Keterpaduan transdisiplin
Dalam model ini kurikulum ditata atas dasar pe dan
pertanyaan para siswa. Mereka mengembangkan life
sebagaimana mereka menerapkan keterampilan disiplin
antardisiplin dalam konteks kehidupan nyata. Ada dua jal untuk
melaksanakan integrasi transdisiplin ini, ialah project lenming
dan negosiasi kurikulum.
Project-based Laming
Dalam kegiatan project base learning, siswa diajak Oleh untuk
memecahkan suatu masalah, Dalam hal ini seorang mengajukan
proposal penelitian dengan topik tertentu, mengajak 4-5 siswa
dalam seluruh proses penelitan clan masing-masing siswa
bertanggung jawab atas subtopik tertentu yang bergayutv dengan
topik utarna. Dari subtopik yang diselesaikannya, siswa
bersangkutan telah menyelesaikan tugasnya.
Langkah-langkah Hnci untuk perancanganproiect-based leaming
adalah sebagai beikut.
a. Guru dan siswa bersama-sarna memilih suatu topik yang
akan diteliti, dengan mernperhatikan standar kurikulum•
sumber daya lokal, dan ketertarikan siswa.
b. Guru mencari tahu tentang apa saja yang telah dipahanu para
siswa dan membantunya untuk mengembangkan pertanyaan-
pertanyaan yang kelak akan dieksplorasi. Guru juga
rnenyediakan sumber belajar bagi siswa serta kesempatan untuk
bekerja di lapangan.
Para siswa berbagi pengalaman dan hasil di antara mereka,
kemudian masing-masing siswa melaporkan hasil penelitiannya
dan akhimya mereka turut serta dalam proses evaluasi proyek.
D. Organisasi Kurikulum
Makna kuñkulurn lebih luas daripada sekadar rencana pelajar-an,
tetapi meliputi segala pengalaman atau proses belajar siswa yang
direncanakan dan dilaksanakan di bawah bimbingan lembaga
pendidikan. Artinya bahwa kurikulum bukan hanya berupa
dokumen bahan cetak melainkan aktjvitas siswa yang dilakukan di
dalam kelas, di luar kelas, di laboratorium, di lapangan maupun di
lingkungan masyarakat yang direncanakan serta dibimbing oleh
sekolah. Suatu kurikulum harus memuat pemyataan tujuan,
menunjukkan pemilihan dan perorganjsasian bahan pelajaran serta
rancangan penilaian hasil belajar (Hilda Taba, 1962). Bahkan
kurikulum hams mempakan suatu bahan atau mata pelajaran yang
akan dipelajari siswa, program
pernbelajaran, hasil pernbelajamn yang diharapkan, reproduksi
kebudayaan, tugas dan konsep yang mempunyai ciri-cir-i
tetsendih agenda untuk rekonsuuksi sosial, sena memberikan
bekal untuk kecakapan hidup (Schubert, 1986).
Di antar-a aspek yang perlu dipahami dalam pengembangan
kurikulum adalah aspek yang berkaitan dengan organisasi
kurikulurn. Organisasi kuł-ikulum merupakan pola atau desain
bahan kurikulum yang tujuannya untuk mempermudah siswa
dalam mempelajari bahan pelajaran serta memperrnudah siswa
dalam melakukan kegiatan belajar sehingga tujuan pembelajaran
dapat dicapai secara efektif. Tujuan pendidikan yang dirurnuskan
dapat memengaľuhi pola atau desain kurikulum kan2rła tujuan
tersebut dapat menentukan pola atau kerangka untuk memilih.
merencanakan, dan melaksanakan segala pengalaman dan
kegiatan belajar di sekolah. Organisasi kurikulum sangat terkait
dengan pengaturan bahan pelajaran yang ada dalarn kurikulurn,
sedangkan yang menjadi sumber bahan pelajaran dalam
kurikulum adalah nilai budaya, nilai sosial, aspek siswa dan
masyarakat serta ilmu pengetahuan dan teknologi.
Ada beberapa faktor yang harus dipertimbangkan dalam
organisasi kurikulum, di antaranya berkaitan dengan ruang
lingkup (scope), urutan bahan (sequence), kontinuitas,
keseimbangan, dan keterpaduan (integrated). Ruang lingkup
(scope) dan ututan bahan pelajaran rnerupakan salah satu faktor
yang harus dipertimbangkan dalam suatu kurikulum. Setiap pola
kurdkulurn memiliki ruang lingkup materi pelajaran yang
berbeda. Organisasi kuriku]um berdasarkan mata pelajaran
lingkup materi pelajarannya cendeľung menyajikan bahan
pelajaran yang bersumber dari kebudayaan dan inforrłasi atau
pengetahuan hasil temuan masa lalu yang telah tersusun secara
logis dan sistematis. Organisasi kurikulum integritas lingkup
materi pelajarannya diambil dari masyarakat maupun dali aspek
siswa (minat, bakat, dan kebutuhan). Tidak hanya lingkup materi
pelajaran saja yang harus diperhatikan dalam organisasi
kurikulum, tetapi bagaimana urutan (sequence) bahan tersebut
hams disajikan dalam kurikulum.
Kontinuitas kurikulum dalam organisasi kurikulu_m perlu
diperhatikan, terutama berkaitan dengan substansi bahan yang
dipelajari siswa jangan sampai terjadi ada pengulangan ataupun
loncat-loncat yang tidak jelas tingkat kesukarannya. Pendekatan
spiral merupakan salah satu upaya dalam menerapkan faktor ini.
Artinya, materi yang dipelajari siswa semakin lama semakin
mendalam yang dikembangkan berdasarkan keluasan secara
vertikal maupun horizontal. Keseimbangan bahan pelajaran per-lu
dipertimbangkan dalam organisasi kurik-ulum. Semakin dinarnis
pembahan dan perkembangan dalam ilmu pengetahuan, sosial
budaya, maupun ekonorni akan berpengaruh terhadap dimensi
kurikulum.
Ada dua aspek yang harus selalu diperhatikan dalam
keseimbangan pada organisasi kurikulurrr, I) keseimbangan
terhadap substansi bahan atau isi kurikulum; 2) keseimbangan
yang berkaitan dengan cara atau proses belajar. Keseimbangan
substansi isi kurikulum hams dilihat secara komprehensif untuk
kepentingan siswa sebagai individu, tuntutan ma-syarakat
maupun kepentingan pengembangan ilmu pengetahuan dan
teknologi. Aspek estetika, intelektual. moral. sosial-emosional.
personal. religius, seni-apresiasi dan kinestetik, semuanya harus
terakomodasi dalam isi kurikulum. Alokasi waktu yang
dibutuhkan dalam kurikulurn hams menjadi bahan pertimbangan
dalam organisasi kurikulurn. Bahan pelajzuun yang dipelajari
siswa perlu dikemas dan diklasifikasi dalam bentuk desain
kurikulum. Secara umum ada 2 model organisasi kurikulum
yajtu: