Anda di halaman 1dari 11

Model Konsep, Desain, Pendekatan dan Model Pengembangan Kurikulum

Fannysa Paramitha 2286131016


Manajemen Kurikulum dan Pembelajaran
S2/Pasca Sarjana UIN Raden Intan Lampung
Ilmu Tarbiyah/Manajemen Pendidikan Islam
Prof. Dr. Agus Pahrudin, M.Pd. dan Dr. H. R. Masykur, M.Pd.

A. Pendahuluan

Studi kurikulum adalah bidang pengembangan yang relatif baru yang dibandingkan dengan
bidang pendidikan lainnya. Karena merupakan bidang baru, cara berpikir tentang kurikulum masih
beragam. Keberagaman itu disebabkan oleh pendekatan, perspektif, dan landasan pemikiran yang
mendasarinya.
Secara etimologis, silabus berasal dari bahasa Yunani curir (artinya pelari) dan curer artinya
berpacu. Dengan demikian, istilah kurikulum pada awalnya mengacu pada kegiatan olahraga pada
jaman Romawi kuno di Yunani yang mengandung pengertian suatu jarak yang harus ditempuh oleh
pelari. Secara terminologis, istilah kurikulum, bila digunakan dalam pendidikan mengandung
pengertian sejumlah pengetahuan yang harus ditempuh atau diselesaikan siswa guna mendapatkan
suatu tingkatan atau ijasah.
Para ahli kurikulum dalam memberikan pengertian, bergerak dari suatu pengertian yang
spesifik menuju ke arah pengertian yang lebih umum dan luas. Dalam pengertian spesifik kurikulum
diartikan sebagai daftar mata pelajaran yang harus dipelajari siswa. Kelompok yang mendefinisikan
kurikulum dalam arti luas mengartikan kurikulum sebagai semua pengalaman belajar yang dialami
siswa baik didalam maupun di luar kelas untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan. 1
Model konsep Pengembangan kurikulum sebenarnya membentuk pendekatan yang diambil
dalam pengembangan kurikulum. Sebagai kajian teoritis, model konsep kurikulum merupakan dasar
untuk pengembangan kurikulum. Atau dengan kata lain, pendekatan pengembangan kurikulum
didasarkan atas konsep-konsep kurikulum yang ada. 2
Di Indonesia, telah terjadi berbagai perubahan model kurikulum. Seringnya perubahan model
kurikulum yang digunakan bukan tanpa alasan. Setelah perkembangan ilmu pengetahuan dan

1
Dr. Sudarman,S.Pd,M.Pd, Buku Ajar Pengembangan Kurikulum Kajian Teori dan Praktik, Mulawarman
University Press, (November 2019), 1.
2
Dr. R. Masykur, M.Pd, Teori Dan Telaah Pengembangan Kurikulum, Aura dan Cv. Anugrah Utama Raharja,
(September 2019), 69.

1
teknologi (IPTEK) dan posisinya yang berubah dalam ruang lingkup pemerintahan, dua hal ini dapat
menjadi bagian dari alasan seringnya perubahan kurikulum di Indonesia.
Dalam makalah ini penulis akan membahas mengenai model konsep, desain, pendekatan dan
model pengembangan kurikulum hasil pemikiran para ahli.

