Anda di halaman 1dari 15

MERDEKA BELAJAR DI ERA NEW NORMAL

SECARA DARING MENGGUNAKAN MODEL PEMBELAJARAN MANTUL

( Webinar Fasilitasi Dewan Pendidikan Kabupaten Boyolali 24 Juni 2020)

AGUS SUKOCO

ASOSIASI PENGAWAS SEKOLAH INDONESIA

APSI
HALAMAN PENGESAHAN

Dengan ini, Koordinator Pengawas Sekolah pada Suku Dinas Pendidikan kota
Administrasi Jakarta Selatan II menyatakan bahwa

MAKALAH ILMIAH BERJUDUL

”MERDEKA BELAJAR DI ERA NEW NORMAL

SECARA DARING MENGGUNAKAN MODEL PEMBELAJARAN MANTUL”

Adalah benar-benar karya dari saudara Dr. Agus Sukoco Pengawas sekolah SMP
Suku Dinas Pendidikan kota Administrasi Jakarta Selatan II

Jakarta,

Koordinator Pengawas Sekolah pada Suku Dinas Pendidikan kota Administrasi


Jakarta Selatan II

Drs. Boniran

NIP. 196111201984031008
ABSTRAK

Makalah ini bertujuan untuk memberi alternatif solusi yang berkaitan dengan merdeka belajar di
era new normal secara daring menggunakan model pembelajaran MANTUL. Metode dalam
makalah ini menggunakan studi empirik dan studi pustaka. Hasil dari pembahasan yang berkaitan
dengan Merdeka Belajar di era New Normal melalui model pembelajaran MANTUL dapat
disimpulkan bahwa (1) pembelajaran selama masa pandemi secara daring selalu menekankan
pada makna belajar itu sendiri yaitu proses tumbuh berkembangnya setiap potensi siswa dengan
mengedepankan nilai baik dan bermanfaat. Kemudian proses pembelajaran yang membahagiakan
siswa dan memerdekan siswa untuk berkreasi dan berinovasi tetap mengutamakan menggunakan
protokol Covid – 19. (2) proses pembelajaran yang menekankan capaian ketrampilan dan
pengalaman hidup siswa yang menumbuhkan sikap kreatif dan inovatif, (3) menekankan pada
penguasaan teknologi digital untukdapat exsis di era new normal. Sehingga konsep merdeka
belajar di era new normal ini dapat terlaksana dengan baik.

Kata Kunci : merdeka Belajar, New Normal, Mantul


MERDEKA BELAJAR DI ERA NEW NORMAL
SECARA DARING MENGGUNAKAN MODEL PEMBELAJARAN MANTUL

( Webinar Fasilitasi Dewan Pendidikan Kabupaten Boyolali 24 Juni 2020)

