Anda di halaman 1dari 23

MODEL DAN KONSEP

KURIKULUM
MATERI KEDUA
MINGGU KE 3
A. Kurikulum Subjek Akademis
• Kurikulum subjek akademis merupakan salah satu
model kurikulum yang paling tua. Kurikulum ini
menekankan isi atau materi pelajaran yang
bersumber dari disiplin ilmu.

• Kurikulum subjek akademis bersumber dari


pendidikan klasik, yang berorientasi pada masa lau,
bahwa semua ilmu pengetahuan, teknologi, dan
nilai-nilai budaya telah ditemukan oleh para ahli di
masa lalu.
 Fungsi pendidikan adalah memelihara dan
mewariskanya kepada generasi baru. Kurikulum ini
sangat mengutamakan isi pendidikan. Ukuran
keberhasilan peserta didik dalam belajar adalah yang
menguasai seluruh atau sebagian besar dari isi
pendidikan yang diajarkan guru.
Para pengembang kurikulum tinggal memilih bahan-
bahan materi ilmu yang telah dikembangkan oleh
para ahli disiplin ilmu, kemudian mengorganisasinya
secara sistematis, sesuai dengan tujuan pendidikan
dan tahap perkembangan peserta didik.
 Guru sebagai penyampai bahan ajar harus menguasai
semua pengetahuan yang menjadi isi kurikulum.
Ada beberapa pola organisasi isi (materi
pelajaran) kurikulum subjek akademis. Pola-pola
organisasi yang terpenting menurut
Sukmadinata (2009) di antaranya sebagai
berikut.
• a. Correlated curriculum
Pola organisasi materi atau konsep yang dipelajari dalam
suatu peajaran dikorelasikan denga pelajaran lainnya.

b. Unfied atau concentrated curriculum


pola organisasi bahan peajaran tersusun dalam tema-tema
pelajaran tertentu, yang mencakup materi dari berbagai
pelajaran disiplin ilmu.

c. Integrated curriculum
Kalau dalam unified masih tampak warna disiplin ilmunya,
maka dalam pola yang integrated warna disiplin ilmu tersebut
sudah tidak kelihatan lagi. Bahan ajar diintegrasikan dalam
suatu persoalan, kegiatan atau segi kehidupan tertentu.
d. Problem solving curriculum

Pola organisasi yang berisi topik pemecahan


masalah sosial yang dihadapi dalam kehidupan
dengan menggunakan pengetahuan dan
keterampian yang diperoleh dari berbagai mata
pelajaran atau disiplin ilmu
B. Kurikulum humanistic
 Model kurikulum humanistic menekankan pengembangan kepribadian
peserta didik secara utuh dan seimbang, antara perkembangan segi
intelektual (kognitif), afektif, dan psikomotor. Kurikulum humanistic
menekankan pengembangan potensi dan kemampuan dengan
memperhatikan minat dan kebutuhan peserta didik.
 Pembelajaran segi-segi social, moral, dan afektif mendapat perhatian
utama dalam model kurikulum ini. Pembelajarannya berpusat pada
peserta didik (student centererd).

 Model kurikulum ini bersumber dari pendidikan pribadi.

 Kurikulum humanistic dikembangkan oleh pata ahli pendidikan


humanistic, didasari oleh konsep-konsep pendidikan pribadi (personalized
education), yaitu John Dewey (progressive education) dan J.J. Rousseau
(Romantic Education).
C. Kurikulum rekonstruksi social
Kurikulum rekontruksi social lebih memusatkan perhatiannya pada
pemersalahan yang dihadapi peserta didik dalam masyarakat
kurikulum ini bersumber pada aliran pendidikan intruksional.

Pendidikan merupakan kegiatan bersama, interaksi dan kerja


sama. Kerja sama atau interaksi bukan hanya terjadi pada peserta
didik dan guru melainkan juga antara peserta didik dengan peserta
didik, peserta didik dengan orang-orang lingkungannya dan
sumber-sumber belajar lainnya.

