Anda di halaman 1dari 6

Makalah Hadits Niat Motivasi Beramal

BAB I

PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG

Tempat niat adalah didalam hati. Jika seseorang berniat wudhu dalam hati kemudian dia berwudhu
maka sah wudhunya walaupun dia tidak melafadzkan niat tersebut.

Dalam niat tidak diharuskan mengucapkan dengan lisan, akan tetapi cukup dalam hati. Jika seseorang
berniat dalam hati dan mengucapkannya dengan lisan maka lebih sempurna, karena niat adalah sebuah
keikhlasan maka tempatnya adalah dalam hati.

Al-Hafidz Ibnu Hajar al-Asqolani dalam kitabnya Fathul Baari berkata: “Riya’ ialah menampakkan ibadah
dengan tujuan dilihat manusia, lalu mereka memuji pelaku amalan itu”. Imam Al-Ghazali, riya’ adalah
mencari kedudukan pada hati manusia dengan memperlihatkan kepada mereka hal-hal kebaikan.
Sementara Imam Habib Abdullah Haddad pula berpendapat bahwa riya’ adalah menuntut kedudukan
atau meminta dihormati daripada orang ramai dengan amalan yang ditujukan untuk akhirat. Dengan
demikian, dapat disimpulkan bahwa riya’ adalah melakukan amal kebaikan bukan karena niat ibadah
kepada Allah, melainkan demi manusia dengan cara memperlihatkan amal kebaikannya kepada orang
lain supaya mendapat pujian atau penghargaan, dengan harapan agar orang lain memberikan
penghormatan padanya.

Syirik adalah menyamakan selain Allah dengan Allah pada perkara yang merupakan hak istimewa-Nya.
Hak istimewa Allah seperti: Ibadah, mencipta, mengatur, memberi manfaat dan mudharat, membuat
hukum dan syariat dan lain-lainnya.

B. RUMUSAN MASALAH

1. Niat Motifasi Beramal

2. Menjauhi perbuatan Riya/ Syirik Kecil

C. TUJUAN PENULIS

1. Mampu mengetahui niatan motivasi beramal

2. Mampu menjauhi perbuat riya


.................................................................................................................................

BAB II

PEMBAHASAN

A. NIAT/MOTIVASI BERAMAL

1. TEKS AYAT :

‫ إِ َّن َما‬: ‫صلَّى هللاُ َعلَ ْي ِه َو َسلَّ َم َيقُ ْو ُل‬


َ ‫هللا‬ ِ ‫ْن ْال َخ َّطا‬
ُ ْ‫ َسمِع‬: ‫ب َرضِ َي هللاُ َع ْن ُه َقا َل‬
ِ ‫ت َرس ُْو َل‬ ٍ ‫َعنْ أَ ِمي ِْر ْالم ُْؤ ِم ِني َْن أَ ِبيْ َح ْف‬
ِ ‫ص ُع َم َر ب‬
‫ت هِجْ َر ُت ُه‬ ِ ‫هللا َو َرس ُْولِ ِه َف ِهجْ َر ُت ُه إِلَى‬
ْ ‫ َو َمنْ َكا َن‬،ِ‫هللا َو َرس ُْولِه‬ ِ ‫ت هِجْ َر ُت ُه إِلَى‬ ِ ‫ْاألَعْ َما ُل ِبال ِّنيَّا‬
ٍ ‫ت َوإِ َّن َما لِ ُك ِّل امْ ِر‬
ْ ‫ َف َمنْ َكا َن‬. ‫ئ َما َن َوى‬

َ ‫لِ ُد ْن َيا يُصِ ْي ُب َها أَ ْو ا ْم َرأَ ٍة َي ْن ِك ُح َها َف ِهجْ َر ُت ُه إِلَى َما َه‬
)‫اج َر إِ َل ْي ِه (رواه البخاري مسلم‬

