Anda di halaman 1dari 15

KONSEP DASAR KURIKULUM DAN PRAKTEK PENGEMBANGAN

KURIKULUM DI INDONESIA

Nabilah Saputri
Nabilahsaputri21@mhs.uinjkt.ac.id

ABSTRAK
Artikel ini menjabarkan tentang konsep dasar kurikulum dan pengembangan
kurikulum di Indonesia. Penelitian ini menggunakan metode penelitian
kepustakaan (library research) dengan mengkaji artikel, jurnal, buku-buku atau
sumber lain yang relevan. Teknik analisis yang digunakan adalah teknik analisis
data Miles and Hubberman. Dalam artikel ini menjabarkan kurikulum dalam
perspektif sejarah dan makna, kedudukan kurikulum sebagai sentral dalam
proses pendidikan, fungsi kurikulum sebagai pengembangan, penerapan,
evaluasi, dan penyempurnaannya, selanjutnya ragam fungsi kurikulum yang
sangat menunjang terlaksananya kegiatan belajar mengajar bagi pendidik dan
peserta didik, serta bagi komponen yang ada dalam pelaksanaan pendidikan.
Kemudian komponen-komponen kurikulum dalam pelaksanaan pendidikan
dan bagaimana praktek pengembangan kurikulum di Indonesia sejak tahun
1945 hingga sekarang.
Kata Kunci : Kurikulum, Konsep dasar kurikulum, Fungsi kurikulum, Komponen
kurikulum, Pengembangan kurikulum di Indonesia.

ABSTRACT
This article describes the basic concepts of curriculum and curriculum
development in Indonesia. This study uses library research methods by
reviewing articles, journals, books or other relevant sources. The analytical
technique used is the data analysis technique of Miles and Hubberman. This
article describes the curriculum in the perspective of history and meaning, the
position of the curriculum as central in the educational process, the function of
the curriculum as development, implementation, evaluation, and refinement,
then the various functions of the curriculum that greatly support the

1
implementation of teaching and learning activities for educators and students, as
well as for students. components in the implementation of education. Then the
components of the curriculum in the implementation of education and how the
practice of curriculum development in Indonesia since 1945 until now.
Keywords : Curriculum, curriculum basic concepts, curriculum function,
curriculum components, curriculum development in Indonesia.

A. PENDAHULUAN
Dalam dunia pendidikan istilah kurikulum seakan menjadi kata yang wajib
diketahui oleh seorang pendidik agar dapat menyampaikan informasi sesuai
dengan ketentuan yang ada. Kurikulum merupakan acuan pembelajaran dalam
pendidikan yang memuat isi dan materi pelajaran. Mengingat pentingnya peranan
kurikulum di dalam pendidikan dan dalam perkembangan kehidupan manusia,
maka dalam penyusunan kurikulum tidak bisa dilakukan tanpa menggunakan
landasan yang kokoh dan kuat.
Penyusunan dan pengembangan kurikulum tidak bisa dilakukan secara
sembarangan, maka diibutuhkan berbagai landasan yang kuat agar mampu
dijadikan dasar pijakan dalam melakukan proses penyelenggaraan pendidikan,
sehingga dapat memfasilitasi tercapainya sasaran pendidikan dan pembelajaran
secara lebih efektif dan efisien.
Pengembangan dan perbaikan kurikulum terus dilakukan, maka dari itu kita
harus mengetahui bagaimana praktek pengembangan kurikulum diindonesia.
Pengajaran dengan pedoman ajar telah menggunakan beberapa kali pergantian
kurikulum, dari kurikulum 1947, 1952, 1964, 1968, 1975, 1984, 1994, 2004 dan
2006. Karena kurikulum yang terakhir ini juga masih mendapat kritikan dengan
dianggap tidak relevan dengan perkembangan pengetahuan abad ke 21,
pemerintah melakukan penyempurnaan kurikulum tersebut dengan
mengembangkan kurikulum 2013.

