Anda di halaman 1dari 8

NAMA : YUYUN MIARSI

NIM : 201302096

KELAS : D.20

TEKNOLOGI PENDIDIKAN DAN MEDIA PEMBELAJARAN

1. PENGERTIAN KURIKULUM
Pengertian kurikulum berawal dari dunia olahraga, yakni curir(pelari) dan curere (tempat
berpacu), yang diartikan sebagai jarak yang harus ditempuh oleh seorang pelari mulai dari start
sampai finish untuk memperoleh medali penghargaan (Susilana, dkk.: 2006). Dalam dunia
pendidikan diaplikasikan sebagai sejumlah mata pelajaran (subject) yang harus ditempuh siswa
dari awal sampai akhir program pelajaran untuk memperoleh penghargaan dalam bentuk ijazah.
Dari pengertian tersebut terungkap bahwa kurikulum memuat dua hal pokok, yakni (1) adanya
mata pelajaran yang harus ditempuh siswa, dan (2) tujuan utamanya memperoleh ijazah.
Implikasinya adalah setiap siswa harus menguasai seluruh mata pelajaran yang diberikan dan
menempatkan guru dalam posisi yang sangat penting dan menentukan.
Pengertian kurikulum yang menunjuk pada proses pembelajaran diungkapkan oleh Ali
(Munir, 2008), yakni kurikulum dikategorikan dalam tiga pengertian, yakni (1) kurikulum
sebagai rencana belajar peserta didik, (2) kurikulum sebagai rencana pembelajaran, dan (3)
kurikulum sebagai pengalaman belajar yang diperoleh peserta didik.
Dalam Undang-undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional
(SPN) dan digunakan dalam Peraturan Pemerintah Nomor 19 Tahun 2005 dirumuskan bahwa
kurikulum adalah seperangkat rencana dan pengaturan mengenai tujuan, materi/isi atau bahan
pelajaran, serta metode cara yang digunakan sebagai pedoman penyelenggaraan kegiatan
pembelajaran untuk mencapai tujuan pendidikan. Pengertian kurikulum tersebut menurut Munir
(2008) lebih berbentuk pada kerangka kerja atau rancangan dalam membantu berkembangnya
kemampuan-kemampuan peserta didik melalui proses pembelajaran.
(Afgani, J. (2014). Kurikulum dan pengembangannya. Analisis Kurikulum Matematika, 1-
34.)
a. Prinsip-Prinsip Kurikulum
1. Prinsip Relevansi: kesesuaian pendidikan dengan tuntutan kehidupan, atau pendidikan
dipandang relevan bila hasil yang diperoleh dari pendidikan tersebut fungsional dan berguna bagi
kehidupan anak, meliputi :
 relevan dengan lingkungan hidup siswa
 relevan dengan perkembangan kehidupan sekarang dan untuk masa akan datang
 relevan dengan dengan tuntutan dalam dunia kerja.
2. Prinsip Efektifitas : ini berkaitan dengan sejauh mana apa yang direncanakan dapat
dilaksanakan atau dapat dicapai, yang mencakup:
 efektifitas mengajar guru
 efektifitas belajar siswa
3. Prinsip Efisiensi: suatu usaha dengan memperbandingkan antara hasil yang dicapai (output)
dengan usaha yang yang telah dikerjakan atau dikeluarkan (input) mencakup efisiensi dari egi
waktu,tenaga, sarana prasarana yang menghasilkan efisiensi dalam segi biaya.
4. Prinsip Kontinuitas: saling hubungan antara berbagai tingkat, jenjang dan jenis program
pendidikan, baik mencakup:
 kontinuitas antara berbagai tingkat sekolah
 kontinuitas antara berbagai program studi 5. Prinsip Fleksibelitas : ada semacam ruang
gerak yang memberikan kebebasan atau alternatif untuk bertindak, meliputi : -
fleksibelitas dalam memilih program pendidikan - fleksibelitas dalam mengembangkan
program pengajaran
(Kartika, I. M. (2010). Pengertian Peranan Dan Fungsi Kurikulum. Denpasar: FKIP Universitas
Dwijendra Denpasar, nd, 1-7.)