A. PENDAHULUAN
Ketua Tim Pakar Gugus Tugas Percepatan Penanganan Covid-19 Wiku Adisasmita
mengatakan, new normal adalah perubahan perilaku untuk tetap menjalankan aktivitas
normal namun dengan ditambah menerapkan protokol kesehatan guna mencegah
terjadinya penularan Covid-19. Menurut Wiku, prinsip utama dari new normal itu sendiri
adalah dapat menyesuaikan dengan pola hidup. "Secara sosial, kita pasti akan mengalami
sesuatu bentuk new normal atau kita harus beradaptasi dengan beraktivitas, dan bekerja,
dan tentunya harus mengurangi kontak fisik dengan orang lain, dan menghindari
kerumunan, serta bekerja, bersekolah dari rumah," kata Wiku kepada Kompas.com. Wiku
menerangkan, masyarakat, kata Wiku, akan menjalani kehidupan secara new normal
hingga ditemukannya vaksin dan dapat digunakan sebagai penangkal virus corona.
"Transformasi ini adalah untuk menata kehidupan dan perilaku baru, ketika pandemi,
yang kemudian akan dibawa terus ke depannya sampai tertemukannya vaksin untuk
Covid-19," katanya lagi.
Dari uraian tersebut saat ini kita sedang proses bertransformasi menuju pola hidup baru,
pola kerja baru dan pola belajar baru, pola normal baru. Sehingga penting sekali kita
sebagai insan yang berkecimpung di bidang pendidikan untuk mengetahui dan terus
mencontohkan pola hidup, pola kerja dan pola belajar baru di era new normal dengan
menerapkan protokol kesehatan sebelum ditemukan vaksin baru yang diperkirakan oleh
para ahli sampai tahun 2021.
Merdeka belajar menjadi salah satu program inisiatif Menteri Pendidikan dan
Kebudayaan (Mendikbud). Mendikbud Nadiem ingin menciptakan suasana belajar yang
bahagia. "Jadi ini yang menjadi sangat penting, sangat concern karena Pak Nadiem atau
kita dari Kemendikbud ingin menciptakan suasana belajar di sekolah adalah suasana yang
happy. Makanya tag-nya merdeka belajar," kata Kepala Biro Komunikasi dan Layanan
Masyarakat Kemendikbud Ade Erlangga dalam Diskusi Polemik tentang 'Merdeka
Belajar Merdeka UN' di Hotel Ibis Jakarta Tamarin, Jalan KH Wahid Hasyim, Jakarta
Pusat, Sabtu (14/12/2019).
Ade juga menjelaskan, tujuan merdeka belajar adalah agar para guru, siswa, serta orang
tua bisa mendapat suasana yang bahagia. "Merdeka belajar itu bahwa pendidikan itu
harus menciptakan suasana, yang membahagiakan. Bahagia buat siapa? Bahagia buat
guru, bahagia buat peserta didik, bahagia buat orang tua, untuk semua umat," papar Ade.
Menurut Ade, program merdeka belajar ini dilahirkan dari banyaknya keluhan di sistem
pendidikan. Salah satunya keluhan soal banyaknya siswa yang dipatok oleh nilai-nilai
tertentu.

Ada 7 komponen konsep merdeka belajar menurut Najelaa Shihab& Komunitas Guru
Belajar dalam bukunya Merdeka Belajar di Ruang Kelas (Cetakan pertama Oktober
2017). Meliputi (1) pentingnya motivasi belajar internal dan menghindari reward serta
punishment seperti ranking dan lainnya, (2) melibatkan anak dalam merencanakan tujuan
belajarnya dan selalu relevan sesuai tingkat kesiapan anak dan tantangan yang dihadapi,
(3) menjelaskann manfaat apa tentang materi yang akan disampaiakan ke anak
disesuaikan dengan minat dan karakteristik anak, (4) menanamkan disiplin dan tanggung
jawab secara pribadi kepada anak melalui konsekwensi dari kepitusan yang mereka ambil
sendiri, (5) menanamkan bahwa dalam proses belajar ada tantangan yang semakin
meningkat dan terus berani mengambil keputusan dalam menghadapi kesulitan serta
kesalahan yang merupakan proses pembelajaran, (6) memberikan kesempatan untuk
menentukan pilihan yang berkaitan kepemimpinan, mengelola waktu dan memilih
kelompok sesuai bakat dan minatnya, (7) melibatkan dalam melakukan penilaian diridan
berani mengkomunikasikannya.

Menurut surat edaran Mendikbud nomor 4 tahun 2020 menyatakan Belajar dari Rumah
melalui pembelajaran daring/jarak jauh dilaksanakan untuk memberikan pengalaman
belajar yang bermakna bagi siswa, tanpa terbebani tuntutan menuntaskan seluruh capaian
kurikulum untuk kenaikan kelas maupun kelulusan. Sehingga penekanan pembelajaran
daring diantaranya (1) belajar dari Rumah melalui pembelajaran daring/jarak jauh
dilaksanakan untuk memberikan pengalaman belajar yang bermakna bagi siswa, tanpa
terbebani tuntutan menuntaskan seluruh capaian kurikulum untuk kenaikan kelas maupun
keluiusan, (2) belajar dari Rumah dapat difokuskan pada pendidikan kecakapan hidup
antara lain mengenai pandemi Covid-19, (3) aktivitas dan tugas Belajar dari Rumah
dapat bervariasi antarsiswa, sesuai minat dan kondisi masing-masing, termasuk
mempertimbangkan kesenjangan akses/ fasilitas belajar di rumah, (4) bukti atau produk
aktivitas Belajar dari Rumah diberi umpan balik yang bersifat kualitatif dan berguna dari
guru, tanpa diharuskan memberi skor/nilai kuantitatif. Dari keempat point tersebut jika
dikembangkan membentuk model pembelajaran MANTUL yakni akronim dari
Meaningful, Achievment, Needs Analysis, Timely, Urgent dan Look to the Future. Secara
rinci akan dibahas pada permasalahan dan pembahasan.

