoleh
bentuk kelakuan yang diharapkan dapat diamati.
c. Memberi petunjuk tentang pengalaman apa yang diperlukan untuk mencapai tujuan itu.
Misalnya menghasilkan karya sastra tidak diperoleh dengan hanya sekedar membaca karya
sastra, akan tetapi dengan cara membuat suatu karangan yang mengandung corak seni.
d. Menunjukkan bahwa suatu tujuan tidak selalu dicapai segera akan tetappi adakalanya memakan
waktu yang lama, seperti berpikir kritis, menghargai seni sastra, dan sebagainya.
e. Tujuan harus realistis dan harus dapat diterjemahkan dalam bentuuk kegiatan atau pengalaman
belajar tertentu.
f. Tujuan itu harus kkomprehensif, menyeluruh. Artiya meliputi segaka tujuan yang ingin dicapai
disekolah, bukan hanya penyampaian informasi, akan tetapi juga ketrampilan berpikir, hubungan
sosial, sikap terhadap bangsa da negara dan lainnya.[5]
Dalam merumuskan tujuan hendaknya berdasarkan kebutuhan, tntutan dan harapan, serta dengan
mempertimbangkan berbagai faktor-faktor masyarakat, siswa sendiri dan ilmu pengetahuan.
Manfaat dari terumusnya tujuan kurikulum madalah dapat membantu para pengembang
kurikulum dalam mendesain model kurikulum sehingga dapat digunakkan juga untuk membantu
guru dalam mengembangkan pengajaran atau mendesain suatu pembelajaran.
3. Pengorganisasian materi/ isi
Dalam pengorganisasian materi pemilihan bisa menggunakan metode, strategi serta teknik
yang disesuaikan dengan sifat materi yang akan disampaikan. Pemilihan juga dapat dilakukan
melaui pengalaman visual, suara dan lain-lain serta disesuaikan dengan minat belajar yang sesuai
dengan perkembangan mental dan fisik. Ini dilakukan agar dapat merangsang siswa lebih kreatif
dan aktif. Pengorganisasian materi sangat erat hubungannya dengan tujuan kurikulum. Oleh
karena itu dalam menentukan isi matteri hendaknnya memperhatikan tujuan akhir pendidiikan.
Sehingga dalam menyusun isi kurikulum tidak bertetangan dengan tujuan kurikulum yang telah
ditetpkan.
Burhan Nurgiyanto (1988:100) menyatakan bahan pelajaran atai isi program kurikulum
adalah segala sesuatu yang diberikan kepada anak dalam kegiatan belajar mengajar dalam rangka
mencapai tujuan pendidikan. Apa yang dibberikan sekolah kepada anak didik itulah yang disebut
isis kurikulum. Dengan merancang tujuan kurikulum, maka semua jam dan aktivitas oendidikan
dapat terarah dengan baik, dapat benar-benar terarah kepada tercapainya tuujuan pendidikan.
4. Pengorganisasian Pengalaman Belajar
Pegalaman belajar yang dimaksud disini adalah pengalaman belajar yag diperoleh siswa selama
mengikuti pelajaran. Pengembang kurikulum dapat menentukan pengalaman belajar siswa yaitu
dengan seberapa besar aktifitas seorang siswa terhadap lingkungan.[6]
Ada dua jenis pengorganisasian pengalaman belajar yaitu:
a. pengorganisasian secara vertikal
adalah menghubungkan pengalaman belajar dalam satu kajian yang sama dalam tingkatan yang
berbeda.
b. Pengorganisasian secara horizontal
Adalah menghubungkan pengalaman belajar dalam bidang geografi dan sejarah dalam tingkatan
yang sama.
5. Penilaian (Evaluasi)
Evaluasi secara etimologis berasal dari kata “evaluation” yang berarti “penilaian terhadap
sesuatu”. Mengevaluasi berarrti memberi atau menilai apakah sesuatu itu bernilai atau tidak.
