PENDAHULUAN
1
BAB II
KAJIAN TEORI
A. Konsep Kurikulum
Kurikulum adalah rencana tertulis tentang kemampuan yang harus dimiliki
berdasarkan standar nasional, materi yang perlu dipelajari dan pengalaman
belajar yang harus dijalani untuk mencapai kemampuan tersebut, dan evaluasi
yang perlu dilakukan untuk menentukan tingkat pencapaian kemampuan
peserta didik, serta seperangkat peraturan yang berkenaan dengan pengalaman
belajar peserta didik dalam mengembangkan potensi dirinya pada satuan
pendidikan tertentu.
Dalam Sistem Pendidikan Nasional, dinyatakan bahwa kurikulum adalah
seperangkat rencana dan pengaturan mengenai isi dan lahan pelajaran serta
cara yang digunakan sebagai pedoman penyelenggaraan kegiatan belajar
mengajar. Rumusan ini lebih spesifik yang mengandung pokok-pokok pikiran,
sebagai berikut :
1. Kurikulum merupakan suatu rencana/perencanaan;
2. Kurikulum merupakan pengaturan, berarti mempunyai sistematika dan
struktur tertentu;
3. Kurikulum memuat atau berisikan isi dan bahan pelajaran, menunjuk
kepada perangkat mata ajaran atau bidang pengajaran tertentu;
4. Kurikulum mengandung cara, metode atau strategi penyampaian
pengajaran;
5. Kurikulum merupakan pedoman penyelenggaraan kegiatan belajar
mengajar;
6. Kurikulum dimaksudkan untuk mencapai tujuan pendidikan;
7. Kurikulum sebenarnya merupakan alat pendidikan
2
1. Tujuan pendidikan nasional perlu dijabarkan menjadi tujuan-tujuan
institusional,
2. Tahap perkembangan peserta didik merupakan landasan psikologis
yang mencakup psikologhi perkembangan dan psikologi belajar,
3. Kesesuaian dengan lingkungan menunjuk pada landasan sosiologis
(kemasyarakatan) atau lingkungan social masyarakat dibarengi oleh
landasan bioekologis atau kultur ekologis.1
1
Oemar Hamalik. “Manajemen Pengembangan Kurikulum”. Bandung: PT Remaja Rosdakarya.
2017. Hlm. 92-93
2
Agus Gunawan. “Pengembangan Kurikulum”. Cilegon: LP Ibek Press. 2009
3
humanistic ialah kurikulum harus dapat memberdayakan semua
potensi siswa agar ia bisa merealisasi dirinya menjadi seorang
mandiri sesuai bakat, minat dan potensi kebutuhan dan tujuan
pembelajaran yang melalui program dan latihan yang dapat
membantu tiap individu mengembangkan keterampilan, sikap, dan
pemahaman yang diperlukan individu merealisasikan dirinya.3
a. Pengertian Kurikulum
Istilah kurikulum (curriculum), yang pada awalnya digunakan
dalam dunia olahraga, berasal dari kata curir (pelari) dan curere (tempat
berpacu). Pada saat itu kurikulum diartikan sebagai jarak yang harus
ditempuh oleh seorang pelari. Kemudian, pengertian tersebut diterapkan
dalam dunia pendidikan menjadi sejumlah mata pelajaran (subject) yang
harus ditempuh oleh seorang siswa dari awal sampai akhir program
pelajaran untuk memperoleh ijazah. Dari rumusan pengertian kurikulum
tersebut terkandung dua hal pokok, yaitu : (1) adanya mata pelajaran yang
harus ditempuh oleh siswa, dan (2) tujuan utamanya yaitu untuk
memperoleh ijazah.
Menurut Harold B. Alberty (1965) memandang kurikulum sebagai
semua kegiatan yang diberikan kepada siswa di bawah tanggung jawab
sekolah (all of the activities that are provided for the students by the
school).
Menurut Hamid Hasan (1988) istilah kurikulum memiliki empat
dimensi pengertian, di mana satu dimensi dengan dimensi lainnya saling
berhubungan. Keempat dimensi kurikulum tersebut adalah sebagai berikut
:
1. Kurikulum sebagai suatu ide
2. Kurikulum sebagai suatu rencana tertulis yang sebenarnya
merupakan perwujudan dari kurikulum sebagai suatu ide.
