Anda di halaman 1dari 20

MENGKORELASIKAN LANDASAN-LANDASAN PENGEMBANGAN

KURIKULUM ( SOSIOLOGIS, PSIKOLOGIS, TEKNOLOGI DAN


PEDAGOGIK)

Oleh :
Moh. Zainal Abidin
Dosen Pengampu : Dr. Umi Hanifah, M.Pd.I

PROGRAM PASCA SARJANA


PENDIDIKAN BAHASA ARAB
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SUNAN AMPEL SURABAYA
KATA PENGANTAR
Puji-puji dan syukur kami panjatkan pada Allah SWT. Hanya kepada-Nya
lah kita memuji dan hanya kepada-Nya lah kami memohon pertolongan. Tidak lupa
shalawat serta salam kami haturkan pada junjungan nabi agung kita, Nabi
Muhammad SAW. Risalah beliau lah yang bermanfaat bagi kita semua sebagai
petunjuk menjalani kehidupan.
Judul Makalah : MENGKOLERASIKAN LANDASAN-LANDASAN
PENGEMBANGAN KURIKULUM ( SOSIOLOGIS, PSIKOLOGIS,
TEKNOLOGI DAN PEDAGOGIK)

Pada makalah ini akan diuraikan tentang kajian Studi Islam di Timur, Studi
Islam di Barat, Studi Islam di Indonesia, Perbandingan Studi Islam di Berbagai
Perguruan Tinggi di Dunia . dan analisis wacana kritis Studi Islam dan Menyelami
informasi dan fakta fakta tentang Kajian Islam di berbagai Peguruan Tinggi di dunia

Makalah yang bertemakan tentang Kajian islam , disusun guna memenuhi tugas
Mata Kuliah Pengembangan Kurikulum dibimbing oleh Dr. Umi Hanifah,
M.Pd.I,. Saya menantikan kritik dan saran yang membangun dari setiap pembaca
agar perbaikan dapat dilakukan. Semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi para
pembaca.
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Kurikulum sebagai rancangan pendidikan mempunyai kedudukan yang sangat


strategis dalam seluruh aspek kegiatan pendidikan. Mengingat pentingnya peranan
kurikulum dalam pendidikan, maka dalam penyusunannya harus mengacu pada
landasan yang kokoh dan kuat. Landasan pengembangan kurikulum tidak hanya
diperlukan bagi para penyusun kurikulum (makro) atau kurikulum tertulis yang
sering disebut juga sebagai kurikulum ideal, akan tetapi juga harus dipahami dan
dijadikan dasar pertimbangan oleh para pelaksana kurikulum (mikro) yaitu para
pengawas pendidikan dan para guru serta pihak-pihak lainnya yang terkait dengan
tugas-tugas pengelolaan pendidikan, sebagai bahan untuk dijadikan instrumen
dalam melakukan pembinaan terhadap implementasi kurikulum di setiap jenis dan
jenjang pendidikan. Dengan posisinya yang penting tersebut, maka penyusunan dan
pengembangan kurikulum tidak bisa dilakukan secara sembarangan, akan tetapi
harus didasarkan pada berbagai pertimbangan atau landasan, agar dapat dijadikan
dasar pijakan dalam menyelenggarakan proses pendidikan, sehingga dapat
memfasilitasi tercapainya tujuan pendidikan dan pembelajaran secara lebih efisien
dan efektif.1

Pengembangan kurikulum merupakan langkah dalam melaraskan


berkembangnya ilmu pengetahuan, teknologi, pedagogik, psikologi, sosial politik,
ekonomi, dan sebagainya. Sehingga dapat memberikan gambaran mengenai arah
dan tujuan dari produk kurikulum yang ada dan akan diterapkan oleh pelaksana
kurikulum.

1
Rosmiaty Azis, ‘Implementasi Pengembangan Kurikulum’, Inspiratif Pendidikan, 7.1 (2018), 44
<https://doi.org/10.24252/ip.v7i1.4932>.
Rumusan Masalah

1. Bagaimana Kolerasi Landasan Pengembangan Kurikulum dari segi


Sosiologis ?
2. Bagaimana Kolerasi Landasan Pengembangan Kurikulum dari segi
Teknologi ?
3. Bagaimana Kolerasi Landasan Pengembangan Kurikulum dari segi
pedagogic ?
4. Bagaimana Kolerasi Landasan Pengembangan Kurikulum dari segi
Psikologis ?
B. Tujuan Penelitian
1. Untuk mengetahui Kolerasi Landasan Pengembangan Kurikulum dari segi
Sosiologis.
2. Untuk mengetahui Kolerasi Landasan Pengembangan Kurikulum dari segi
Teknologi.
3. Untuk mengetahui Kolerasi Landasan Pengembangan Kurikulum dari segi
pedagogic
4. Untuk mengetahui Kolerasi Landasan Pengembangan Kurikulum dari segi
Psikologis
BAB II

PEMBAHASAN

METODOLOGI PEMELITIAN

Penelitian ini adalah penelitian kualitatif yang bersifat studi pustaka (library
research) yang menggunkan buku, jurnal dan literatur-literatur lainnya sebagai
objek yang utama. Jenis penelitian yang digunakan adalah kualitatif, yaitu
penelitian yang menghasilkan informasi berupa catatan dan data deskriptif yang
terdapat di dalam teks yang diteliti.