Adapun yang dimaksud disini adalah evaluasi kurikulum yaitu sejauh mana efektifitas dan dan
vitalis kurikulum dalam mencapai tujuan. Evaluasi dapat memberikan informasi paling akurat
dalam kemampuan akademik siswa, dan dapat menunjukkan bagaimana murid itu tumbuh.
Sehingga dalam hal ini pembimbing atau pengajar dapat menentukan kemajuan dan kedudukan
siswa. Penilaian dilakukan sebagai hasil seberapa besar tujuan tujuan pengembangan itu
terealisasikan atau tercapai dengan baik.
Setelah mengetahui pencapaian tujuan-tujuan pendidikan, maka dilakukan penyempurnaan
kurikulum. [7]
Langkah Evaluasi kurikulum ini mencakup empat hal:
a. Evaluasi tentang pelaksanaan kurikulum oleh guru-guru
b. Evaluasi desain kurikulum
c. Evaluasi hasil belajar siswa
d. Evaluasi dari keseluruhan sistem kurikulum
IV. KESIMPULAN
1. Pengembangan kurikulum ialah mengarahkan kurikulum sekarang ke tujuan pendidikan yang
diharapkan karena adanya berbagai pengaruh positif yang datangnya dari luar ataupun dari dalam
dengan harapan agar peserta didik mampu untuk menghadapi masa depannya.
2. Dalam pengembangan kurikulum harus mampu menjawab “apa yang akan dikembangkan dan
siapa yang akan mengembangkan kurikulum”
3. Terdapat banyak pendekatan yang digunakan dalam pengembangan kurikulum yaitu;
a. pendekatan kurikulum berdasarkan materi
b. pendekatan kurikulum berdasarkan kemampuan
c. pendekatan kurikulum berdasarkan tujuan
d. pendekatan kurikulum berdasarkan tingkat nasional
e. pendekatan kurikulum berdasarkan tingkat lokal
f. pendekatan kurikulum berdasarkan tingkat sekolah.
4. Langkah-langkah pengembangan kurikulum secara umum yaitu:
a. Diagnosis kebutuhan
b. Perumusan tujuan
c. Pengorganisasian materi pemilihan
d. Pengorganisasian pengalaman belajar
Pengorganisasian secara vertikal
Pengorganisasian secara horisontal
e. Pengembangan alat evaluasi.
V. PENUTUP
Demikian makalah yang kami susun. Kami menyadari dalam penyusunan makalah ini
masih banyak kekurangan. Oleh karena itu, penulis membutuhkan sumbangsih kritik maupun
saran yang konstruktif demi perbaikan makalah selanjutnya.semoga makalah ini bermanfaat dan
menambah keilmuan serta pengetahuan kita.
LANGKAH-LANGKAH PENGEMBANGAN
KURIKULUM
A. Langkah-langkah pengembangan kurikulum
Penyusunan dan pengembangan kurikulum dapat menempuh langkah-langkah:
1) Perumusan tujuan
Tujuan di rumuskan berdasarkan analisis terhadap berbagai kebutuhan, tuntutan dan harapan.
Oleh karena itu tujuan di rumuskan dengan mempertimbangkan faktor-faktor masyarakat, siswa
itu sendiri serta ilmu pengetahuan.
2) Menentukan isi
Isi kurikulum merupakan pengalaman belajar yang di rencanakan akan di peroleh siswa selama
mengikuti pendidikan. Pengalaman belajar ini dapat berupa mempelajari mata pelajaran-mata
pelajaran, atau jenis-jenis pengalaman belajar lain sesuai dengan bentuk kurikulum itu sendiri.
3) Memilih kegiatan
Organisasi dapat di rumuskan sesuai dengan tujaun dan pengalaman-pengalaman belajar yang
menjadi isi kurikulum, dengan mempertimbangkan bentuk kurikulum yang digunakan.
