Anda di halaman 1dari 5

BAB 3 Pendekatan Studi Kurikulum

Pendekatan studi kurikulum Pendekatan Mata Pelajaran


Pendekatan Interdisipliner
Pendekatan Intergratif
Pendekatan Sistem

 Pendekatan Mata Pelajaran bertitik tolak dari mata pelajaran (Subject Matter)
disekolah.
 Pendekatan Interdisipliner berhubungan dengan gejala sosial dan permasalahan dalam
kehidupan sehari-hari.
Pendekatan Interdisipliner Pendekatan Struktural (Berhubungan dengan
struktur tertentu, yang merupakan disiplin
ilmu).
Pendekatan Fungsional (Berhubungan,
masalah tertentu dalam
masyarakat/lingkungan sekolah).
Pendekatan Daerah (Interfield),
(Berhubungan, pemilihan daerah yang
digunakan sebagai subjek pelajaran).

 Pendekatan Integratif (Pendekatan Terpadu), berhubungan dengan pendidikan yang


bersifat integrasi.
Dalam hal ini pendidikan mempunyai peranan membentuk pribadi yang utuh bagi
para peserta didik, agar dapat mengembangkan pribadi secara utuh dalam masyarakat.
 Pendekatan Sistem. Sistem berarti suatu totalitas yang terdiri atas sejumlah
komponen/bagian.
Pendekatan sistem digunakan sebagai suatu sistem berfikir, pendekatan yang
dikembangkan dalam upaya pembaharuan pendidikan.
Pendekatan studi kurikulum digunakan untuk menganalisis kurikulum yang
akan dibentuk. Pendekatan studi ini berfungsi untuk membantu pendidik agar lebih
mudah dalam melakukan penyusunan suatu program pendidikan dan kurikulum. Dari

1
uraian diatas terdapat 4 (empat) pendekatan yang memiliki penekanan tersendiri,
sehingga terdapat perbedaan yang prinsipil.
BAB 4 Berbagai Masalah Kurikulum
Dalam proses pengembangan kurikulum, banyak masalah yang dihadapi dan setiap
masalah membutuhkan pertimbangan dan pemecahan tersendiri. Ada 2 (dua) masalah umum,
yakni masalah umum dan khusus.
A. Masalah Umum
Masalah umum dikelompokkan menjadi 8 (delapan) kelompok:
1. Bidang cakupan (Scope), memiliki pengertian luas, kurikulum yang berisi
topic pengalaman belajar, aktivitas, pengorganisasian, hubungan integritas
yang harus diberikan kepada peserta didik disekolah.
2. Relevansi (kesesuaian), masalah yang berhubungan dengan pengembangan
kurikulum. Masalah ini berkembang menurut kegunaan dan kebermaknaan
kurikulum bagi orang, masyarakat, dan bangsa. Bahkan komunitas bangsa
pada umumnya.
3. Keseimbangan (balance), dalam suatu proses pembelajaran diperlukan
keseimbangan agar tercipta suasana belajar. Pengajar yang sesuai dengan
tuntutan masyarakat, yang membutuhkan perhatian khusus dalam suatu
pengembagan kurikulum.
4. Integrasi. Memadukan, menggabungkan dan menyatukan antar disiplin ilmu
dalam suatu pendidikan.
5. Sekuens (Sequence), urutan/langkah pengelompokan kegiatan yang dilakukan
dalam pengembangan kurikulum. Dalam proses sekuen harus memperhatikan
tingkat kedewasaan, latar belakang pengalaman, kematangan, minat siswa dan
tingkat kegunaan serta kesukaran mata pelajaran.
6. Kontinuitas, pengulangan tatarencana tentang pengulangan yang kompleks
dan canggih, dalam upaya peningkatan hasil belajar.
7. Artikulasi, rencana sekuens unit-unit materi pelajaran secara lintas tingkatan
sekolah, antara SD, SMP, SMA serta kuliah.
8. Kemampuan transfer (Transferabiliti), proses pentransferan nilai yang berarti
apapun yang dipelajari di sekolah seharusnya dapat diaplikasikan diluar
sekolah.