3
Muhamad Ansyar. “Kurikulum Hakikat, Fondasi, Desain, dan Pengembangan”. Jakarta:
Kencana Prenada Media Group. 2015. Hlm.24
4
3. Kurikulum sebagai suatu kegiatan yang sering pula disebut dengan
istilah kurikulum sebagai suatu realita atau implementasi
kurikulum. Secara teoritis dimensi kurikulum ini adalah
pelaksanaan dari kurikulum sebagai suatu rencana tertulis.
4. Kurikulum sebagai suatu hasil yang merupakan konsekuensi dari
kurikulum sebagai suatu kegiatan.
b. Tujuan Kurikulum
Beberapa tujuan pendidikan yang sekaligus sebagai tujuan dari sebuah
kurikulum dapat kita lihat dari berbagai prespektif yang mempunyai
sasaran yang berbeda
a. Dilihat dari hierarki
1) Tujuan Pendidikan Nasional UUD SISDIKNAS Bab 1 Pasal 1
2) Tujuan Institusional
3) Tujuan Pendidikan Menengah
4) Tujuan Pendidikan Tinggi
b. Dilihat dari penyelenggara
4
Asep Herry Hernawan, dkk. “Pengembangan Kurikulum dan Pembelajaran”. Jakarta:
Universitas Terbuka. 2008. Hlm. 1.3-1.6
5
Abdullah Idi. “Pengembangan Kurikulum, Teori & Praktik”. Jakarta: PT Raja Grafindo Persada.
2016. Hlm. 230
5
1) Tujuan kurikulum nasional dengan maksud untuk
menyeragamkan mutu lulusan untuk beberapa mata pelajaran
dengan cara UN
2) Tujuan kurikulum regional dan local, yang berupa kurikulum
muatan local bertujuan memberi bekal pengetahuan,
keterampilan pembentukan sikap dan perilaku siswa, serta
memiliki wawasan yang luas dan mantap tentang keadaan
lingkungan dan kebutuhan masyarakat, mampu
mengembangkan serta melestarikan daya alam dan kebudayaan
c. Dilihat dari arah kelulusan
1) Kurikulum bertujuan akademik menyiapkan lulusannya untuk
mengemban diri sejalan dengan perkembangan ilmu
pengetahuan, teknologi, dan kesenian
2) Kurikulum bertujuan profesi menyiapkan lulusannya untuk
menghadapi lapangan kerja di masyarakat yang dibutuhkan
lembaga pendidikan penyelenggara ada sekolah
kejuruan/program D1, D2, D3, dan D4.6
c. Peran Kurikulum
Kurikulum dalam suatu lembaga pendidikan memiliki peran
yang dapat menentukan tercapainya tujuan pendidikan. Terdapat
tiga peranan penting kurikulum, yaitu.
a. Peran Konservatif
Pada hakikatnya peranan konservatif menempatkan kurikulum
yang berorientasi ke masa lampau. Peranan ini sifatnya menjadi
sangat mendasar, disesuaikan dengan kenyataan bahwa
pendidikan pada hakikatnya merupakan proses social. Tugas
pendidkan yaitu memengaruhi dan mendidik peserta didik agar
sesuai dengan nilai social yang ada di masyarakat sekitarnya.
b. Peran Kreatif
6
Abdul Wafi, “Konsep Dasar Kurikulum Pendidikan Agama Islam”, Jurnal Pendidikan Agama
Islam Edureligia, Vol. 1 No. 2, Juli-Desember 2017. Hlm. 135
6
Kurikulum memiliki peranan sebagai alat yang harus mampu
mengembangkan dan melahirkan sesuatu yang bermanfaat bagi
masa kini dan masa yang akan datang.
c. Peran Kritis dan Evaluatif
Kurikulum harus mampu memposisikan diri sebagai alat yang
menyaring nilai budaya yang ada yang sudah tidak relevan
dengan masa ini, karena tidak menutup kemungkinan adanya
perubahan nilai-nilai budaya setempat. Dalam hal ini,
kurikulum harus turut aktif berpartisipasi dalam control atau
ufilter social.7
d. Fungsi Kurikulum
Berkaitan dengan fungsi kurikulum bagi siswa, dalam literature
lain, Alexander Inglis, mengemukakan enam fungsi kurikulum
sebagai berikut :
1. Fungsi penyesuaian (the adjustive or adaptive function)
Mengandung makna bahwa kurikulum sebagai alat pendidikan
harus mampu mengarahkan siswa agar memiliki sifat well
adjusted, yaitu mampu menyesuaikan dirinya dengan
lingkungan baik lingkungan fisik maupun lingkungan social.