4) Merumuskan evaluasi
Evaluasi kurikulum mengacu pada tujuan kurikulum, sebagai di jelaskan di muka. Evaluasi perlu
di lakukan untuk memperoleh balikan sebagai dasar dalam melakukan perbaikan, oleh karena itu
evaluasi dapat di lakukan secara terus menerus.[1]
Ada empat langkah pengembangan kurikulum model Rogers.
1) pemilihan target dari system pendidikan. Didalam penentuan target ini stu-satunya criteria yang
menjadi pagangan adalah adanya kesediaan dari pejabat pendidikan untuk turut serta dalam
kegiatan kel;ompok yang intensif.
2) partisipasi guru dalam pengalaman guru dalam pengalaman kelompok yang intensif.
3) pengembangan pengalaman kelompok yang intensif untuk satu kelas atau unit pelajaran.
4) partisipasi orang tua dalam kegiatan kelompok.[2]
Menurut Olivia pengembangan kurikulum terdiri atas 10 langkah :
1. Perumusan filosofis, sasaran, misi serta visi lembaga pendidikan, yang kesemuanya bersumber
dari analisis kebutuhan siswa, dan kebutuhan masyarakat.
2. Analisis kebutuhan masyarkat di mana sekolah itu berada, kebutuhan siswa dan urgensi dari
disiplin ilmu yang harus diberikan oleh sekolah.
3. Tujuan umum dan khusus bagaimana mengorganisasikan rancangan dan mengimplementasikan
kurikulum.
4. Bagaimana menjabarkan atau perbedaan antara tujuan umum dan tujuan khusus pembelajaran.
5. Menetapkan strategi pembelejaran untuk mencapai tujuan.
6. Pengembangan kurikulum.
7. Mengimplementasikan strategi pembelajaran.
8. Pengembangan kurikulum kembali.
9. Menyempurnakan alat atau teknik penilaian.
10. Evaluasi terhadap pembelajaran dan evalusi kurikulum[3]
Langkah – langkah pengembangan kurikulum menurut Tyler :
1. Menentukan tujuan
Dalam penyusunan suatu kurikulum, merumuskan tujuan merupakan langkah pertama dan utama
, sebab tujuan merupakan arah atau sasaran pendidikan.
2. Menentukan pengalaman belajar
Menentukan pengalaman belajar (learning experiences) adalah aktivitas siswa dalam berinteraksi
dengan lingkungan. Pengalaman belajar pada aktivitas siswa dalam proses pembelajaran. Ada
beberapa prinsip dalam menentukan pengalaman belajar siswa, yaitu :
- Pengalaman siswa harus sesuai dengan tujuan yang ingin di capai.
- Setiap pengalaman belajar harus memuaskan siswa.
- Setiap rancangan pengalaman siswa belajar sebaiknya melibatkan siswa.
- Dalam suatu pengalaman belaajr dapat mencapai tujuan yang berbeda
3. Pengorganisasian pengalaman belajar
Ada dua jenis pengorganisasian pengalaman belajar, yaitu :
- Pengorganisasian secara vertikal
Pengorganisasian secara vertikal adalah menghubungkan pengalaman belajar dalam satu kajian
yang sama dalam tingkat yang berbeda.
Contoh : Pengorganisasian pengalaman belajar yang menghubungkan antara bidang geografi di
kelas lima dan geografi di kelas enam.
- Pengorganisasian secara horisontal
Pengorganisasian secara horisontal adalah menghubungkan pengalaman belajar dalam bidang
geografi dan sejarah dalam tingkat yang sama.
4. Penilaian tujuan belajar sebagai kompponen yang dijadikan perhatian utama
Menurut Beauchamp, ada lima langkah atau pentahapan dalam mengembangkan suatu
kurikulum (Beauchamp’s System):
1. Menetapkan arena atau lingkup wilayah yang akan dicakup oleh kurikulum tersebut (sekolah,
kecamatan, kabupaten, propinsi, negara).
Pentahapan arena ini ditentukan oleh wewenang yang dimiliki oleh pengambil kebijakan dalam
pengembangan kurikulum,serta oleh tujuan pengembangan kurikulum.