Melalui interasi kerjasama ini, peserta didik berusaha


memecahkan permasalahan yang dihadapinya dengan masyarakat,
menuju pembentukan masyarakat yang lebih baik.
• Kurikulum rekonstruksi social memiliki
kompenen-kompenen yang sama dengan
model kurikulum lain, tetapi isi dan
bentuk-bentuknya berbeda. Setiap tahun
program pendidikan mempunyai tujuan
yang berbeda. Tujuan utama dari
rekonstruksi social adalah menghadapkan
para peserta didik dengan tantangan,
ancaman, hambatan, atau gangguan yang
biasanya dihadapi manusia.
• Tantangan merupakan bidang garapan dari
studi social yang perlu didekati dari bidang-
bidang lain, seperti ekonomi, sosialogi,
spikologi, estetika, bahkan pengetahuan alam
dan matematika.
• Dalam pembelajaran rekonstruksi social, para
pengembangan kurikulum berusaha mencari
keselarasan antara tujuan nasional dengan
tujuan peserta didik. Guru-guru berusaha
membantu para peserta didik menemukan
minat dan kebutuhannya. Para peserta didik
sesuai dengan minatnya masing-masing,
berusaha memecahkan masalah social yang
dihadapinya.
 Kerja sama yang terbentuk baik antara individu dalam
kegiatan kelompok, maupun antarkelompok dalam
kegiatan pleno, sangat mewarnai metode rekonstruksi
social.
 Kerja sama ini juga terjadi antara peserta didik dengan
tokoh masyarakat.
 Bagi rekontruksi social, belajar merupakan kegiatan
bersama, ada ketergantungan antara seorang dengan yang
lainnya. Dalam kegiatan belajar mereka tidak ada
kompetesi, yang ada adalah kerja sama, saling pengertian
dan consensus.
 Oleh karena itu, pendekatan pembelajaran yang cocok
adalah pendekatan pembelajaran kooperatif, bukan
kompetitif (Widyastono, 2000).
D. Kurikulum kompetensi
Seiring dengan perkembangan zaman, pendidikan
kompetensi menjadi suatu keharusan. Setiap orang
dituntut kompeten dibidangnya. Kompetensi dapat
didefinisikan sebagai pengetahuan, keterampilan,
sikap, dan nilai-nilai yang diwujudkan dalam kebiasaan
berpikir dan bertindak (depdiknas, 2004.).
sementara itu, menurut spencer dan spencer (1993)
kompetensi merupakan karakteristik mendasar
seseorang yang berhubungan timbal balik dengan
suatu criteria efektif atau kecakapan terbaik seseorang
dalam pekerjaan atau keadaan.
Selanjutnya, berdasarkan kajian dari literature.
Widyastono (2013) merumuskan kompetensi
adalah pengetahuan (kognitif) yang setelah
dimiliki seseorang, harus diwujudkan dalam
bertindak (spikomotor) dan bersikap (afektif).
Seseorang dikatakan kompeten dibidang
tertentu, apabila ia memiliki pengetahuan
dibidang itu, kemudian pengetahuan tersebut
diwujudkan dalam bertindak dan bersikap dalam
kehidupan sehari-hari.
Misalnya, kita tau bahwa merokok dapat
mengganggu kesehatan, tetapi masih ada diantara
kita hobi nya merokok. Nah, orang yang hobi nya
merokok itu, dapat dikatakan baru sekadar
memiliki pengetahuan dibidang kesehatan, tetapi
belum memiliki kompetensi atau belum kompeten
dibidang kesehatan karena pengetahuannya
belum diwujudkan dalam bertindak dan bersikap.
Sejalan dengan perkembangan ilmu dan tekonologi ,
dibidang pendidikan berkembang pula teknologi
pendidikan. Aliran ini ada persamaannya dengan
pendidikan klasik, yaitu menekankan isi kurikulum, tetapi
diarahkan bukan pada pemelihararaa  dan pengawetan
ilmu tersebut, melainkan pada penguasaan kompetensi.