2. Fungsi Integrasi (the integrating function)
Mengandung makna bahwa kurikulum sebagai alat pendidikan
harus mampu menghasilkan pribadi-pribadi yang utuh. Siswa
pada dasarnya merupakan anggota dan bagian integral dari
masyarakat.
3. Fungsi Diferensiasi (the differentiating function)
Mengandung makna bahwa kurikulum sebagfai alat pendidikan
harus mampu memberikan pelayanan terhadap perbedaan
individu siswa. setiap siswa memiliki perbedaan, baik dari
7
Abdul Wafi, “Konsep Dasar Kurikulum Pendidikan Agama Islam”, Jurnal Pendidikan Agama
Islam Edureligia, Vol. 1 No. 2, Juli-Desember 2017. Hlm. 136-137
7
aspek fisik maupun psiis yang harus dihargai dan dilayani
dengan baik.
4. Fungsi Persiapan (the propaedeutic function)
Mengandung makna bahwa kurikulum sebagai alat pendidikan
harus mampu mempersiapkan siswa untuk melanjutkan studi
ke jenjang pendidikan berikutnya. Selain itu, kurikulum juga
diharapkan dapat mempersiapkan siswa untuk dapat hidup
dalam masyarakat.
5. Fungsi Pemilihan (the selective function)
Mengandung makna bahwa kurikulum sebagai alat pendidikan
harus mampu memberikan kesempatan kepada siswa untuk
memilih program-program belajar yang sesuai dengan
kemampuan dan minatnya.
6. Fungsi Diagnostik (the diagnostic function)
Mengandung makna bahwa kurikulum sebagai alat pendidikan
harus mampu membantu dan mengarahkan siswa untuk dapat
memahami dan menerima kekuatan (potensi) dan kelemahan
yang dimilikinya. 8
B. Pengorganisasian Kurikulum
a. Pengertian
Pengorganisasian adalah fungsi manajemen dan merupakan suatu
proses yang dinamis, sedangkan organisasi merupakan alat atau wadah
yang statis. Pengorganisasian dapat diartikan penentuan pekerjaan-
pekerjaan yang harus dilakukan, pengelompokan tugas-tugas dan
membagi-bagikan pekerjaan kepada setiap karyawan, penetapan
departemen-departemen (subsistem) serta penentuan hubungan-hubungan.
Menurut Drs. H. Malayu S.P. Hasibuan, menyatakan
perngorganisasian adalah suatu proses penetuan, pengelompokkan, dan
pengaturan bermacam-macam aktivitas yang diperlukan untuk mencapai
8
Asep Herry Hernawan, dkk. “Pengembangan Kurikulum dan Pembelajaran”. Jakarta:
Universitas Terbuka. 2008. Hlm.1.8-1.9
8
tujuan, menempatkan orang-orang pada setiap aktivitas, menyediakan alat-
alat yang diperlukan, menetapkan wewenang yang secara relative
didelegasikan kepada setiap individu yang akan melakukan aktifitas-
aktifitas tersebut. 9
b. Organisasi Kurikulum
9
Malayu S.P. Hasibuan. “Manajemen Dasar, Pengertian, dan Masalah”. Jakarta: Bumi Aksara.
2016. Hlm. 118-119
10
Drs. S. Nasution. “Asas-Asas Kurikulum”. Jakarta: Bumi Aksara. 2014. Hlm.176
9
dapat diadakan ujian umum atau tes hasil-hasil belajar yang
seragam
4. Kurikulum ini memudahkan guru dalam melaksanakan
pelajaran.