2. KOMPONEN KURIKULUM
Komponen-komponen kurikulum merupakan hal terpenting yang perlu dipelajari, dikaji, diteliti
oleh setiap insan yang notabene mengelola sebuah lembaga pendidikan, begitu pula memahami
model-model pengembangan kurikulum sebab praktisi pendidikan akan salah arah manakala dia
buta terhadap keduanya.
Adapun komponen kurikulum adalah sebagai berikut:
1. Tujuan Komponen
berhubungan erat dengan arah atau hasil yang diharapan secara mikro maupun makro.
Tujuan pendidikan memiliki klasifikasi dari mulai tujuan yang sangat umum sampai tujuan
khusus yang bersifat spesifik dan dapat diukur, yang kemudian dinamakan dengan
kompetensi. Pembahasan lebih lanjut tujuan pendidikan nasional diklasifikasikan menjadi
empat yaitu:
 Tujuan Pendidikan Nasional (TPN)
 Tujuan Intstitusional (TI) atau lembaga
 Tujuan Kurikuler (TK);
 Tujuan Intruksional atau Tujuan Pembelajaran (TP)
2. Komponen Isi
Komponen isi adalah komponen yang didesain untuk mencapai komponen tujuan. Yang
dimaksud komponen materi adalah bahan-bahan kajian yang terdiri dari ilmu pengetahuan,
nilai, pengalaman, dan keterampilan yang dikembangkan ke dalam proses pembelajaran guna
mencapai komponen tujuan. Komponen materi harus dikembangkan untuk mencapai
komponen tujuan, oleh karena itu komponen tujuan dengan komponen materi atau dengan
komponen-komponen yang lainnya haruslah dilihat dari sudut hubungan yang
fungsional.Pada hakekatnya materi kurikulum adalah isi kurikulum. Dalam Undang-undang
tentang Sistem Pendidikan Nasional telah ditetapkan bahwa “Isi kurikulum merupakan bahan
kajian dan pelajaran untuk mencapai tujuan penyelenggaraan satuan pendidikan yang
bersangkutan dalam rangka upaya pencapaian tujuan pendidikan nasional” (Bab IX, Ps. 39).
Sesuai dengan rumusan tersebut isi kurikulum dikembangkan dan disusun berdasarkan
prinsip-prinsip sebagai berikut : a) Materi kurikulum berupa bahan pembelajaran yang
terdiri dari bahan kajian atau topik-topik pelajaran yang dapat dikaji oleh siswa dalam
proses belajar dan pembelajaran. b) Materi kurikulum mengacu pada pencapaian tujuan
masing-masing satuan pendidikan. Perbedaan dalam ruang lingkup dan urutan bahan
pelajaran disebabkan oleh perbedaan tujuan satuan pendidikan tersebut. c) Materi
kurikulum diarahkan untuk mencapai tujuan pendidikan nasional. Dalam hal ini, tujuan
pendidikan nasional merupakan target tertinggi yang hendak dicapai melalui pencapaian
materi kurikulum.
3. Komponen strategi
Komponen strategi dan metode merupakan komponen yang memiliki peran yang sangat
penting, dikarenakan berhubungan dengan implementasi kurikulum. Strategi pembelajaran
merupakan pola dan urutan umum perbuatan guru-siswa dalam mewujudkan kegiatan belajar
mengajar untuk mencapai tujuan yang telah ditentukan. Dengan kata lain strategi memiliki
dua hal yang penting yaitu rencana yang diwujudkan dalam bentuk kegiatan dan strategi
disusun untuk mencapai tujuan terentu. Sedangkan metode adalah upaya untuk
mengimplementasikan rencana yang sudah disusun dalam kegiatan belajar nyata agar tujuan
yang telah disusun tercapai secara optimal. Strategi menuju pada pendekatan, metode serta
peralatan mengajar yang digunakan dalam pengajaran. Pada hakekatnya strategi pengajaran
tidak hanya terbatas pada hal itu saja, tetapi menyangkut berbagai macam yang diusahakan
oleh guru dalam membelajarakan siswa tersebut. Dengan kata lain mengatur seluruh
komponen, baik pokok maupun penunjang dalam sistem pengajaran. Subandijah,
memasukkan komponen evaluasi kedalam komponen strategi. Hal ini berbeda pula dengan