A. Pengembangan Kurikulum

Pengembangan kurikulum merupakan langkah dalam melaraskan


berkembangnya ilmu pengetahuan, teknologi, seni, psikologi, sosial politik,
ekonomi, dan sebagainya. Sehingga dapat memberikan gambaran mengenai arah
dan tujuan dari produk kurikulum yang ada dan akan diterapkan oleh pelaksana
kurikulum.2

Curriculum Construction atau pengembangan kurikulum yang baru sebagaimana


Dr. Syarifuddin Sabda mengutip dari Nasution, dapat digolongkan menjadu enam
jenis:3

a. Substitusi yaitu pergantian atau pertukaran, dengan contoh mengganti


komponen kurikulum yang lama dengan yang baru.
b. Alterasi yaitu mengadakan perubahan dalam struktur yang ada, contohnya
struktur organisasi kurikulum yang lama dengan yang baru yang sesuai
dengan kebutuhan yang ada.
c. Penambahan yaitu menambahakn sarana dan alat bantu, tanpa mengganggu
dan mengganti pola yang lama.

Nurjannah, “Analisa Kebutuhan Sebagai Konsep Dasar Dalam Pengembangan Kurikulum


2

Bahasa Arab di MAN Curup”, Arabiyatuna: Jurnal Bahasa Arab, Vol. 2, No. 1, (2018), Hal. 56
3
Sabda, Pengembangan Kurikulum (Tinjauan Teoritis), 179-180
d. Re-strukturisasi, dengan mengadakan reorganisasi kurikulum dan jadwal
pelajaran yang dapat memerlukan perubahan yang mendalam tentang
hubungan pribadi, contohnya dengan menjalankan team-teaching atau
pendekatan terpadu.
e. Penghapusan cara-cara lama contohnya dengan menghapus metode yang
hanya menggunakan satu buku pelajaran sebagai satu-satunya rujukan dan
mengutamakan proses belajar dengan memanfaatkan banyak suumber
perpustakaan, lingkungan, dan semacamnya.
f. Penguatan yang lain yaitu memantapkan cara-cara yang lama tetapi
dilengkapi dengan berbagai pengetahuan yang mutakhir sesuai dengan
perkembangan ilmu pengetahuan melewati penataran dan penyegara

Menurut Shofiya yang mengutip dari Sukmadinata bahwasannya


prinsip pengembangan kurikulum terbagi menjadi dua jenis, yaitu prinsip
umum dan spesifik atau khusus. Prinsip pengembangan kurikulum khusus,
digolongkan menjadi lima prinsip, yaitu:

a. Prinsip Relevansi
Kurikulum memiliki relevansi antara komponen kurikulum baik itu secara
internal maupun eksternal. Misalnya bila secara internal, kurikulum
memliki relevansi antara komponen kurikulum seperti tujuan, bahan,
strategi, organisasi, dan evaluasi. Sedangkan bila secara eksternal
komponen tersebut memiliki relevansi dengan tuntutan sains dan teknologi,
tuntutan dan potensi siswa, serta tuntutan dan kebutuhan pengembangan
masyarakat. Dalam membuat kurikulum harus menaruh perhatian yang
sangat dalam karena akan sangat berpengaruh terhadap mutu pendidikan
dengan adanya relevansi antara lingkungan masyarakat dan siswa
sekitarnya. Dan juga yang harus diperhatikan adalah harus selaras dengan
perkembangan teknologi dalam upaya membangun negara.
b. Prinsip Fleksibilitas
Dalam prinsip fleksibilitas ini mengarahkan bahwasannya suatu kurikulum
harus memiliki fleksibilitas. Kurikulum yang baik adalah kurikulum yang
solid, tetapi dalam pelaksanaannya diharapkan untuk menyesuaikan kondisi
regional, waktu dan kemampuan serta latar belakang anak. Sehingga
kurikulum ini mempersiapkan anak untuk masa ini dan masa depan.
Kurikulum tetap fleksibel di mana saja, pun untuk anak-anak yang memiliki
latar belakang dan kemampuan yang berbeda, kurikulum ini masih tetap
berlaku.Kurikulum juga harus dapat memberikan keluasan untuk
mengembangkan program pembelajaran sesuai dengan minat, kebutuhan
siswa, dan kebutuhan bidang lingkungan mereka.
c. Prinsip Kontinuitas
Makna kontinuitas disini adalah berhubungan, yaitu adanya kesinambungan
antara kurikulum dari berbagai tingkat pendidikan. Sehingga tidak
didapatkan pengulangan atau disharmonisasi bahan pembelajaran yang
berakibat jenuh dan membosankan baik untuk guru maupun murid. Prinsip
kontinuitas ini merupakan prinsip kurikulum dengan adanya keterkaitan
dalam kurikulum, baik secara vertical maupun horizontal, baik di dalam
kelas, antar jenjang pendidikan, dan jenis pekerjaan.
d. Prinsip Efisiensi
Efiensi merupakan salah satu prinsip yang diperlukan dalam
mengembangkan kurikulum, sehingga apa yang telah direncanakan sesuai
dengan tujuan yang ingin dicapai.
e. Prinsip efektivitas
Dalam mengembangkan kurikulum pendidikan perlu juga meninjau pada
prinsip efektivitas. Efektivitas yang dimaksud disini adalah sejauh mana
rencana program pembelajaran dicapai atau diterapkan. Terdapat dua aspek
penting yang harus diperhatikan dalam prinsip ini yaitu efektivitas guru dan
efektivitas siswa. Sehingga dalam penerapan kurikulum dalam proses
pembelajarannya dapat meningkatkan kualitas pembeljaran yang
diharapkan oelh semua pihak, terutama efektifitas pembelajaran di kelas.
Sedangkan prinsip khusus pengembangan kurikulum, sebgaiamana Arif
Rahman dan Arif Rahman mengutip dari Sukmadinata bahwasannya mencakup
lima hal, yaitu:

a. Prinsip penentuan tujuan pendidikan, yang mana terdiri dari tujuan umum
dan khusus
b. Prinsip pemilihan isi pendidikan / kurikulum, yaitu dengan
mempertimbangkan beberapa hal yang dapat dijadikan dasar acuan.
c. Prinsip pemilihan proses belajar mengajar, dengan memerhatikan hal-hal
seperti kecocokan metode/teknik belajar, variasi metode/teknik dalam
proses belajar mengajar, serta kefektivfan metode/teknik dalam
mengaktifkan siswa dan mendorong berkembanganya kemampuan baru.
d. Prinsip pemilihan media dan alat pengajaran, dengan memerhatikan hal-hal
yang menjadi pendukung atau fasilitas dalam kegiatan belajar mengajar.
e. Prinsip berkenaan dengan penilaian yang merupakan proses akhir dalam
kegiatan belajar mengajar. Hal ini mencakup tiga hal, yakni merencanakan
alat penilaian, menyusul alat penilaian dan mengelola hasil penilaian.

B. Korelasi Landasan Pengembangan Kurikulum dari segi Sosiologis

Landasan sosiologis pengembangan kurikulum merupakan asumsi-


asumsi yang berasal dari sosiologis yang dijadikan acuan dalam pengembangan
kurikulum. Menurut Young, sosiologi kurikulum merupakan sebuah proses
kerja intelektual untuk mengaitkan prinsip-prinsip, seleksi, dan
pengorganisasian kurikulum dalam sekolah serta kaitannya dengan setting
interaksi sosial yang mana berada dalam struktur sosial yang lebih luas.
Pengembangan kurikulum sebaiknya mengacu kepada aspek sosiologis
dikarenakan peserta didik berasal dari masyarakat, mendapatkan pendidikan
dalam lingkungan masyarakat, dan diarahkan agar mampu terjun dalam
kehidupan bermasyarakat. Karena itu kehidupan masyarakat dan budaya
dengan segala karakteristiknya harus menjadi landasan dan titik tolak dalam
melaksanakan pendidikan.4

Kurikulum dapat dipandang sebagai suatu rancangan pendidikan.