B. MASALAH UTAMA DAN PEMBAHASAN

Pembelajaran MANTUL erat kaitannya dengan konsep merdeka belajar. Merdeka belajar
dapat diartikan bahwa konsep tersebut mengandung prinsip para siswa diberi keleluasaan
dalam menggali potensi dirinya sehingga dalam proses belajarnya dapat mengaktualisasi
baik pengetahuan, sikap dan ketrampilan tanpa tekanan baik guru maupun orang tua
siswa. Sehingga dalam perlajalan proses belajarnya para siswa dapat memunculkan
kratifitas dan inovasi yang unik sesuai dengan bakat, minat dan potensinya.

Seperti yang kita ketahui selama ini proses pembelajaran daring selama pandemi yang
dilakukan oleh guru – guru kita sebagian besar sesuai dengan pengamatan kita sebagai
pengawas sekolah yang salah satu tugasnya adalah mengamati proses pembelajaran
secara daring yakni proses pembelajaran masih searah, guru aktif, berbasis pada tugas –
tugas kognitif belum mengembangkan pada ketrampilan kreatif maupun inovatif.
Sehingga dapat diartikan proses pembelajaran selama pandemi Covid - 19 masih
menekankan pada tugas – tugas sesuai tuntutan kurikulum dan masih mengutamakan
pada aspek pengetahuan saja.

Secara sepintas kelebihan penerapan pembelajaran secara daring selama pandemi Covid –
19 dapat memenuhi dan menyelesaikan tuntutan kurikukulum yakni dapat menuntaskan
beban kurikulum yang telah diprogramkan sekolah pada program tahunan dan semester
guru. Kelemahanya adalah siswa menjadi memeliki beban tugas yang berlebih, mengapa?
Karena jika setiap guru memberi tugas 2 materi saja maka jika dalam 1 hari terdapat 3
mata pelajaran dapat dibayangkan siswa harus menyelesaikan 6 tugas setiap hari dan
tugas itu seolah tidak ada kaitan dengan kondisi pandemi yang terpenting bagi guru
adalah target kurikulum terpenuhi. Inilah yang kemudian banyak aduan orang tua siswa
ke Komisi perlindungan anak yang terjadi akhir – akhir ini.

Diperlukan cara baru untuk mengatasi pola pengelolaan pembelajaran secara daring yang
dilakukan oleh guru selama ini. Pola baru dalam pembelajaran daring menggunakan
model pembelajaran MANTUL yakni akronim dari Meaningful, Achievment, Need
Analysis, Timely, Urgent dan Look To The Future.
Pola ini mengacu pada surat edaran mendikbud nomor 4 tahun 2020 yaitu pembelajaran
daring hendaknya para guru tetap mengedepankan pembelajaran yang penuh makna,
pembelajaran yang capainnya disesuaikan dengan situasi pandemi tidak lagi pada
tuntutan kurikulum yang menekankan pada pengetahuan saja, juga pembelajaran yang
disesuaikan dengan kebutuhan siswa saat ini ketika belajar dari rumah penekanannya
hanya pada bagaimana mengenal Covid – 19 yakni tentang lingkungan hidup,
keselamatan, kesehatan dan kedisiplinan. Waktu belajarnya juga flexibel tidak
membebani dengan tugas – tugas yang berorientasi pada capaian penbgetahuan saja
namun juga aspek ketrampilan hidup, bakat dan minat siswa. Mengenai konten materinya
selalu dikaitkan dengan bagaimana siswa diajak melakukan analisis terhadap dampak
Covid – 19 kesemua aspek kehidupan baik ekonomi, sosial, budaya dan cara belajar.
Berkaitan dengan cara melihat dampak berikutnya selama belum ditemukan vaksin Covid
– 19 ini kedepan para siswa diajak untuk melihat ke depan yang berkaitan dengan pola
baru dalam hidup, budaya baru dalam bekerja, pola baru dalam belajar lebih
memfokuskan kompetensi yang berkaitan literasi digital dan perkembangan teknologi
digital.
Masalah kemudian muncul ketika segala sesuatu telah menggunakan teknologi digital
baik dari perangkat lunak yang berupa aplikasi, jaringan internet, dan sistem pengelolaan
waktu dalam megakses. Juga perangkat keras yang berkaitan dengan smart phone,
komputer. Tab maupun laptop yang sering kurang support terhadap update perkembangan
teknologi terkini. Disamping itu juga faktor manusianya dalam mengoperasikan teknologi
digital tersebut yang membutuhkan penyesuaian sehingga menjadi budaya baru budaya
digital seperti penggunaan media komunikasi baik teams, webex, google meet dan zoom.

