Makalah ini disusun untuk memenuhi salah satu tugas mata kuliah Telaah Pengembangan
Kurikulum
Oleh:
Eva Asmannisa
NIM: 21200120000006
Dosen Pembimbing:
2021 M / 1443 H
1
Model-Model Perencanaan Kurikulum
Eva Asmannisa
NIM. 21200120000006
email: evaasmanisa01@gmail.com
Magister Pendidikan Bahasa Arab UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
Abstrak
Kurikulum merupakan sebuah program yang terencana dan menyeluruh, yang
menggambarkan kualitas pendidikan sebuah bangsa. Kurikulum terintegrasi dengan filsafat,
nilai-nilai, pengetahuan, dan perbuatan pendidikan. Kurikulum disusun serta dirancang oleh
para ahli dalam bidang pendidikan, ahli atau pengembang kurikulum, pendidik, ahli
bidang ilmu, pejabat pendidikan, pengusaha serta unsur-unsur masyarakat lainnya. Penyusunan
kurikulum bertujuan untuk memberikan pedoman kepada para pelaksana pendidikan dalam
proses pembimbingan terhadap perkembangan siswa, untuk mencapai tujuan yang dicita-
citakan oleh siswa, keluarga maupun masyarakat. Ada beberapa model dalam perencanaan
kurikulum, di antaranya adalah kurikulum humanistik, kurikulum teknologi, dan kurikulum
sistemik.
Kurikulum humanistik menjadikan siswa sebagai focus utama (student centered) dalam
pelaksanaan pembelajaran, sehingga basis dari kurikulum ini adalah siswa dengan segala
perilakunya. Sedangkan kurikulum teknologi adalah model kurikulum yang menjadikan
teknologi sebagai alat atau media utama dalam pelaksanaan pembelajaran. Terakhir, kurikulum
sistemik adalah kurikulum yang disusun secara terstruktur dan sistematis untuk mencapai
tujuan-tujuan pembelajaran yang spesifik.
Hasil penelitian mengungkapkan bahwa kurikulum humanistik, teknologi, dan sistemik
merupakan tiga jenis model dalam perancangan kurikulum yang memiliki orientasi dan focus
yang berbeda dalam basis yang dijadikan dasar pemikirannya, yaitu manusia atau siswa,
teknologi sebagai alat dan media, dan system yang terstuktur. Ketiga model ini memiliki tujuan
yang spesifik dalam mewujudkan keberhasilan dalam pembelajaran.
2
DAFTAR ISI
Abstrak ................................................................................................................................................ 2
DAFTAR ISI ....................................................................................................................................... 3
I. Pendahuluan ................................................................................................................................ 4
II. Pembahasan ............................................................................................................................. 5
A. Desain Kurikulum ................................................................................................................. 5
B. Kurikulum Humanistik.......................................................................................................... 6
C. Kurikulum Teknologi atau Kompetensi ................................................................................ 9
D. Kurikulum Sistemik ............................................................................................................ 13
1. Kajian Kurikulum Sistemik ................................................................................................. 13
2. Dasar psikologis Kurikulum sistemik.................................................................................. 16
III. Penutup .................................................................................................................................. 17
A. Kesimpulan ......................................................................................................................... 17
B. Saran ................................................................................................................................... 18
DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................................................ 19
3
I. Pendahuluan
Kurikulum merupakan sebuah program yang terencana, menyeluruh, dan
komprehensif yang menggambarkan kualitas pendidikan pada sebuah bangsa. Kurikulum
terintegrasi dengan filsafat, nilai-nilai, pengetahuan, dan perbuatan pendidikan.
Penyusunan dan perancangan kurikulum dilakukan oleh para ahli pendidikan, ahli
kurikulum, pendidik, ahli bidang ilmu, pejabat pendidikan, pengusaha serta unsur-unsur
masyarakat lainnya. Penyusunan kurikulum bertujuan untuk memberikan pedoman kepada
para pelaksana pendidikan, dalam proses pembimbingan terhadap perkembangan siswa,
demi tercapainya tujuan yang dicita-citakan oleh siswa, keluarga maupun masyarakat.
Pengembangan kurikulum adalah proses penyusunan kurikulum yang dilakukan
oleh tim pengembang kurikulum atau curriculum developer, serta kegiatan yang dilakukan
untuk menghasilkan kurikulum sebagai bahan ajar yang sesuai serta acuan yang tepat yang
digunakan untuk mencapai tujuan pendidikan nasional.