Sebagai suatu rancangan, kurikulum menentukan pelaksanaan dan hasil
pendidikan. Ini dapat dimaklumi bahwa pendidikan merupakan usaha sadar
untuk mempersiapkan peserta didik untuk terjun ke lingkungan masyarakat.
Pendidikan bukan hanya untuk pendidikan an sich, namun lebih penting lagi
untuk memberikan bekal pengetahuan, keterampilan serta nilai-nilai untuk
hidup, bekerja dan mencapai perkembangan lebih lanjut di masyarakat. Peserta
didik berasal dari masyarakat, mendapatkan pendidikan baik formal maupun
informal dalam lingkungan masyarakat dan di arahkan bagi kehidupan
masyarakat pula. Kehidupan masyarakat, dengan segala karakteristik dan
kekayaan budayanya menjadi landasan dan sekaligus acuan bagi pendidikan.
Kita tidak mengharapkan munculnya manusia yang terasing dari lingkungan
masyarakatnya, tetapi justru melalui pendidikan diharapkan lahirnya manusia
yang dapat lebih mengerti dan mampu membangun kehidupan masyarakatnya.
Oleh karena itu, tujuan, isi, maupun proses pendidikan harus disesuaikan
dengan kebutuhan, kondisi, karakteristik, kekayaan dan perkembangan yang
ada di masyakarakat.5

Pendidikan karakter merupakan hal yang berhubungan erat dengan


fenomenena sosiologi saat ini, dimana penanaman nilai-nilai sebagai sebuah
karakteristik social seseorang sudah berlangsung sejak dahulu kala. Akan tetapi
seiring perubahan zaman menuntut adanya penanaman kembali nilai-nilai
dalam sebuah wadah kegiatan pendidikan di setiap pengajaran. Menurut
Sukmadinata (2004 : 150) penanaman nilai-nilai tersebut dimasukkan
(embeded) dalam rencana pelaksanaan pembelajaran dengan maksud agar dapat

4
RIMA YUNI SAPUTRI, ‘Implementasi Landasan Sosiologis Dalam Pengembangan Kurikulum
Muatan Lokal Berbasis Keagamaan Di Sman 1 Pleret Bantul’, Jurnal Pendidikan Islam Al-Ilmi, 3.2
(2020), 80–94 <https://doi.org/10.32529/al-ilmi.v3i2.696>.
5
‘56’ <https://docs.google.com/viewerng/viewer?url=https://jurnal.ar-
raniry.ac.id/index.php/islamfutura/article/viewFile/61/56> [accessed 26 September 2022].
tercapai sebuah karakter yang saat ini kian memudar. Tiap mata palajaran
memiliki nilai tersendiri yang akan ditanamkan dalam diri peserta didik.6 Hal
ini disebabkan adanya keutamaan fokus dari tiap mata pelajaran yang
mempunyai karakteristik yang berbeda. Penanaman nilai utama dalam tiap mata
pelajaran sebagai berikut:

 Agama mewujudkan perilaku religius, jujur, santun, disiplin, tanggung


jawab, cinta ilmu, ingin tahu, percaya diri, menghargai keberagaman, patuh
aturan, sosial, pola hidup sehat, sadar hak dan kewajiban, kerja keras, dan
sebagainya
 Kewargaan Negara mewujudkan perilaku nasionalis, patuh aturan sosial,
demokratis, jujur, mengahargai keragaman, sadar hak dan kewajiban diri
dan orang lain
 Ilmu Pengetahuan Sosial mewujudkan perilaku nasionalis, menghargai
keberagaman, berpikir logis, kritis, kreatif dan inovatif, peduli sosial dan
lingkungan, berjiwa wirausaha, dan percaya diri
 Ilmu Pengetahuan Alam mewujudkan perilaku rasa ingin tahu, berpikir
logis, kritis, kreatif dan inovatif, pola hidup sehat, mandiri, bertanggung
jawab, peduli lingkungan, dan cinta ilmu.7

C. Korelasi Landasan Pengembangan Kurikulum dari segi Teknologi

Teknologi pendidikan adalah metode bersistem untuk merencanakan,


menggunakan, dan menilai seluruh kegiatan pengajaran dan pembelajaran
dengan memperhatikan, baik sumber teknis maupun manusia dan interaksi
antara keduanya, sehingga mendapatkan bentuk pendidikan yang lebih efektif
(Kamus Besar Bahasa Indonesia). Sedangkan menurut Yusuf (2012) teknologi
pendidikan adalah suatu proses sistemik dalam membantu memecahkan
masalah-masalah pembelajaran. Pendapat ini sejalan dengan pendapat

6
Murni Eva Rumapea, ‘Kurikulum 2013 Yang Berkarakter’, Jupiis: Jurnal Pendidikan Ilmu-Ilmu
Sosial, 5.2 (2014), 27–38 <https://doi.org/10.24114/jupiis.v5i2.1112>.
7
Rumapea.
Muffoletto (dalam Selwyn, 2011) yang menyatakan bahwa teknologi
pendidikan bukan tentang perangkat, mesin, komputer atau artefak lainnya,
melainkan itu adalah tentang sistem dan proses yang mengarah ke hasil yang
diinginkan. Dari beberapa pendapat di atas dapat dikatakan teknologi
pendidikan adalah suatu sistem yang dimanfaatkan untuk menunjang
pembelajaran sehingga tercapai hasil yang diingingkan 8.