B. METODA

Penelitian ini menggunakan penelitian kepustakaan (library research) yang


menggunkan buku-buku dan literatur-literatur lainnya sebagai objek yang utama

2
(Hadi 1995). Teknik pengumpulan data dengan mengkaji artikel, jurnal, buku-
buku atau sumber lain yang relevan dengan penulisan artikel ini yaitu tentang
konsep dasar kurikulum dam praktek pengembangan kurikulum di Indonesia.
Bahan pustaka kemudian dibahas dan dianalisis secara kritis dan mendalam
menggunakan teknik analisis data Miles and Hubberman. Pengumpulan data
dalam penelitian ini melalui tahap reduksi data, yang mana penulis merangkum,
memilih hal-hal yang pokok dan memfokuskan hal-hal yang penting tentang
konsep dasar kurikulum dan praktek pengembangan kurikulum di Indonesia.
Setelah data terkumpul maka data dianalisis. Metode analisis yang digunakan
adalah analisis konten dan analisis deskriptif dan tahap terakhir penulis menarik
kesimpulan dari temuan data setelah dilakukan pengecekan ulang pada data yang
telah dianalisis.

Studi kepustakaan merupakan serangkaian kegiatan yang


berkenanan dengan metode pengumpulan data Pustaka, membaca dan
mencatat serta mengolah bahan penelitian (Zed, 2008). Teknik
pengumpulan data dengan mengkaji dari jurnal, buku, artikel ilmiah,
dan sumber-sumber baik cetak maupun elektronik yang dianggap
relevan dengan penelitian. Bahan pustaka kemudian dibahas dan
dianalisis secara kritis dan mendalam menggunakan teknik analisis
data Miles and Hubberman. Analisis ini terdiri dari tiga alur kegiatan
yang terjadi secara bersamaan yaitu: reduksi data, penyajian data,
penarikan kesimpulan/verifikasi. Pengumpulan data dalam penelitian ini
melalui tahap reduksi data, yang mana penulis merangkum, memilih
hal-hal yang pokok dan memfokuskan hal-hal yang penting tentang
gaya kepemimpinan kepala sekolah. Setelah data terkumpul maka data
dianalisis. Metode analisis yang digunakan adalah analisis konten dan
analisis deskriptif dan tahap terakhir penulis menarik kesimpulan dari
temuan data setelah dilakukan pengecekan ulang pada data yang telah
dianalisis

C. HASIL DAN PEMBAHASAN

Konsep Dasar Kurikulum

3
Kurikulum mulai dikenal di dunia pendidikan sebagai suatu istilah kurang
lebih satu abad yang lalu (Nasution 1990). Istilah kurikulum bila ditinjau dari
pengertian etimologis berasal dari bahasa Yunani, yaitu curir yang artinya
“pelari” dan curere yang berarti ”tempat berpacu” berasal dari dunia olahraga,
terutama dalam bidang atletik pada zaman romawi kuno di Yunani. Dalam
pengertian terminologis, istilah kurikulum dipergunakan dalam dunia pendidikan,
dengan pengertian sejumlah pengetahuan atau mata pelajaran yang harus
ditempuh atau diselesaikan siswa guna mencapai suatu tingkatan atau ijazah
(Sudirman 1987).
Menurut Saylor J. Gallen & William N. Alexander dalam bukunya
Curriculum Planning menyatakan Kurikulum adalah “Keseluruhan usaha sekolah
untuk mempengaruhi belajar baik berlangsung dikelas, dihalaman maupun diluar
sekolah”. Kurikulum sebagai suatu sistem menyangkut penentuan segala
kebijakan tentang kurikulum, susunan personalia dan prosedur pengembangan
kurikulum, penerapan, evaluasi, dan penyempurnaannya. Fungsi utama sistem
kurikulum adalah dalam pengembangan, penerapan, evaluasi, dan
penyempurnaannya, baik sebagai dokumen tertulis maupun aplikasinya dan
menjaga agar kurikulum tetap dinamis.
Secara konseptual kurikulum secara garis besar mempunyai tiga ranah,
yaitu: kurikulum sebagai bidang studi, kurikulum sebagai substansi (rencana
pengajaran), dan kurikulum sebagai suatu sistem.
1) Kurikulum sebagai suatu bidang studi. Kurikulum berfungsi
sebagai suatu disiplin yang dikaji di lembaga pendidikan seperti
perguruan tinggi. Tujuan kurikulum sebagai suatu bidang studi adalah
untuk mengembangkan ilmu kurikulum dan sistem kurikulum. Mereka
yang mendalami bidang kurikulum mempelajari tentang konsep dasar
kurikulum, mereka juga melakukan kegiatan penelitian dan percobaan
guna menemukan hal-hal baru yang dapat memperkuat dan
memperkaya bidang studi kurikulum.
2) Kurikulum sebagai substansi (rencana pengajaran). Kurikulum
berisi tujuan yang ingin dicapai, bahan yang akan disajikan, kegiatan
pengajaran, alat-alat pengajaran dan jadwal waktu pengajaran. Suatu