2. Menetapkan personalia, yaitu siapa-siapa yang turut serta terlibat dalam pengembangan
kurikulum. Ada empat kategori orang yang turut berpartisipasi dalam pengembangan kurikulum:
a) para ahli pendidikan/kurikulum yang ada pada pusat pengembangan kurikulum dan para ahli
bidang ilmu dari luar
b) para ahli pendidikan dari perguruan tinggi atau sekolah dan guru-guru terpilih para profesional
dalam sistem pendidikan profesional lain dan tokoh-tokoh masyarakat.
Beauchamp mencoba melibatkan para ahli dan tokoh-tokoh pendidikan seluas mungkin, yang
biasanya pengaruh mereka kurang langsung terhadap pengembangan kurikulum dibanding
dengan tokoh-tokoh lain seperti para penulis dan penerbit buku, para pejabat pemerintah,
politisi,dan pengusaha serta industriawan. Penetapan personalia ini sudah tentu disesuaikan
dengan tingkat dan luas wilayah arena.
Untuk tingkat propinsi atau nasional tidak terlalu banyak melibatkan
guru. Sebaliknya untuk tingkat kabupaten, kecamatan atau sekolah keterlibatan guru-guru
semakin besar.
a) Suatu gagasan pengembangan kurikulum yang telah dilaksanakan di kelas, diperluas di sekolah,
disebarkan di sekolah-sekolah di daerah tertentu baik berskala regional maupun nasional yang
disebut arena.
b) Menunjuk tim pengembang yang terdiri atas ahli kurikulum, para ekspert, staf pengajar, petugas
bimbingan, dan nara sumber lain.
c) Tim menyusun tujuan pengajaran, materi dan pelaksanaan proses belajar mengajar. Untuk tugas
tersebut perlu dibentuk dewan kurikulum sebagai Koordinator yang bertugas juga sebagai penilai
pelaksanaan kurikulum, memilih materi pelajaran baru, menentukan berbagai criteria untuk
memilih kurikulum mana yang akan dipakai, dan menulis secara menyeluruh mengenai
kurikulum yang akan dikembangkan.
d) Melaksanakan kurikulum di sekolah.
e) Mengevaluasi kurikulum yang berlaku.[4]
Beauchamp mengemukakan lima hal dalam mengembangkan suatu kurikulum.
Pertama, menetapkan arena atau lingkup wilayah yang akan dicakup oleh kurikulum tersebut,
apakah suatu sekolah, kecamatan, kabupaten, propinsi, ataupun seluruh Negara.
Kedua, menetapkan personalia, yaitu siapa-siapa yang turut seerta terlibat dalam pengembangan
kurikulum.
Ketiga, organisasi dan prosedur pengembangan kurikulum. Langkah ini berkenaan dengan
prosedur yang harus ditempuh dalam merumuskan tujuan umum dan tujuan yang lebih khusus,
memilih isi dan pengalaman belajar, serta kegiatan evaluasi, dan dalam menetukan keseluruhan
dasain kurikulum.
Keempat, implementasi kurikulum. Langkah ini merupakan langkah mengimplementasikan aatu
melaksanakan kurikulum yang bukan sesuatu yang sederhana, sebab membutuhkan kesiapan
yang menyeluruh, baik kesiapan guru-guru, siswa, fasilitas, bahan maupun biaya, disamping
kesiapan material dari pimpinan dan penulisan kurikulum baru.
Langkah yang ke;lima dan merupakan terakhir adalah evaluasi kurikulum.[5]
Menurut Taba ada lima langkah pengembangan kurikulum model terbalik dari Taba, yaitu :
1. Membuat unit-unit eksperimen bersama dengan guru-guru :
Dalam kegiatan ini perlu mempersiapkan
Perencanaan berdasarkan pada teori-teori yang kuat,
Eksperimen harus dilakukan di dalam kelas dengan menghasilkan data yang empiric dan teruji.