pendapat para ahli lainnya yang mengatakan bahwa komponen evaluasi adalah komponen
yang berdiri sendiri.
4. Komponen evaluasi.
Komponen evaluasi adalah komponen kurikulum yang dapat diperbandingkan seperti halnya
penjaga gawang dalam permainan sepak bola, memfungsikan evaluasi berarti melakukan
seleksi terhadap siapa yang berhak untuk diluluskan dan siapa yang belum berhak diluluskan,
karena itu siswa yang dapat mencapai targetlah yang berhak untuk diluluskan,sedangkan
siswa yang tidak mencapai target (prilaku yang diharapkan) tidak berhak untuk diluluskan.
Dilihat dari fungsi dan urgeni evaluasi yang demikian, Dari sudut komponen evaluasi
misalnya, berapa banyak guru yang mengerjakan suatu mata pelajaran yang sesuai dengan
latar belakang pendidikan guru dan ditunjang pula oleh media dan sarana belajar yang
memedai serta murid yang normal.
(Bisri, M. (2020). Komponen-Komponen dan Model Pengembangan Kurikulum. Prosiding
Nasional, 3, 99-110.)
3. FUNGSI KURIKULUM
Secara umum fungsi kurikulum adalah sebagai alat untuk membantu peserta didik untuk
mengembangkan pribadinya ke arah tujuan pendidikan. Kurikulum itu segala aspek yang
mempengaruhi peserta didik di sekolah, termasuk guru dan sarana serta prasarana lainnya.
Kurikulum sebagai program belajar bagi siswa, disusun secara sistematis dan logis , diberikan
oleh sekolah untuk mencapai tujuan pendidikan. Sebagai program belajar, kurikulum adalah niat,
rencana dan harapan.
Menurut Alexander Inglis, fungsi kurikulum meliputi :
a) Fungsi Penyesuaian, karena individu hidup dalam lingkungan , sedangkan lingkungan
tersebut senantiasa berubah dan dinamis, maka setiap individu harus mampu
menyesuaikan diri secara dinamis. Dan di balik lingkungan pun harus disesuaikan dengan
kondisi perorangan, disinilah letak fungsi kurikulum sebagai alat pendidikan.
b) Fungsi Integrasi, kurikulum berfungsi mendidik pribadi-pribadi yang terintegrasi. Oleh
karena individu itu sendiri merupakan bagian integral dari masyarakat, maka pribadi yang
terintegrasi itu akan memberikan sumbangan dalam rangka pembentukan atau
pengintegrasian masyarakat.
c) Fungsi Deferensiasi, kurikulum perlu memberikan pelayanan terhadap
perbedaanperbedaan perorangan dalam masyarakat. Pada dasarnya deferensiasi akan
mendorong orang berpikir kritis dankreatif, dan ini akan mendorong kemajuan sosial
dalam masyarakat
d) Fungsi Persiapan, kurikulum berfungsi mempersiapkan siswa agar mampu melanjutkan
studi lebih lanjut untuk jangkauan yang lebih jauh atau terjun ke masyarakat.
Mempersiapkan kemampuan sangat perlu, karena sekolah tidak mungkin memberikan
semua apa yang diperlukan atau semua apa yang menarik minat mereka
e) Fungsi Pemilihan, antara keperbedaan dan pemilihan mempunyai hubungan yang
erat.Pengakuan atas perbedaan berarti pula diberikan kesempatan bagi seseorang untuk
memilih apa yang dinginkan dan menarik minatnya. Ini merupakan kebutuhan yang
sangat ideal bagi masyarakat yang demokratis, sehingga kurikulum perlu diprogram
secara fleksibel.
f) Fungsi Diagnostik, salah satu segi pelayanan pendidikan adalah membantu dan
mengarahkan para siswa agar mereka mampu memahami dan menerima dirinya sehingga
dapat mengembangkan semua potensi yang dimiliki.Ini dapat dilakukan bila mereka
menyadari semua kelemahan dan kekuatan yang dimiliki melalui eksplorasi dan
prognosa. Fungsi kurikulum dalam mendiagnosa dan membimbing siswa agar dapat
mengembangkan potensi siswa secara optimal.
(Kartika, I. M. (2010). Pengertian Peranan Dan Fungsi Kurikulum. Denpasar: FKIP
Universitas Dwijendra Denpasar, nd, 1-7.)
4. ASAS KURIKULUM