4
kurikulum digambarkan sebagai dokumen tertulis yang berisi rumusan
tentang tujuan, bahan ajar, kegiatan belajar-mengajar, jadwal, dan
evaluasi yang telah disepakati dan di setujui bersama oleh para
penyusun kurikulum dan pemangku kebijaksanaan dengan
masyarakat.
3) Kurikulum sebagai suatu sistem. Kurikulum merupakan bagian atau
subsistem dari keseluruhan kerangka organisasi sekolah atau sistem
sekolah. Hasil dari sistem kurikulum adalah tersusunnya suatu
kurikulum. Kurikulum sebagai sistem mempunyai fungsi bagaiamana
cara memelihara kurikulum agar tetap berjalan dinamis.

Dalam pendidikan formal kurikulum memiliki kedudukan sentral pada


seluruh proses pendidikan, karena kurikulum memberikan pedoman dan
pegangan dalam proses pendidikan, Kurikulum juga merupakan keseluruhan
program dan kehidupan dalam sekolah dan dipandang sebagai bagian dari
kehidupan atau eksistensi sekolah. Oleh karena itu kedudukan kurikulum
sangatlah berpengaruh terhadap maju mundurnya atau  survive  suatu lembaga
pendidikan atau bagi pendidikan.
Dengan kata lain, kurikulum merupakan syarat mutlak bagi pendidikan
sekolah. Kalau kurikulum merupakan syarat mutlak, hal itu berarti bahwa
kurikulum merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari pendidikan atau
pengajaran. Dapat kita bayangkan bagaimana bentuk pelaksanaan suatu
pendidikan atau pengajaran di sekolah yang tidak memiliki kurikulum.
Kurikulum dalam dunia pendidikan memiliki ragam fungsi yang sangat
menunjang terlaksananya kegiatan belajar mengajar yang diinginkan.
Kurikulum tidak hanya berfungsi bagi pendidik dan peserta didik, namun juga
berfungsi bagi komponen yang ada dalam pelaksanaan pendidikan . Bagi guru,
kurikulum berfungsi sebagai pedoman dalam pelaksanaan proses pembelajaran.
Proses pembelajaran yang tidak berpedoman kepada kurikulum, maka tidak
akan berjalan dengan efektif. Karena pembelajaran adalah proses yang
bertujuan, sehingga segala sesuatu yang dilakukan guru dan siswa diarahkan
unutuk mencapai tujuan; sedangkan arah dan tujuan pembelajaran beserta