Untuk mengatasi masalah yang berkaitan kurang kesiapannya pada perangkat lunak,
perangkat keras dan sumberdaya manusia maka dibutuhkan pemahaman dan pelatihan
secara bertahap yang meliputi baik penguasan materi yang sesuai dengan kondisi saat ini
maupun ketrampilan dalam menggunakan teknologi yang sesuai dengan pembelajaran
daring. Penggunaan moda daring model pembelajaran MANTUL merupakan solusi untuk
mengatasi masalah yang telah disebutkan diatas. Secara umum model pembelajaran
MANTUL menekankan pada (1) belajar dari Rumah melalui pembelajaran daring/jarak
jauh dilaksanakan untuk memberikan pengalaman belajar yang bermakna bagi siswa,
tanpa terbebani tuntutan menuntaskan seluruh capaian kurikulum untuk kenaikan kelas
maupun keluiusan, (2) belajar dari Rumah dapat difokuskan pada pendidikan kecakapan
hidup antara lain mengenai pandemi Covid-19, (3) aktivitas dan tugas Belajar dari
Rumah dapat bervariasi antarsiswa, sesuai minat dan kondisi masing-masing, termasuk
mempertimbangkan kesenjangan akses/ fasilitas belajar di rumah, (4) bukti atau produk
aktivitas Belajar dari Rumah diberi umpan balik yang bersifat kualitatif dan berguna dari
guru, tanpa diharuskan memberi skor/nilai kuantitatif.

Makalah ilmiah ini memberi alternatif kepada kepala sekolah dan guru dalam penerapan
merdeka belajar di era new normal melalui model pembelajaran MANTUL sehingga
proses belajar dari rumah tetap menyenangkan, membahagiakan serta penuh makna,
capaian belajarnya mengutamakan pada ketrampilan hidup siswa, sesuai dengan
kebutuhan dan perkembangan siswa, waktu pelaksanaan belajarnya flexibel, hanya
menekankan pada yang mendesak dan point pentingnya saja, dan selalu bisa
menyesuaiakn dengan perkembangan terkini dan mampu tangkas trengginas beradaptasi,
berkreasi dan berinovasi.
Ketika model pembelajaran MANTUL ini diterapkan tentu perlu penyesuain dan
kemungkinan muncul masalah – masalah baru yakni berkaitan dengan kesiapan baik dari
kepala sekolah dan guru maupun pengawas sekolah sebagai pembimbing pada saat model
pembelajaran MANTUL ini diterapkan. Mengapa demikian? Karena yang berkaitan
dengan hal baru tentu semua akan merubah cara – cara lama yang sudah menjadi
kebiasaan zona nyamannya. Hal inilah yang perlu disadarkan bahwa ketika sesuatu yang
baru akan diterapkan ada jiwa – jiwa yang menolak karena akan terusik kondisi
nyamannya. Sehingga tugas pengawas sekolah, kepala sekolah dan guru haru menjadi
contoh dalam menerapkan model baru tersebut apalagi hal ini berkaitan dengan teknologi
digital. Paling utama adalah merubah mind set kesadaran bahwa hanya ada dua pilihan
jika tetap dalam kondisi nyaman maka akan ditinggalkan jika menggunakan analogi
profesi guru saat ini bahwa kehadiran ruang guru, rumah belajar, google dan youtube ini
sudah mengindikasikan bahwa yang berkaitan dengan pengetahuan dan informasi dapat
diperoleh dari mana saja dan kapan saja tidak lagi harus menunggu guru untuk
menginformasikannya. Disamping masalah kesiapan dari sumber daya manusianya juga
masalah yang berkaitan dengan perangkat lunak dan perangkat keras, mengapa? Karena
seperti yang telah kita ketahui dengan kemajuan teknologi yang demikian pesat jika
perangkat lunak dan pernagkat keras kita tidak kita upgrade maka pernagkat tersebut
tidak bisa digunakan untuk mengakses.
Untuk itu diperlukan cara baru dalam mengatasi masalah tersebut dengan menggunakan
moda daring model pembelajaran MANTUL. Model pembelajaran ini merupakan
akronim dari:

1.MEANINGFUL
Model pembelajaran daring yang menekankan pada pembelajaran yang bermakna sesuai
dengan kondisi siswa, bagaimana siswa tetap bahagia dalam belajar dari rumah dan
mengerjakan tugas belajarnya secara antusias dan senang. Dalam kenyataannya
berdasarkan beberapa pengamatan yang dilakukan terdapat masalah yang ditemukan,
yang disimpulkan bahwa salah satu kesulitan belajar siswa yakni selama ini belajar hanya
menekankan pada hafalan semata atau hanya belajar berupa rumus-rumus yang harus
dihapal dan mengerjakan soal yang berkaitan dengan materi, kurang memperhatikan
pembelajaran yang bermakna. Menurut Ausubel pembelajaran dengan mengandalkan
hapalan tidak banyak membantu memperoleh pengetahuan (Novak, 2011). Salah satu
solusi untuk meningkatkan kemampuan pemahaman konsep siswa adalah dengan
menerapkan model pembelajaran yang mampu menghubungkan informasi baru dengan
informasi yang telah ada dalam struktur kognitif siswa, sehingga pembelajaran menjadi
bermakna. Pembelajaran bermakna ini atau disebut juga sebagai Meaningful learning
(Novak, 2011, hlm. 1). Meaningful Instructional Design (MID) merupakan suatu
pembelajaran yang mengutamakan kebermaknaan belajar dan efektivitas dengan cara
membuat kerangka kerja-aktivitas secara konseptual kognitif-konstruktivisme. Selain itu,
Sritresna (2015) menemukan bahwa MID menjadi solusi untuk pembelajaran yang
cenderung pasif, proses belajar dapat terpusat pada siswa (student center) karena
mengutamakan kebermaknaan belajar. proses ini yakni mengaitkan materi yang dekat
dengan pengalamannya, sehingga mampu membangun konsep yang lama dengan konsep
yang baru dipelajari.

