Anda di halaman 1dari 6

REVIEW MAJALAH ILMIAH “MENDEFINISIKAN KEMBALI KEBUDAYAAN” OLEH

PROF. HEDDY SHRI AHIMSA-PUTRA

Disusun oleh:

Nama : Sahadewa Hendra Muhammad

NIM : 22/504074/SA/21856

Departemen : Antropologi Budaya

FAKULTAS ILMU BUDAYA

UNIVERSITAS GADJAH MADA

2022
Pengantar
Sebagai pengantar, saya mahasiswa dari prof. heddy akan mereview sebuah
majalah ilmiah yang ditulis oleh Heddy Shri Ahimsa-Putra berjudul “Mendefinisikan Kembali
Kebudayaan.” Majalah ilmiah ini berisikan bagaimana Henddy Shri Ahimsa-Putra mengkritisi
sebuah ‘kebudayaan’ yang di definisikan oleh Koentjaraningrat. Bahwasanya kebudayaan
adalah “keseluruhan system gagasan, Tindakan, dan hasil karya manusia dalam rangka
kehidupan masyarakat, yang dijadikan milik diri manusia dengan belajar” (1990 :186)

 Koentjaraningrat berpendapat bahwa wujud kebudayaan ada tiga yaitu:

1. Wujud ide-ide/gagasan
Suatu ide-ide yang kompleks seperti gagasan, nilai-nilai, norma norma, peraturan.
2. Wujud perilaku/tindakan manusia
Suatu Tindakan yang berpola dari masyarakat
3. Wujud berupa
Suatu benda yang yang telah ‘tersentuh’ oleh manusia menjadi sebuah karya
manusia
(Koentjaraningrat 1990: 180; 186-187)
Lalu, kebudayaan yang dibicarakan oleh koentjaraningrat ini memiliki sistem yang
sifatnya universal. Dalam kesatuan kultural universal ini terdapat unsur-unsur yang sifatnya
ada dan bisa didapatkan diseluruh kebudayaan didunia. Ada tujuh unsur universal dalam
kebudayaan yaitu: Bahasa, sistem pengetahuan, organisasi sosial, sistem peralatan hidup,
dan teknologi. Dalam mempelajari unsur-unsur kebudayaan dapat dipecah lagi menjadi
cultur items berupa mata pencaharian seperti berburu, meramu, Bertani, nelayan dan lain
sebagainya. Dan ada cultur traits yaitu cara mencari ikan, cara berburu, cara bertanam, dan
lain sebagainya (Koentjaraningrat: 1990).
Menurut yang majalah ilmiah yang di tulis oleh Heddy Shri Ahimsa-Putra banyak
kelemahan-kelemahan dalam definisi yang di berikan koentjaraningrat. Kelemahan-
kelemahan ini mencakup kerancauan dan tumpang tindih dengan teori yang
Koentjaraningrat buat. Oleh karenanya Heddy Shri Ahimsa-Putra mencoba mendefinisikan
kembali dengan teori-teori dan ilmiah yang dipelajarinya.
MANUSIA, TANDA DAN SIMBOL

 MANUSIA : ANIMAL SYMBOLICUM


Disebutkan dalam makalah ilmiah “Mendefinisikan Kembali Kebudayaan” dalam
Prespektif biologi manusia dan hewan adalah sama lalu kita bertanya-tanya apa yang
membedakan antara manusia dengan hewan. Ada yang menyebutkan manusia memiliki
akal hewan tidak. Lalu, ada yang menyebutkan hewan menggunakan instink manusia
menggunakan pikiran. Hingga, manusia menggunakan kalbu dan hewan tidak. semua
jawaban itu masuk akal. Namun, Heddy Shri Ahimsa-Putra dengan makalah ilmiahnya
mencoba memberikan penjelasan secara detail dan jelas.
Para ilmuwan menjelaskan bahwa yang membedakan antara manusia dengan binatang
yaitu sejak manusia akan terus belajar-mengajar dalam kehidupan sehari-hari. Bukan berarti
hewan tidak belajar, hewan juga akan belajar melalui tanda-tanda yang di berikan namun
‘tanda’ tersebut akan selalu seperti itu. Berbeda dengan manusia, mereka belajar dengan
adanya ‘simbol’ sehingga apa yang manusia pelajari bisa berkembang luas dan melebihi
kemampuan hewan lainnya. Simbolisasi adalah cara bagaimana manusia berinteraksi
sejauh ini. Dengan simbolisasi manusia bisa menciptakan pemikiran-pemikiran berbagai
kenyataan yang dihadapinya. Gagasan-gagasan yang ada dipikiran manusia akan di
sampaikan ke manusia lain menggunakan simbol yang artinya simbol adalah unsur cara
manusia berkomunikasi dengan menggerakan mulut dan mengeluarkan bunyi dari rongga
mulut. Dari situ lah lahir “masyarakat” yang dimana hasil karya dari kehidupan bersama-
sama.
Berbeda dengan hewan yang mereka tidak memiliki kemampuan simbolik karena
keterbatasan struktur dan kondisi fisik yang tidak memungkinkan untuk proses belajar-
mengajar menggunakan simbolik sehingga kemampuan mereka berdaptasi dengan
lingkungan sangat terbatas.

