Anda di halaman 1dari 26

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Dalam proses belajar mengajar, tentunya tidak terlepas dari tujuan
pembelajaran. Tujuan pembelajaran sendiri harus mengacu pada falsafah
bangsa. Untuk ketercapaian tujuan itu sendiri diaplikasikan melalui kurikulum.
Kurikulum merupakan salah satu hal yang mempengaruhi sistem pendidikan
nasional. Kurikulum dipandang sebagai suatu rencana yang disusun untuk
melancarkan proses belajar mengajar dibawah bimbingan dan tanggung jawab
sekolah atau lembaga pendidikan beserta staff pengajarnya (Nasution,
Kurikulum dan Pengajaran). Oleh karena itu, kurikulum harus dapat mengikuti
dinamika yang ada dalam masyarakat. kurikulum harus bisa menjawab
kebutuhan masyarakat luas dalam mengahadapi persoalan kehidupan yang
dihadapi.
Pendidikan yang baik dapat dilihat dari segi kurikulum dimana dalam
proses belajar dan pembelajaran bisa berjalan efektif dan tepat sasaran dengan
kurikulum yang bisa dikatakan semacam otak atau tujuan untuk berhasiknya
pendidikan kedepannya. Kurikulum yang baik bisa mencerminkan bahwa
Negara tersebut yang menerapkan dipandang baik dan maju begitu pula
sebaliknya. Berkembangnya pendidikan pada zaman modern ini tampak jelas
dengan adanya pengembangan dan pembaharuan kurikulum yang diterapkan di
Indonesia yang bertujuan peserta didik agar bisa bersaing di internasional,
maka pengembangan dan pembaharuan kurikulum menjadi acuan pendidikan
di Indonesia.
Pengembangan dan pembaharuan kurikulum penting untuk
keberlangsungan pendidikan yang pesat berkembang dan maju di era
globalisasi agar tidak ketinggal zaman pada masa kini. Hal semacam itu perlu
dilakukan namun yang penting sumber daya manusia dan minat terhadap
pendidikan yang perlu ditingkatkan lagi agar bibit-bibit penerus bangsa siap
bersaing dan bisa membanggakan nama Negara Indonesia itu sendiri. Oleh
karena itu, mengenai pengembangan dan pembaharuan kurikulum akan
disajikan dalam pembahasan berikut ini.
B. Tujuan Pembahasan
Makalah ini bertujuan untuk:
1. Makalah ini disusun untuk memenuhi tugas matakuliah Belajar dan
Pembelajaran.
2. Makalah ini disusun untuk menjelaskan tentang pengembangan dan
pembaharuan kurikulum.
3. Makalah ini disusun untuk mengetahui prinsip dan azas-azas
oengembangan kurikulum.

C. Ruang Lingkup Pembahasan


Makalah ini membahas tentang:
1. Prinsip-prinsip Pengembangan Kurikulum
2. Komponen Pengembangan Kurikulum
3. Landasan Pengembangan Kurikulum
4. Azas-azas Pengembangan Kurikulum
5. Proses Pengembangan Kurikulum
6. Kebijakan Pembaharuan Perubahan Kurikulum
7. Langkah dalam Melakukan Pembaharuan Perubahan Kurikulum
8. Perubahan Kurikulum di Indonesia
BAB II
PEMBAHASAN

A. Prinsip-prinsip Pengembangan Kurikulum


Prinsip-prinsip pengembangan kurikulum menurut Hamalik (2002) adalah
sebagai berikut:
1. Berorientasi pada tujuan, artinya pengembangan kurikulum diarahkan
untuk mencapai tujuan tertentu, yang bertitik tolak dari tujuan pendidikan
nasional. Tujuan kurikulum merupakan penjabaran dan upaya untuk
mencapai tujuan satuan dan jenjang pendidikan tertentu.
2. Relevansi (kesesuaian), artinya pengembangan kurikulum yang meliputi
tujuan, isi, dan sistem penyampainnya harus relevan dengan kebutuhan
dan keadaan masyarakat, tingkat perkembangan dan kebutuhan peserta
didik, serta serasi dengan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi.
3. Efisiensi dan efektivitas, artinya pengembangan kurikulum harus
mempertimbangkan segi efisiensi dalam pendayagunaan dana, waktu,
tenaga, dan sumber-sumber yang tersedia agar dapat mencapai hasil yang
optimal.
4. Fleksibilitas (keluwesan), artimya kurikulum haruslah luwes, mudah
disesuaikan, mudah diubah, dilengkapi, atau dikurangi berdasarkan
tuntutan dan keadaan ekosistem dan kemampuan setempat, jadi tidak statis
atau kaku.
5. Berkesinambungan (kontinuitas), artinya kurikulum disusun secara
berkesinambungan di mana bagian-bagian, aspek-aspek , materi, dan
bahan kajian disusun secara berurutan, tidak terlepas-lepas, melainkan satu
sama lain memilikihubungan fungsional yang bermakna, sesuai dengan
jenjang pendidikan, struktur dalam satuan pendidikan, tingkat
perkembangan peserta didik.
6. Keseimbangan, artinya penyusunan kurikulum harus memerhatikan
keseimbangan secara proporsional dan fungsional antara berbagai program
dan sub-program, antara semua mata ajaran, dan antara asek-aspek
perilaku yang ingin dikembangkan.
7. Keterpaduan, artinya kurikulum dirancang dan dilaksanakan berdasarkan
prinsip keterpaduan. Perencanaan terpadu bertitik tolak dari masalah atau
topik dan konsistensi antara unsur-unsurnya.
8. Mutu, artinya pengembangan kurikulum berorientasi pada oendidikan
mutu dan mutu pendidikan. Pendidikan mutu berarti pelaksanaan
pembelajaran yang bermutu, sedangkan mutu pendidikan berorientasi pada
hasil pendidikan yang berkualitas.