Pada intinya, pengembangan kurikulum adalah proses untuk mengarahkan
kurikulum yang ada saat ini pada tujuan pendidikan yang diharapkan. Oliva
mengungkapkan bahwa terdapat sepuluh aksioma yang mendasari prinsip dalam
pengembangan suatu kurikulum, diantaranya adalah bahwa pengembangan kurikulum
merupakan sebuah proses yang terus menerus, sistematis, komprehensif, dan tidak akan
pernah selesai.
Pengembangan kurikulum merupakan konsekuensi yang tidak dapat dihindari dari
adanya perubahan lingkungan, masyarakat, dan pengambil keputusan. Pengembangan
kurikulum mencerminkan produk dari masa tertentu. Standarnya pengembangan yang
dilakukan berangkat dari kurikulum yang telah ada di dan eksis di tengah masyarakat. Oleh
karena itu seyogyanya pengembangan kurikulum bersifat antisipatif, adaptif, dan aplikatif,
karena sebagaimana kita tahu bahwa kemajuan ilmu pengetahuan serta informasi di era
globalisasi tak mungkin dibendung. Hal ini berimbas pada perubahan masyarakat yang
sebelumnya agraris menjadi industri.
Pada masa pembangunan seperti sekarang ini, hendaknya pengembangan kurikulum
memperhatikan hubungan serta kesesuaian antara output dengan kualifikasi yang
diperlukan di lapangan kerja. Hal ini tentu tidak akan mudah. Kita harus mengetahui
kesenjangan antara kenyataan dengan harapan, antara realita dan ekspektasi, sehingga
untuk mewujudkan hasil yang sesuai harapan perlu adanya berbagai faktor pendukung
serta program yang aplikatif.
4
Sejatinya, kurikulum tidak hanya memuat serangkaian petunjuk teknis dari materi
pembelajaran. Namun, lebih dari itu kurikulum merupakan sebuah program yang
terencana dan komprehensif, yang menggambarkan kualitas pendidikan pada sebuah
bangsa. Oleh karena itu, jelaslah bahwa kurikulum memiliki peran strategis dalam
kemajuan suatu bangsa, termasuk bangsa Indonesia.
Selanjutnya akan dibahas lebih lanjut mengenai beberapa model dalam perencanaan
kurikulum seperti model kurikulum humanis, teknologi, dan sistemik. Dengan mengetahui
model-model perencanaan kurikulum serta aplikasinya, diharapkan akan memberi
pengetahuan, wawasan dan input positif dalam mengembangkan kurikulum yang sesuai
dengan konteks masyarakat di Indonesia saat ini, sebagai upaya dalam mencapai tujuan
pendidikan nasional.
II. Pembahasan
A. Desain Kurikulum
Kurikulum menurut Brown dan Green adalah perencanaan mengenai tata cara
yang tepat dan sesuai untuk mencapai tujuan yang diharapkan.1 Sedangkan Richey
memandang desain kurikulum dengan lebih luas, ia mengatakan bahwa desain
kurikulum adalah serangkaian proses yang reflektif dan sistematis dalam
menerjemahkan prinsip pembelajaran pada rancangan pembelajaran yang terdiri dari
materi, sumber belajar, kegiatan belajar, dan sistem evaluasi.2 Berdasarkan dua definisi
di atas, dapat kita simpulkan bahwa desain kurikulum merupakan proses perencanaan
dan pengembangan kurikulum yang memuat sebuah konsep berdasarkan teori dan
prinsip operasional desain, sebagai pedoman pelaksanaan pendidikan dalam mencapai
tujuan yang diinginkan.
