Anda di halaman 1dari 13

KASUS PELANGGARAN RUANG UDARA

INDONESIA OLEH PESAWAT ASING SINGAPURA

Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Kelulusan


Mata Kuliah Hukum Transportasi Logistik

Disusun oleh:

Siti Wahyuni Mursalim 13116095

PROGRAM STUDI MANAJEMEN TRANSPORTASI


SEKOLAH TINGGI MANAJEMEN LOGISTIK INDONESIA
BANDUNG
2019
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Tuhan YME atas berkat, rahmat, taufik, hidayah, dan inayah-
Nya saya dapat menyusun dan menyelesaikan karya tulis ini dengan sebaik-
baiknya.

Penyusunan karya tulis yang berjudul “KASUS PELANGGARAN UDARA


INDONESIA OLEH PESAWAT ASING SINGAPURA” ini dilakukan dalam
rangka memenuhi salah satu syarat kelulusan mata kuliah Hukum Transportasi
Logistik.

Saya juga berterima kasih kepada semua pihak yang telah membantu penyusunan
karya tulis ini. Saya menyadari bahwa masih banyak kekurangan dalam penyusunan
tugas besar ini. Oleh karena itu, saya meminta kritik dan saran dari pembaca agar
bisa menyusun karya tulis yang lebih baik lagi ke depannya.

Akhir kata, semoga karya tulis ini dapat berguna bagi pembaca dan masyarakat
luas.

Bandung, 7 April 2019

Penyusun

i
DAFTAR ISI

Kata Pengantar ...................................................................................................... i


Daftar Isi ................................................................................................................ ii
BAB I Pendahuluan ...............................................................................................1
1.1 Latar Belakang ........................................................................................................ 1
1.2 Identifikasi Masalah ............................................................................................. 22
1.3 Tujuan Penelitian .................................................................................................... 3
1.4 Manfaat Penelitian .................................................................................................. 3
1.5 Batasan Penelitian .................................................................................................. 3
BAB II Studi Pustaka ............................................................................................4
2.1 Ruang Udara............................................................................................................ 4
2.2 Pesawat Udara Sipil ............................................................................................... 4
2.3 Pelanggaran Ruang Udara oleh Pesawat Singapura .......................................... 4
BAB III Metodologi Penelitian .............................................................................6
3.1 Metodologi Penelitian ............................................................................................ 6
BAB IV Hasil dan Pembahasan ............................................................................7
BAB V Penutup/Kesimpulan ................................................................................7
6.1 Kesimpulan .............................................................................................................. 9
6.2 Saran ......................................................................................................................... 9
Daftar Pustaka

ii
BAB I
PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang


Menurut Soekarno, Indonesia adalah “the most broken-up nation in the
world”, satu negeri, satu bangsa yang paling terserak-serak rakyatnya, terhimpun
dari 17.499 pulau dan 80.791 km garis pantai, dihuni oleh 1.340 suku bangsa
dengan hampir seribu bahasa daerah.
Dalam hitungan matematis, wilayah Indonesia meliputi dua pertiga lautan dan
sepertiga daratan. Di atas lautan dan daratan ada wilayah udara yang mencakup tiga
pertiga dari keseluruhan wilayah. Itulah wilayah Negara Kesatuan Republik
Indonesia yang harus dijaga kedaulatan, kehormatan dan keamanan nasionalnya.
Inilah salah satu penyebab kompleksnya menjaga kedaulatan NKRI.
Kedaulatan merupakan salah satu syarat berdirinya suatu negara. Salah satu
unsur dari negara ialah pemerintah yang berkedaulatan. Pemerintah dalam suatu
negara harus memiliki kewibawaan (authority) yang tertinggi (supreme) dan tidak
terbatas. Dengan demikian istilah "yang tertinggi (supreme)" menimbulkan adanya
pemerintahan yang mempunyai kekuasaan yang tertinggi dan tidak terbatas,
kekuasaan negara yang mempunyai monopoli dalam menggunakan kekuasaan fisik.
Sebuah negara yang memiliki kedaulatan bertujuan untuk menjalankan
pemerintahan dan membatasi dari ancaman negara lain. Kedaulatan bersifat
mengikat masyarakat dan elemen negara untuk menjunjung tinggi harkat dan
martabat seluruh tumpah darah yang dilindungi. Dalam hal ini kedaulatan negara
berfungsi untuk menjaga sebuah negara agar bisa berjalan sesuai dengan aturan
undang-undang dan menentukan siapa kekuasaan tertinggi dalam sebuah negara.
Kedaulatan negara bersifat mutlak dan patut untuk dipertahankan oleh segenap
elemen bangsa tersebut. Kedaulatan sebuah negara meliputi tanah, air, udara dan
segenap potensi alam yang terkandung di dalamnya.
Dalam rangka melindungi kedaulatan sebuah negara, ditetapkan peraturan
perundang-undangan yang dapat melindungi negara tersebut dari intervensi