B. Komponen Pengembangan Kurikulum


a. Tujuan Kurikulum
Tujuan kurikulum ini akan mengarahkan semua kegiatan
pembelajaran dan memberi warna di setiap komponen kurikulum.
Adapun tujuan dari kurikulm itu sendiri adalah sebagai berikut :
1. Pemahaman (Compreheion)
Pemahaman adalah kemampuan untuk memberi arti pada suatu objek
atau subjek pembelajaran. Pemahaman itu lebih tinggi tingkatannya dari
pengetahuan. Jadi jika seseorang itu sudah paham berarti seseorang itu
mampu menjelaskan dan sanggup untuk menjelaskan makna yang
terkandun dalam sesuatu.
2. Penerapan (Application)
Penerapan adalah kemampuan untuk menggunakan konsep,prinsip,
prosedur ada situasi tertentu. Kemampuan merupakan tujuan kognitif
yang lebih tinggi tingkatannya dengan pengetahuan dan pemahaman.
3. Analisis (Analysis)
Analisis adalah kemampuan menguraikan atau mengiris-iris suatu
bahan pembelajaran ke dalam bagan-bagian atau unsur-unsur serta
ubungan antar bagian bahan. Analisis berhubungan dengan kempuan
nalar dan biasanya analisis diperuntukkan bagi pencapaian tujuan
pembelajaran untuk siswa.
4. Sintesis (Syntesis)
Sintesis adalah kemampuan untuk menghimpun atau meramu
himpunan-himpunan ke dalam suatu keseluruhan yang bermakna. Sintesis
merupakan kemampuan dasar untuk dapat mengembangkan atau
menciptakan inovasi dan kreasi baru
5. Evaluasi (Evaluation)
Evaluasi adalah tujuan yang paling tinggi dalam domain kognitif
tujuan ini berkenan dengan kemampuan memberikan pertimbangan
terhadap sesuatu berdasarkan maksud atau kriteria tertentu.

b. Domain Afektif
Domain afektif yaitu seseorang hanya akan memiliki sikap tertentu
terhadap suatu objek apabila telah memiliki kemampuan tertentu terhadap
suatu objek apabila telah memiliki kemampuan kognitif tingkat tinggi.
1. Penerimaan (Receiving) adalah siakp kesadaran atau kepekaan
seseorang terhadap gejala, kondisi, keadaan atau suatu masalah
2. Merespon (Responding) adalah kemampuan untuk
berpartisipasi aktif dalam kegiatan tertentu
3. Menialai (Valuing) adalah tujuan ini berkenaan dengan
kemauan untuk memberi penilaian atau kepercayaan kepada
gejala atau suatu objek tertentu.
4. Mengorganisasi (Organization) adalah tujuan yang
berhubungan dengan organisasi ini berkenaan dengan
pengembangan nilai ke dalam sostem organisasi tertentu.
5. Karakterisasi nilai adalah mengadakan sintesis dan internalisasi
sistem nilai dengan pengkajian secara mendalam.

c. Domain Psikomotor
Domain psikomotor adalah tujuan yang berhubungan dengan kemampuan
keterampilan atau skil seseorang. Ada 7 tingkatan yang termasuk kedalam
domain yaitu
1. Persepsi (Perception) adalah kemampuan seseorang dalam
memandang sesuatu yang dipermasalahkan
2. Kesiapan (Set) adalah kesediaan seseorang untuk melatih diri
tentang keterampilan tertentu yang direflesikan dengan
perilaku-perilaku khusus
3. Meniru (Imitation) adalah kemampuan seseorang dalam
mempraktikkan dalam gerakan-gerakan sesuai contoh yang
diamati
4. Membiasakan (Habitual) adalah sudah merupakan kemampuan
yang didorong oleh kesadaran diri walaupun gerakan yang
dilakukan masih seperti pola yang ada.
5. Menyelesaiakan (Adaptation) adalah gerakan atau kempuan itu
sudah diselesaiakan dengan keadaan situasi dan kodisi yang ada
6. Menciptakan (Organization) adalah kemampuan seseorang
untuk berkreasi dan menciptakan sendiri suatu karya.

d. Isi Kurikulum/Bahan Ajar


Isi progam kurikulum atau bahan ajar adalah segala sesuatu yang
ditwarkan kepada siswa sebagi pemelajar dalam kegiatan pembelajaran
untuk mencapai tujuan

e. Strategi, Metode Pembelajaran Dan Strategi Pelaksanaan


Kurikulum
Stategi pembelajaran adalah sebagai perencanaan yang berisi tentang
rangkaian kegiatan yang didesain untuk mencapai tujuan pendidikan
tertentu. Sebelum menentukan strategi, perlu dirumuskan tujuan yang jelas
yang dapat diukur keberhasilannya, sebab tujuan adalah rohnya dalam
implementasi suatu strategi.

f. Organisasi Kurikulum
Adanya berbagai pandangan yang medasari pengembangan kurikulum
memunculkan terjadinya keragaman dalam mengorgansiasikan kurikulum.
Terdapat 6 ragam pengorganisasian kurikulum yaitu :
1. Mata pelajaran terpisah (separated subject) adalah kurikulum
yang sejumlah mata pelajarannya terpisah
2. Mata pelajaran berkorelasi adalah menyampaikan pokok-pokok
materi pembelajaran yang saling berhubungan untuk
memudahkan peserta didik memahami pelajaran tertentu.
3. Bidang studi (broad field) adalah organisasi kurikulum yang
berupa peleburan beberapa mata pelajaran yang sejenis dan
memiliki ciri-ciri yang sama.
4. Progam yang berpusat pada anak (child centered) yaitu progam
kurikulum yang menitikberatkanpada kegiatan peserta didik
5. Inti masalah (core program) yaitu suatu progam yang berupa
unit-unit masalah
6. Electic program yaitu suatu program yang mencari
keseimbangan antara organisasi kurikulum

g. Evaluasi Kurikulum
Merupakan komponen untuk melihat efektivitas pencapaian tujuan.
Dengan evaluasi dapat diperoleh informasi yang akurat tentang
pelaksanaan pembelajaran, keberhasilan siswa, guru dan proses
pembelajaran. Berdasarkan hasil evaluasi dapat dibuat keputusan
kurikulum itu sendiri dan upaya bimbingan yang diperlukan

C. Landasan Pengembangan Kurikulum


Menurut Hamalik (2002), pengembangan kurikulum harus berlandaskan:
1. Tujuan filsafat dna pendidikan nasional yang dijadikan sebagai dasar
untuk merumuskan tujuan institusional yang pada gilirannya menjadi
landasan dalam merumuskan tujuan kurikulum suatu satuan pendidikan.
2. Sosial budaya dan agama yang berlaku dalam masyarakat Indonesia.
3. Perkembangan peserta didik, yang menunjuk pada karakteristik
perkembangan peserta didik.
4. Keadaan lingkungan, yang dalam arti luas meliputi lingkungan manusiawi
(interpersonal), lingkungan kebudayaan termasuk iptek (kultural), dan
lingkungan hidup (bioekologi), serta lingkungan alam (geoekologi).
5. Kebutuhan pembangunan , yang mencakup kebutuhan pembangunan di
bidang ekonomi, kesejahteraan rakyat, hukum, hankam, dan sebagainya.
6. Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi yang sesuai dengan sistem
nilai dan kemanusiaan serta budaya bangsa.