Menurut Murray Print yang dikutip dari Ansyar, desain kurikulum diartikan
sebagai penjelasan mengenai komponen kurikulum dan bagaimana komponen tersebut
saling terkait satu sama lain. Dalam hal ini, desain menjadi hal yang sangat penting
dalam upaya pengembangan teori, sebab teori tersebut secara efektif dan efisien
merangkum sekumpulan data dan fenomena yang kompleks untuk disajikan secara
sederhana agar mudah dipahami.3
1
Abbie H. Brown & Timothy D. Green, The Essentials of Instructional Design: Connecting
Fundamental Principles with Process and Practice, New York: Routledge, 2016, hal. 4
2
Rita C. Richey dkk., The Instructional Design Knowledge Base: Theory, Research, and Practice,
New York: Routledge, 2010, hal. 2
3
Mohamad Ansyar, Kurikulum: Hakikat, Fondasi, Desain & Pengembangan, Jakarta: Kencana, 2015,
hal. 287
5
B. Kurikulum Humanistik
Kurikulum humanistik berdasar pada aliran pendidikan humanisme atau
pribadi. Aliran ini berangkat dari asumsi bahwa peserta didik adalah yang utama dan
pertama dalam pendidikan. Peserta didik adalah subjek utama yang menjadi pusat
dalam kegiatan pendidikan, yang memiliki potensi, kekuatan, dan kemampuan untuk
berkembang. Pendekatan ini diprioritaskan pada pengalaman belajar yang diarahkan
pada minat, kebutuhan, dan kemampuan siswa. Pendekatan ini berfokus pada siswa dan
mengutamakan perkembangan unsur afektif siswa (emosi, sikap, perasaan, nilai, dan
lain-lain). Pendidikan ini diarahkan pada pembinaan manusia secara utuh, bukan hanya
dari segi fisik dan intelektual keilmuan, namun juga dari segi sosial dan afektif yang
mencakup emosi, sikap, perasaan, nilai, dan lain-lain. Hal ini membuktikan bahwa
pendekatan ini berupaya untuk mengembangkan satu prinsip, bahwa peserta didik
merupakan satu kesatuan yang menyeluruh dan tidak dapat dipisahkan. Penekanan
dalam kurikulum humanistik adalah proses pendidikan yang focus dan berorientasi
pada sikap dan situasi belajar mengajar yang saling melengkapi.4
Orang atau kelompok yang memilih model kurikulum ini menganggap bahwa
siswa merupakan subjek utama yang mempunyai kemampuan, potensi dan kekuatan
yang dapat dikembangkan. Hal ini selaras dengan teori yang digagas oleh Gestalt yang
mengatakan bahwa seorang anak atau individu merupakan satu kesatuan yang
menyeluruh.5
4
Ruhban Masykur, Teori dan Telaah Pengembangan Kurikulum, Bandar Lampung: Aura Publisher,
2019, hal. 55-56
5
Nana Syaudih Sukmadinata, Kurikulum dan Pembelajaran Kompetensi, Bandung: Remaja Rosdakarya,
2004, hal. 86
6
dan nyaman sehingga hal tersebut dapat memperlancar proses pembelajaran. Guru tidak
dituntut untuk memaksakan sesuatu jika murid tidak menyukainya. Dengan rasa aman
ini, siswa akan lebih mudah dalam menjalani setiap proses pengembangan dirinya.
6
Ruhban Masykur, Teori dan Telaah Pengembangan Kurikulum, hal. 57
7
Muhaimin, Pengembangan Kurikulum Pendidikan Agama Islam: di Sekolah, Madrasah, dan
Perguruan Tinggi, Depok: RajaGrafindo Persada, 2005, hal. 156
7
Sukmadinata memaparkan karakteristik yang dimiliki kurikulum humanistik
sebagai berikut:8
1. kurikulum ini menekankan adanya partisipasi aktif dari peserta didik selama proses
pembelajaran;
2. integrasi partisipatif dalam pembelajaran menstimulus serta mendorong terjadinya
26 interaksi antar peserta didik;
3. isi kurikulum sesuai dengan kebutuhan, kepentingan, dan minat peserta didik
karena diadaptasi dari tumbuh kembang peserta didik;
4. kurikulum ini memberikan tempat serta perhatian khusus pada kepribadian peserta
didik; dan
5. kurikulum ini bertujuan mengembangkan peserta didik yang memiliki pribadi utuh
dan serasi, baik di dalam dirinya maupun lingkungannya secara menyeluruh.
Para ahli pendidikan humanistik John Dewey (Progressive Education) dan J.J.
Rousseau (Romantic Education) telah mencoba mengembangkan kurikulum
humanistik yang didasarkan pada konsep-konsep dalam pendidikan pribadi atau
personalized education. Konsep ini lebih memberikan ruang pada potensi yang dimiliki
oleh peserta didik. Para pendidik memiliki pandangan bahwa peserta didik merupakan
lahan yang utama dalam proses Pendidikan dan pengembangan yang diharapkan dapat
mengembangkan inovasi dan kreasi dalam proses pembelajaran. Konsentrasi para
pendidik humanistik adalah mengarahkan pembinaan manusia tidak hanya pada segi
fisik dan intelektual namun juga pada segi sosial dan afektif baik emosi, perasaan, nilai,
minat dan lain-lain.