B. Pembahasan
1. Model Konsep Kurikulum
Pengembangan kurikulum bukan hanya sekedar memilih dan menyusun bahan pelajaran dan
metode magajar, tetapi meyangkut penentuan arah dan orientasi pendidikan, pemilihan sistem dan
model kurikulum, baik model konsep, model desain, model evaluasinya, serta berbagai perangkat dan
pedoman penjabaran serta pedoman implemntasi dari model-model tersebut. 3
Setelah Indonesia memasuki masa orde baru maka tatanan kurikulum pun mengalami perubahan
dari “Rencana Pelajaran” menuju kurikulum berbasis pada pencapaian tujuan. Dalam konteks ini
adalah kurikulum subjek akademik, yang merupakan model konsep kurikulum yang paling tua, sejak
sekolah yang pertama dulu berdiri. Kurikulum ini menekankan pada isi atau materi pelajaran yang
bersumber dari disiplin ilmu. Menurut kurikulum ini, belajar adalah cara untuk berusaha menguasai
isi atau materi pelajaran sebanyak-banyaknya. Kurikulum subjek akademik tidak selalu hanya
menekankan pada materi yang disampaikan, tapi dalam sejarah perkembangannya secara berangsur-
angsur memperhatikan juga proses belajar yang dilakukan peserta didik. Proses belajar yang dipilih
tergantung pada apa yang dianggap penting dalam materi pelajaran tersebut. 4
Model konsep Pengembangan kurikulum sangat mewarnai pendekatan yang diambil dalam
pengembangan kurikulum. Sebagai kajian teoritis, model konsep kurikulum merupakan dasar untuk
pengembangan kurikulum. Atau dengan kata lain, pendekatan pengembangan kurikulum didasarkan
atas konsep-konsep kurikulum yang ada. Model konsep kurikulum sangat berkaitan
dengan aliran filsafat pendidikan yang dianut. Aliran filsafat pendidikan dapat dibedakan menjadi
empat aliran, yaitu:
a. Aliran Pendidikan Klasik. Aliran pendidikan klasik ini digunakan untuk mengembangan
model konsep kurikulum subjek akademis.
b. Aliran Pendidikan Pribadi. Aliran ini digunakan dalam mengembangan model konsep
kurikulum humanistik.
c. Aliran Teknologi Pendidikan. Aliran ini digunakan dalam mengembangkan kurikulum
teknologis.

3
Prof. Dr. Syafaruddin, M.Pd. dan Dr. H. Amiruddin MS, M.A, Manajemen Kurikulum, Perdana Publishing,
(November 2017), 128.
4
Dr. Sudarman,S.Pd,M.Pd, Buku Ajar Pengembangan Kurikulum Kajian Teori dan Praktik, Mulawarman
University Press, (November 2019), 55-56

2
d. Aliran Pendidikan Interaksionis. Aliran ini digunakan dalam pengembangan model konsep
kurikulum rekonstruksi sosial.5

Macam-macam kurikulum ditinjau dari berbagai aspek:


a. Ditinjau dari konsep dan pelaksanaannya, kita mengenal beberapa istilah kurikulum
sebagai berikut:
1) Kurikulum ideal, yaitu kurikulum yang berisi sesuatu yang ideal, sesuatu yang dicita-citakan
sebagaimana yang tertuang di dalam dokumen kurikulum
2) Kurikulum aktual, yaitu kurikulum yang dilaksanakan dalam proses pengajaran dan
pembelajaran. Kenyataan pada umumnya memang jauh berbeda dengan harapan. Namun
demikian, kurikulum aktual seharusnya mendekati dengan Kurikulum ideal. Kurikulum dan
pengajaran merupakan dua istilah yang tidak dapat dipisahkan. Kurikulum merujuk kepada
bahan ajar yang telah direncanakan yang akan dilaksanakan dalam jangka panjang. Sedang
pengajaran merujuk kepada pelaksanaan kurikulum tersebut secara bertahap dalam belajar
mengajar.
3) Kurikulum tersembunyi (hidden curriculum), yaitu segala sesuatu yang terjadi pada saat
pelaksanaan kurikulum ideal menjadi kurikulum faktual. Segala sesuatu itu bisa berupa
pengaruh guru, kepala sekolah, tenaga administrasi, atau bahkan dari peserta didik itu sendiri.
Kebiasaan guru datang tepat waktu ketika mengajar di kelas, sebagai contoh, akan menjadi
kurikulum tersembunyi yang akan berpengaruh kepada pembentukan kepribadian peserta
didik.
b. Berdasarkan struktur dan materi mata pelajaran yang diajarkan, kita dapat
membedakan:
1) Kurikulum terpisah-pisah (separated curriculum), kurikulum yang mata pelajarannya
dirancang untuk diberikan secara terpisah-pisah. Misalnya, mata pelajaran sejarah diberikan
terpisah dengan mata pelajaran geografi, dan seterusnya.
2) Kurikulum terpadu (integrated curriculum), kurikulum yang bahan ajarnya diberikan secara
terpadu. Misalnya Ilmu Pengetahuan Sosial merupakan fusi dari beberapa mata pelajaran
sejarah, geografi, ekonomi, sosiologi, dan sebagainya. Dalam proses pembelajaran dikenal
dengan pembelajaran tematik yang diberikan di kelas rendah Sekolah Dasar. Mata pelajaran
matematika, sains, bahasa Indonesia, dan beberapa mata pelajaran lain diberikan dalam satu
tema tertentu.
3) Kurikulum terkorelasi (corelated curriculum), kurikulum yang bahan ajarnya dirancang dan
disajikan secara terkorelasi dengan bahan ajar yang lain.
c. Berdasarkan pengembangnya dan penggunaannya, kurikulum dapat dibedakan
menjadi:
5
Dr. R. Masykur, M.Pd, Teori Dan Telaah Pengembangan Kurikulum, Aura dan CV. Anugrah Utama Raharja,
(September 2019), 50.