D. Azas-azas Pengembangan Kurikulum


Adapun azas dalam pengembangan kurikulum, antara lain:
a. Azas Filosofis
Filsafat membahas segala permasalahan manusia. Filsafat
memberikan arah dan metodologi terhadap praktik-praktik pendidikan.
Secara etimologis filsafat berasal dari dua kata yaitu philare yang berarti
cinta dan sophia yang berarti kebijaksanaan. Filsafat berarti cinta pada
kebijaksanaan. Agar dapat berbuat bijak, maka seseorang harus
berpengatahuan. Pengetahuan tersebut diperoleh dari proses berfikir, yaitu
berfikir sistematis, logis dan mendalam. Dalam mengambil keputusan
mengenai kurikulum seseorang pengembang harus memperhatikan
falsafah, baik falsafah bangsa, falsafah lembaga pendidikan dan falsafah
pendidik.
Perbedaan falsafah dengan senidrinya akan menimbulkan
perbedaan dalam tujuan pendidikan, bahan pengajaran yang disajikan, dan
juga cara mengajar serta penilaiannya. Setelah Indonesia mencapai
kemerdekaan, secara utuh bangsa Indonesia menggunakan Pancasila
sebagai dasar dan falsafah hidup dalam bermasyarakat, berbangsa dan
bernegara, maka kurikulum pendidikan pun disesuaikan dengan nilai-nilai
Pancasila. Dalam penyusunan kurikulum di Indonesia yang harus diacu
adalah filsafat pendidikan Pancssila. Filsafat pendidikan dijadikan dasar
dan terarah, sedang pelaksanaannya melalui pendidikan.
b. Azas Psikologis
Psikologi adalah ilmu yang mempelajari tingkah laku manusia.
Sedangkan kurikulum adalah upaya dalam menentukan program
pendidikan untuk mengubah perilaku manusia itu sendiri. Oleh karena itu,
dalam mengembangkan kurikulum harus dilandasi oleh psikologi sebagai
refrensi dalam menentukan apa dan bagaimana perilaku tersebut harus
dikembangkan. Untuk mencapai tujuan itu, guru harus mengetahui
tarafperkembangan anak, agar dapat memberi jenis kegiatan yang sesuai
serta ganjaran dan hukuman yang tepat guna membangkitkan motivasi
anak.
c. Azas Sosial-Budaya serta Ilmu Pengetahuan dan Teknologi
Sosial mengacu pada hubungan antar individu, antar masyarakat,
dan individu dengan masyarakat. aspek sosial ini telah ada sejak manusia
dilahirkan, oleh karena itu, aspek sosial melekat pada diri individu yang
perlu dikembangkan dalam perjalanan hidup peserta didik agar menjadi
matang. Disamping tugas pendidikan mengembangkan aspek sosial, aspek
itu sendiri sangat berperan dalam membantu anak didik dalam upaya
mengembangkan dirinya. Maka segi sosial ini perlu diperhatikan dalam
proses pendidikan.
Pendidikan merupakan sosialisasi dan pewaris budaya dari
generasi ke generasi selanjutnya dalam upaya membuat orang berperilaku
mengikuti budaya yang sesuai dengan nilai dan norma-norma yang
berlaku. Untuk itu melalui pendidikan pewarisan budaya bangsa akan
terealisasi dengan baik. Oleh karena itu, anak didik dhadapkan pada
budaya manusia, dibina dan dikembangkan sesuai dengan nilai budayanya.
Pendidikan sebagai proses budaya adalah upaya membina dan
mengembangkan daya cipta, karsa dan rasa manusia menuju ke peradaban
manusia yang lebih luas dan tinggi, yaitu manusia yang berbudaya. Dan
kebudayaan itu sifatnya ada yang universal dan ada yang bersifat khusus.
Ilmu pengetahuan merupakan seperangkat pengetahuan yang
disusun secara sistematis yang dihasilkan melalui riset dan penelitian.
Sedangkan teknologi adalah implikasi dari ilmu pengetahuan untuk
memecahkan masalah-masalah praktis dalam kehidupan. Seiring
bekembangnya pemikiran manusia, banyak ditemukan berbagai
penemuan-penemuan baru dalam bidang kehidupan manusia seperti
kehidupan sosial, ekonomi, budaya, politik, dan kehidupan lainnya.
Sehingga perkembangan ilmu pengetahuan dan tekonologi baik langsung
maupun tidak langsung berpengaruh pula terhadap pendidikan.
Perkembangan teknologi insudtri mempunyai hubungan timbal-balik
dengan pendidikan, industri dengan teknologi majumemproduksi berbagai
macam alat-alat dan bahan yang dibutuhkan dalam pendidikan dan
sekaligus menuntut sumber daya manusia yang andal untuk
mengaplikasikannya.
Ada beberapa bidang ilmu pengetahuan dan teknologi yang
mempengaruhi kehidupan masyarakat, baik langsung maupun tidak
langsung. Bidang-bidang tersebut adalah komunikasi, transportasi,
mekanisme industri dan pertanian, serta persenjataan.
Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi secara langsung
berimplikasi terhadap pengembangan kurikulum yang di dalamnya
mencakup pengembangan isi/ materi pendidikan, penggunaan strategi dan
media pembelajaran, serta enggunaan sistem evaluasi. Dengan begitu
peserta didik diharapkan dapat memecahkan masalah sebagai pengaruh
perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi.
d. Azas Organisatoris
Azas ini berkenaan dengan organisasi kurikulum. Suatu aktivitas
dalam mencapai tujuan pendidikan formal perlu suatu bentuk pola yang
jelas tentang bahan yang akan disajikan atau yang akan diproses kepada
peserta didik. Pola atau bentuk bahan yang akan disajikan inilah yang
dimaksud organisasi kurikulum.
Organisasi bahan pelajaran yang dipilih harus serasi dengan tujuan
dan sasaran kurikulum, yang ada pada dasarnya disusun dari yang
sederhana kepada yang kompleks, dari yang konkrit kepada yang abstrak,
dan dari ranah tingkat rendah kepada tingkat tinggi, baik kognitif, afektif,
maupun psikomotorik. Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam kaitannya
dengan azas organisatoris, antara lain: tujuan bahan pelajaran, sasaran
bahan pelajaran, pengorganisasian bahan.
e. Azas Religius
Azas Religius adalah azas agama yang mempunyai makna
kurikulum akan dikembangakan dan diterapkan berdasarkan nilai-nilai
ilahiyah sehingga dengan adanya dasar ini kurikulum diharapkan dapat
membimbing peserta didik untuk membina iman yang kuat, teguh terhadap
ajaran agama, berakhlak mulia dan melengkapi dengan ilmu pengetahuan
yang bermanfaat di dunia dan ahirat