8
Nana Syaudih Sukmadinata, Kurikulum dan Pembelajaran Kompetensi, hal. 74
8
Sebagai sebuah reaksi terhadap pendidikan yang menekankan pada peran utama
guru sebagai pendidik intelektual, akhirnya melahirkan sebuah pengembangan
pendidikan yang lebih bersifat permisif, santai dan akrab. Sebagaimana ungkapan Mc
Neil “The new humanists are self actualizers who see curriculum as a liberating
process that can meet the need for growth and personal integrity”.9 Tugas dan fungsi
guru adalah mendorong para peserta didik untuk menemukan dan memecahkan
permasalahanya sendiri.
Teknologi juga merupakan proses yang kompleks dan terintegrasi yang terdiri
atas ide, prosedur dan organisasi untuk menganalisa masalah yang mneyangkut seluruh
komponen pembelajaran, serta merancang hingga mengelola pemecahan masalah
tersebut. Wujud dari pemecahan masalah dalam teknologi pendidikan itu ialah berupa
sumber belajar yang dibentuk untuk keperluan pembelajaran dalam bentuk pesan,
orang, bahan, peralatan bahkan teknik dan latar.11
9
Peter F Oliva, Developing The Curriculum 3nd ed, New York: Harpers Collin Publisher, 1992, hal 24
10
Hadimiarsa Yusuf, Teknologi Komunikasi Pendidikan, Jakarta: Rajawali, 1986, hal. 4
11
Nasution, Teknologi Pendidikan, Jakarta: Bumi Aksara, 2008, hal. 4
9
berupa modul atau pun sumber pendidikan tertulis, rencana dan strategi pendidikan
yang dapat dijadikan media untuk membantu terlaksananya program pendidikan. 12
12
Ibrahim & Kayadi, Pengembangan Inovasi dalam Kurikulum, Jakarta: UT Depdikbud, 1994, hal. 29
13
Ruhban Masykur, Teori dan Telaah Pengembangan Kurikulum, hal. 60-61
14
Nana Syaudih Sukmadinata, Kurikulum dan Pembelajaran Kompetensi, hal. 97
10
kurikulum adalah kurang mampu melayani siswa dengan berbagai macam bakat
yang berbeda. Dengan menggunakan teknologi yang ada, model ini cenderung
seragam. Keberhasilan siswa tergantung pada teknologi yang tersedia serta cara mereka
dalam menyikapi hal tersebut (Nilai afektif).15
15
Nana Syaudih Sukmadinata, Kurikulum dan Pembelajaran Kompetensi, hal. 124
16
Oemar Hamalik, Dasar-dasar Pengembangan Kurikulum, Bandung: Remaja Roasda Karya, 2008, hal.
146
17
Ruhban Masykur, Teori dan Telaah Pengembangan Kurikulum, hal. 61-62
11
peserta didik sehingga peserta didik harus menguasai secara tuntas tujuan-tujuan dari
pembelajaran tuntas.18
1. Penegasan tujuan. Peserta didik diharuskan menguasai apa yang menjadi tujuan
pembelajaran. Tercapainya hasil pembelajaran ditentukan dengan tercapainya
tujuan.
2. Pelaksanaan pembelajaran. Setiap peserta didik belajar secara mandiri melalui
media pembelajaran seperti, buku-buku ataupun media elektronik. Proses
pembelajaran dilakukan dengan mendasarkan kegiatan mereka pada poin tujuan
pembelajaran dengan harapan mereka dapat merespons secara cepat terhadap
persoalan-persoalan yang diberikan;
3. Pengetahuan tentang hasil. Gambaran hasil evaluasi peserta didik dapat segera
diketahui oleh peserta didik sendiri, sebab dalam model kurikulum ini langkah
stimulus selalu diberikan. Para peserta didik dapat segera mengetahui kompetensi
apa yang telah mereka kuasai dan apa yang masih harus dipelajari.
4. Kesatuan bahan ajaran, Media pembelajaran atau konten kurikulum banyak
diambil dari disiplin ilmu, tetapi telah melalui proses khusus sehingga mendukung
terkuasainya suatu bidang kompetensi. Bahan Pembelajaran diproses secara
deduktif sehingga menggambarkan proses pembelajaran secara lebih mendasar dan
objektif.