Kolerasi antara landasan kurikulum dan teknologi yang bersasis untuk


pendidikan dapat dikatakan bahwa teknologi dimanfaatkan sebagai penunjang
keberhasilan pembelajaran. Berikut beberapa contoh implementasi teknologi
dalam pendidikan.

1. Media pembelajaran Kata media merupakan bentuk jamak dari kata


medium. Medium dapat didefinisikan sebagai perantara atau pengantar
terjadinya komunikasi dari pengirim menuju penerima (Heinich et.al,
2002). Sedangkan media pembelajaran adalah sesuatu yang dapat
digunakan untuk menyalurkan pesan (bahan pembelajaran), sehingga
dapat merangsang perhatian, minat, pikiran, dan perasaan siswa dalam
kegiatan belajar untuk mencapai tujuan belajar (Santyasa, 2007).
Penggunaan teknologi sebagai media pembelajaran sudah tidak asing
lagi, mulai dari teknologi yang sangat sederhana sampai teknologi yang
canggih. Teknologi dapat dimanfaatkan untuk menarik minat siswa
dalam belajar sehingga pembelajaran menjadi lebih efektif dan efisien.
Perkembangan ilmu pengetahuan telah membawa teknologi memasuki
dunia digital. Menurut Selwyn (2011), penggunaan teknologi digital
memiliki peran dalam mendukung dan meningkatkan proses kognitif
peserta didik dan keterampilan berpikir. Salah satu contoh teknologi
digital adalah internet. Internet dapat memungkinkan guru untuk
menyajikan pelajaran menjadi lebih menarik bagi para peserta didik.

8
Y. M Jamun, ‘Dampak Teknologi Terhadap Pendidikan. Jurnal Pendidikan Dan Kebudayaan
Missio’, Jurnal Pendidikan Dan Kebudayaan Missio, 10(1).1 (2018), 48–52
<http://jurnal.unikastpaulus.ac.id/index.php/jpkm/article/view/54>.
Saat ini pembelajaran berbasis internet, seperti web-learning, e-learning
atau pembelajaran online (pembelajaran jarak jauh) sudah banyak
dilakukan. Pembelajaran-pembelajaran ini memanfaatkan internet
sebagai media. Selain pembelajaran menjadi lebih fleksibel dari segi
waktu, tempat dan usia, peserta didik juga dapat mengakses informasi
yang dibutuhkan dalam pembelajaran dengan bebas. Karena
pembelajaran menjadi lebih individual, maka hal ini dapat
meningkatkan proses kognitif peserta didik dan keterampilan
berpikirnya. Contoh lain penggunaan teknologi sebagai media
pembelajaran adalah radio, televisi, video yang dapat dimanfaatkan
untuk memfasilitasi gaya belajar peserta didik yang berbeda-beda dan
juga menarik minat siswa untuk dapat lebih termotivasi lagi dalam
belajar. Penggunaan perangkat presentasi interaktif seperti papan tulis
elektronik dapat membuat materi pembelajaran menjadi lebih menarik
untuk peserta didik.
2. Alat administratif Teknologi juga dapat dimanfaatkan sebagai alat
administratif. Seperti yang dikatakan Selwyn (2011) bahwa salah satu
manfaat teknologi digital adalah sebagai perbaikan keefektifan
pengorganisasian lembaga pendidikan. Dengan menggunakan
komputer, sebagai salah satu produk teknologi digital, lembaga
pendidikan dapat lebih mudah untuk mengelola data administrasi,
meliputi data siswa, data guru, maupun data sekolah itu sendiri.
3. Sumber belajar Selwyn (2011) mengatakan teknologi digital dapat
membantu guru untuk memproduksi bahan-bahan pelajaran dan
memungkinkan mereka untuk menghabiskan waktu dengan peserta
didik. Dengan tersedianya komputer, guru dapat menyusun rencana
pembelajaran dan materi-materi yang dibutuhkan oleh peserta didik
untuk dipelajari. Selain itu, tersedianya internet juga memungkinkan
peserta didik untuk mengakses informasi dengan mudah dari sumber
yang berbeda. Saat ini, dengan menggunakan teknologi digital, peserta
didik banyak mendapatkan kemudahan-kemudahan dalam belajar.
tersedianya e-book merupakan salah salah satu salah satu kemudahan
tersebut. Peserta didik tidak perlu membeli buku di toko-toko untuk
mendapatkan sumber belajar. Peserta didik cukup hanya mendownload
e-book yang sudah banyak tersedia di internet.9