E. Proses Pengembangan Kurikulum


Dalam pengembangan kurikulum terdapat dua proses utama, yakni
pengembangan pedoman kurikulum dan pengembangan pedoman
instruksional.
1. Pedoman Kurikulum
Disusun untuk menentukan dalam garis besarnya: apa yang akan
diajarkan, kepada siapa diajarkan, apa sebab diajarkan dan dengan tujuan
apa, dalam urutan yang bagaimana. Dalam pedoman kurikulum meliputi:
 Latar belakang yang berisi rumusan falsafah dan tujuan lembaga
pendidikan, populasi yang menjadi sasaran, rasional bidang studi
atau matakuliah, struktur organisasi bahan pelajaran.
 Silabus yang berisi matapelajaran secara lebih terinci yang
diberikan yakni ruang lingkup dan urutan pengajiannya.
 Desain evaluasi termasuk strategi revisi atau perbaikan kurikulum
mengenai: bahan pelajaran, organisasi bahan dan strategi
intruksionalnya.
2. Pedoman Intruksional
Pedoman instruksional untuk tiap matapelajaran yang
dikembangkan berdasarkan silabus. Pedoman instruksional diperoleh atas
usaha pengajar untuk menguraikan isi pedoman kurikulum agar bersifat
spesifik sehingga lebih mudah untuk mempersiapkannya sebagai pelajaran
dalam kelas. Dengan demikian apa yang diajarkan benar-benar bersumber
dari pedoman kurikulum.untuk praktisnya dan mempermudah pekerjaan
sambil lebih menjamin mutunya, penyusunan pedoman instruksional
sebaiknya dilakukan oleh suatu tim, termasuk guru yang akan
mengajarkannya.
F. Kebijakan Pembaharuan Perubahan Kurikulum
Salah satu variabel yang mempengaruhi sistem pendidikan
nasional adalah kurikulum. Oleh karena itu, kurikulum harus dapat
mengikuti dinamika yang ada dalam masyarakat. kurikulum harus bisa
menjawab kebutuhan masyarakat luas dalam mengahdapi persoalan
kehidupan yang dihadapi. Sudah sepatutnya kalau kurikulum itu terus
diperbahatui seiring dengan realitas, perubahan, dan tantangan dunia
pendidikan dalam membekali peserta didik menjadi manusia yang siap
hiduo dalam berbagau keadaan. Kurikulum harus komprehensif dan
respinsif terhadap dinamika sosial, relevan, tidak overload, dan mampu
mengakomodasikan keberagaman keperluan dan kemajuan teknologi
(Nurhadi, dkk, 2003).
Kurikulum harus dirancang dalam rangka lebih mengembangkan
segala potensi yang ada pada peserta didik. Oleh karena itu, kurikulum
jangan sampai membebani peserta didik, seperti beban belajar yang terlalu
berat. Menurut Ketua Badan Standarisasi Nasional Pendidikan (BNSP)
Bambang Suhendro bahwa beban belajar di Indonesia mencapai 1.000-
2.000 jam per tahun. Bahkan sekolah-sekolah tertentu menerapkan jam
belajar lebih tinggi sehingga memberatkan siswa. Beban jumlah jam
pelajaran sperti itu terlalu berat, apalagi selain tatap muka di kelas siswa
masih harus mengikuti ekstrakurikuler dan mengerjakan pekerjaan rumah.
Jika dijumlahkan pada siswa justru membuat siswa tidak ada waktu untuk
istirahat. Beban belajar siswa di Indonesia kelebihan 20% jika
dibandingkan dengan beban belajar siswa di luar negeri yang beban belajar
siswa berkisar 800-900 jam per tahun (Media Indonesia, 23-12-2005).
Dalam kaitan pembaharuan kurikulum, Indra Djati Sidi (2003),
mantan Direktur Jenderal Pendidikan Dasar dan Menengah Depdiknas
berpendapat bahwa salah satu upaya peningkatan mutu pendidikan adalah
dengan pembenahan kurikulum yang dapat memberikan kemampuan dan
ketrampilan dasar minimal, menerapkan konsep belajar tuntas, dan
membangkitkan sikap kreatif, inovatif, demokratis, dan mandiri bagi
peserta didik. Oleh karena itu, pembaharuan kurikulum suatu keniscayaan.
Lebih lanjut Sidi berpendapat bahwa kurikulum penddidikan nasinal harus
dikembangkan beberapa indikator. Pertama, kurikulum pendidikan harus
bersifat luwes, sederhana, dan bisa menampung berbagai kemungkinan
prubahan di masa yang akan datang sebagai dampak perkembangan
teknologi dan tuntutan masyarakat. idealnya kurikulum harus selangkah
lebih maju dari perkembangan teknologi dan tuntutan masyarakat sehingga
kurikulum (dunia pendidikan) tidak tertinggal dari dinamika masyarakat.
kurikulum harus dikembangkan secara futuristik dan mampu menjawab
tantangan zaman.
Kedua, kurikulum harus bersifat pedoman pokok (general
guideline) kegiatan pembelajaran siswa. Kurikulum tidak terlalu rinci dan
dapat dikembangkan secara mandiri dan kreatif oleh para guru sesuai
dengan potensi peserta didik setempat, keadaan sumber daya pendukung,
dan kondisi daerah setempat. Kurikulum hanya memberikan yang
fundamental. Pengembangan yang sesuai dengan tuntuntan waktu dan
tempat dicari sendiri oleh sekolah (guru) masing-masing dengan
memerhatikan dan memanfaatkan karakteristik dan kearifal lokal. Dalam
kaitan ini dibutuhkan profil guru yang memahami hakikat pendidikan dan
mampu membaca keadaan, serta memiliki jiwa kreatif, inovatif, dan
berwawasan luas. Prinsip kurikulum seperti itu sangat relevan mengingat
perubahan yang ada dalam masyarakat begiru cepat sehingga banyak hal
menjadi cepat usang.
Ketiga, pengembangan kuriklum selayaknya dlakukan secara
simultan dengan pengembangan bahan ajar (buku dan lembar kerja peserta
didik) dan media atau alat pembelajaran. Pengembangan sistem satu paket
ini akan mengurangi kecenderungan deviasi tujuan pokok-pokok bahasan
yang diajarkan, karena selama ini ketiga komponen penunjanh
pembelajaran tersebut dikembangkan secara terpisah. Keempat, kurikulum
pendidikan hendaknya berpatokan pada standar global atau regional,
berwawasan nasional, dan dilaksanakan secara lokal. Dengan demikian,
kualitas kurikulum pendidikan setara dengan negara-negara lainnya yang
mempunyai wawasan keunggulan, namun dapat disesuaikan dengan
kondisi lokal yang berbeda-beda.
Kelima, kurikulum pendidikan hendaknya merupakan satu
kesatuan dan kesinambungan dengan satuan dan jenjang pendidikan di
atasnya. Dengan demikian, kurikulum satu kesatuan pendidikan
merupakan landasan yang kokoh bagi kurikulum pada satuan pendidikan
selanjutnya. Keenam, pengembangan kurikulum merupakan shared
activity dengan pemerintah daerah, bahkan komunitas. Ke depan
pemerintah cukup menangani kurikulum pendidikan yang sifatnya inti
(core curriculum). Ketujuh, pengembangan tidak diarahkan untuk
menciptakan satu kurikulum tunggal yang diberlakukan untuk semua
sekolah. Pemberlakuan kurikulum yang berbeda ini juga menuntut
pembedaan cara mengukur tingkat pencap[aian tujuan pembelajaran untuk
setiap kelompok anak tersebut. Kedelapan, kurikulum juga mesti
memerhatikan pendidikan yang terjadi di keluarga dan komunitas.
Pendidikan disekolah jelas akan suli tercapai tanpa dukungan pendidikan
di keluarga dan masyarakat. Ketiga komponen (sekolah, keluarga, dan
komunitas) tersebut menjadi pilar pendidikan sehingga kegiatan dan
proses pendidikan merupakan shared activity dari ketiga pilar penddiikan
tersebut.