2. TERJEMAHAN HADITS

Dari amirul mu’minin, abi hafs umar bin al khattab radiallahuanhu, dia berkata: saya mendengar
rasulullah saw bersabda : sesungguhnya setiap perbuatantergantung niatnya dan sesungguhnya setiap
orang (akan dibalas)berdasarkan apa yang dia niatkan. Siapa yang hijrahnya karena (ingin mendapatkan
keridhaan) allah dan rasul-nya, maka hijrahnya kepada (keridhaan) allah dan rasul-nya. Dan siapa yang
hijrahnya karena dunia yang dikehendakinya atau karena wanita yang ingin dinikahinya maka hijrahnya
(akan bernilai sebagamana) yang dia niatkan.1 (HR. Bukhari dan muslim)

3. PENJELASAN HADITS

Sebab keluarnya hadits ini adalah tentang seorang lelaki yang berhijrah hanya untuk menikahi seorang
wanita yang bernama ummu qois maka diapun dipanggil dengan sebutan muhajir ummu qois (orang
yang berhijrah karena ummu qois)”. Wanita itu sudah berniat untuk hijrah sedangkan lelaki tersebut
awalnya memilih tinggal di mekkah tapi karena ingin menikahi ummu qois juga maka ikutlah ia berhijrah
bersama nabi. Ketika nabi di tanya di terima atau tidak niat pemuda tersebut maka keluarlah hadits di
atas.

Menurut hasbi as-shidiqi, niat itu terbagi 3 (tiga), yaitu :

1. niat ibadah, yaitu tunduk dan patuh melaksanakan yang di perintahkan.

2. niat ta’at, yaitu melaksanakan apa yang allah kehendaki.

3. niat qurbah, yaitu melaksanakan ibadah dengan maksud memperoleh pahala.


Allah swt. Menggambarkan keikhlasan dalam beramal ini seperti dimuat keikhlasan dalam beramal ini
seperti dimuat dalam al-qur an surat al-baqarah (2) ayat 265 yang artinya sebagai berikut :

“dan perumpamaan orang-orang yang membelanjakan hartanya karena mencari keridaan allah dan
untuk keteguhan jiwa mereka, seperti sebuah kebun yang terletak di dataran tinggi yang disiram oleh
hujan lebat, maka kebun itu menghasilkan buahnya dua kali lipat. Jika hujan lebat tidak menyiraminya,
maka hujan gerimis (pun memadai). Dan allah maha melihat apa yang kamu perbuat.” (Qs. Al-baqarah :
265)2

B. MENJAUHI PERBUATAN RIYA/ SYIRIK KECIL

Secara bahasa, Riya’ adalah memperlihatkan suatu amal kebaikan kepada sesama manusia, adapun
secara istilah yaitu melakukan ibadah dengan niat dalam hati karena demi manusia, dunia yang
dikehendaki dan tidak berniat beribadah kepada Allah SWT.

1. TEKS HADITS

Riya’ adalah syirik kecil; demikianlah ungkapan yang dikemukakan Rasulullah SAW dalam salah satu
haditsnya yang diriwayatkan oleh Imam Ahmad bin Hambal dalam musnadnya. Rasulullah SAW
bersabda:

‫ َقالُ ْوا و‬،ُ‫ك ْاألَصْ غَ ر‬


ُ ْ‫ف َما أَ َخافُ َعلَ ْي ُك ْم ال ِّشر‬
َ ‫إِنَّ أَ ْخ َو‬
َ‫ك ْاألَصْ َغ ُر َيا َرس ُْو َل هللاِ؟‬ ُ ْ‫َما ال ِّشر‬

‫ َيقُ ْو ُل هللاُ َع َّز َو َج َّل َي ْو َم ْالقِ َيا َم ِة ْاذ َهب ُْوا إِلَى الَّذِيْ ُت َراء ُْو َن فِي ال ُّد ْن َيا َه ْل‬،ُ‫َقا َل الرِّ َياء‬