D. Korelasi Landasan Pengembangan Kurikulum dari segi pedagogic

Dalam buku Pedagogik Teoritis dan Praktis dikatakan bahwa pedagogik


dimaksudkan sebagai pengembangan ilmu dasar dari keseluruhan ilmu
pendidikan (Rasyidin, 2014). Tidak terkecuali pengembangan kurikulum.
Sebagai ilmu dasar, pedagogik harus berfokus pada masalah dasar utama
pendidikan dalam arti upaya proses mendidik. Pedagogik sebagai ilmu otonom
melakukan renungan tentang segala sesuatu seputar upaya mendidik sebagai
perbuatan yang mengandung banyak permasalahan. Maka pertanyaan mendasar
dalam pedagogik sebagai berikut:

a. Apa hakikat anak ?


b. Anak itu apa dan siapa ?
c. Anak dipimpim kemana?
d. Dapatkah anak itu sesungguhnya dipimpin, bukankah anak itu
tumbuh sendiri dan mempunyai kemauan sendiri
e. Bagaimana cara memimpin/mendidik anak sebaik-baiknya ?10

Oleh karena pedagogik merupakan ilmu dasar dari pengembangan


keseluruhan ilmu pendidikan lainnya dan menyuguhkan pertamyaan filosofis
tentang apa, mengapa, bagaimana pendidikan (what, why, how), maka
pengembangan kurikulum memberi jawaban bagaimana merealisasikan

9
‘Analisis Landasan Ilmu Pengetahuan Dan Teknologi Pendidikan Dalam Pengembangan
Multimedia Interaktif | Ariani | Jurnal Penelitian Pembelajaran Fisika’
<http://ejournal.unp.ac.id/index.php/jppf/article/view/107439/102867#> [accessed 24
September 2022].
10
Dwi Yulianti Supriyadi and Bambang Riyadi, Pembelajaran Membaca Menulis Permulaan
Ditinjau Dari Teori Belajar, Proceedings Seminar Nasional & Kongres Himpunan Pengembang
Kurikulum Indonesia (HIPKIN), 2018.
pertanyaan filosofis pedagogik tersebut di lapangan.Karena kurikulum adalah
rencana pembelajaran ”a plan for learning” (Taba, 1993). Kurikulum di
dalamya memuat pengalaman belajar terencana dan terprogram. Kurikulum
sebagai rencana juga mencakup komponen instruksional lainnya seperti ruang
lingkup (scope) pelajaran, urutan (sequence) materi, kegiatan belajar, strategi,
metode, teknik membelajarkan siswa serta hal-hal apa saja yang yang dapat
direncanakan agar pembelajaran berjalan baik (Ansyar, 2015).

Selain itu, untuk menjawab pertanyaan filosofis pedagogik di atas yang


merupakan esensi ilmu pendidikan, maka pertama-tama pada tingkat makro
atau nasional disusunlah sebuah perencanaan yang kompleks yang termaktub
dalam 8 Standar Nasional Pendidikan (SNP) yang meliputi standar isi, proses,
kompetensi lulusan, pendidik dan tenaga kependidikan, standar sarana dan
prasarana, standar pengelolaan, standar pembiayaan dan standar penilaian
pendidikan. Standar Nasional Pendidikan berfungsi sebagai dasar dalam
perencanaan, pelaksanaan, dan pengawasan pendidikan dalam rangka
mewujudkan pendidikan nasional yang bermutu (Salinan Dokumen PP Nomor
19 Tahun 2015 tentang Standar Nasional Pendidikan) Kemudian SNP ini
diturunkan kepada dokumen kurikulum 2013 pada masing-masing jenjang,
yaitu dasar, menengah dan tinggi. Pada skala mikro (kelas dan mata pelajaran)
pembelajaran disusun kepada hal yang lebih detail dan kecil yakni silabus yang
memuat antara lain: identitas mata pelajaran, identitas sekolah, kompetensi inti,
kompetensi dasar, tema, materi pokok, pembelajaran, penilaian, alokasi waktu
dan sumber belajar. Selanjutnya, silabus dijabarkan ke hal yang lebih dan lebih
rinci lagi, yakni termaktub dalam rencana proses pembelajaran (RPP) yang
meliputi:11

a. Identitas sekolah
b. Identitas mata pelajaran
c. Kelas/semester
d. Materi pokok e. Alokasi waktu

11
Supriyadi and Riyadi.
e. Tujuan pembelajaran yang dirumuskan berdasarkan KD
f. Kompetensi dasar dan indikator pencapaian kompetensi
g. Materi pembelajaran i. Metode pembelajaran j. Media pembelajaran
k. Sumber belajar l
h. Langkah-langkah pembelajaran melalui tahapan kegiatan
pendahluan, inti dan penutup.
i. Penilaian hasil pembelajaran (Salinan Dokumen Permendikbud
Nomor 65 tahun 2013 tentang Standar Proses Pendidikan dasar dan
Menengah).