G. Langkah dalam Melakukan Pembaharuan Perubahan Kurikulum


Menurut Sudjana (2002), ada sepuluh langkah yang harus ditempuh dalam
melakukan pembaharuan kurikulum, yakni:
1. Mengenal atau mengidentifikasi kebutuhan perubahan kurikulum, artinya
menilai ada tidaknya masalah-masalah pokok yang harus dilakukan
peubahan. Oleh karena itu, perlu dilakukan penilaian dan pengukuran
pendahuluan terhadap kurikulum yang sedang berjalan.
2. Mobilisasi suatu perubahan kurikulum, artinya setelah ditemukan masalah
pokok yang menjadi garapan perubahan kurikulum, barulah dipikirkan
wadah yang akan mengorganisasi perubahan tersebut. Wadah tersebut bisa
berupa badan atau komite yang bisa bekerja secara rutin.
3. Studi tentang masalah dan kebutuhan masyarakat, artinya dalam
pengembangan suatu kurikulum dilakukan analisis terhadap sektor-sektor
masyarakat, baik masalahnya maupun kebutuhannya. Beberapa aspek yang
perlu dianalisis dan diteliti untuk keperluan pembaharuan kurikulum
antara lain: potensi sosial ekonomi, sistem nilai-nilai (sosial dan moral)
yang berlaku, masalah dan kebutuhan masyarakat, lapangan pekerjaan,
masalah-masalah sosial, seperti ketegangan/ konflik sosial, dan
pengangguran.
4. Studi tentang karakteristik dan kebutuhan peserta didik, artinya dalam
mengembangkan kurikulum harus memerhatikan perkembangan,
pertumbuhan, bakat, minat, keanggupan, dan kebutuhan peserta didik.
5. Formulasi tujuan pendidikan, artinya dalam mengembangkan kurikulum
harus menjabarkan tujuan pendidikan secara umum yang bersifat filosofis,
sosiologis, dan psikologis ke dalam tujuan-tujuan institusional yang
bersifat tingkah laku operasional sehingga mudah dipahami para guru
dilapangan.
6. Menetapkan aktifitas belajar dan mata pelajaran, arinya memilih dan
menerapkan aktifitas belajar dan mata pelajaran (sebagai isi kurikulum)
yang memadai dan menunjang tercapainya tujuan pendidikan tersebut.
Pemilihan aktifitas belajar dan pemilihan mata pelajaran yang serasi
dengan tujuan, merupakan tugas berat dan memerlukan penghayatan yang
tinggi terhadap nilai-nilai ilmu pengetahuan.
7. Mengorganisasi pengalaman belajar dan perencanaan unit-unit pelajaran,
artinya pengembangan kurikulum harus memerhatikan pengorganisasian
pengalaman belajar dan perencanaan unit-unit pelajaran secara tepat.
8. Pengujian kurikulum yang diperbaharui, artinya kurikulum yang telah
diperbaharui sebelum dilaksanakan dilapangan harus diujicobakan terlebih
dulu agar mencapai hasil yang optimal. Hasil uji coba analisis, diamati
untuk diadakan revisi seperlunya.
9. Pelaksanaan kurikulum baru, artinya kurikulum baru yang telah disusun,
direvisi, dan telah diujicobakan, hendaknya diterapkan dengan
mengarahkan seluruh opini masyarakat agar menerima ide-ide
pembaharuan dalam kurikulum tersebut.
10. Evaluasi dan revisi berikutnya, artinya kurikulum baru yang sudah
diberlakukan dievaluasi dan dimonitoring untuk melihat kualitas dan
efektivitas kurikulum tersebut untuk selanjutnya dilakukan revisi kalau
diperlukan.

H. Perubahan Kurikulum di Indonesia


Dalam perjalanan sejarah sejak tahun 1945, kurikulum pendidikan
nasional telah mengalami perubahan, yaitu pada tahun 1947, 1952, 1964, 1968,
1975, 1984, 1994, 2004, 2006, dan 2013. Perubahan tersebut merupakan
konsekuensi logis dari terjadinya perubahan system politik, sosial budaya,
ekonomi, dan iptek dalam masyarakat berbangsa dan bernegara. Sebab, kurikulum
sebagai seperangkat rencana pendidikan perlu dikembangkan secara dinamis
sesuai dengan tuntunan dan perubahan yang terjadi di masyarakat.
Secara garis besar perkembangan kurikulum di Indonesia dapat dijabarkan
sebagai berikut:
1. Kurikulum Tahun 1947 (Rentjana Pelajaran 1947)
Kurikulum pertama yang lahir pada masa kemerdekaan memakai istilah
dalam bahasa Belanda leer plan yang berarti rencana pelajaran, yang lebih populer
dibandingkan dengan kurikulum (bahasa Inggris). Awal kurikulum terbentuk pada
tahun 1947, kurikulum saat itu diberi nama Rentjana Pelajaran 1947. Bentuknya
memuat dua hal pokok, yaitu (1) daftar mata pelajaran dan jam pengajarannya, (2)
garis-garis besar pengajaran.
Pada saat itu, kurikulum pendidikan di Indonesia masih dipengaruhi sistem
pendidikan kolonial Belanda dan Jepang, sehingga hanya meneruskan kurikulum
yang pernah digunakan sebelumnya oleh Belanda. Rentjana Pelajaran 1947 boleh
dikatakan sebagai pengganti sistem pendidikan kolonial Belanda, karena suasana
kehidupan berbagsa saat itu masih dalam semangat juang merebut kemerdekaan
maka pendidikan lebih menekankan pada pembentukan karakter manusia
Indonesia yang merdeka dan berdaulat dan sejajar dengan bangsa lain. Atau bisa
dikatakan bahwa orientasi rentjana pelajaran 1947 tidak menekankan pada
pendidikan pikiran, tetapi yang diutamakan adalah pendidikan watak, kesadaran
bernegara dan bermasyarakat. Sedangkan materi pelajaran dihubungkan dengan
kejadian sehari-hari, perhatian terhadap kesenian dan pendidikan jasmani.