 SIMBOL DAN TANDA


Pendapat ahli mengenai simbol atau lambang adalah yang mempresentasikan atau
mewakili sesuatu. Namun belum tepat jika tidak ada yang memberikan simbol ini, yaitu
adalah manusia. Simbol ini akan selalu melekat pada manusia karena manusialah yang
memberikan simbol untuk mempresentasikannya. Jika lebih dalam lagi berbicara soal
simbol, simbol ini adalah unit terbesar dari kesatuan didalam simbol ini ada bahasa yang
menjadikan terbangunnya kehidupan sosial. Bahasa merupakan kumpulan kata-kata yang
menjadi unsur sebuah bahasa. Kata-kata ini lah yang sangat ‘bermakna’ atau dapat
dimaknai atau mewakili sesuatu, sebagaimana yang dikemukakan oleh ahli linguistik swiss
ternama, Ferdinand de Saussure (1966). Dalam bahasa terdapat unit kecil yang disebut
tinanda dan penanda. Tanda yang di contohkan Ferdinand de Saussure adalah kata karena
kata dapat memberikan sebuah tinanda dan penanda. Tetapi dalam sebuah kata ada unit
lebih kecil lagi hal ini bernama fonem (phoneme). Fonem inilah yang membedakan antara
simbol dengan tanda. Dalam bahasa, simbol ini adalah kata, sedangkan tanda adalah
fonem. Lalu apaitu fonem? Dalam bahasa jawa /t/ dan /th/ adalah fonem. Mereka ini
merupakan tanda tapi bukan simbol. Fonem inilah yang membedakan makna acuan atau
makna simbolis tertentu. Dengan demikian, manusia adalah makhluk yang dapat menandai
tetapi juga dapat melakukan simbolisasi. Keanekaragaman ini terjadi tidak hanya simbolnya
saja tetapi juga pemaknaan dan proses memberikannya ke manusia lain.