5
bagaimana cara dan strategi yang harus dilakukan untuk mencapai tujuan itu
merupakan komponen penting dalam sistem kurikulum (Zulfahnur Z Firdaus
dan Rosmid Rosa 1997).
B egitupun bagi kepala sekolah dan pengawas, kurikulum berfungsi
sebagai pedoman dalam melaksanakan supervise atau pengawasan, dan bagi
orang tua, kurikulum berfungsi sebagai pedoman dalam membimbing anaknya
belajar di rumah. Bagi masyarakat, kurikulum berfungsi sebagai pedoman
untuk memberi bantuan bagi penyelenggaraan proses pendiddikan di sekolah,
lalu bagi siswa, terdapat enam fungsi kurikulum, yaitu :
a. Fungsi Penyesuaian ( the adjustive or adaptive function )
Kurikulum harus mampu mengarahkan siswa agar mampu
menyesuiaankan dirinya dengan lingkunagn baik lingkungan fisik
maupun lingkungan sosial.
b. Fungsi Integrasi ( the integrating function )
Kurikulum bermakna sebagai alat pendidikan harus mampu
menghasilkan pribadi-pribadi yang utuh, untuk dapat hidup dan
berintegrasi dengan masyarakat.
c. Fungsi Diferensiasi ( the differenting function )
Kurikulum bermakna sebagai alat pendididkan harus mampu
memberikan pelayanan terhadap perbedaan individu siswa.
d. Fungsi Persiapan ( the propedeutic function )
Kurikulum bermakana sebagai alat pendidikan harus mampu
mempersiapkan siswa untuk melanjutkan studi kejenjang
pendidikan selanjutnya.
e. Fungsi Pemilihan ( the selective function )
Kurikulum bermakna sebagai alat pendidikan harus mampu
memberi kesempatan kepada siswa untuk memilih program belajar
yang sesuai dengan kemampuan dan minatnya.
f. Fungsi Diagnostik ( the diagnostic function )
Kurikulum bermakna sebagai alat pendidikan harus mampu
membantu dan mengarahkan siswa untuk dapat memahami dan
menerima kekuatan (potensi) dan kelemahan yang dimilikinya.

6
Kurikulum mengarahkan segala bentuk aktivitas pendidikan demi
tercapainya tujuan-tujuan pendidikan. Menurut Mauritz Johnson kurikulum
juga merupakan suatu rencana pendidikan, memberikan pedoman dan
pegangan tentang jenis, lingkup, dan urutan isi, serta proses pendidikan. Di
samping itu kurikulum juga merupakan suatu bidang studi, yang ditekuni oleh
para ahli atau spesialis kurikulum, yang menjadi sumber konsep-konsep atau
memberikan landasan-landasan teoritis bagi pengembangan kurikulum
berbagai institusi pendidikan dan Sebagai sebuah sistem, kurikulum
mempunyai komponen-komponen.
Suatu kurikum harus memiliki kesesuaian atau relevansi. Kesesuaian ini
meliputi dua hal. Pertama kesesuaian antara kurikulum dengan tuntutan,
kebutuhan, kondisi dan perkembangan masyarakat. Kedua kesesuaian antar
komponen-komponen kurikulum, yaitu sesuai dengan tujuan, proses sesuai
dengan isi dan tujuan. Demikian juga evaluasi sesuai dengan proses, isi dan
tujuan kurikulum (Ahmad Wahyu Hidayat 2020). Seperti halnya dalam sistem
manapun, kurikulum harus mempunyai komponen lengkap dan fungsional baru
bisa dikatakan baik. Sebaliknya kurikulum tidak dikatakan baik apabila
didalamnya terdapat komponen yang tidak lengkap sekarang dipandang
kurikulum yang tidak sempurna (Lias Hasibuan 2010). Terdapat empat macam
komponen yaitu:
1. Tujuan
Komponen ini sangat penting karena melalui tujuan, materi, proses
dan evaluasi dapat dikendalikan untuk kepentingan mencapai tujuan
kurikulum dimaksud. Tujuan kurikulum dapat dispesifikasikan ke dalam
tujuan pembelajaran umum yaitu berupa tujuan yang dicapai untuk satu
semester, atau tujuan pembelajaran khusus yang menjadi target pada setiap
kali tatap muka. Bloom mengemukakan tiga kategori, yaitu: kognitif,
afektif, dan psikomotor. Sementara Gagne mengemukakan lima kategori
tujuan, yaitu: intellectual skill, cognitive strategies, verbal information,
motor skill, dan attitudes(Robert M. Gagne 1965). Sedangkan nurgiyantoro
mengatakan bahwa tujuan kurikulum terbagi atas tiga level atau tingkatan
yaitu:

7
a) Tujuan Jangka Panjang (aims). Tujuan ini, menggambarkan
tujuanhidup yang diharapkan serta didasarkan pada nilai yang diambil
dari filsafat.Tujuan ini tidak berhubungan langsung dengan tujuan
sekolah, melainkan sebagai target setelah anak didik menyelesaikan
sekolah, seperti; self realization, ethical character, civic responsibility.
b) Tujuan Jangka Menengah (goals) Tujuan ini merujuk pada tujuan
sekolah yang berdasarkan pada jenjangnya, misalnya; sekolah SD,
SMP, SMA dan lain-lainnya.
c) Tujuan Jangka Menengah (goals) Tujuan yang dikhususkan pada
pembelajaran di kelas, misalnya; siswa dapat mengerjakan perkalian
dengan betul, siswa dapat mempraktikkan shalat, dan sebagainya
(Burhan Nurgiyantoro 1988)

2. Materi
Komponen materi yaitu bahan-bahan kajian yang terdiri dari ilmu
pengetahuan, nilai, pengalaman dan keterampilan yang dikembangkan ke
dalam proses pembelajaran guna mencapai komponen tujuan dan komponen
materi (isi) harus benar-benar dilihat kesesuiannya dengan pencapaian
tujuan kurikulum. Berkenaan dengan penentuan materi pembelajaran,
pendidik memiliki wewenang penuh untuk menentukan materi
pembelajaran, sesuai dengan standar kompetensi dan kompetensi dasar
yang hendak dicapai dari setiap kegiatan pembelajaran. Dalam
prakteknya untuk menentukan materi pembelajaran perlu memperhatikan
hal-hal beriku:
1) Sahih (valid); dalam arti materi yang dituangkan dalam
pembelajaran benar- benar telah teruji kebenaran dan
kesahihannya. Di samping itu, juga materi yang diberikan
merupakan materi yang aktual, tidak ketinggalan zaman, dan
memberikan kontribusi untuk pemahaman ke depan.
2) Tingkat kepentingan; materi yang dipilih benar-benar diperlukan
peserta didik. Mengapa dan sejauh mana materi tersebut penting
untuk dipelajari.

8
3) Kebermaknaan; materi yang dipilih dapat memberikan manfaat
akademis maupun non akademis. Manfaat akademis yaitu
memberikan dasar-dasar pengetahuan dan keterampilan yang akan
dikembangkan lebih lanjut pada jenjang pendidikan lebih lanjut.
Sedangkan manfaat non akademis dapat mengembangkan
kecakapan hidup dan sikap yang dibutuhkan dalam
kehidupan sehari-hari.
4) Layak dipelajari; materi memungkinkan untuk dipelajari, baik
dari aspek tingkat kesulitannya (tidak terlalu mudah dan tidak
terlalu sulit) maupun aspek kelayakannya terhadap pemanfaatan
materi dan kondisi setempat.
5) Menarik minat; materi yang dipilih hendaknya menarik minat dan
dapat memotivasi peserta didik untuk mempelajari lebih lanjut,
menumbuhkan rasa ingin tahu sehingga memunculkan dorongan
untuk mengembangkan sendiri kemampuan mereka.

3. Metode
Komponen metode dalam pengertian luas berarti metode tidak hanya
sekedar metode mengajar, seperti metode caramah, tanya jawab, diskusi,
dan sebagainya. Dalam pengertian seperti ini metode diartikan dalam arti
sempit, yaitu berupa penggunaan salah satu cara dalam mengajar atau
belajar. Sedangkan metode dalam arti luas dipersoalkan mengenai
bagaimana membangun nilai, pengetahuan, pengalaman dan keterampilan
pada diri anak.
Dalam proses pembelajaran dapat digunakan berbagai macam metode
pembelajaran, antara lain: Pertama, metode keteladanan, yaitu metode
mengajar yang berpusat pada guru dengan memberikan contoh teladan yang
baik dari setiap perbuatannya, sehingga dilihat dan dituruti oleh siswanya,
seperti: disiplin, taat, kebersihan, berpakaian, dan lain-lain; kedua, metode
pembiasaan, yaitu dengan membiasakan peserta didik melakukan suatu
kegiatan secara terus menerus, sehingga ia terbiasa dengan pekerjaan itu,
seperti: membaca do’a sebelum belajar, berkata benar, shalat tepat

9
waktunya, dan lain-lain. Ketiga, metode hiwar (dialog), yaitu metode
percakapan silih berganti antara dua pihak atau lebih tentang suatu topic
bahasan yang diarah kepada pencapaian tujuan yang telah ditetapkan (Azhar
2016).