3
1) Kurikulum nasional (national curriculum), yakni kurikulum yang disusun oleh tim
pengembang tingkat nasional dan digunakan secara nasional.
2) Kurikulum negara bagian (state curriculum), yakni kurikulum yang disusun oleh masing-
masing negara bagian, misalnya di masing-masing negara bagian di Amerika Serikat.
3) Kurikulum sekolah (school curriculum), yakni kurikulum yang disusun oleh satuan
pendidikan sekolah. Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) merupakan kurikulum
sekolah. Kurikulum sekolah lahir dari keinginan untuk melakukan diferensiasi dalam
kurikulum.6

2. Model Desain Kurikulum


Desain kurikulum merupakan pengorganisasian tujuan, isi serta kegiatan belajar yang akan
dijalani oleh peserta didik pada berbagai tahap perkembangan pendidikan. Dalam desain kurikulum
akan tergambar berbagai unsur kurikulum, hubungan antara satu unsur dengan unsur lainnya. Desain
kurikulum menurut Fred Percival dan Henry Ellington adalah pengembangan proses perencanaan,
validasi, implementasi, dan evaluasi kurikulum. 7
Menurut Nana S. Sukmadinata dalam Masdiono, desain kurikulum adalah menyangkut pola
pengorganisasian unsur-unsur atau komponen kurikulum. Penyusunan desain kurikulum dapat dilihat
dari dua dimensi, yaitu dimensi horizontal dan vertikal. Dimensi horizontal berkenaan dengan
penyusunan dari lingkup isi kurikulum. Sedangkan dimensi vertikal menyangkut penyusunan sekuens
bahan berdasarkan urutan tingkat kesukaran.
Saylor mengajukan delapan prinsip ketika akan mendesain kurikulum, prinsip-prinsip tersebut
adalah sebagai berikut:
a. Desain kurikulum harus memudahkan dan mendorong seleksi serta pengembangan semua
jenis pengalaman belajar yang esensial bagi pencapaian prestasi belajar, sesuai dengan hasil
yang diharapkan.
b. Desain memuat berbagai pengalaman belajar yang bermakna dalam rangka merealisasikan
tujuan–tujuan pendidikan, khususnya bagi kelompok siswa yang belajar dengan bimbingan
guru
c. Desain harus memungkinkan dan menyediakan peluang bagi guru untuk menggunakan
prinsip-prinsip belajar dalam memilih, membimbing, dan mengembangkan berbagai kegiatan
belajar di sekolah
d. Desain harus memungkinkan guru untuk menyesuaikan pengalaman dengan kebutuhan,
kapasitas, dan tingkat kematangan siswa.