Dengan demikian, dapat disimpulkan bahwa landasan pedagogic


memberi sejumlah pertanyaan filosofis tentang hakikat anak kepada kajian
pengembangan kurikulum untuk dicarikan jawabannya. Untuk menjawab
pertanyaan tersebut, maka kurikulum menyusun program pembelajaran yang
terencana, tersistem rapi dari skala makro bahkan sampai sampai mikro. Mulai
dari penyusunan SNP sampai pada penyusunan silabus dan RPP. Pada skala
mikro sekalipun pun dirincikan lagi secara lebih detail lagi pada silabus dan
RPP. Hal ini dapat digambarkan sebagai berikut:

Pertanyaan Filosofis
Hakikat Anak

Landasan Kurikulum
Pedaggogik
8 Standar
Nasional
Pendidikan

Silabus Sekala Makro


dan RPP
Sekala
Sekala Mikro Makro
Sekala
Makro
E. Korelasi Landasan Pengembangan Kurikulum dari segi Psikologis
Psikologi adalah ilmu yang mempelajari tingkah laku manusia
sedangkan kurikulum adalah serangkaian program pendidikan sebagai
pedoman dalam mencapai ujuan. Psikologi juga menjadi landasan
terbentukanya kurikulum, Sebagai bagian pengembangan kurikulum,
pengembang semestinya melihat kondisi peserta didik saat menyusun dan
merealisasikan kurikulum sehingga tujuan pendidikan akan berhasil
secara optimal.12
Psikologi perkembangan peserta didik adalah salah satu unsur yang
wajib diperhatikan saat pengembang kurikulum ingin
mengembangkan kurikulum. Psikologi peserta didik sangat diperlukan
terutama dalam menentukan isi kurikulum, baik dari tingkat kedalaman materi,
kesulitan dan kelayakan materi serta manfaat materi itu sendiri.
Untuk melengkapi landasan psikologi perkembangan, berikut akan
dikemukakan tugas-tugas perkembangan developmental task dari Robert J.
havighurst, yang dikutip oleh Zainal Arifin, yaitu :13
a. Perkembangan yang terjadi masa kanak-kanak (3-8 tahun)
a) Belajar berjalan
b) Belajar makan-makanan padat
c) Belajar mengendalikan gerakan badan
d) Belajar menjadi anak yang sesuai dengan jenis kelaminnya
e) Mendapatkan keseimbangan fisiologis
f) Membuat konsep-konsep sederhana tentang kenyataan sosial dan
membuat konsep-konsep sederhana tentang kenyataan sosial serta fisik
g) Belajar menghubungkan diri secara emosional dengan orang tua,
saudara dan orang lain
h) Belajar membedakan yang benar dan salah
b. Perkembangan masa anak (8-12 tahun)
a) Mempelajari keterampilan fisik

12
Dadang Sukirman, Landasan Pengembangan Kurikulum (Bandung: UPI.Edu, 2007), h. 20
13
Arifin, Konsep Dan Model Pengembangan Kurikulum, h. 62-63.
b) Membentuk sikap tertentu
c) Belajar bergaul dengan teman sebaya,
d) Mempelajari peran sesuai dengan jenis kelamin diri
e) Membina keteramilan membaca, menulis, dan berhitung
c. Perkembangan yang terjadi pada masa remaja (12-18 tahun)
a. Memperoleh identitas baru dengan teman sebaya sesuai jenis
kelamin secara lebih matang
b. Memperoleh peran sosial sesuai dengan jenis kelamin
c. Menerima fisik diri dan menggunakannya dengan efektif
d. Memperoleh kebebasan diri, tidak lagi bergantung kepada orang tua
e. Melakukan pemilihan dan persiapan untuk jabatan
f. Memperoleh kebebasan ekonomi
g. Persiapan perkawinan dan kehidupan berkeluarga
h. Mengembangkan keterampilan intelektual dan konsep-konsep yang
diperlukan sebagai warga negara yang baik Memupuk dan memperoleh
perilak yang dapat dipertanggungjawabkan ecara social
i. Memperoleh nilai dan etika sebagai pedoman berperilakuBerkaitan
dengan perkembangan atau peningkatan kemampuan mental menurut
S.B. Hurlock yang dikutip oleh Tedjo Narsoyo dalam buku yang
berjudul Pengembangan Kurikulum Pendidikan, mengungkapkan
adanya 10 perkembangan manusia dalam aspek pendidikan yaitu
Pertama, Sikap kritis. Sikap, kebiasaan dan perilaku yang
terbentuk sangat menentukan sejauh mana individu (anak) berhasil
menyesuaikan diri dalam kehidupan sejalan dengan bertambahnya
umum.14