4. Evaluasi
Evaluasi dilakukan untuk mengukur berhasil atau tidaknya
pelaksanaan kurikulum. Melakukan evaluasi berarti melakukan seleksi
terhadap siapa yang berhak untuk diluluskan dan siapa yang belum berhak
diluluskan. Mengingat bahwa kegiatan pembelajaran adalah kegiatan yang
sudah didesain dan dilaksanakan untuk mencapai target tertentu, maka
evaluasi harus di dasarkan atas pencapaian target kurikulum.
Dilihat dari fungsi dan urgeni evaluasi yang demikian, Dari sudut
komponen evaluasi misalnya, berapa banyak guru yang mengerjakan suatu
mata pelajaran yang sesuai dengan latar belakang pendidikan guru dan
ditunjang pula oleh media dan sarana belajar yang memedai serta murid
yang normal (Oemar Hamalik 2015).

Praktek Pengembangan Kurikulum di Indonesia


Pada hakikatnya kurikulum dilaksanakan untuk mewujudkan program
pendidikan agar berfungsi mempengaruhi anak didik/siswa menuju tercapainya
tujuan pendidikan. Salah satu wujud nyata dalam pelaksanaan kurikulum
adalah proses belajar-mengajar. Dengan kata lain, proses belajar-mengajar
adalah operasionalisasi dari kurikulum.
Dalam perjalanan sejarah sejak tahun 1945, Praktek pengembangan
kurikulum di Indonesia telah mengalami beberapa perubahan. Perubahan
tersebut merupakan konsekuensi logis dari terjadinya perubahan sistem politik,
sosial budaya, ekonomi, dan iptek dalam masyarakat berbangsa dan bernegara.
Sebab, kurikulum sebagai seperangkat rencana pendidikan perlu
dikembangkan secara dinamis sesuai dengan tuntutan dan perubahan yang
terjadi di masyarakat. Semua kurikulum nasional dirancang berdasarkan
landasan yang sama, yaitu Pancasila dan UUD 1945, perbedaannya pada

10
penekanan pokok dari tujuan pendidikan serta pendekatan dalam
merealisasikannya. Ada beberapa kurikulum yang telah dikembangkan di
Indonesia, antara lain:
1. Kurikulum 1968
Pemerintah pada waktu itu melahirkan kurikulum ini dengan tujuan
untuk melakukan perbaikan dan peningkatan mutu pendidikan karena
kurikulum yang berlangsung sebelumnya terkesan masih diwarnai oleh
kepentingan-kepentingan tertentu yang cenderung mengakomodir sistem-
sistem yang belum sejalan dengan jiwa UUD 45. Pada tahun 1968 adalah
tahun-tahun awal berkuasanya Presiden Soeharto, kurikulum ini dibuat
untuk menjadi pedoman penyelenggaraan pendidikan secara nasional,
namun penerapannya di daerah (di sekolah) di beri kebebasan menurut
situasi dan kondisi daerah atau sekolah yeng bersangkutan.
Kurikulum 1968 bagaimana menerapkannya ke dalam proses
pembelajaran diserahkan kepada masing-masing sekolah atau guru,
kurikulum 1968 secara nasional hanya memuat tujuan materi, dedaktik
metodik dan evaluasi. Dengan demikian dapat ditegaskan bahwa kurikulum
1968 memiliki nilai inovasi dilihat dari perbaikan yang dibawa oleh
kurikulum ini dibanding dari kurikulum yang ada sebelumnya. Kurikulum
ini berupaya mendorong pengembangan kreativitas dan persaingan
kompetitif di antara daerah, sekolah dan guru untuk mengembangkan
kurikulum. Jika hal ini dapat terjadi berarti peningkatan mutu pendidikan
dapat dipenuhi sehingga mutu pendidikan nasional bisa diperoleh. itulah
tujuan tahun 1968.