1
maupun segala macam gangguan dari pihak asing. Peraturan perundang-undangan
yang ditetapkan oleh sebuah negara harus memperhatikan hokum internasional
yang dijadikan standar oleh masyarakat internasional. Meskipun setiap negara telah
mempunyai batas wilayah yang jelas dan telah diakui melalui mekanisme hokum
internasional, namun pelanggaran terhadap batas wilayah kerap terjadi.
Pelanggaran ini kadang bersifat tidak disengaja namun seringkali pula dilakukan
secara sengaja untuk berbagai tujuan tertentu.
Indonesia sebagai negara kepulauan terbesar di dunia yang tersebar dari Aceh
hingga Papua memiliki garis perbatasan dengan setidaknya enam negara. Dengan
keterbatasan sumber daya manusia dan peralatan untuk memantau perbatasan
negara, maka kerap kali terjadi pelanggaran wilayah perbatasan Indonesia oleh
beberapa pihak yang tidak bertanggung jawab. Tidak jarang di wilayah udara
yurisdiksi Indonesia kerap terjadi pelanggaran oleh pesawat terbang tidak terjadwal
atau dapat disebut juga sebagai black flight. Pelanggaran semacam ini tentunya
tidak dapat ditoleransi dengan alasan apapun.
Berdasarkan Pasal 1 Konvensi Paris tahun 1919 yang diubah dengan
Konvensi Chicago tahun 1944 (Convention on International Civil Aviation) yang
diterima oleh negara anggota ICAO, menyatakan bahwa setiap negara memiliki
yurisdiksi eksklusif dan wewenang untuk mengontrol ruang udara di atas
wilayahnya. Kapal-kapal negara lain, baik pesawat sipil ataupun militer tak punya
hak untuk memasuki ruang udara atau mendarat di wilayahnya tanpa
persetujuannya.
Salah satu kasus pelanggaran ruang udara Indonesia yang menjadi fokus
dalam karya ilmiah ini adalah oleh pesawat sipil Singapura pada 28 Oktober 2014.

1.2. Identifikasi Masalah


Adapun identifikasi masalah dalam penelitian adalah :
1. Mengetahui bagaimana hukum nasional Indonesia mengatur mengenai
peraturan pelanggaran ruang udara oleh pesawat asing?

2
1.3. Tujuan Penelitian
Adapun tujuan dalam penelitian ini adalah :
1. Mengetahui peraturan pelanggaran ruang udara oleh pesawat asing
menurut hokum nasional Indonesia.

1.4. Manfaat Penelitian


Adapun maanfaat penelitian ini adalah:
1. Manfaat Akademis
a. Penelitian ini diharapkan dapat dijadikan acuan dan pengetahuan
untuk penelitian di bidang hokum transportasi terutama yang
berkaitan dengan penerbangan.
b. Sebagai sarana informasi untuk memperluas wawasan dan
pengetahuan.
2. Manfaat Praktis
a. Untuk menambah wawasan dan pengetahuan mengenai hukum
tentang penerbangan nasional.