14
Ansori, ‘済無No Title No Title No Title’, Paper Knowledge . Toward a Media History of
Documents, 3.April (2015), 49–58.
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan

Landasan Pengembangan kurikulum adalah suatu proses yang digunakan untuk


merencanakan, menghasilkan suatu kurikulum yang lebih baik dengan didasarkan
pada hasil penelitian terhadap pengembangan kurikulum , sehingga dapat
memberikan kondisi kegiatan belajar mengajar yang lebih baik. Landasan
Kurikulum dapat diartikan sebagai suatu gagasan, landasan, suatu asumsi, atau
prinsip yang menjadi sandaran atau titik tolak dalam mengembangkan kurikulum.

Ada 4 landasan pokok yang menjadi dasar dalam setiap pengembangan


kurikulum yaitu landasan sosiologis , teknologi , pedagogic dan psikologis .
Landasan-landasan pengembangan kurikulum ini harus terus dikaji, sehingga
kurikulum yang diberikan kepada peserta didik dapat memberikan kontribusi
yang positif dan up to date (tidak ketinggalan zaman). Terdapat banyak aspek
mendasar yang sekiranya patut ditela’ah kembali sehingga mampu menelurkan
teori-teori baru pengembangan kurikulum, perludilakukan penelitian yang
mendalam, baik dari segi kajian sosial dan budaya kemasyarakatan , psikologi,
pedagogic dan teknologi. Karena perkembangan kurikulum ini sangatlah urgent
(penting) dalam dunia pendidikan.
DAFTAR PUSTAKA
15

Nurjannah, “Analisa Kebutuhan Sebagai Konsep Dasar Dalam Pengembangan


Kurikulum Bahasa Arab di MAN Curup”, Arabiyatuna: Jurnal Bahasa Arab, Vol.
2, No. 1, (2018), Hal. 56

‘56’ <https://docs.google.com/viewerng/viewer?url=https://jurnal.ar-
raniry.ac.id/index.php/islamfutura/article/viewFile/61/56> [accessed 26
September 2022]

‘Analisis Landasan Ilmu Pengetahuan Dan Teknologi Pendidikan Dalam


Pengembangan Multimedia Interaktif | Ariani | Jurnal Penelitian
Pembelajaran Fisika’
<http://ejournal.unp.ac.id/index.php/jppf/article/view/107439/102867#>
[accessed 24 September 2022]

Ansori, ‘済無No Title No Title No Title’, Paper Knowledge . Toward a Media


History of Documents, 3.April (2015), 49–58

Azis, Rosmiaty, ‘Implementasi Pengembangan Kurikulum’, Inspiratif Pendidikan,


7.1 (2018), 44 <https://doi.org/10.24252/ip.v7i1.4932>

Jamun, Y. M, ‘Dampak Teknologi Terhadap Pendidikan. Jurnal Pendidikan Dan


Kebudayaan Missio’, Jurnal Pendidikan Dan Kebudayaan Missio, 10(1).1
(2018), 48–52
<http://jurnal.unikastpaulus.ac.id/index.php/jpkm/article/view/54>

Rumapea, Murni Eva, ‘Kurikulum 2013 Yang Berkarakter’, Jupiis: Jurnal


Pendidikan Ilmu-Ilmu Sosial, 5.2 (2014), 27–38

15
Rosmiaty Azis, ‘Implementasi Pengembangan Kurikulum’, Inspiratif Pendidikan, 7.1
(2018), 44 <https://doi.org/10.24252/ip.v7i1.4932>.
<https://doi.org/10.24114/jupiis.v5i2.1112>

SAPUTRI, RIMA YUNI, ‘Implementasi Landasan Sosiologis Dalam


Pengembangan Kurikulum Muatan Lokal Berbasis Keagamaan Di Sman 1
Pleret Bantul’, Jurnal Pendidikan Islam Al-Ilmi, 3.2 (2020), 80–94
<https://doi.org/10.32529/al-ilmi.v3i2.696>

Supriyadi, Dwi Yulianti, and Bambang Riyadi, Pembelajaran Membaca Menulis


Permulaan Ditinjau Dari Teori Belajar, Proceedings Seminar Nasional &
Kongres Himpunan Pengembang Kurikulum Indonesia (HIPKIN), 2018

Rosmiaty Azis, ‘Implementasi Pengembangan Kurikulum’, Inspiratif


Pendidikan, 7.1 (2018), 44 <https://doi.org/10.24252/ip.v7i1.4932>.

Anda mungkin juga menyukai