Unit –unit eksperimen ini harus dirancang melaui tahapan-tahapan sebagai berikut:
1) Mendiagnosis kebutuhan. Pada langkah ini, pengembangan kurikulum dimulai dengan
menentukan kebuttuhan-kebutuhan siswa melalui diagnosis tentang berbagai kekurangan
(deficiencies), dan perbedaan latar belakang siswa. Tenaga pengajar mengidentifikasi masalah-
masalah, kondisi, kesulitan serta kebutuhan-kebutuhan siswa dalam suatu proses pengajaran.
Lingkup diagnosis tergantung pada latar belakang program yang akan direvisi, termasuk
didalamnya tujuan konteks dimana program tersebut difungsikan.
2) Merumuskan tujuan khusus. Setelah kebuttuhan-kebutuhan siswa didiagnosis, selanjutnya para
pengembang kurikulum merumuskan tujuan. Rumusan tujuan akan meliputi:
Konsep atau gagasan yang akan dipelajari
Sikap, kepekaan dan perasaan yang akan dikembangkan
Cara befikir untuk memperkuat,
Kebiasaan dan keterampilan yang akan dikuasai
3) Memilih isi. Pemilihan isi kurikulum sesuai dengan tujuan meerupakan langkah berikutnya.
Pemilihan isi bukan saja didasarkan pada tujuan yang harus dicapai sesuai dengan langkah
kedua, akan tetapi juga harus mempertimbangkan segi validitas dan kebermaknaannya untuk
siswa.
4) Mengorganisasi isi. Melalui penyeleksian, selanjutnya isi kurikulum yang telah ditentukan itu
disusun urutannya, sehingga tampak pada tingkat atau kelas berapa sebaiknya kurikulum itu
diberikan.
5) Memilih pengalaman belajar. Pada tahap ini ditentukan pengalaman-pengalaman belajar yag
harus dimiliki siswa untuk mencapai tujuan kurikulum.
6) Mengorganisasi pengalaman belajar. Guru selanjutnya menentukan bagaimana mengemas
pengalaman-pengalaman belajar yang telah ditentukan itu kedalam paket-paket kegiatan itu,
siswa diajak serta, agar mereka memiliki tanggung jawab dalam melaksanakan kegiatan belajar.
7) Menentukan alat evaluasi dan prosedur yang harus dilakukan siswa. Peda penentuan alat
evaluasi guru dapat menyeleksi berbagai teknik yang dapat dilakukan untuk menilai prestasi
siswa, apakah siswa sudah mencapai tujuan atau belum.
8) Menguji keseimbangan isi kurikulum. Pengujian ini perlu dilakukan untuk melihat kesesuaian
antara isi, pengalaman belajar, dan tipe-tipe belajar siswa.
2. Menguji unit eksperimen
Unit yang sudah sudah dihasilkan pada langkah yang pertama harus diujicobakan pada
berbagai situasi dan kondisi belajar. Pengujian dilakukan untuk mengetahui tigkat validitas dan
kepraktisan sehingga dapat menghimpun data sebagai penyempurnaan.
B. Rumusan Masalah
1. Apa pengertian dari kurikulum?
2. Apa pengertian materi pembelajaran?
3. Apa saja macam-macam materi pembelajaran?
4. Bagaimana strategi dalam menyusun materi?
5. Bagaimana strategi dalam mengembangkan kurikulum?
BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengertian Kurikulum
Secara etimologi, kurikulum (curriculum) berasal dari bahasa Yunani, yaitu curir yang artinya
“pelari” dan curere yang berarti “tempat berpacu”. Itu berarti istilah kurikulum berasal dari dunia
olah raga pada zaman Yunani Kuno di Yunani, yang mengandung pengertian suatu jarak yang
harus ditempuh oleh pelari dari garis start sampai finish, kemudian di gunakan oleh dunia
pendidikan.