2. Kurikulum 1952 (Rentjana Pelajaran Terurai 1952)


Setelah rentjana pelajaran 1947, pada tahun 1952 kurikulum di Indonesia
mengalami penyempurnaan. Pada tahun 1952 ini diberi nama “Rentjana Pelajaran
Terurai 1952”. Kurikulum ini sudah mengarah pada suatu system pendidikan
nasional. Yang paling menonjol dan sekaligus cirri dari kurikulum 1952 ini bahwa
setiap rencana pelajaran harus memperhatikan isi pelajaran yang dihubungkan
dengan kehidupan sehari-hari.
Pada tahun 1952 ini, pemerintah Indonesia melalui Kementrian Pendidikan
Pengajaran dan Kebudayaan menerbitkan buku pedoman kurikulum SD yang di
beri nama Rentjana Pelajaran Terurai yang berfungsi membimbing para guru
dalam kegiatan mengajar di sekolah dasar. Di dalamnya tercantum jenis-jenis
pelajaran yang harus menjadi kegiatan murid dalam belajar di sekolah, seperti
pelajaran Bahasa Indonesia, Bahasa Daerah, Berhitung, Ilmu Alam, Ilmu Hayat,
Ilmu Bumi dan Sejarah. Pelajaran Bahasa Indonesia baru diberikan sejak kelas
tiga dan terbagi atas : bercakap-cakap, membaca, bahasa dan mengarang. Dalam
pelajaran Bahasa Daerahdiberikan pelajaran membaca dalam dalam huruf daerah
seperti huruf Jawa bagi murid di Jawa yang mulai sejak kelas dua tengah tahun
kedua. Pelajaran berhitung terbagi atas hitung angka, ilmu bangun dan
mencongak, sedangkan pelajaran Ilmu Hayat terbagi atas Ilmu Tubuh Manusia,
Ilmu Tumbuh-tumbuhan dan Ilmu Hewan.

3. Kurikulum 1964 (Rentjana Pendidikan 1964)


Usai tahun 1952, menjelang tahun 1964, pemerintah kembali
menyempurnakan sistem kurikulum di Indonesia. Kali ini diberi nama “Rentjana
Pendidikan 1964”. Pokok-pokok pikiran kurikulum 1964 yang menjadi ciri dari
kurikulum ini adalah bahwa pemerintah mempunyai keinginan agar rakyat
mendapat pengetahuan akademik untuk pembekalan pada jenjang SD, sehingga
pembelajaran dipusatkan pada pengembangan daya cipta, rasa, karsa, karya, dan
moral (Pancawardhana).

4. Kurikulum 1968 (Rencana Pendidikan 1968)


Pada tahun 1965 terjadi peristiwa Gerakan 30 September (G-30-S) yang
menandai berakhirnya pemerintahan orde lama (orla). Peristiwa tersebut banyak
berpengaruh terhadap tatanan politik, ekonomi, dan social pada saat itu, termasuk
juga dunia pendidikan. Kurikulum 1968 merupakan pembaharuan dari kurikulum
1964, yaitu perubahan struktur kurikulum pendidikan dari Pancawardhana
menjadi pembinaan jiwa pancasila, pengetahuan dasar, dan kecakapan khusus.
Kurikulum 1968 merupakan merupakan perwujudan dari perubahan orientasi pada
pelaksanaan UUD 1945 secara murni dan konsekuen.
Departemen Pendidikan dan Kebudayaan pada tahun 1968 segera melakukan
perbaikan-perbaikan misalnya dengan menerbitkan buku pedoman kurikulum
sekolah dasar yang diberi nama Kurikulum SD sebagai pengganti Rencana
Pendidikan TK dan SD. Perubahan pokok yaitu dalam rumusan tujuan pendidikan
yang didasarkan pada Falsafah Negara Pancasila (Ketetapan MPRS No.
XXVII/MPRS/1966 Bab II pasal 2).
Tujuan pendidikan nasional adalah membentuk manusia Pancasilais sejati
berdasarkan ketentuan-ketentuan seperti yang dikehendaki oleh pembukaan UUD
1945 dan isi UUD 1945. untuk mencapai dasar dan tujuan pendidikan tersebut
maka isi pendidikan diarahkan untuk :
a. Mempertinggi mental-moral-budi pekerti dan memperkuat keyakinan agama;
b. Mempertinggi kecerdasan dan keterampilan;
c. Membina/ mempertimbangkan fisik yang kuat dan sehat.
Penerbitan Kurikulum Sekolah Dasar 1968 merupakan suatu peralihan menuju
integrasi kurikulum mulai dari tingkat taman kanak-kanak sampai keperguruan
tinggi.