2.ACHIEVMENT
Berkaitan dengan pencapaian prestasi anak atau capaian dalam belajarnya tidak hanya
menekankan pada pengetahuan semata namun lebih menekankan pada kecakapan hidup
dan bagaimana mampu mengatasi masalah – masalah yang berkaitan dengan pandemi
covid – 19 jika dikaitkan dengan materi pelajaran yang diberikan oleh guru. Penerapan
Achievment secara lebih luas menggunakan pendekatan kooperatif Student Teams
Achievment Divisions (STAD). Menurut Suprijono (2009), model pembelajaran
kooperatif meliputi semua jenis kerja kelompok yang dipimpin atau diarahkan oleh guru.
Secara umum pembelajaran kooperatif dianggap lebih diarahkan oleh guru, dimana guru
menetapkan tugas dan pertanyaan-pertanyaan serta menyediakan bahan-bahan dan
informasi yang dirancang untuk membantu peserta didik menyelesaikan masalah. Huda
(2014) menyatakan STAD merupakan salah satu strategi pembelajaran kooperatif yang di
dalamnya beberapa kelompok kecil siswa dengan level kemampuan akademik berbeda-
beda yang saling bekerja sama untuk menyelesaikan tujuan pembelajaran. Langkah-
langkah pembelajaran STAD menurut Rusman (2012) adalah: (1) Penyampaian tujuan
pembelajaran dan motivasi, (2) Pembagian kelompok, siswa dibagi ke dalam beberapa
kelompok yang terdiri dari 4-5 siswa yang memprioritaskan heterogenitas (keragaman)
kelas dalam prestasi akademik, gender/jenis kelamin, ras atau etnik, (3) Presentasi dari
guru, guru menyampaikan materi pelajaran dengan terlebih dahulu menjelaskan tujuan
pokok yang akan dipelajari. Guru memberi motivasi siswa agar dapat belajar dengan aktif
dan kreatif di dalam proses pembelajaran guru dibantu media, (4) Kerja tim, siswa belajar
dalam kelompok yang telah dibentuk. Guru menyiapkan lembaran kerja sebagai pedoman
bagi kerja kelompok, sehingga semua anggota menguasai dan masing-masing
memberikan bimbingan, dorongan dan bantuan. Kerja tim merupakan ciri penting dari
STAD, (5) Kuis (evaluasi), guru mengevaluasi hasil belajar melalui pemberian kuis
tentang materi yang dipelajari dan juga melakukan penilaian terhadap persentasi hasil
kerja masing-masing kelompok, dan (6) Penghargaan tim, Setelah pelaksanaan kuis, guru
memeriksa hasil kerja siswa dan diberikan angka rentang 0-100. Untuk menghitung skor
kelompok dibuat rata-rata dari skor individu dan diakumulasikan. Penghargaan (Reward)
yang akan diterima mencakup tim baik (good team), tim baik sekali (Great team) dan tim
istimewa (Super team). Ada tiga keuntungan menggunakan model pembelajaran STAD,
yaitu semua siswa memiliki kesempatan yang sama menerima reward setelah
menyelesaiakan suatu materi pelajaran, semua siswa mempunyai kemungkinan yang
sama untuk mencapai hasil belajar yang tinggi, dan reward yang diberikan memberikan
motivasi berprestasi kepada kelompok yang dapat digunakan untuk memberikan motivsi
berprestasi semua siswa dan proses tersebut dilakukan secara daring.

3.NEEDS ANALYSIS
Needs Analysis ini berkaitan dengan yang sebenarnya dibutuhkan siswa pada saat belajar
di rumah itu apa saja? Tentu sesuai dengan ketrampilan hidup dalam menghadapi Covid –
19 ini berkaitan tentang kebersihan, kesehatan, kedisiplinan, bakat minat dan variasi
dalam pembelajaran sesuai kondisi pandemi.
Zhao (2008:162) menyatakan tentang blended learning pendekatan pembelajaran ini
menekankan penyampaian pesan yang dikombinasikan melalui dua cara online dan
mengajar tatap muka pada tempat yang berjauhan dengan cara blended e-learning, suatu
kombinasi tatap muka dan pendidikan jarak jauh. Pada intinya menggabungkan dua
pendekatan pembelajaran yang digunakan sehingga menjadi pendekatan pembelajaran
baru. Selanjutnya blended learningtelah didefinisikan dalam Cisco System (2001) adalah
(Ahmed, 2008:18): as the combination of characteristic from both traditional learning and
e-learning environments. It merges aspects of e-learning such as: web-based instruction,
streaming video, audio synchronous and asynchrounous communication, etc; with
traditional “face to face” learning. Blended Learning sebagai kombinasi karakteristik
pembelajaran tradisional dan lingkungan pembelajaran elektonik atau e-learning.
menggabungkan aspek e-learningseperti pembelajaran berbasis web, streaming video,
komunikasi audio synchronous, dan asynchronous dengan pembelajaran tradisional “tatap
muka”.
Dengan kata lain siswa akan senang jika dalam pembelajarannya guru selalu dapat
mengkombinasikan beberapa metode atau pendekatan pembelajaran, jika memungkinkan
menemukan metode baru misalnya yang berkaitan gabungan dari beberapa metode baik
daring maupun luring.