1.5. Batasan Penelitian


Penelitian hanya dilakukan terhadap kasus pelanggaran ruang udara
Indonesia oleh pesawat sipil Singapura pada tanggal 28 Oktober 2014.

3
BAB II
STUDI PUSTAKA

2.1. Ruang Udara


Menurut Direktorat Jenderal Perhubungan Udara, ruang udara adalah ruang
yang terletak diatas ruang daratan dan atau ruang lautan sekitar wilayah negara dan
melekat pada bumi dimana suatu negara mempunyai hak yurisdiksi. Ruang daratan,
ruang lautan dan ruang udara merupakan satu kesatuan ruang yang tidak dapat
dipisah-pisahkan. Sebagian besar negara di dunia, termasuk Indonesia, telah
meratifikasi Konvensi Geneva 1944 (Convention on International Civil Aviation)
sehingga kita menganut pemahaman bahwa setiap negara memiliki kedaulatan yang
lengkap dan eksklusif terhadap ruang udara di atas wilayahnya, dan tidak dikenal
adanya hak lintas damai. Jadi tidak satu pun pesawat udara asing diperbolehkan
melalui ruang udara nasional suatu negara tanpa izin negara yang bersangkutan.

2.2. Pesawat Udara Sipil


Menurut UU No. 1 Tahun 2009 tentang Penerbangan, pesawat udara sipil
adalah pesawat udara yang digunakan untuk kepentingan udara niaga dan bukan
niaga. Sedangkan pesawat udara sipil asing adalah pesawat udara yang digunakan
untuk kepentingan angkutan udara niaga dan bukan niaga yang mempunyai tanda
pendaftaran dan tanda kebangsaan negara asing.

2.3. Pelanggaran Ruang Udara oleh Pesawas Singapura


Pada tanggal 28 Oktober 2014 pesawat sipil Singapura jenis Beechraft 9L
terbukti masuk ke wilayah RI tanpa izin. Pesawat Singapura dengan registrasi VH-
PFK (Australia) ini sedang dalam rute penerbangan Sibu, Malaysia, ke Seletar,
Singapura. Pesawat akhirnya dicegat oleh dua pesawat Sukhoi 27/30 Flanker TNI
AU di Kep. Natuna dan kemudian dipaksa mendarat di Pangkalan Udara Supadio,
Pontianak, Kalbar.
Berdasarkan hasil pemeriksaan sementara, diperoleh keterangan bahwa
tujuan terbang melintasi wilayah udara Indonesia adalah dalm rangka

4
melaksanakan latihan atau mengajar siswa penerbang. Ketiga kru pesawat, yaitu
Kapten Tan Chin Kian, dan dua siswa Z. Heng Chia dan Xiang Bo Hong diperiksa
Penyidik Pegawai Negeri Sipil Perhubungan Udara dan kemudian ditetapkan denda
Rp. 60 juta. Sementara surat izin penerbangan diurus Pemerintah Singapura di
Kementerian Luar Negeri, Mabes TNI, dan Kementerian Perhubungan.

5
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN

3.1 Metodologi Penelitian


Karya ilmiah ini merupakan penelitian hukum normatif atau penelitian
hukum doktrinal, yaitu penelitian hukum yang menggunakan sumber data sekunder.
Jenis pendekatan yang digunakan adalah dengan pendekatan perundang-undangan
yang menganalisis instrumen hukum nasional yang berkaitan dengan masalah yang
diteliti.