5. Kurikulum 1975
Kurikulum tahun 1968 yang telah dilaksanakan di berbagai sekolah
ternyata dipandang kurang sesuai lagi dengan kondisi masyarakat pada masa
pembangunan lima tahun tahap kedua (Pelita Kedua). Terdapat sejumlah
fenomena yang mempengaruhi adanya perubahan kurikulum, diantaranya
pembaharuan pendidikan selama Pelita I yang dimulai tahun 1969 telah
melahirkan gagasan-gagasan baru dalam pelaksanaan sistem pendidikan nasional,
hasil analisa dan penilaian mendorong peninjauan kembali terhadap kebijaksanaan
pendidikan nasional, masuknya berbagai inovasi dalam system belajar mengajar
yang dinilai lebih efisien dan efektif, serta banyaknya keluhan masyarakat
terhadap mutu lulusan pendidikan sekolah yang menuntut adanya peninjauan
kembali sistem pendidikan yang dilaksanakan.
Selain fenomena tersebut, kebijakan pemerintah di bidang pendidikan nasional
yang digariskan dalam Ketetapan MPR RI Nomor IV/MPR1973 tentang GBHN
menuntut adanya pelaksanaan. Dalam GBHN tersebut dinyatakan bahwa dasar
prndidikan nasional yakni Falsafah Negara Pancasila dan Undang-Undang Dasar
1945. Dengan latar belakang tersebut di atas maka mulai tahun 1975
dikembangkan kurikulum baru yang dikenal dengan Kurikulum SD 1975 yang
merupakan tonggak pembaharuan yang lebih nyata danlebih mantap dalam system
pendidikan nasional. Perubahan kurikulum tahun 1968 menjadi kurikulum 1975
dimaksudkan untuk mencapai keselarasan antara kurikulum dengan kebijakan
baru bidang pendidikan, meningkatkan mutu lulusan pendidikan dan
meningkatkan relevansi pendidikan dengan tuntutan masyarakat yang sedang
membangun.
Kurikulum 1975 dimaksudkan untuk mencapai tujuan pendidikan sekolah yang
secara umum mengharapkan lulusannya :
a. Memiliki sifat-sifat dasar sebagai warga Negara yang baik
b. Sehat jasmani dan rohani, dan
c. Memiliki pengetahuan, keterampilan dan sikap dasar yang diperlukan untuk
melanjutkan pelajaran; bekerja di masyarakat; mengembangkan diri sesuai dengan
asas pendidikan hidup.
Kurikulum1975 hingga menjelang tahun 1983 dianggap sudah tidak mampu lagi
memenuhi kebutuhan masyarakat dan tuntunan ilmu pengetahuan dan teknologi.
Bahkan siding umum MPR 1983 yang produknya tertuang dalam GBHN 1983
menyiratkan keputusan politik yang menghendaki perubahan kurikulum dari
kurikulum 1975 ke kurikulum 1984. karena itulah pada tahun 1984 pemerintah
menetapkan pergantian kurikulum 1975 oleh kurikulum 1984.

6. Kurikulum 1984 (Kurikulum CBSA / Cara Belajar Siswa Aktif)


Bersamaan dengan Keputusan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan
Nomor 0461/U/1983 tentang Perbaikan Kurikulum Pendidikan Dasar dan
Menengah dalam lingkungan Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, maka
untuk tingkat sekolah dasar di berlakukan penggunaan kurikulum baru yaitu
kurikulum tahun 1984. perubahan kurikulum tersebut dilatarbelakangi oleh fakta
empiric yaitu adanya sejumlah unsure baru dalam GBHN 1983 yang perlu
ditampung dalam kurikulum, adanya kesenjangan program pendidikan baik
dengan kebutuhan anak didik maupun kebutuhan untuk melanjutkan ke
pendidikan yang lebih tinggi dan memasuki kehidupan masyarakat, dan terlalu
saratnya materi kurikulum yang harus diberikan.
Pengembangan kurikulum sekolah dasar 1984 berorientasi pada landasan teori
yaitu pendekatan proses belajar mengajar yang diarahkan agar murid memiliki
kemampuan untu memproses perolehannya. Untuk itu, kurikulum sekolah dasar
1984 mengacu kepada tiga aspek perkembangan yaitu ranah kognitif yang berisi
kemampuan berpikir, ranah afektif yang mengungkapkan pengembangan sikap,
dan ranah psikomotorik yang berisi kemampuan bertindak.
Materi kurikulum 1984 pada dasarnya tidak banyak berbeda dengan materi
kurikulum 1975, yang berbeda adalah organisasi pelaksanaannya sehingga dengan
demikian kurikulum 1984 dapat dilaksanakan dengan memanfaatkan bahan-bahan
dan buku-buku yang ada. Perubahan yang diadakan lebih mengarah pada
penyederhanaan materi pada setiap mata pelajaran, sehingga mencakup materi-
materi yang penting saja. Dengan berkurangnya materi kurikulum,
memungkinkan terlaksananya kegiatan belajar mengajar yang lebih baik. Kegiatan
yang berhubungan dengan program pendidikan (kegiatan kurikuler) yang
dilaksanakan dalam kurikulum sekolah dasar tahun 1984 meliputi kegiatan
intrakurikuler, kokurikuler, dan ekstrakurikuler.
Prinsip-prinsip yang dikembangkan dalam kurikulum sekolah dasar 1984 yaitu:
a. Kurikulum dikembangkan dengan mempertimbangkan tuntunan kebutuhan
murid pada umumnya dan kebutuhan murid secara individual sesuai dengan minat
dan bakatnya serta kebutuhan lingkungan (prinsip relevansi)
b. Pengembangan kurikulum dilakukan bertahap dan terus menerus yaitu
dengan jalan mengadakan penilaian terhadap pelaksanaan dan hasil-hasil yang
telah dicapai untuk mengadakan perbaikan, pemantapan, dan pengembangan lebih
lanjut (prinsip kontinuitas)
c. Kurikulum dikembangkan untuk membuka kemungkinan pelaksanaan
pendidikan seumur hidup (prinsip pendidikan seumur hidup)
d. Kurikulum dikembangkan dengan mempertimbangkan keluwesan program
pelaksanaannya (prinsip fleksibilitas).

7. Kurikulum 1994
Kurikulm pendidikan dasar tahun 1994 disusun dalam rangka mencapai
tujuan pendidikan nasional tersebut dengan memperhatikan tahap perkembangan
siswa dan kesesuaian dengan lingkungan kebutuhan pembangunan nasional,
perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi serta kesenian. Kurikulum
pendidikan dasar yang berkenaan dengan sekolah dasar (SD) menekankan
kemampuan dan keterampilan dasar “baca-tulis-hitung”. Kemampuan tersebut
merupakan kemampuan awal yang akan mempengaruhi kemampuan penguasaan
ilmu pengetahuan dan teknologi lebih jauh.
Isi kurikulum sekolah dasar tahun 1994, sesuai dengan UU No.2/1989 dan PP
No.28/1990, sekurang-kurangnya memuat bahan kajian tentang pendidikan
Pancasila, pendidikan agama, pendidikan kewarganegaraan, bahasa Indonesia,
membaca dan menulis, matematika (termasuk berhitung), pengantar sains dan
teknologi, ilmu bumi, sejarah nasional dan sejarah umum, kerajinan tangan dan
kesenian, pendidikan jasmani dan kesehatan, menggambar serta bahasa Inggris.
Ciri-ciri umum kurikulum 1994:
a. Perubahan dari semester ke caturwulan (Cawu)
b. Dari pola pengajaran berorientasi teori belajar mmenjadi berorientasi pada
muatan (isi)
c. Bersifat populis, yaitu yang memberlakukan satu system kurikulum untuk
semua siswa di seluruh Indonesia. Kurikulum ini bersifat kurikulum inti sehingga
daerah yang khusus dapat mengembangkan pengajaran sendiri disesuaikan dengan
lingkungan dan kebutuhan masyarakat sekitar.
d. Dalam pelaksanaan kegiatan, guru hendaknya memilih dan menggunakan
strategi yang melibatkan siswa aktif dalam belajar, baikn secara mental, fisik, dan
sosial. Dalam mengaktifan siswa, guru dapat memberikan bentuk soal yang
mengarah kepada jawaban konvergen, divergen (terbuka, dimungkinkan lebih dari
satu jawaban), dan penyelidikan.