1)‫َت ِجد ُْو َن عِ ْن َد ُه ُم ْال َج َزا َء (رواه أحمد‬

2. TERJEMAHAN HADITS

“Sesungguhnya sesuatu yang paling aku takutkan terjadi pada kalian adalah syirik kecil.” Para sahabat
bertanya, “Apa itu syirik kecil wahai Rasulullah SAW?”, Beliau menjawab, “Riya.! Dan Allah akan berkata
pada hari kiamat, terhadap mereka-meeka yang riya, ‘pergilah kalian kepada orang-orang yang dahulu di
dunia kalian riya’, apakah kalian mendapatkan ganjaran dari mereka?” (HR. Ahmad)
”Dari Mahmud bin Lubaid bahwa Rasulullah S.A.W bersabda : sesungguhnya yang paling Aku
khawatirkan di antara kamu adalah syirik kecil yaitu ria” (H.R. Ahmad dengan sanad Hasan)

3. PENJELASAN HADITS

Syirik adalah mensejajarkan Allah dengan yang lain dalam hal–hal yang merupakan kekhususan bagi
Allah. Kekhususan Allah meliputi tiga hal rububiyah, uluhiyah, dan asma’. Syirik Di dalam Ar Rububiyyah
Yaitu jika seseorang meyakini bahwa ada selain Allah yang bisa menciptakan, memberi rezeki,
menghidupkan atau mematikan, dan yang lainnya dari sifat-sifat ar rububiyyah. Orang-orang seperti ini
keadaannya lebih sesat dan lebih jelek daripada orang-orang kafir terdahulu. Syirik Di dalam Al Asma’
wa Ash Shifat Yaitu kalau seseorang mensifatkan sebagian makhluk Allah dengan sebagian sifat-sifat
Allah yang khusus bagi-Nya. Contohnya, menyakini bahwa ada makhluk Allah yang mengetahui perkara-
perkara ghaib.

Riya adalah amalan yang dilakukan seseorang guna mendapatkan keridhoan manusia, baik berupa
pujian, ketenaran, atau sesuatu yang diinginkannya selain Allah SWT. Dr. Sayid Muhammad Nuh,
menggambarkan adanya tiga sebab yang memotori timbulnya riya: Pertama karena ingin mendapatkan
pujian dan nama baik di masyarakat. Kedua, kekhawatiran mendapat celaan manusia, dan ketiga,
menginginkan sesuatu yang dimiliki orang lain (tamak). Ketiga hal ini didasari dari hadits, yang
diriwayatkan Imam Bukhari:

“Dari Abu Musa al-Asyari ra, mengatakan bahwa seorang Badui bertanya kepada Rasulullah SAW,
“Wahai Rasulullah SAW, seseorang berperang karena kekesatriaaan, seseorang berperang supaya
posisinya dilihat oleh orang, dan seseorang berperang karena ingin mendapatkan pujian? Rasulullah
SAW menjawab “Barang siapa yang berperang karena ingin menegakkan kalimatullah, maka dia fi
sabilillah.” (HR. Bukhari)

Terdapat sebuah ungkapan yang dikemukakan oleh seorang sahabat Rasulullah SAW, Ali bin Abi Thalib
tentang ciri-ciri riya’ yang terdapat dalam jiwa seseorang:

‫ َو َي ْنقُصُ إِ َذا ُذ َّم‬،‫ َو َي ِز ْي ُد فِي ْال َع َم ِل إِ َذا أ ُ ْث َنى‬،‫اس‬ ُ ‫ َو َي ْن َش‬،ُ‫ان َوحْ دَ ه‬


َ ‫ط إِ َذا َك‬
ِ ‫ان فِي ال َّن‬ ٌ ‫ ل ِْلم َُرائِيْ َعالَ َم‬،ُ‫َقا َل َعلِيٌّ َكرَّ َم هللاُ َوجْ َهه‬
َ ‫ َي ْك ُس ُل إِ َذا َك‬،‫ات‬
“Orang yang riya, terdapat beberapa ciri, (1) malas, jika seorang diri, (2) giat jika di tengah-tengah orang
banyak, (3) bertambah semangat beramal jika mendapatkan pujian, (4) berkurang frekwensi amalnya
jika mendapatkan celaan.”