4.TIMELY

Hal ini berhubungan dengan pengelolaan waktu yang tepat sehingga antara beban tugas
yang diberikan guru dengan kondisi siswa harus dikelola dengan baik, sehingga keluhan
siswa yang berkaitan dengan banyaknya tugas dengan waktu yang ada menjadi tidak
seimbang. Walaupun siswa berada di rumah namun secara psikologis budaya di rumah
berbeda dengan di sekolah pada prinsipnya pada saat siswa belajar di rumah ditekankan
pada kreatifitas dan inovasi sehingga tidak bosan. Penggunaan model pembelajaran yang
dapat digunakan dalam mengatasi permasalahan rendahnya kemampuan berpikir kreatif
dan inovatif siswa adalah model pembelajaran kooperatif(cooperative learning
model/CLM)(Sri, 2012). Menurut Sanjaya(2007 ) CLMdapat merealisasikan kebutuhan
siswa dalam meningkatkan kemampuan berpiki r,mencegah masalah,dan
menginteraksikan pengetahuan serta keterampilan, maka pembelajaran kooperatifd apat
memperbaiki system pembelajaran yang selama ini memiliki kelemahan.CLM
didefinisikan sebagai model pembelajaran yang berfokus pada penggunaan kelompok
kecil siswa untuk bekerja sama dalam memaksimalkan kondisi belajar untuk mencapai
tujuan belajar (Sugiyanto, 2010).

5.URGENT
Penekanan pembelajaran pada masa Covid – 19 ini adalah pada hal yang penting dan
mendesak tidak lagi ditekankan pada pengetahuan atau capaian akademik tetapi pada hal
yang relevan dengan masa pandemic Covid – 19 ini. Secara sederhana bahwa
pembelajaran yang tepat dalam masa pandemi Covid 19 ini adalah suatu pembelajaran
yang melakukan kolaborasi, inovasi dan eksperimen. Sesuai pernyataan Mendikbud
memberikan tips belajar dari rumah yang antara lain menyebutkan untuk membagi kelas
dalam kelompok kecil dan mencoba model/metode Project Based Learning karena
melatih siswa berkolaborasi, gotong royong dan empati.Model pembelajaran berbasis
proyek atau Project Based Learning yang disebutkan oleh Mendikbud adalah salah satu
model pembelajaran yang membuat siswa aktif dan mandiri dalam pembelajaran. Model
pembelajaran berbasis proyek adalah model pembelajaran yang dapat digunakan untuk
menerapkan pengetahuan yang sudah dimiliki, melatih berbagai keterampilan berpikir,
sikap, dan keterampilan konkret. Sedangkan pada permasalahan kompleks, diperlukan
pembelajaran melalui investigasi, kolaborasi dan eksperimen dalam membuat suatu
proyek, serta mengintegrasikan berbagai subjek (materi) dalam pembelajaran.Dengan
menerapkan model pembelajaran berbasis proyek diharapkan melatih kemandirian,
kolaborasi dan eksperimen didalam diri siswa atau peserta didik.