2
B. Masalah Khusus
Berhubungan dengan pengembangan kurikulum, terdapat berbagi masalah yang
berhubungan dengan tujuan, hasil, isi dan organisasi kurikulum. Proses penyusunan dan
revisi kurikulum dari beberapa masalah tersebut perlu dipahami secara menyeluruh agar
dapat teratasi dan terselesaikan secara terarah.
C. Peran Guru dalam Pengembangan Kurikulum
Guru mengemban peran sanagat penting dalam proses keberhasilan pendidikan.
Keberhasilan kurikulum sebagian besar terletak pada peran serta guru selaku pelaksana
kurikulum. Untuk itu guru harus berusaha agar penyampaian bahan pelajaran dapat
berhasil secara maksimal.
Dalam proses pengembangan kurikulum terdapat berbagai masalah, yaitu ada
masalah umum dan masalah khusus. Masalah umum berhubungan dengan masalah-
masalah yang umumnya dialami oleh para pendidik dalam proses pembelajaran. Masalah
yang paling menonjol yang perlu penanganan secara khusus adalah masalah balance
(keseimbangan). Menciptakan keseimbangan dalam suatu kurikulum sangatlah sulit,
mengingat banyak komponen-komponen keseimbangan yang harus diseimbangkan.
Masalah khusus berhubungan dengan inti dari pengembangan kurikulum itu sendiri. Guru
mempunyai peranan yang sangat besar dalam upaya pengembangan kurikulum. Berbagai
saran dan pengalaman guru sangat diperlukan untuk pembaharuan kurikulum yang
dilaksanakan bersama para spesialis dan pejabat berwenang yang telah ditunjuk oleh
DepDik.

BAGIAN DUA LANDASAN KURIKULUM


Landasan kurikulum adalah faktor yang harus diperhatikan dan dipertimbangkan oleh
para pengembang kurikulum ketika hendak mengembangkan dan merencanakan suatu
kurikulum lembaga pendidikan.
Dasar-dasar landasan kurikulum diantaranya filsafat, kemasyarakatan, kebudayaan,
psikologi belajar, pertumbuhan dan perkembangan siswa serta organisasi kurikulum.

BAB 5 FALSAFAH

3
Falsafah/pandangan hidup: system nilai dan norma yang disetujui baik
individu/masyarakat suatu bangsa.
A. Falsafah Pendidikan, serangkaian cita-cita dan nilai-nilai yang sangat baik menurut
pandangan masyarakat.
Jenis falsafah pendidikan: (1). Rekonstruksisme, menjadikan sekolah sebagai agen
utama perubahan social. (2). Perenialisme, berpendapat pendidiakan disempurnakan
untuk kebutuhan yang mendesak (hutchins). Falsafah Perenialisme tidak dapat
membuktikan sebuah filsafat yang menarik untuk sistem pendidikan. (3). Falsafah
Esensialisme, kemampuan dasar peserta didik menjadi prioritas utama. (4). Falsafah
Progresivisme, sikap progresivis mendorong sekolah agar menyediakan pelajaran bagi
setiap individu yang berbeda, baik dalam mental, fisik, emosi, spiritual dan perbedaan
social.
B. Falsafah Negara Pancasila sebagai Dasar Pendidikan Nasional
Pancasila mengandung nilai-nilai dan cita-cita yang menggambarkan manusia
ideal yang dicita-citakan, memberi petunjuk/tuntunan perbuatan dalam kehidupan sehari-
hari sebagai sikap manusia Indonesia. Pendidiakn nasional sebagai bagian usaha
pembangunan nasional, merupakan usaha yang sangat penting dalam manusia Indonesia,
seperti yang dicita-citakan tersebut. Oleh karena itu, system pendidikan nasional harus
berdasarkan pancasila dan ditujukan kearah pembentukan manusia yang pancasilais.
Falsafah merupakan pandangan hidup. Setiap manusia harus memiliki pandangan
hidup, begitu pula pendidikan. Falsafah pendidikan merupakan gambaran ideal manusia
yang dicita-citakan oleh bangsa. Dari falsafah pendidikan ditentukan tujuan pendidikan
nasional yang mendasari tujuan institusional, tujuan kurikulum, tujuan instruksional.
Falsafah pancasila merupakan dasar pendidikan nasional. Dengan pancasila para pendidik
mempunyai pedoman tentang tata cara serta tujuan pendidikan yang akan diajarkan bagi
para peserta didik. Namun dewasa ini Dinas Pendidikan Nasional belum dapat
melaksanakan sistem pembelajaran sesuai dengan falsafah pancasila yang telah
dikumandangkan para pegawai dinas pendidikan itu sendiri. Sistem pembelajaran masih
melenceng dari pancasila. Kehidupan umat beragama tidak sesuai dengan sila pertama
Ketuhanan yang saling menghormati antara pemeluk agama yang satu dengan yang lain.
Adanya falsafah pendidikanpun belum terbukti kenyataanya, bahkan dalam falsafah
progesivisme disebutkan bahwa sekolah menyediakan pelajaran bagi setiap individu ayng
berbeda. Kenyataanya banyak sekolah yang tidak menerima siswa tidak mampu,
4
meskipun pemerintah sudah menyediakan bantuan siswa tidak mampu. Jadi dapat
disimpulkan adanya falsafah hanya pandangan hidup belaka, hanya peraturan tertulis
yang tidak diselenggarakan oleh para penyelenggara pendidikan di Indonesia.

Anda mungkin juga menyukai