6
Dr. Baderiah, M. Ag., Buku Ajar Pengembangan Kurikulum, Lembaga Penerbit Kampus Iain Palopo, (Desember
2018), 56-58.
7
Wahyu Aprilia, Organisasi dan Desain Pengembangan Kurikulum, Islamika: Jurnal Keislaman dan Ilmu
Pendidikan, Vol. 2, No. 2, (Juli 2020), 217.

4
e. Desain harus mendorong guru mempertimbangkan berbagai pengalaman belajar anak yang
diperoleh diluar sekolah dan mengaitkannya dengan kegiatan belajar di sekolah.
f. Kurikulum harus di desain agar dapat membantu siswa mengembangkan watak, kepribadian,
pengalaman, dan nilai-nilai demokrasi yang menjiwai kultur. 8
Ada tiga bentuk organisisi kurikulum yang berorientasi pada disiplin ilmu, menurut Longstrreet &
Shane yaitu: subject centered desain, learned centered desain, problem centered desain. Setiap desain
kurikukum memberikan teknik atau cara yang efektif dalam proses pembelajaran agar berjalan dengan
efektif dan efisien. Tetapi tidak setiap desain kurikulum dapat dijadikan pedoman dalam melaksanakn
proses pembelajaran, karena setiap desain kurikulum memiliki kelebihan dan kekurangan dalam
pelaksanannya.
Perancangan kurikulum dapat digolongkan dalam 6 langkah yaitu
a. Mengidentifikasikan misi institusi dan kebutuhan para pengguna pendidikan.
b. Penilaian kebutuhan pembelajar
c. Menetapkan tujuan kurikulum
d. Pemilihan strategi pendidikan
e. Implementasi kurikulum yang baru9

3. Model Pendekatan Kurikulum


Pendekatan dapat diartikan sebagai titik tolak atau sudut pandang seseorang terhadap suatu proses
tertentu. Istilah pendekatan merujuk kepada pandangan tentang terjadinya suatu proses yang sifatnya
masih sangat umum. Dengan demikian pendekatan pengembangan kurikulum menunjuk pada titik
tolak atau sudut pandang secara umum tentang proses pengembengan kurikulum (Hamalik dalam
Fithriyah). 10
Pendekatan adalah suatu cara dalam melaksanakan kegiatan yang bersifat umum dan masih
membutuhkan tindak lajut dalam bentuk model, metode dan teknik. Sementara metode, strategi dan
teknik adalah merupakan cara melaksanakan sesuatu yang sudah sangat spesifik dan juga terukur.
Pendekatan pengembangan dalam kurikulum adalah sebuah prosedur sistematis yang ditempuh dalam
menyusun kurikulum. Secara operasional, langkah atau prosedur pengembangan kurikulum meliputi
tiga tahapan kegiatan, diantaranya yaitu: mendesain, melaksanakan dan mengevaluasi kurikulum.
Berdasarkan fungsi-fungsinya terdapat beberapa pendekatan yang dapat digunakan dalam
pengnembangan kurikulum, seperti yang dikemukakan oleh Eisner dan Vallance , Taba, Bruner atau
McNeil dalam Sudarman:
a. Pendekatan Rasionalisme Akademik

8
Masdiono, Desain Pengembangan Kurikulum Pendidikan Dasar, Ada’a: Jurnal Pendidikan Dasar, Vol. 1, No. 1,
(Juni 2019), 46-47
9
Ibid, 49.
10
Musa’adatul Fithriyah, Pendekatan-Pendekatan Dalam Mengembangkan Kurikulum Pendidikan Dasar, At-
Thullab: Jurnal Pendidikan Guru Madrasah Ibtidaiyah, Vol. 1, No. 2, (2017), 202.