8. Kurikulum 2004 (Kurikulum Berbasis Kompetensi atau KBK)


Adapun karakteristik KBK adalah sebagai berikut:
a. Menekankan pada ketercapaian kompetensi siswa baik secara individual
maupun klasikal.
b. Berorientasi pada hasil belajar (learning outcomes) dan keberagaman.
c. Penyampaian dalam pembelajaran menggunakan pendekatan dan metode
yang bervariasi.
d. Sumber belajar bukan hanya guru, tetapi juga sumber lainnya yang memenuhi
unsur edukatif.
e. Penilaian menekankan pada proses dan hasil belajar dalam upaya penguasaan
atau pencapaian suatu kompetensi.
9. Kurikulum 2006 (Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan atau KTSP)
Secara substansial, pemberlakuan KTSP lebih kepada
mengimplementasikan regulasi yang ada, yaitu PP No. 19/2005. Akan tetapi,
esensi isi dan arah pengembangan pembelajaran tetap masih bercirikan
tercapainya paket-paket kompetensi (dan bukan pada tuntas tidaknya sebuah
subject matter), yaitu:
a. Menekankan pada ketercapaian kompetensi siswa baik secara individual
maupun klasikal.
b. Berorientasi pada hasl belajar (learning outcomes) dan keberagaman.
c. Penyampaian dalam pembelajaran menggunakan pendekatan dan metode
yang bervariasi.
d. Sumber belajar bukan hanya guru, tetapi juga sumber belajar lainnya yang
memenuhi unsure edukatif.
e. Penilaian menekankan pada proses dan hasil belajar dalam upaya penguasaan
atau pencapaian suatu kompetensi.
f. Terdapat perbedaan mendasar dibandingkan dengan KBK tahun 2004 dengan
KBK tahun 2006 (versi KTSP), bahwa sekolah diberi kewenangan penuh dalam
menyusun rencana pendidikannya dengan mengacu pada standar-standar yang
ditetapkan, mulai dari tujuan, visi misi, struktur dan muatan kurikulum. Beban
belajar, kalender pendidikan hingga pengembangan silabusnya.

10. Kurikulum 2013


Kurikulum 2013 adalah kurikulum yang dirancang baik dalam bentuk
dokumen, proses, maupun penilaian didasarkan pada pencapaian tujuan, konten
dan bahan pelajaran serta penyelenggaraan pembelajaran yang didasarkan pada
Standar Kompetensi Lulusan. Konten pendidikan dalam SKL dikembangkan
dalam bentuk kurikulum satuan pendidikan dan jenjang pendidikan sebagai suatu
rencana tertulis (dokumen) dan kurikulum sebagai proses (implementasi). Dalam
dimensi sebagai rencana tertulis, kurikulum harus mengembangkan SKL menjadi
konten kurikulum yang berasal dari prestasi bangsa di masa lalu, kehidupan
bangsa masa kini, dan kehidupan bangsa di masa mendatang.
Kurikulum 2013 bertujuan untuk mengarahkan peserta didik menjadi:
a. Manusia berkualitas yang mampu dan proaktif menjawab tantangan zaman
yang selalu berubah;
b. Manusia terdidik yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa,
berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri;
c. Warga negara yang demokratis dan bertanggung jawab.
Pengembangan dan pelaksanaan kurikulum berbasis kompetensi merupakan salah
satu strategi pembangunan pendidikan nasional sebagaimana yang diamanatkan
dalam Undang- Undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan
Nasional. Kurikulum ini menekankan tentang pemahaman tentang apa yang
dialami peserta didik akan menjadi hasil belajar pada dirinya dan menjadi hasil
kurikulum. Oleh karena itu proses pembelajaran harus memberikan kesempatan
yang luas kepada peserta didik untuk mengembangkan potensi dirinya menjadi
hasil belajar yang sama atau lebih tinggi dari yang dinyatakan dalam Standar
Kompetensi Lulusan.
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
Salah satu variabel yang mempengaruhi sistem pendidikan
nasional adalah kurikulum. Oleh karena itu, kurikulum harus dapat
mengikuti dinamika yang ada dalam masyarakat. kurikulum harus bisa
menjawab kebutuhan masyarakat luas dalam mengahdapi persoalan
kehidupan yang dihadapi. Sudah sepatutnya kalau kurikulum itu terus
diperbahatui seiring dengan realitas, perubahan, dan tantangan dunia
pendidikan dalam membekali peserta didik menjadi manusia yang siap
hiduo dalam berbagau keadaan. Kurikulum harus komprehensif dan
respinsif terhadap dinamika sosial, relevan, tidak overload, dan mampu
mengakomodasikan keberagaman keperluan dan kemajuan teknologi.
Dengan ini kurikulum dapat befungsi secara totalitas dalam aktulisasi
nilai- nilai yang bertumpu pada pilar- pilar pendidikan dengan mengarah
pada pancasila.

B. Saran
Sebaiknya Kurikulum tidak hanya menjadi sebuah esensi dilematis,
namun juga memberi dampak yang positif bagi perkembangan pendidikan
di Indonesia. Pengembangan kurikulum juga harus melihat aspek- aspek
budaya yang ada di Indonesia mengingat bahwa perubahan kurikulum
menjadi titik- titik utama dampak bagi perkembangan peserta didik. Maka
dari itu hal yang harus dilakukan adalah melakukan proses secara
berkeseinambungan dengan tidak melupakan esensi bahwa Indonesia
merupakan negara yang berkembang dan tentunya menjadi wahana
pendidikan bagi seluruh bangsa sesuai tujuan pendidikan Indonesia.
DAFTAR PUSTAKA

Dakir. 2004. Perencanaan dan Pengembangan Kurikulum. Jakarta: Rineka Cipta

Idi, Abdullah. 2007.Pengembangan Kurikulum: Teori dan Praktek. Jakarta: Ar-


ruzz

Kusnandar. 2008. Guru Profesional: Implementasi Kurikulum Tingkat Satuan


Pendidikan (KTSP) dan Sukses dalam Sertifikat Guru. Jakarta: PT
RajaGrafindo

Mulyasa, E. 2005. Kurikulum Berbasis Kompetensi: Konsep, Karakteristik, dan


Implementasi. Bandung: Rosdakarya

http://ephanlazok.wordpress.com/2010/01/14/perkembangan-kuriklum-indonesia-
dari-1947-2006. (Online), Di akses 24 Maret 2017

Anda mungkin juga menyukai