5. Evaluasi, kegiatan evaluasi dilakukan pada setiap saat. (evaluasi formatif) adalah
evaluasi yang dilakukan setelah melalui pelaksanaan pada suatu pelajaran,
sedangkan (evaluasi sumatif) dilakukan pada akhir program/semester. Evaluasi
Juga berfungsi sebagai umpan balik bagi guru dan pengembang kurikulum untuk
penyempurnaan kurikulum. Evaluasi yang mereka gunakan umumnya berbentuk
penilaian kompetensi, menekankan sifat ilmiah.
18
Sulthon, Dinamika Pengembangan Kurikulum ditinjau dari Dimensi Politisasi Pendidikan dan
Ekonomi, hal. 61
19
Nana Syaudih Sukmadinata, Kurikulum dan Pembelajaran Kompetensi, hal. 36
12
dan menyeluruh; dan 2) teknologi berupa alat, yaitu pembelajaran yang dibantu serta
didukung dengan pemanfaatan alat, media, dan kawasan teknologi pedidikan.
D. Kurikulum Sistemik
1. Kajian Kurikulum Sistemik20
Kurikulum sistemik adalah sebuah kurikulum yang memiliki kesatuan dan
keterpaduan antara bagian-bagiannya yang kemudian membentuk suatu sistem. Ciri-
ciri kurikulum sistemik, landasan teori yang mendukungnya serta implikasinya
dijelaskan secara gamblang oleh John McNeil.
Salah satu ciri kurikulum sistemik adalah sifatnya yang diumpamakan seperti
“kendaraan” dalam menyampaikan isi/materi secara efektif dan efisien. Terdapat
beberapa standar yang menjadi orientasi yang dominan di antaranya standar
kompetensi, standar proses pembelajaran, dan standar penilaian. Adapun tujuan
pembelajaran dirancang bersamaan dengan berbagai standar yang harus dipenuhi.
Evaluasi progress atau pencapaian disesuaikan dengan tujuan instruksional, hasil
tes, dan indikator-indikator yang lainnya.
McNeil memandang kurikulum ini sebagai sarana yang efektif dan efisien
dalam menyampaikan dan menuntaskan materi pembelajaran. Konsep kurikulum ini
diterapkan di berbagai program seperti pelatihan militer, industri dan reliji.
Keseragaman dan kontrol merupakan ciri utama dari kurikulum ini. Keseragaman
tersebut meliputi tujuan pembelajaran, materi, proses, dan alat evaluasi. PSI
(Personalized Systemic Instruction) merupakan salah satu media teknologi yang
banyak digunakan dalam meningkatkan kualitas pembelajaran. PSI menggunakan
beberapa prinsip yaitu behaviorial science yang menuntut para siswa untuk
merespon secara aktif; hasil pencapaian yang relative cepat; dan tujuannya yang
jelas. Evaluasi yang biasanya berupa tes dibuat sebelum merancang kurikulum ini.
20
John D. McNeil, Contemporary Curriculum in Thought and Action, Los Angeles: University of
California, 2006, hal. 44-57
13
kurikulum sistemik, guru menentukan topik utama serta kegiatan apa yang harus
dikerjakan siswa untuk memenuhi standar yang telah ditentukan.
21
Allan C. Ornstein, Allan C & Francis P. Hunkins, Curriculum: Foundation, Principles and
Issues, Boston: Allyn and Bacon, 1998, hal. 5
14
dalam pengembangan program pendidikan, desain pembelajaran, kurikulum, dan
desain program pelatihan.22
Jika McNeil hanya membahas kurikulum sistemik ini secara konsep, maka J.
Romszowski menjelaskannya dengan lebih rinci dengan menjadikan kurikulum
sistemik ini sebagai sebuah model pengembangan dengan prosedur yang lebih
terstuktur dan sistematis. Ia menyebutkan prosedur dalam pengembangan kurikulum
model ini dapat dilakukan dengan 14 langkah, yaitu deskripsi tugas, analisis tugas,
penentuan kemampuan, spesifikasi kemampuan, kebutuhan pendidikan dan latihan,
organisasi dan isi, pemilihan strategi pembelajaran, uji coba program, evaluasi,
implementasi program, monitoring, dan perbaikan serta penyesuaian.
Penerapan model ini akan menjadi ciri khas dalam satuan pendidikan melalui
penyusunan desain Kurikulum Tingkat satuan Pendidikan (KTSP) sebagai
kurikulum operasional yang disusun dan dilaksanakan oleh masing-masing satuan
pendidikan. Walaupun era K-13 sudah berjalan, tetapi sebenarnya prinsip KTSP
masih tetap berlaku di Indonesia saat ini, di mana setiap satuan pendidikan tetap
diberikan kewenangan dalam mengimplementasikan kurikulumnya.