5
b. Pendekatan Pengembangan Proses Kognitif
c. Pendekatan Struktur Pengetahuan
d. Pendekatan Teknologis
e. Pendekatan Aktualisasi Diri
f. Pendekatan Relevansi - Aktualisasi Sosial11

4. Model-Model Pengembangan Kurikulum Menurut Ahli


Model pengembangan kurikulum merupakan suatu alternatif prosedur dalam rangka mendesain
(designing), menerapkan (implementation), dan mengeavaluasi (evaluation) suatu kurikulum. Oleh
karena itu, model pengembangan kurikulum harus dapat menggambarkan suatu proses sistem
perencanaan pembelajaran yang dapat memenuhi berbagai kebutuhan dan standar keberhasilan dalam
pendidikan.
Oleh karena itu, pengembangan kurikukulum perlu dilakukan dengan berlandaskan pada teori
yang tepat agar kurikulum yang dihasilkan bisa efektif. Model-model pengembangan yang akan
dibahas, yaitu model R.W. Tyler, model Hilda Taba, model Oliva, dan Miller-Seller.
a) Model R.W. Tyler
Model pengembangan yang dikemukakan oleh Ralph Tyler (1949) diajukan
berdasarkan pada beberapa pertanyaan yang mengarah pada langkah-langkah dalam
pengembangan kurikulum. Pertanyaan-pertanyaan tersebut adalah:
1) Tujuan pendidikan apa yang harus dicapai oleh sekolah?
2) Pengalaman-pengalaman pendidikan apakah yang semestinya diberikan untuk
mencapai tujuan pendidikan?
3) Bagaimanakah pengalaman-pengalaman pendidikan sebaiknya diorganisasikan?
4) Bagaimanakah menentukan bahwa tujuan telah tercapai?
Oleh karena itu menurut Tyler ada empat tahap yang harus dilakukan dalam
pengembangan kurikulum yang meliputi:
 Menentukan Tujuan Pendidikan
Tujuan pendidikan merupakan arah atau sasaran akhir yang harus dicapai dalam
program pendidikan dan pembelajaran. Tujuan pendidikan harus menggambarkan
perilaku akhir setelah peserta didik mengikuti program pendidikan, sehingga tujuan
tersebut harus dirumuskan secara jelas sampai pada rumusan tujuan khusus guna
mempermudah pencapaian tujuan tersebut.
 Menentukan Proses Pembelajaran
Salah satu aspek yang harus diperhatikan dalam penentuan proses pembelajaran
adalah presepsi dan latar belakang kemampuan peserta didik. Artinya, pengalaman yang

11
Dr. Sudarman,S.Pd,M.Pd, Buku Ajar Pengembangan Kurikulum Kajian Teori dan Praktik, Mulawarman
University Press, (November 2019), 31-33.