 KEBUDAYAAN : SEBUAH DEFINISI


Atas dasar konsep manusia yang bisa melakukan pemaknaan sesuatu dan cara
mentransmisikan sebuah pemaknaan itu dengan menggunakan sebuah sarana komunikasi,
untuk membentuk sebuah kelompok yang dari sederhana menjadi kelompok kompleks yang
biasa disebut masyarakat dan kebudayaan. Sehingga, dalam majalah ilmiah yang di tulis
oleh Heddy Shri Ahimsa-Putra yang berjudul “Mendefinisikan Kembali Kebudayaan” dapat
didefinisikan, “sebagai keseluruhan tanda dan simbol yang diperoleh manusia lewat
proses belajar dalam kehidupannya sebagai warga masyarakat, dan digunakannnya
untuk membangun dunianya, serta beradaptasi dengannya. Dengan begitu, tanda dan
simbol adalah pembeda antara manusia dengan makhluk lainnya.”
Proses belajar adalah kegiatan yang membuat pelaku memperoleh pengetahuan-
pengetahuan baru. Proses ini yang disebut proses sosialisasi. Yaitu, proses dimana
komunikasi dan interaksi antar individu atau kelompok yang membuat individu atau
kelompok itu membuat dia bertindak, berperilaku, dan hidup dalam suatu masyarakat.
Melalui proses ini seseorang kemudian memiliki unsur budaya material. Karena seseorang
ini memiliki unsur budaya material sehingga dia bisa sekehendaknya untuk memahami dan
menyampaikan pesan-pesan dengan memakai bahasa tersebut, dengan bahasa berarti
seseorang sedang memperoleh pengetahuan dan disimpan dalam pikirannya. Akibat dari
sistem pengetahuan seseorang memiliki perilaku. Pada dasarnya perilaku dibimbing oleh
pengetahuan. Kurang lebih itu yang dimaksud dari sebuah belajar.
Proses sosialisasi yang dimaksud seseorang tidak akan bisa hidup tanpa individu lain
yang nantinya akan menjadi sebuah kelompok dan kelompok itu akan menjadi kompleks
dan menciptakan sebuah kebudayaan. Sehingga budaya dapat diperoleh melalui proses
sosialisasi di tengah kehidupan masyarakat.
Manusia membangun dunianya, dari awal kehidupan manusia memang sudah masuk ke
dalam simbol-simbol tertentu, sehingga kenyataan yang dihadapinya juga merupakan
kenyataan simbolik. Dengan demikian dunia kita adalah dunia simbolik dan itulah yang kita
sebut kebudayaan. Elemen-elemen yang dibuat adalah unsur kebudayaan.
Sebuah definisi kebudayaan diatas bisa mencakup semua yang ada dalam kehidupan
manusia. Sehingga susah untuk dipisahkan maka, bahwasanya unsur unsur kebudayaan ini
dapat dibayangkan saling terhubung dan memmengaruhi satu dengan yang lain.

 DIMENSI (WUJUD) DAN UNSUR KEBUDAYAAN

Realitas kebudayaan hadir dihadapan kita ada yang berupa atau berwujud, abstrak, dan
tidak terlihat atau teraba. ada juga yang terlihat dan teraba. Dengan demikian, kebudayaan
memiliki dimensi atau aspek. Realitas ini sangat kompleks sehingga kita harus menjelaskan
dimensi-dimensi dan aspek-aspeknya.

Dimensi Kebudayaan
Seperti yang dikatakan di majalah ilmiah yang di tulis oleh Heddy Shri Ahimsa-Putra
Sebagai perangkat tanda dan simbol dalam kehidupan sehari-hari kebudayaan memiliki
empat wujud atau aspek atau dimensi. Empat ini adalah
a. Wujud material atau fisik
b. Wujud perilaku
c. Wujud kebahasaan
d. Wujud gagasan, pengetahuan, atau ide
Empat wujud ini memiliki sifat yang berbeda-beda disinilah kita perlu membedakan
kebudayaan atas dasar wujud atau perwujudannya. Meskipun empat wujud itu belum tentu
ada dihadapan kita namun, empat perwujudan itu bisa sekaligus kita rasakan. Bisa juga kita
hanya merasakan beberapa dari perwujudan itu.
a. Dimensi Fisik
Wujud material ini sering kita dengar dengan akbat dari pola-pola perilaku manusia
yang berupa nyata. Wujud ini relatif bertahan lama sehingga ahli antropologi menganggap
ini bukan sebuah kebudayaan seperti patung, lukisan, serta karya seni-karya seni lainnya.
Namun bagaimana manusia itu membuat sebuah wujud materialnya misal: dari segi desain
dan ukiran sebuah candi bisa di katakana kebudayaan.
b. Dimensi Perilaku
Peristiwa berupa tindakan manusia dalam kehidupan sehari-hari. aktivitas manusia
ini merupakan wujud kebudayaan yang nyata dapat dilihat tapi tidak tetap dan hanya
dilakukan sekali seumur hidup. Karena setelah manusia melakukan tindakan, tindakan
tersebut tertutup oleh waktu sehingga apa yang dilakukan sekarang berbeda dengan yang
dimasa datang walaupun kita berusaha menyama-nyamakan tindakan tersebut. Perilaku
manusia memang di bimbing oleh pengetahuan namun pada kenyataanya perilaku manusia
ini berbeda dengan perilaku, karena perilaku dapat dilihat sedangkan pengetahuan tidak.
untuk mempelajari perilaku manusia kita perlu adanya sebuah alat perekam sebagai
pengamatan dan pembelajaran dimasa kini.