Mata pelajaran kurikulum di dalam kelas atau pada kebiasaan
belajar mengajar, setiap guru hanya bertanggung jawab pada
mata pelajaran yang diberikannya , kalaupun mata pelajaran itu
diberikan oleh guru yang sama, hal itu juga dilaksanakan
secara terpisah-pisah.11
b) Correlated Curriculum
Pada dasarnya organisasi kurikulum ini menghendaki agar mata
pelajaran satu sama lain ada hubungan, bersangkut paut walapun
mungkin batas-batas yang satu dengan yang lain masih
dipertahankan
Prinsip berhubungan satu sama lain ini dapat dilaksanakan
dengan beberapa cara :
1. Antara dua mata pelajaran diadakan hubungan secara
incidental
2. Memperbincangkan masalah-masalah tertentu dalam
berbagai macam pelajaran
3. Mempersatukan beberapa mata pelajaran dengan
menghilangkan batas masing-masing
11
Aset Sugiana, “Proses Pengembangan Organisasi Kurikulum dalam Meningkatkan Pendidikan
di Indonesia”. Jurnal Pedagogik, Vol 05 No. 02, Juli-Desember 2018. Hlm.265
10
3. Korelasi memberikan pengertian yang lebih luas dan
mendalam karena memandang dari berbagai sudut
4. Dengan korelasi maka yang diutamkan adalah
pengertian dan prinsip-prisnip bukan pengetahuan
akan fakta, dengan begitu lebih memungkinkan
penggunaan pengetahuan secara fungsional bagi
murid-murid
c) Integrated Curriculum
Kurikulum ini meniadakan batas-batas antara berbagai mata
pelajaran dan menyajikan bahan pelajaran dalam bentuk unit atau
keseluruhan. Dengan kebulatan bahan pelajaran diharapkan
mampu membentuk kepribadian murid yang integral, selaras
dengan kehidupan sekitarnya, apa yang diajarkan sekolah
disesuaikan dengan kehidupan sekitarnya, apa yang diajarkan
disekolah disesuaikan dengan kehidupan anak diluar sekolah.
Beberapa manfaat integrated curriculum dapat disebutkan sebagai
berikut :
1. Segala sesuatu yang dipelajari anak merupakan inti yang
bertalian erat. Bukan fakta yang terlepas satu sama lain
2. Kurikulum ini sesuai dengan pendapat-pendapat modern
tentang belajar, murid dihadapkan kepada masalah yang
berarti dalam kehidupan mereka
12
Aset Sugiana, “Proses Pengembangan Organisasi Kurikulum dalam Meningkatkan Pendidikan
di Indonesia”. Jurnal Pedagogik, Vol 05 No. 02, Juli-Desember 2018. Hlm.266
11
3. Kurikulum ini memungkinkan hubungan yang erat antara
sekolah dengan masyarakat
4. Aktifitas anak-anak meningkat karena dirangsang untuk
berpikir sendiri dan bekerja sendiri atau bekerja dengan
kelompok
5. Kurikulum ini mudah disesuaikan dengan minat,
kesanggupan, dan kematangan murid 13
c. Faktor-Faktor dalam Organisasi Kurikulum
Dalam organisasi kurikulum ada beberapa factor yang harus diperhatikan,
yaitu :
1. Ruang lingkup (Scope)
Ruang lingkup kurikulum tidak dapat dipisahkan dari kebutuhan
peserta didik, kebluarga, masyarakata, bangsa dan Negara. Ruang
lingkup bahan pelajarn juga harus dibatasi dengan visi, misi dan tujuan
pendidikan nasional, standar kompetensi lulusan, dan standar
kompetensi mata pelajaran yang telah ditetapkan
2. Urutan (Sequence)
Sequence menentukan urutan bahan pelajaran di sajikan, apa
yang dahulu apa yang kemudian dengan maksud agar proses belajar
berjalan dengan baik. Sesuatu yang baru misalnya hanya dapat
dipelajari bila bahan sebelumnya telah dipahami, atau bila telah
dimiliki keterampilan-keterampilan tertentu atau bila perkembangan-
perkembangan anak telah mencapai taraf tertentu.