6
sudah dimiliki siswa harus menjadi bahan pertimbangan dalam menentukan proses
pembelajaran selanjutnya. Dalam proses pembelajaran akan terjadi interaksi antara
peserta didik dengan lingkungan atau sumber belajar yang tujuannya untuk membentuk
sikap, pengetahuan dan keterampilan sehingga menjadi perilaku yang utuh. Oleh karena
itu, ketetapan dalam pemilihan proses pembelajaran sangat menentukan dalam
pencapaian tujuan yang telah ditetapkan.
 Menentukan Organisasi Pengalaman Belajar
Pengalaman belajar di dalamnya mencakup tahapan-tahapan belajar dan isi atau
materi. Bahan yang harus dipelajari peserta didik dan pengalaman belajar apa yang harus
dilakukan, diorganisasi sedemikian rupa sehingga dapat memudahkan dalam pencapaian
tujuan. Kejelasan tujuan, materi belajar dan proses pembelajaran serta urutan-urutan,
akan mempermudah untuk memperoleh gambaran tentang evaluasi pembelajaran apa
yang sebaiknya digunakan.
 Menentukan Evaluasi Pembelajaran
Menentukan jenis evaluasi apa yang cocok digunakan, merupakan kagiatan akhir
dalam model Tyler. Jenis penilaian yang akan digunakan, harus disesuaikan dengan jenis
dan sifat dari tujuan pendidikan atau pembelajaran, materi pembelajaran, dan proses
belajar yang telah ditetapkan sebelumnya. Agar penetapan jenis evaluasi bisa tepat, maka
para pengembang kurikulum disamping harus memerhatikan komponen-komponen
kurikulum lainnya, juga harus memerhatikan prinsip-prinsip evaluasi yang ada. 12
b) Model Hilda Taba (Inverted Model)
Model pengembangan kurikulum Hilda Taba, sering disebut sebagai model terbalik.
Dikatakan terbalik karena model ini merupakan cara yang lazim ditempuh secara
deduktif sehingga model ini sifatnya lebih induktif. Model ini dimulai dengan
melaksanakan eksperimen, diteorikan, kemudian diimplementasikan. Hal ini dilakukan
untuk menyesuaikan antara teori dan praktik, serta menghilangkan sifat keumuman dan
keabstrakan kurikulum, sebagaimana sering terjadi apabila dilakukan tanpa kegiatan
eksperimental.
Model Taba merupakan modifikasi dari model Tyler. Modifikasi tersebut
penekanannya terutama pada pemusatan perhatian guru. Taba memercayai bahwa guru
merupkan faktor utama dalam usaha pengembangan kurikuum. Menurut Taba, guru
harus penuh aktif dalam pengembangan kurikulum. Pengembangan kurikulum yang
dilakukan oleh guru dan memosisikan guru sebagai inovator dalam pengembangan
kurikulum merupakan karakteristik dalam model pengembangan Taba. Dalam

12
Fitriah, Model Pengembangan Kurikulum Ralp W. Tyler, An-Nahdhah, Vol. 11, No. 21, (Januari-Juni 2018), 48-
52.

7
pengembangannya model ini lebih bersifat induktif, berbeda dengan model tradisional
yang deduktif. Langkah-langkahnya adalah:
1) Mengadakan unit-unit eksperimen bersama dengan guru-guru.
2) Menguji unti eksperimen
3) Mengadakan revisi dan konsolidasi
4) Pengembangan keseluruhan kerangka kurikuum (develoving a framework)
5) Implementasi dan desiminasi13
c) Model Oliva
Model Oliva merupakan model pengembangan kurikulum yang masuk dalam kategori
deduktif dimana model deduktif iniadalah model yang dimulai dari hal umum ke hal yang khusus.
Terdapat lima prinsip yang harus diperhatikan dalam melaksanakan manajemen kurikulum, yaitu:
1) Produktivitas dimana hasil yang akan didapatkan dalam suatu kegiatan kurikulum
adalah suatu sudut pandang yang harus diperhatikan dalam manajemen
kurikulumnya berupa apakah proses belajar mengajar yang dilalui oleh peserta didik
itu sejalan dengan tujuan dari kurikulum tersebut.
2) Demokrasi, dimana pelaksaan dari kurikulum itu harus berdasarkan asas demokrasi
sehingga dalam menempatkan suatu pengelolaan dan pelaksanaan dari subjek didik
itu pada tempat seharusnya sehingga subjek didik itu mampu melaksanakan tugas
dengan rasa tanggung jawab guna mencapai tujuan dari kurikulum.
3) Kooperatif, untuk memperoleh hasil yang diharapkan dalam kegiatan manajemen
kurikulum, perlu adanya kerja sama yang positif dari berbagai pihak yang terlibat,
Keempat Efesien dan efektifitas, dimana rangkaian dari kegiatan manajemen
kurikulum itu haruslah efektif dan efisien guna mencapai tujuan dari kurikulum itu
sendiri, sehingga kegiatan dari manajemen kurikulum itu mampu mendapatkan hasil
yang berguna sehingga bisa menghemat biaya, tenaga dan waktu yang singkat.
4) Mengarahkan visi dan misi beserta tujuan kurikulum yang sudah ditetapkan agar
proses manajemen kurikulum yang dilakukan mampu memperkuat besrta mampu
mengarahkan visi dan misi, beserta tujuan kurikulum.14