22
A. J. Romiszowski, Designing Instructional Systems: Decision Making in Cours Planning and
Curriculum Design, New York: Kogan Page, 1981
15
yang perlu dikuasai, model pembelajaran tuntas lebih banyak, evaluasi pembelajaran
diarahkan pada keterampilan hidup, dan siswa dipandang sebagai calon orang
dewasa.
Pusat dari kurikulum kejuruan adalah subjeknya, yaitu mata pelajaran yang
terpisah-pisah, yang berdasarkan pemikiran logis materi yang diberikan adalah mata
pelajaran yang dianggap penting yang dapat mengembangkan kemampuan
matematika, fisika, kimia, dan bahasa yang diajarkan, serta materi yang berkaitan
dengan emosi seperti seni rupa, olah raga, dan agama yang diberikan untuk
mendukung siswa dalam mencapai penguasaan terhadap kompetensi kejuruan.
Implikasinya guru hendaknya adalah sosok yang menguasai suatu cabang ilmu dan
ahli (a master teacher) yang memiliki tugas untuk membimbing untuk memudahkan
siswa dalam menyimpulkan setiap materi.
23
John D. McNeil, Contemporary Curriculum in Thought and Action, Los Angeles: University of
California, 2006, hal. 50-60
16
‘menghafal di kelas’ yang disampaikan oleh guru, membedakan jenis-jenis dari
hasil pembelajaran yang terdiri dari sederhana, kompleks, rendah, dan tinggi,
menganalisis tugas yang dikategorikan kompleks menjadi bagian-bagian yang
lebih sederhana dan dapat dikelola, pembelajaran secara langsung dengan arahan
yang jelas, pemberian contoh dan kesempatan untuk mempraktekkan serta
menerapkan materi yang sudah dipelajari.
III. Penutup
A. Kesimpulan
Kurikulum merupakan sebuah program yang terencana dan menyeluruh, yang
menggambarkan kualitas pendidikan sebuah bangsa. Kurikulum terintegrasi dengan
filsafat, nilai-nilai, pengetahuan, dan perbuatan pendidikan. Ada beberapa model dalam
perencanaan kurikulum, di antaranya adalah kurikulum humanistik, kurikulum
teknologi, dan kurikulum sistemik.
Kurikulum humanistik menjadikan siswa sebagai focus utama (student
centered) dalam pelaksanaan pembelajaran, sehingga basis dari kurikulum ini adalah
siswa dengan segala perilakunya. Sedangkan kurikulum teknologi adalah model
kurikulum yang menjadikan teknologi sebagai alat atau media utama dalam
pelaksanaan pembelajaran. Terakhir, kurikulum sistemik adalah kurikulum yang
disusun secara terstruktur dan sistematis untuk mencapai tujuan-tujuan pembelajaran
yang spesifik.
17
Hasil penelitian mengungkapkan bahwa kurikulum humanistik, teknologi, dan
sistemik merupakan tiga jenis model dalam perancangan kurikulum yang memiliki
orientasi dan focus yang berbeda dalam basis yang dijadikan dasar pemikirannya, yaitu
manusia atau siswa, teknologi sebagai alat dan media, dan system yang terstuktur.
Ketiga model ini memiliki tujuan yang spesifik dalam mewujudkan keberhasilan dalam
pembelajaran.
B. Saran
Makalah ini masih sangat jauh dari kesempurnaan, baik dari segi kelengkapan
referensi maupun uraiannya. Oleh karena itu, penulis sangat membuka diri untuk
masukan dan saran-saran yang membangun dari pembaca mengenai model-model
dalam perencanaan kurikulum ini, demi terciptanya sebuah tulisan yang berkualitas dan
bermanfaat bagi banyak orang.
18
DAFTAR PUSTAKA
dkk., R. C. (2010). The Instructional Design Knowledge Base: Theory, Research, and
Practice. New York: Routledge.
Masykur, R. (2019). Teori dan Telaah Pengembangan Kurikulum. Bandar Lampung: Aura
Publisher.
Oliva, P. F. (1992). Developing The Curriculum 3nd ed. New York: Harpers Collin
Publisher.
19
Yusuf, H. (1986). Teknologi Komunikasi Pendidikan. Jakarta: Rajawali.
20