Secara terminologi, istilah kurikulum digunakan dalam dunia pendidikan, yaitu sejumlah
pengetahuan atau kemampuan yang harus ditempuh atau diselesaikan siswa guna mencapai
tingkatan tertentu secara formal dan dapat dipertanggung jawabkan. Para ahli mengartikan
kurikulum itu yaitu:
1. Menurut Nasution, “Kurikulum adalah suatu rencana yang disusun untuk melancarkan proses
belajar mengajar di bawah bimbingan dan tanggung jawab sekolah atau lembaga pendidikan
beserta staf pengajarnya.”
2. Menurut Grayson (1978), kurikulum adalah suatu perencanaan untuk mendapatkan keluaran
(out- comes) yang diharapkan dari suatu pembelajaran.
3. Menurut Harsono (2005), kurikulum merupakan gagasan pendidikan yang diekpresikan dalam
praktik. Dalam bahasa latin, kurikulum berarti track atau jalur pacu. Saat ini definisi kurikulum
semakin berkembang, sehingga yang dimaksud kurikulum tidak hanya gagasan pendidikan tetapi
juga termasuk seluruh program pembelajaran yang terencana dari suatu institusi pendidikan.
4. John Dewey 1902;5 kurikulum dapat diartikan sebagai pengajian di sekolah dengan mengambil
kira kandungan dari masa lampau hingga masa kini. Pembentukan kurikulum menekankan
kepetingn dan keperluan masyarakat.
5. Menurut Hasan Kurikulum bersifat fleksibilitas mengandung dua posisi. Pada posisi pertama
berhubungan dengan fleksibilitas sebagai suatu pemikiran kependidikan bagi diklat. Dengan
demikian, pada posisi teoritik yang harus dikembangkan dalam kurikulum sebagai rencana.
Pengertian kedua yaitu sebagai kaidah pengembang kurikulum. Terdapatnya posisi pengembang
ini karena adanya perubahan pada pemikiran kependidikan atau pelatihan.
6. Hilda Taba ;1962 Kurikulum sebagai a plan for learning, yakni sesuatu yang direncanakan
untuk dipelajari oleh siswa. Sementara itu, pandangan lain mengatakan bahwa kurikulum sebagai
dokumen tertulis yang memuat rencana untuk peserta didik selama di sekolah
7. Menurut Saylor J. Gallen & William N. Alexander dalam bukunya “Curriculum Planning”
menyatakan Kurikulum adalah “Keseluruhan usaha sekolah untuk mempengaruhi belajar baik
berlangsung dikelas, dihalaman maupun diluar sekolah”.
8. Menurut Soedijarto, “Kurikulum adalah segala pengalaman dan kegiatan belajar yang
direncanakan dan diorganisir untuk diatasi oleh siswa atau mahasiswa untuk mencapai tujuan
pendidikan yang telah ditetapkan bagi suatu lembaga pendidikan”.
Jadi, kurikulum itu merupakan suatu usaha terencana dan terorganisir untuk menciptakan
suatu pengalaman belajar pada siswa dibawah tanggung jawab sekolah atau lembaga pendidikan
untuk mencapai suatu tujuan. Pengertian kurikulum secara luas tidak hanya berupa mata
pelajaran atau kegiatan-kegiatan belajar siswa saja tetapi segala hal yang berpengaruh terhadap
pembentukan pribadi anak sesuai dengan tujuan pendidikan yang diharapkan.
Bahan ajar atau materi pembelajaran (instructional materials) secara garis besar terdiri dari
pengetahuan, keterampilan, dan sikap yang harus dipelajari siswa dalam rangka mencapai
standar kompetensi yang telah ditentukan. Secara terperinci, jenis-jenis materi pembelajaran
terdiri dari pengetahuan (fakta, konsep, prinsip, prosedur), keterampilan, serta nilai dan sikap.
Berdasarkan pada sudut pandang yang dipergunakan untuk melihat bahan pembelajaran
yang dipergunakan dalam proses belajar dan pembelajaran maka bahan pembelajaran dapat
digolongkan menjadi dua macam, yaitu; menurut karakteristik materinya dan menurut cara
pengorganisasiannya (Satori, dkk., 2007).