d) Miller-Seller

13
Yu’timaalahuyatazaka, Model Pengembangan Kurikulum Hilda Taba dan Identifikasinya Dalam Kurikulum
Pendidikan Islam, Universitas Ahmad Dahlan Yogyakarta, TADBIR : Jurnal Manajemen Pendidikan Islam Vol. 4, No. 2,
(Agustus 2016), 140.
14
Istianatul Hasanah, Manajemen Kurikulum Perspektif Oliva: Telaah Epitemologis, Universitas Nurul Jadid
Paiton Probolinggo, Tadbir : Jurnal Studi Manajemen Pendidikan, Vol. 3, No. 1, (Mei 2019), 71.

8
Model pengembangan kurikulum Miller-Seller merupakan pengembangan kurikulum
kombinasi dari model transmisi (Gagne) dan model transaksi (Taba’s & Robinson), dengan
tahapan pengembangan sebagai berikut:
1) Klarifikasi Orientasi Kurikulum
Langkah pertama yang dianggap sangat penting adalah menguji dan mengklarifikasi
orientasi. Orientasi ini merefleksikan pandangan filosofis, psikologis, dan sosiologis
terhadap kurikulum yang seharusnya dikembangkan.
2) Pengembangan Tujuan
Langkah berikutnya adalah mengembangkan tujuan umum (aims) dan
mengembangkan tujuan khusus berdasarkan orientasi kurikulum yang bersangkutan.
Tujuan umum dalam konteks ini adalah mereflesikan pandangan orang (image
person) dan pandangan (image) kemasyarakatan. Tujuan pengembangan merupakan
tujuan yang masih relatif umum. Oleh karena itu, perlu dikembangkan tujuan-tujuan
yang lebih khusus hingga pada tujuan instruksional.
3) Identifikasi Model Mengajar
Identifikasi model mengajar (strategi mengajar) harus sesuai dengan tujuan dan
orientasi kurikulum. Pada tahap ini pelaksana kurikulum harus mengidentifikasi
strategi mengajar yang akan digunakan yang disesuaikan dengan tujuan dan orientasi
kurikulum. Kriteria yang harus diperhatikan dalam menentukan model mengajar yang
akan digunakan:
 Disesuaikan dengan tujuan umum dan tujuan khusus
 Strukturnya harus sesuai dengan kebutuhan siswa
 Guru yang menerapkan kurikulum ini harus sudah memahami secara utuh, sudah
dilatih, dan mendukung model.
 Tersedia sumber-sumber yang esensial dalam pengembangan model.
4) Implementasi
Langkah ini merupakan langkah menerapkan kurikulum berdasarkan pada langkah-
langkah sebelumnya. Implementasi sebaiknya dilaksanakan dengan memerhatikan
komponen-komponen program studi, identifikasi sumber, peranan, pengembangan
profesional, penetapan waktu, komunikasi, dan sistem monitoring. Langkah ini
merupakan langkah terakhir dalam pengembangan kurikulum. 15

C. Penutupan
15
Syafruddin Nurdin, Model Kurikulum Miller-Seller dan Pengembangannya Dalam Instructional Design,
Fakultas Tarbiyah IAIN Imam Bonjol Padang, Jurnal Al-Fikrah, Vol. 2, No. 1, (Januari-Juni 2014), 20-22.