cara- cara menghindari ria dan memupuk keikhlasan

a) Menghadirkan sikap muraqabatullah, yaitu sikap yang menghayati bahwa Allah senantiasa
mengetahui segala gerak-gerik kita hingga yang sekecil-kecilnya, bahkan yang tergores dan terlintas
dalam hati sekalipun yang tidak pernah diketahui oleh siapapun. Dalam sebuah hadits Rasulullah SAW
mengungkapkan, “..dan sempurnakanlah amal, karena Sang Pengawas (Allah) Maha Melihat.

b) Seseorang perlu menyadari dan meyakini, bahwa dengan riya, seluruh amalannya akan tidak
memiliki arti sama sekali. Amalannya akan hilang sia-sia dan akan musnah. Serta dirinya tidak akan
pernah mendapatkan apapun dari usahanya sendiri.

c) Dirinya pun perlu menyadari, bahwa lambat launpun manusia akan mengetahui apa yang
terdapat di balik amalan-amalan baik yang dilakukannya, baik di dunia apalagi di akhirat kelak.
d) Dirinya juga perlu meyadari pula bahwa dengan riya, seseorang dapat diharamkan dari surga
Allah. Dalam hadits digambarkan, bahwa Rasulullah SAW menangis, karena takut umatnya berbuat riya’.
Kemudian beliau berkata, “Barang siapa yang belajar ilmu pengetahuan bukan kerena mencari
keridhoan Allah tapi karena keinginan duniawi, maka dia tidak akan mencium baunya surga.”

e) Banyak berdzikir kapada Allah SWT, terutama manakala sedang menjalankan suatu amalan,
yang tiba-tiba muncul pula niatan riya. Hal ini sebaiknya segera diterapi dengan dzikir.

. ...............................................................................................................................................................

BAB III

PENUTUP

A. KESIMPULAN

Niat merupakan syarat diterima atau tidaknya amal perbuatan, dan amal ibadah tidak akan
mendatangkan pahala kecuali berdasarkan niat (karena Allah ta’ala) bukan karena yang lain. Waktu
pelaksanaan niat dilakukan pada awal ibadah dan tempatnya di hati. Ikhlas niat semata-mata karena
Allah ta’ala dituntut pada semua amal shaleh dan ibadah. Seorang mu’min akan diberi pahala
berdasarkan niatnya. Semua pebuatan yang bermanfaat dan mubah (boleh) jika diiringi niat karena
mencari keridhoan Allah maka akan bernilai ibadah. Hadits diatas menunjukkan bahwa niat merupakan
bagian dari iman karena dia merupakan pekerjaan hati, dan iman menurut konsepnya adalah
membenarkan dalam hati, diucapkan dengan lisan dan diamalkan dengan perbuatan.

keikhlasan sangat di butuhkan sehingga semua orang akan berbuat hanya karena Allah bukan karena
yang lain sehingga akan melahirkan masyarakat yang benar-benar berada di jalan-Nya tanpa ada unsur
keriyaan. Berbuat Syirik adalah tercela dan harus ditinggalkan, Riya’ yaitu melaksanakan suatu
perbuatan (amal) tidak untuk mengharapkan ridha Allah, melainkan untuk tujuan yang lain. Setiap
mukmin harus senantiasa menjauhi sikap riya’, karena riya’ dapat membatalkan sebuah amal kebaikan
dan memalingkannya kepada keburukan. Dari segi jenisnya, syirik itu terdapat 2 bagian, yaitu syirik kecil
(riya’) dan syirik besar. Kedua syirik tersebut berbahaya karena dapat menghanguskan keimanan kita
kepada Allah Swt.

B. SARAN

................................................................................................................................................................
DAFTAR PUSTAKA

shalih al-‘utsaimin, syaikh Muhammad.2003. Syarah Hadist Arbain. Bogor : Pustaka Ibnu Katsir

syafe’i, Rachmat.2000. Al-Hadits. Bandungr: Setia Pustaka

http://tanbihun.com/tasawwuf/definisi-riya-dan-penjelasannya/#.UJJ8ZNkqO_J

Al-qur’an Jus 30, 29, 28, Hadits Arba’in dan Al-matsurat penerbit Indiva : Surakarta

Al-qur’an dan terjemahannya oleh Departemen agama 2004

Anda mungkin juga menyukai