6
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN

Untuk memahami pengaturan kedaulatan Indonesia atas ruang udara beserta


penegakan hukumnya, perlu dilakukan kajian terhadap beberapa peraturan terkait
seperti UU RI No. 1 Tahun 2009 tentang Penerbangan.
Sebagai negara yang berdaulat untuk mengatur penggunaan wilayah
udaranya, maka dalam rangka keselamatan masyarakat luas, keselamatan
penerbangan, perekonomian nasional, lingkungan hidup, serta pertahanan dan
keamanan, Indonesia menetapkan kawasan udara terlarang dan terbatas. Yang
dimaksud dengan kawasan udara terlarang (prohibited area) adalah kawasan udara
dengan pembatasaan yang bersifat permanen dan menyeluruh bagi semua pesawat
udara. Pembatasan hanya dapat ditetapkan di dalam wilayah udara Indonesia,
sebagai contoh instalasi nuklir atau istana Presiden. Sedangkan yang dimaksud
dengan kawasan udara terbatas (restricted area) adalah kawasan udara dengan
pembatasan bersifat tidak tetap dan hanya dapat digunakan untuk operasi
penerbagan tertentu (pesawat udara TNI). Pada waktu tidak digunakan, kawasan ini
dapat digunakan untuk penerbangan sipil. Pembatasan dapat berupa pembatasan
ketinggian dan hanya dapat ditetapkan di dalam wilayah udara Indonesia, misalnya
instalasi atau kawasan militer.
Pesawat asing yang melanggar wilayah kedaulatan Indonesia dapat dikenakan
sanksi pidana maupun administratif. Sebagai contoh adalah apa yang ditetapkan
dalam Pasal 401 bahwa setiap orang yang mengoperasikan pesawat udara Indonesia
atau pesawat udara asing yang memasuki kawasan udara terbatas sebagaiman
dimaksud dalam Pasal 7 ayat (4) dipidana dengan pidana penjara paling lama 3
(tiga) tahun atau denda paling banyak Rp. 500.000.000,00 (lima ratus juta rupiah).
Dalam Pasal 418 UU No. 1 Tahun 2009 tentang Penerbangan disebutkan,
pelanggaran penerbangan niaga tidak berjadwal yang masuk ke RI tanpa izin
dedenda maksimal Rp. 200.000.000,00.
Dalam kasus pelanggaran ruang udara Indonesia oleh pesawat sipil Singapura
dikenakan denda sebagaiman diatur dalam UU No. 1 Tahun 2009 tentang

7
Penerbangan. Pesawat sipil Singapura yang dipaksa mendarat oleh dua pesawat
Sukhoi 27/30 Flanker TNI diizinkan pulang setelah memenuhi syarat administrasi
termasuk membayar denda sebesar Rp. 60.000.000,00. Denda tersebut diniliai TNI
AU sangatlah kecil dan sangat tidak sebanding dengan biaya yang dikeluarkan
negara untuk mengerahkan pesawat tempur milik TNI AU. Menurut TNI AU,
dibutuhkan dana sekitar Rp. 400.000.000,00 untuk pesawat tempur Sukhoi agar
bias terbang selama satu jam. Pelanggaran wilayah kedaulatan Indonesia yang
dilakukan pesawat sipil Singapura ini tidaklah menimbulkan tanggung jawab
kepada negara Singapura, tetapi menjadi tanggung jawab perusahaan maskapai
penerbangan pesawat tersebut. Sanksi dijatuhkan berdasarkan hukum nasional
Indonesia mengingat pelanggarang yang terjadi adalah pelanggaran terhadap
hukum nasional Indonesia.

8
BAB V
PENUTUP

5.1 Kesimpulan
Dari hasil pembahasan di atas, maka dapat disimpulkan bahwa :

1. Pembahasan mengenai penraturan dan penegakan hukum terhadap


pelanggaran ruang udara oleh pesawat asing dapat dilihat dalam Undang-
Undang RI Nomor 1 Tahun 2009.

5.2 Saran

1. Sebaiknya denda yang dikenakan terhadap pelaku pelanggaran dinaikkan


sebab nilainya tidak sebanding dengan biaya operasional yang digunakan
TNI AU untuk melakukan intersepsi terhadap pesawat pelaku pelanggaran.

9
DAFTAR PUSTAKA

http://www.negarahukum.com/hukum/ruang-udara.html
Undang-Undang RI Nomor 1 Tahun 2009 tentang Penerbangan

Anda mungkin juga menyukai