9
1. Kesimpulan
Pengembangan kurikulum bukan hanya sekedar memilih dan menyusun bahan pelajaran dan
metode magajar, tetapi meyangkut penentuan arah dan orientasi pendidikan, pemilihan sistem dan
model kurikulum, baik model konsep, model desain, model evaluasinya, serta berbagai perangkat dan
pedoman penjabaran serta pedoman implemntasi dari model-model tersebut.
Desain kurikulum adalah menyangkut pola pengorganisasian unsur-unsur atau komponen
kurikulum. Penyusunan desain kurikulum dapat dilihat dari dua dimensi, yaitu dimensi horizontal dan
vertikal. Dimensi horizontal berkenaan dengan penyusunan dari lingkup isi kurikulum. Sedangkan
dimensi vertikal menyangkut penyusunan sekuens bahan berdasarkan urutan tingkat kesukaran.
Model pengembangan kurikulum merupakan suatu alternatif prosedur dalam rangka mendesain
(designing), menerapkan (implementation), dan mengeavaluasi (evaluation) suatu kurikulum.
Dalam pengembangan kurikulum terdapat beberapa model yang dapat digunakan yaitu sebagai
berikut:
a) Model R.W. Tyler
b) Model Hilda Taba
c) Model Oliva
d) Miller-Seller

Banyak model yang tersedia untuk pengembangan kurikulum. Pemilihan model pengembangan
kurikulum tidak hanya didasarkan pada kelebihan dan manfaatnya, serta kemungkinan untuk
mencapai hasil yang optimal, tetapi juga harus disesuaikan dengan sistem pendidikan dan sistem
manajemen pendidikan yang dipilih serta model konseptual pendidikan yang digunakan. Model
sentralisasi pengembangan kurikulum dalam sistem pendidikan dan manajemen berbeda dengan
model desentralisasi. Model pengembangan kurikulum akademik berbeda dengan kurikulum
humaniora, teknologi, dan restrukturisasi sosial.

2. Saran
Dari beberapa penjelasan diatas mengenai model konsep, desain, pendekatan dan model
pengembangan kurikulum maka penulis menyarankan untuk pembaca agar dapat memahami dan
mengimplementasikan yang telah dipaparkan diatas. Serta dapat memanfaatkan beberapa model
kurikulum untuk dikembangkan dengan baik.

10
REFERENSI

Dr. Baderiah, M. Ag., (2018), Buku Ajar Pengembangan Kurikulum, Lembaga Penerbit Kampus Iain
Palopo.

Dr. Sudarman,S.Pd,M.Pd, (2019), Buku Ajar Pengembangan Kurikulum Kajian Teori dan Praktik,
Mulawarman University Press

Fitriah, (2018), Model Pengembangan Kurikulum Ralp W. Tyler, An-Nahdhah, Vol. 11, No. 21.

Istianatul Hasanah, (2019), Manajemen Kurikulum Perspektif Oliva: Telaah Epitemologis,


Universitas Nurul Jadid Paiton Probolinggo, Tadbir : Jurnal Studi Manajemen Pendidikan, Vol.
3, No. 1.

Masdiono, (2019), Desain Pengembangan Kurikulum Pendidikan Dasar, Ada’a: Jurnal Pendidikan
Dasar, Vol. 1, No. 1.

Musa’adatul Fithriyah, (2017) Pendekatan-Pendekatan Dalam Mengembangkan Kurikulum


Pendidikan Dasar, At-Thullab: Jurnal Pendidikan Guru Madrasah Ibtidaiyah, Vol. 1, No. 2.

Prof. Dr. Syafaruddin, M.Pd. dan Dr. H. Amiruddin MS, M.A, (2017), Manajemen Kurikulum,
Perdana Publishing.

Syafruddin Nurdin, (2014), Model Kurikulum Miller-Seller dan Pengembangannya Dalam


Instructional Design, Fakultas Tarbiyah IAIN Imam Bonjol Padang, Jurnal Al-Fikrah, Vol. 2,
No. 1.

Wahyu Aprilia, (2020), Organisasi dan Desain Pengembangan Kurikulum, Islamika: Jurnal
Keislaman dan Ilmu Pendidikan, Vol. 2, No. 2.

Yu’timaalahuyatazaka, (2016), Model Pengembangan Kurikulum Hilda Taba dan Identifikasinya


Dalam Kurikulum Pendidikan Islam, Universitas Ahmad Dahlan Yogyakarta, TADBIR : Jurnal
Manajemen Pendidikan Islam Vol. 4, No. 2.

11

Anda mungkin juga menyukai