6.LOOK TO THE FUTURE


Pernyataan ini mengindikasikan bahwa pengawas sekolah, kepala sekolah dan guru
dalam melihat fenomena new normal ini selalu memiliki pandangan uang terus
menyesuaikan dan mengikuti jika perlu mampu mengantisipasi kemungkinan –
kemungkinan dampak dari pandemic Covid – 19 ini terutama pola hidup baru, pola kerja
baru pola belajar baru secara visioner mampu melihat apa saja jenis pekerjaan yang akan
hilang dan jenis pekerjaan yang akan mnenggantikan. Perkembangan teknologi digital
yang sedemikian pesat bagaimana cara mengantisipasi dan menghadapinya itulah
barangkali kurikulum harus dirancang dari sekarang untuk menghadapi perubahan
tersebut.
untuk menyiasati dan menghadapi hal tersebut proses pembelajaran ke depan dalam
kondisi yang tidak normal ini, menurut Prof. Zainudin pemerintah cukup mengubah basis
pembelajaran dari sebelumnya berbasis konten (content base) ke basis proyek (project
base). “Saya juga mengusulkan dibentuk semacam tim teaching. Tim ini akan bertugas
menyusun model pembelajaran berbasis proyek yang akan diberikan sebagai penugasan
kepada siswa. Proyek itu bisa gabungan dari beberapa mata pelajaran," ucap Prof
Zainuddin saat berbincang dengan jpnn.com, Jumat malam (22/5).
Sebagai contoh, siswa diberi satu proyek untuk mencari satu masalah. Misalnya, tugas
Biologi; aspek biologinya itu dia mencari spesies tertentu di sekitar lingkungannya. Nanti
dari segi laporannya itu, guru Bahasa Indonesia bisa mengoreksi sisi bahasanya
Untuk proyek ini juga masih bisa ditambahkan dengan mata pelajaran ilmu geografi, dan
bahasa Inggris. Satu proyek itu dirumuskan sehingga masing-masing guru mata pelajaran
yang tergabung dalam Tim Teaching tadi bisa memasukkan paket pembelajarannya ke
satu proyek tersebut. Inilah yang disebut dengan integrated curricuulm (kurikulum
terintegrasi). Pembelajarannya pun tetap tematik. Jadi dalam satu tema bisa dipelajari dari
beberapa sisi. "Itu bisa. Di negara lain, seperti Australia, mereka sudah terbiasa dengan
model pembelajaran seperti ini, mereka sudah biasa membentuk tim teaching," jelas
mantan Rektor Universitas Muhammadiyah Surabaya pada suatu kesempatan di
JPNN.com.

C. KESIMPULAN

Kesimpulan dari pembahasan yang berkaitan dengan Merdeka Belajar di era New
Normal melalui model pembelajaran MANTUL dapat disimpulkan bahwa (1)
pembelajaran selama masa pandemi secara daring selalu menekankan pada makna belajar
itu sendiri yaitu proses tumbuh berkembangnya setiap potensi siswa dengan
mengedepankan nilai baik dan bermanfaat. Kemudian proses pembelajaran yang
membahagiakan siswa dan memerdekan siswa untuk berkreasi dan berinovasi tetap
mengutamakan menggunakan protokol Covid – 19. (2) proses pembelajaran yang
menekankan capaian ketrampilan dan pengalaman hidup siswa yang menumbuhkan sikap
kreatif dan inovatif, (3) menekankan pada penguasaan teknologi digital untuk dapat exsis
di era new normalyang pada saat ini tengah kita alami dan seterusnya sampai ditemukan
vaksin.
DAFTAR PUSTAKA

1. Ibrahim, Muslimin, dkk, Pembelajaran Kooperatif, Unesa, University Press,


Surabaya, 2005.

2. Isjoni, Pembelajaran Kooperatif Meningkatkan Kecerdasan Komunikasi Antar


Peserta Didik. Yogyakarta: Pustaka Pelajar. 2010.

3. Kemmis, S. and R McTaggart, Action Research - some ideas from The Action
Research Planner, Third edition, ed. Deakin University, 1988

4. Mulyasa, E, Manajemen Berbasis Sekolah Konsep Setrategis dan Implementasi.


Bandung. Rosda Karya. 2002.

5. Slavin, Robert E, Educational Psychology: Theory and Practice, Fourth Edition,


Massachusetts: allyn and Bacon Publishers. 1994.

6. Arindawati, Pembelajaran Kooperatif Tipe STAD.


http://sarjanaku.com/2011/03/pembelajaran-kooperatif-tipestad.html, 2004 Bakti,
I. Implementasi STAD pada Pembelajaran Konsep Pupuk dan Peptisida di SMAN
2 Banjarmasin.

7. Jurnal Kependidikan dan Kebuda-yaan Vidya Karya ISSN 0215-9619 Tahun


XXIII. Banjarmasin: Univer-sitas Lambung Mangkurat, 2005.

8. https://www.jpnn.com/news/prof-zainuddin-usulkan-model-pembelajaran-yang-
cocok-di-tengah-pandemi-covid-19

Anda mungkin juga menyukai