Suatu kompetensi yang benar diuraikan menjadi


kompetensi yang lebih spesifik dan menjadi perilaku yang
dapat diamati atau diukur. Penerapan tekonologi dalam
bidang pendidikan khususnya kurikulum ada dalam dua
bentuk, yaitu bentuk perangkat keras (teknologi alat) dan
perangkat (teknologi system).
KURIKULUM TEKNOLOGIS
• Terdapat korelasi yanng psitif antara Ilmu
pengetahuan dan teknologi.
• Perkembangan ilmu pengetahuan akan
berdampak positif terhadap teknologi yang
dihasilkan.Demikian pula sebaliknya,
perkembangan Teknlog juga berpengaruh
besar terhadap perkembangan model konsep
kurikulum.
Menurut Sukmadinata(2005:9)
Ciri ciri ada empat bahagian:
1. Tujuan,2.Metode, 3.Organisasi bahan dan
4. Evaluasi.
1.1. Tujuan
Diarahkan kepada penguasaan Kompetensi,Yang
dirumuskan dalam prilaku hasil belajar yang dapat
diukur.Tujuan Umum dijabarkan ketujuan Tujuan
Khusus terkandung aspek Kognitif, Afektif dan
Psikomotor.
2.1 METODE
Metode pengajaran bersifat Individual. Setiap siswa menghadapi
tugas sesuai degan kecepatan masing masig dengan langkah
langkah:
1. Penegasan Tujuan Kepada Siswa
2. Pelaksanaan pengajaran
3. Pengetahuan tentang hasil
4. Organisasi bahan ajar (bahan ajar yg besar disusun dari bahan
ajar yg lebih kecil dengan memperhatikan urutan urutan
penyajian dalam pengorganisasiannya.
5. Evaluasi dilakukan kapan saja, apabila siswa sudah mempelajarai
suatu topik ia dapat mengajukan diri untu di evaluasi, funsi
Evaluasi umpan balik bagi siswa dalam penyepurnaan
penguasaan dalam satuan pelajara (sumatif)dan Formatif ,
bentuk ujiannya obyektif tes.
Konsep Kurikulum

• Kurikulum sebagai sesuatu yang terencana


dan dibuat dengan berbagai pertimbangan,
tentu memiliki sebuah konsep. Adapun konsep
ini terus mengalami perubahan seiring dengan
perkembangan zaman. Perubahan-perubahan
pada masyarakat juga turut menjadi
penyumbang bagi pembaharuan konsep
kurikulum. Namun secara umum, dapat ditarik
kesimpulan bahwa ada tiga konsep kurikulum,
yaitu sebagai berikut:
1. Kurikulum sebagai sebuah substansi

• Kurikulum menjadi sebuah rencana belajar bagi


peserta didik di sekolah. Selain itu di dalamnya
juga tercantum tujuan yang hendak dicapai dari
diadakannya pembelajaran baik di dalam maupun
di luar kelas. Maka dari itu, kurikulum menjadi
sebuah dokumen yang mencakup substansi yang
isinya berupa rumusan tujuan, bahan ajar,
kegiatan dan program belajar mengajar, jadwal,
serta evaluasi belajar peserta didik.
2. Kurikulum sebagai sebuah sistem

• Konsep kedua dari kurikulum menyatakan kurikulum


sebagai bagian dari sistem pendidikan. Sesuai dengan
isinya, kurikulum memang ditujukan guna menunjang
tercapainya tujuan pendidikan. Maka dari itu, sistem di
dalam kurikulum terdiri dari struktur personalia dan juga
prosedur kerja mengenai tata cara menyusun kurikulum,
melaksanakan, mengevaluasi dan menyempurnakan. Dari
hasil sistem ini diharapkan dapat tercapai sebuah
kurikulum yang sesuai dengan tujuan yang hendak
dicapai. Adapun fungsi dari sistem ini yaitu supaya
kurikulum yang ada tetap dinamis.
3. Kurikulum sebagai sebuah bidang studi

• Konsep terakhir yaitu kurikulum sebagai


sebuah bidang studi. Di mana sebagai sebuah
studi, artinya kurikulum juga bertujuan untuk
mengembangkan ilmu tentang kurikulum itu
sendiri beserta sistemnya.

Anda mungkin juga menyukai