3. Kesinambungan (Continuity)
Kontinuitas kurikulum dalam organisasi kurikulum perlu
diperhatikan, terntentu berkaitan dengan substansi bahan yang
dipelajari siswa, jangan sampai terjadi pengulangan atau loncat0loncat
yang tidak jelas tingkat kesukarannya.
4. Terpadu (Integrated)
13
B. Suryosubroto. “Manajemen Pendidikan di Sekolah”. Jakarta: Rineka Cipta. 2010. Hlm.33-37
12
Factor ini berangkat dari asumsi bahwa bidang-bodang
kehidupan memerlukan pemecahan secara multidisiplin. Artinya, jika
guru menggunakan subjek centered curriculum, maka besar
kemungkinan pengetahuan yang diperoleh peserta didik menjadi
terlepas-lepas dan tidak fungsional. Maka dari itu harus adanya focus
pada permasalahan yang perlu dipecahkan berdasarkan bidang-bidang
kehidupan.
5. Kesinambungan (Balance)
Kesinambungan ini dapat dipandang dari dua segi yakni; 1)
keseimbangan isi, yaitu tentang apa yang dipelajari, dan 2)
keseimbangan cara atau proses belajar. Dalam menentukan
keseimbangan isi, maka perlu dipertimbangkan betapa penting dan
perlunya masing-masing mata pelajaran, suatu hal yang tidak mudah
karena sukar menentukan kriterianya. Ada yang menganggap bahwa
semua mata pelajaran sama pentingnya dari segi edukatif, ekonomi,
studi lanjutan, pembangunan Negara, dsb.
6. Waktu
Kurikulum akhirnya harus dituangkan dalam bentuk mata pelajaran
atau kegiatan belajar beserta waktu yang disediakan untuk masing-
masing mata pelajaran. Disini dihadapi masalah distribusi atau
pembagian waktu yang harus menjawab pertanyaan seperti berapa
tahun suatu mata pelajaran harus diberikan, berapa kali seminggu, dan
berapa lama tiap mata pelajaran.
Berdasarkan factor-faktor yang harus diperhatikan dalam organisasi
kurikulum, bahwa beberapa komponen-komponen tersebut harus
dipertimbangkan adanya. Karena dengan adanya komponen-komponen
tersebut tentang bagaimana peserta didik di ajarkan atau diberikan ilmu
sesuai kebutuhannya nanti di masyarakat. Dan bagaimana urutan
pelajaran tersebut. Ditambah lagi keterpaduan ilmu pengetahuan yang
saling berhubungan antara pelajaran dengan mata pelajaran yang
lainnya, dan tentunya keseimbangan dengan intelektual, social, estetis,
13
dan diberikan dalam waktu yang direncanakan. Sehingga menjadikan
proses pembelajaran lebih terarah, efektif dan efisian.14
14
Aset Sugiana, “Proses Pengembangan Organisasi Kurikulum dalam Meningkatkan Pendidikan
di Indonesia”. Jurnal Pedagogik, Vol 05 No. 02, Juli-Desember 2018. Hlm. 260-263
14
BAB III
KAJIAN PENULISAN
A. Kesimpulan
Kurikulum adalah seperangkat rencana dan pengaturan mengenai isi dan
bahan pelajaran serta cara yang digunakan sebagai pedoman penyelenggaraan
kegiatan belajar mengajar. Kurikulum merupakan pedoman mendasar belajar
mengajar didunia pendidikan. Berhasil atau tidaknya proses pendidikan,
mampu atau tidaknya seorang anak didik dan pendidik dalam menyerap dan
memberikan pengajaran, dan sukses tidaknya suatu pendidika itu dicapai tentu
akan berpeluang kepada kurikulum.
pengorganisasian adalah suatu proses penetuan, pengelompokkan, dan
pengaturan bermacam-macam aktivitas yang diperlukan untuk mencapai
tujuan, menempatkan orang-orang pada setiap aktivitas, menyediakan alat-alat
yang diperlukan, menetapkan wewenang yang secara relative didelegasikan
kepada setiap individu yang akan melakukan aktifitas-aktifitas tersebut.
B. Saran-Saran
15
DAFTAR PUSTAKA
16