c. Dimensi Kebahasaan
Tanpa wujud kebahasaan kebudayaan tidak akan ada dalam perbincangan atau
tidak akan dikomunikasikan sehingga akan mudah untuk hilang dari kehidupan manusia
atau bahkan dianggap tidak pernah ada. Wujud kebahasaan ini berbeda dengan bahasa
kalau bahasa adalah simbol bagaimana manusia ini menstransmisikan kata-katanya tapi
kebahasaan adalah wujud suatu gejala budaya rupa bunyi-bunyian yang dihasilkan oleh
rongga mulut manusia diperlakukan sebagai lambang atau simbol.
d. Dimensi Pengetahuan
Dimensi pengetahuan ini tidak bisa diraba dan dilihat, lalu bagaimana kita tahu
bahwa dimensi pengetahuan termasuk sebagai ke-empat perwujudan kebudayaan? Kita
bisa melihat dari hasil dari sebuah pengetahuan seperti bahasa, bahasa bisa dikatakan
sebagai perwujudan dari sebuah pengetahuan yang dimiliki manusia. Bahasa disini yang
dimaksud adalah tatabahasa dimana manusia merangkai bahasa dengan benar itu
diperlukan sebuah perwujudan dari pengetahuan. Tidak hanya tatabahasa namun
tatakelakuan juga adalah perwujudan dari pengetahuan yang membimbing kita untuk
berperilaku seperti : tatarias, tatabusana dan lain sebagainya. Perwujudan dimensi
pengetahuan ini juga sebagai pengendalian sehari-hari atas dasar norma-norma dan nilai-
nilai serta berbagai aturan. Keempat dimensi atau aspek tersebut bisa dikatakan memiliki
relasi-relasi dan saling berkesinambungan sehingga hal ini susah untuk di pisahkan.

Unsur Kebudayaan
Jika Koentjaraningrat membuat unsu-unsur dalam kebudayaan ada tujuh unsur maka Heddy
Shri Ahimsa-Putra dalam majalah ilmiah “Mendefinisikan Kembali Kebudayaann” ini
membuat sepuluh unsur yang berdasarkan peranannya dapat di susun sebagai berikut
1. Unsur Perangkat Komunikasi : mengatasi masalah hubungan antar individu
2. Unsur Perangkat Klasifikasi : mengatasi masalah ketertataan
3. Unsur Perangkat Organisasi : mengatasi masalah Kerjasama dan reproduksi
sosial
4. Unsur Perangkat Ekonomi : mengatasi masalah kelangkaan pangan
5. Unsur Perangkat Kesehatan : mengatasi masalah reproduksi biologis
6. Unsur Perangkat Kepercayaan : mengatasi maslah ketidak-berdayaan
7. Unsur Perangkat Pelestarian : mengatasi masalah kehilangan/kepunahan
8. Unsur Perangkat Transportasi : mengatasi masalah pemindahan tempat
9. Unsur Perangkat Permainan : mengatasi masalah kebosanan
10. Unsur Perangkat Kesenian : mengatasi masalah perasaan
Disetiap unsur-unsur ini juga pastinya terdapat ke-empat dimensi dengan
sendirinya.

Kritik
Dalam majalah ilmiah yang di sajikan sudah cukup jelas sehingga apa yang kita baca
akan paham dengan apa yang di maksud di dalam majalah. Majalah ini cukup mengasikan
karena majalah ini mengupas dan mencoba mengoreksi apa yang kurang dari definisi
kebudayaan dalam buku Pengantar Antrpologi (Koentjaraningrat : 1990). Majalah ini juga
jelas ketika mengkritik sebuah buku degang menggunakan koreksinya dimana dan
sebaiknya bagaimana sehingga kita pembaca tau apa yang prof. Heddy koreksi. Ilustrasi
yang di sajikan dalam majalah ilmiah ini juga jelas dan penjelasan ilustrasi juga rinci seperti :
garis putus-putus dan garis nyambung.
Kelemahan
Dalam majalah ini prof. heddy ada beberapa penjelasan yang kemana mana
sehingga pembaca lupa apa maksud yang sedang dibacanya. Terkadang ada kalimat-
kalimat yang membingungkan bagi saya.

Anda mungkin juga menyukai