2. Kurikulum 1975
Pemerintah kemudian menyempurnakan kurikulum 1968 pada tahun
1975. Kurikulum ini menekankan pendidikan lebih efektif dan efisien.
Menurut Mudjito, Direktur Pembinaan TK dan SD Departemen Pendidikan
kala itu, kurikulum ini lahir karena pengaruh konsep di bidang manajemen
MBO (management by objective). Metode, materi, dan tujuan pengajaran
dirinci dalam Prosedur Pengembangan Sistem Instruksional (PPSI), dikenal

11
dengan istilah satuan pelajaran, yaitu rencana pelajaran setiap satuan
bahasan.

3. Kurikulum 1984
Kurikulum 1984 mengusung pendekatan proses keahlian dan
mengubah prilaku guru dari seorang komunikator yang cenderung
menyampaikan bahan-bahan pelajaran dengan fungsi baru yang dikenal
dengan istilah membelajarkan murid, dimana aktivitas belajar siswa yang
melakukan, dan fungsi guru hanya ditujukan untuk memberi rangsangan
agar terjadinya kegiatan belajar oleh siswa. Perubahan fungsi guru ini
memunculkan satu model pembelajaran yang dikenal dengan istilah CBSA
(Cara Belajar Siswa Aktif)

4. Kurikulum 1994
Kurikulum ini merupakan revisi terhadap kurikulum selanjutnya dan
dinilai tidak memiliki dasar perbedaan yang prinsipil. Pada kurikulum ini
ada perubahan sistem pembagian waktu pelajaran dari semester ke
caturwulan. Dengan pembagian waktu tersebut, diharapkan siswa dapat
menerima materi pembelajaran lebih banyak dalam pembagian tiga kali
caturwulan dalam setahun. Tujuan pengajaran menekankan pada
pemahaman konsep dan keterampilan menyelesaikan soal dan pemecahan
masalah.

5. Kurikulum 2004
Kurikulum 2004 atau lebih dikenal dengan KBK (Kurikulum Berbasis
Kompetensi) yakni, perpaduan antara pengetahuan, keterampilan, nilai serta
sikap yang ditunjukkan dalam kebiasaan berpikir dan bertindak. Kurikulum
2004 mendapatkan kritik perihal kaitan alat ukur kompetensi siswa dengan
ujian yang masih dengan format pilihan ganda. Setelah dilakukan uji coba di
Pulau Jawa dan kota-kota besar di luar Pulau Jawa, KBK dianggap kurang
memuaskan bagi guru atau tenaga pengajar yang menerapkannya.

12
6. Kurikulum 2006
Pelaksanaan KBK masih dalam uji terbatas, namun pada awal tahun
2006, uji terbatas tersebut dihentikan. Dan selanjutnya dengan terbitnya
permen nomor 24 tahun 2006 yang mengatur pelaksanaan permen nomor 22
tahun 2006 tentang standar isi kurikulum dan permen nomor 23 tahun 2006
tentang standar kelulusan, lahirlah kurikulum 2006 yang pada dasarnya
sama dengan kurikulum 2004. Perbedaan yang menonjol terletak pada
kewenangan dalam penyusunannya, yaitu mengacu pada jiwa dari
desentralisasi sistem pendidikan (Alhamuddin 2014).
Dari segi isi dan proses pencapaian target kompetensi siswa dan
teknik evaluasi pelajaran tidak banyak yang berubah dengan KBK. Akan
tetapi, terdapat perbedaan yang cukup signifikan untuk guru yang diberikan
kebebasan dalam merancang pembelajaran yang sesuai dengan lingkungan
dan kondisi siswa di sekolah tersebut.

