Disusun oleh:
Puji syukur kehadirat Tuhan YME atas berkat, rahmat, taufik, hidayah, dan inayah-
Nya saya dapat menyusun dan menyelesaikan karya tulis ini dengan sebaik-
baiknya.
Saya juga berterima kasih kepada semua pihak yang telah membantu penyusunan
karya tulis ini. Saya menyadari bahwa masih banyak kekurangan dalam penyusunan
tugas besar ini. Oleh karena itu, saya meminta kritik dan saran dari pembaca agar
bisa menyusun karya tulis yang lebih baik lagi ke depannya.
Akhir kata, semoga karya tulis ini dapat berguna bagi pembaca dan masyarakat
luas.
Penyusun
i
DAFTAR ISI
ii
BAB I
PENDAHULUAN
1
maupun segala macam gangguan dari pihak asing. Peraturan perundang-undangan
yang ditetapkan oleh sebuah negara harus memperhatikan hokum internasional
yang dijadikan standar oleh masyarakat internasional. Meskipun setiap negara telah
mempunyai batas wilayah yang jelas dan telah diakui melalui mekanisme hokum
internasional, namun pelanggaran terhadap batas wilayah kerap terjadi.
Pelanggaran ini kadang bersifat tidak disengaja namun seringkali pula dilakukan
secara sengaja untuk berbagai tujuan tertentu.
Indonesia sebagai negara kepulauan terbesar di dunia yang tersebar dari Aceh
hingga Papua memiliki garis perbatasan dengan setidaknya enam negara. Dengan
keterbatasan sumber daya manusia dan peralatan untuk memantau perbatasan
negara, maka kerap kali terjadi pelanggaran wilayah perbatasan Indonesia oleh
beberapa pihak yang tidak bertanggung jawab. Tidak jarang di wilayah udara
yurisdiksi Indonesia kerap terjadi pelanggaran oleh pesawat terbang tidak terjadwal
atau dapat disebut juga sebagai black flight. Pelanggaran semacam ini tentunya
tidak dapat ditoleransi dengan alasan apapun.
Berdasarkan Pasal 1 Konvensi Paris tahun 1919 yang diubah dengan
Konvensi Chicago tahun 1944 (Convention on International Civil Aviation) yang
diterima oleh negara anggota ICAO, menyatakan bahwa setiap negara memiliki
yurisdiksi eksklusif dan wewenang untuk mengontrol ruang udara di atas
wilayahnya. Kapal-kapal negara lain, baik pesawat sipil ataupun militer tak punya
hak untuk memasuki ruang udara atau mendarat di wilayahnya tanpa
persetujuannya.
Salah satu kasus pelanggaran ruang udara Indonesia yang menjadi fokus
dalam karya ilmiah ini adalah oleh pesawat sipil Singapura pada 28 Oktober 2014.
2
1.3. Tujuan Penelitian
Adapun tujuan dalam penelitian ini adalah :
1. Mengetahui peraturan pelanggaran ruang udara oleh pesawat asing
menurut hokum nasional Indonesia.
3
BAB II
STUDI PUSTAKA
4
melaksanakan latihan atau mengajar siswa penerbang. Ketiga kru pesawat, yaitu
Kapten Tan Chin Kian, dan dua siswa Z. Heng Chia dan Xiang Bo Hong diperiksa
Penyidik Pegawai Negeri Sipil Perhubungan Udara dan kemudian ditetapkan denda
Rp. 60 juta. Sementara surat izin penerbangan diurus Pemerintah Singapura di
Kementerian Luar Negeri, Mabes TNI, dan Kementerian Perhubungan.
5
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
6
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
7
Penerbangan. Pesawat sipil Singapura yang dipaksa mendarat oleh dua pesawat
Sukhoi 27/30 Flanker TNI diizinkan pulang setelah memenuhi syarat administrasi
termasuk membayar denda sebesar Rp. 60.000.000,00. Denda tersebut diniliai TNI
AU sangatlah kecil dan sangat tidak sebanding dengan biaya yang dikeluarkan
negara untuk mengerahkan pesawat tempur milik TNI AU. Menurut TNI AU,
dibutuhkan dana sekitar Rp. 400.000.000,00 untuk pesawat tempur Sukhoi agar
bias terbang selama satu jam. Pelanggaran wilayah kedaulatan Indonesia yang
dilakukan pesawat sipil Singapura ini tidaklah menimbulkan tanggung jawab
kepada negara Singapura, tetapi menjadi tanggung jawab perusahaan maskapai
penerbangan pesawat tersebut. Sanksi dijatuhkan berdasarkan hukum nasional
Indonesia mengingat pelanggarang yang terjadi adalah pelanggaran terhadap
hukum nasional Indonesia.
8
BAB V
PENUTUP
5.1 Kesimpulan
Dari hasil pembahasan di atas, maka dapat disimpulkan bahwa :
5.2 Saran
9
DAFTAR PUSTAKA
http://www.negarahukum.com/hukum/ruang-udara.html
Undang-Undang RI Nomor 1 Tahun 2009 tentang Penerbangan