7. Kurikulum 2013
Menurut Menteri Pendidikan dan Kebudayaan, Muhammad Nuh,
menjelaskan bahwa kurikulum terbaru (Kurikulum 2013) akan lebih
menekankan pemikiran kompetensi berbasis sikap, keterampilan, dan
pengetahuan. Kurikulum 2013 berbasis kompetensi memfokuskan pada
pemerolehan kompetensi-kompetensi tertentu oleh peserta didik. Oleh
karena itu, kurikulum ini mencakup sejumlah kompetensi dan seperangkat
tujuan pembelajaran yang dinyatakan sedemikian rupa, sehingga
pencapaianya dapat diamati dalam bentuk perilaku atau keterampilan
peserta didik sebagai suatu kriteria keberhasilan. Kegiatan pembelajaran
perlu diarahkan untuk membantu peserta didik menguasai sekurang-
kurangnya tingkkat kompetensi minimal, agar mereka dapat mencapai
tujuan-tujuan yang telah ditetapkan (Alhamuddin 2014).
Di kurikulum ini guru diharapkan dapat mendorong siswa untuk
melakukan observasi, bertanya, bernalar, dan mengomunikasikan apa yang
telah siswa pahami setelah menerima materi pembelajaran. Kemudian untuk
siswa itu sendiri, diharapkan dapat memiliki tanggung jawab terhadap

13
lingkungan sekitar, kemampuan interpersonal, antar-personal, dan memiliki
kemampuan berpikir kritis.

D. KESIMPULAN
Kurikulum sebagai suatu sistem menyangkut penentuan segala kebijakan
tentang kurikulum, susunan personalia dan prosedur pengembangan kurikulum,
penerapan, evaluasi, dan penyempurnaannya. Secara konseptual kurikulum secara
garis besar mempunyai tiga ranah, yaitu: kurikulum sebagai bidang studi,
kurikulum sebagai substansi (rencana pengajaran), dan kurikulum sebagai suatu
sistem. Kurikulum sebagai pedoman dan pegangan dalam proses pendidikan,
dan kurikulum juga merupakan keseluruhan program dan kehidupan dalam
sekolah dan dipandang sebagai bagian dari kehidupan atau eksistensi sekolah.
Komponen-komponen kurikulum yang utama adalah tujuan, isi atau materi,
proses atau sistem penyampaian dan media, serta evaluasi. Dan dalam
perjalanan sejarah pendidikan Indonesia sejak tahun 1945, praktek pengembangan
pendidikan di Indonesia telah mengalami beberapa perubahan kurikulum, yaitu
kurikulum 1947, kurikulum 1952, kurikulum 1964, kurikulum 1968, kurikulum
1975, kurikulum 1984, kurikulum 1994, kurikulum 2004, kurikulum 2006, dan
kurikulum 2013.

E. DAFTAR PUSTAKA
Ahmad Wahyu Hidayat. 2020. “Inovasi Kurikulum Dalam Perspektif Komponen-
Komponen Kurikulum Pendidikan Agama Islam.” AL-FAHIM: Jurnal
Manajemen Pendidikan Islam 2 (1): 111–29.
https://doi.org/10.54396/alfahim.v2i1.72.
Alhamuddin. 2014. “Sejarah Kurikulum Di Indonesia.” Nur El-Islam 1: 48–58.
Azhar. 2016. “Perkembangan Kurikulum Di Indonesia Dari Klasik Ke Modern,”
no. July: 1–23.
Burhan Nurgiyantoro. 1988. Dasar-Dasar Pengembangan Kurikulum Sekolah;
Sebuah Pengantar Teoritis Dan Pelaksanaan. Yogyakarta: PBEE.
Lias Hasibuan. 2010. Kurikulum Dan Pemikiran Pendidikan. Jakarta: Gaung

14
Persada.
Nasution. 1990. “Asas-Asas Kurikulum.” In . Bandung: Jemmars.
Oemar Hamalik. 2015. Kurikulum Dan Pembelajaran. Jakarta: Bumi Aksara.
Robert M. Gagne. 1965. The Condition of Learning. New york: Holt, Rinehart &
Winston.
Sudirman, dkk. 1987. Ilmu Pendidikan. Bandung: Remaja Karya.
Zulfahnur Z Firdaus dan Rosmid Rosa. 1997. Telaah Kurikulum. Jakarta: Karuna.

15

Anda mungkin juga menyukai