1) Asas Filosofis

Asas filosofis dalam penyusunan kurikulum, berarti dalam penyusunan kurikulum


hendaknya berdasar dan terarah pada falsafah bangsa yang dianut. Falsafah atau filsafat
berasal dari bahasa Yunani : philosopis, philo, philos, philen yang berarti cinta, pecinta,
mencintai, sedang Sophia berarti kebijaksanaan, kearifan, nikmat, hakikat, dan
kebenaran.

Dalam hal ini prinsip-prinsip ajaran filsafat yang dianut oleh suatu bangsa
seperti pancasila, kapitalisme, sosialisme, fasisme, komunisme dan sebagainya dapat
digolongkan sebagai falsafah dalam arti produk/ sebagai pandangan hidup atau falsafah
dalam arti praktis.

Dalam penyusunan kurikulum di Indonesia yang harus diacu adalah filsafat pendidikan
Pancasila. Filsafat pendidikan dijadikan dasar dan terarah, sedang pelaksanaannya
melalui pendidikan.

2) Asas Psikologi

Asas psikologi berarti kegiatan yang mengacu pada hal-hal yang bersifat psikologi.
Manusia sebagai makhluk yang bersifat unitas multiplex yang terdiri atas sembilan aspek
psikologi yang kompleks tetapi satu.
3) Asas Sosial Budaya/Asas Sosiologi
Sosiologi adalah ilmu pengetahuan yang menyelidiki berbagai gejala sosial hubungan
antar individu dengan individu, antar golongan, lembaga sosial yang disebut juga ilmu
masyarakat. Dunia sekitar merupakan lingkungan hidup bagi manusia. Masyarakat
merupakan kelompok manusia yang telah hidup dan bekerja sama hingga mereka
mengatur diri mereka sendiri dan menganggap sebagai suatu kesatuan sosial.
Sekolah adalah institusi sosial yang didirikan dan ditujukan untuk memenuhi kepentingan
dan kebutuhan asyarakat. Maka kurikulum sekolah dalam penyusunan dan pelaksanaan
banyak dipengaruhi oleh kekuatan-kekuatan sosial yang berkembang dan selalu berubah
di dalam masyarakat.
4) Asas Teknologi
lmu pengetahuan dan teknologi satu sama lain tidak dapat dipisahkan sebab ilmu
pengetahuan yang hanya sebagai ilmu untuk bahan bacaan tanpa praktikan untuk
kepentingan umat manusia hanyalah suatu teori yang mati. Sebaliknya praktik yang tanpa
didasari oleh ilmu pengetahuan hasilnya akan sia-sia.

Kurikulum tidak boleh meninggalkan kemajuan teknologi pendidikan. Peningkatan


penggunaan teknologi pendidikan akan menyebabkan naiknya tingkat efektivitas dan
efisien proses belajar mengajar selalu menonjolkan peranan guru, terutama dalam
memilih bahan dan penyampaiannya. Dengan majunya teknologi informasi, diharapkan
bahwa mengajar adalah membuat yang belajar mengajar diri sendiri, selanjutnya,
system penyampaiannya tidak harus dengan tatap muka antara guru dan siswa. Sekarang
peran guru dapat digantikan dengan media instruksional baik yang berupa media cetak
maupun non cetak terutama media elektronik, misalnya komputer, internet, rekaman
video, dan sebagainya.

Dengan teknologi pendidikan modern, proses pembelajaran akan dilakukan dengan


berbagai system penyampaiannya, misalnya system pembelajaran jarak jauh, yang
penyampaiannya dengan cara menggunakan modul, Televisi Pendidikan Nasional, siaran
radio, pendidikan, metode berprogram internet dan sebagainya.

(https://muzzam.wordpress.com/2011/03/20/asas-asas-kurikulum)

5. TEORI BELAJAR MENGAJAR


belajar adalah suatu proses perubahan tingkah laku yang terjadi melalui pengalaman dan
latihan. Tingkah laku yang mengalami perubahan tersebut menyangkut perubahan sikap,
pemecahan suatu masalah, keterampilan, kecakapan dan kebiasaan.
Mengajar adalah menyampaikan pengetahuan kepada siswa guna membantu siswa menghadapi
masalah yang terdapat pada kehidupan sehari-hari.
 Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Hasil Belajar
Menurut Muhibbin Syah, faktor-faktor yang mempengaruhi hasil belajar dibedakan menjadi tiga
macam, yaitu :
1. Faktor Internal
a) Aspek Fisiologis merupakan aspek yang berhubungan dengan kondisi jasmani dan tonus
(tegangan otot) yang menandai tingkat kebugaran organ-organ tubuh dan sendi-sendinya,
dapat mempengaruhi semangat dan intensitas siswa dalam mengikuti pelajaran. Kondisi
organ tubuh yang lemah, apalagi jika disertai pusing, kepala berat dapat menurunkan
kualitas ranah cipta (kognitif) sehingga materi yang dipelajarinya kurang atau tidak
berbekas. Agar kondisi jasmani selalu bugar siswa dapat dianjurkan untuk makan-
makanan yang bergizi, istirahat cukup dan olahraga teratur. Keadaan organ tubuh siswa
juga memberikan andil yang besar untuk membantu siswa menyerap pengetahuan. Siswa
yang memiliki kekurangsempurnaan pada indera penglihatan atau pendengaran dapat
menyulitkan mereka menyerap informasi, untuk mengatasi hal tersebut seorang guru
dapat melakukan kiat-kiat tertentu seperti meminta mereka untuk duduk di barisan
depan.
b) Aspek Psikologis
 Intelegensi Siswa
 Bakat Siswa
 Minat Siswa
 Motivasi Siswa
Faktor Eksternal
 Lingkungan Sosial
 Lingkungan Sosial Masyarakat

6. PROGRAM PENGAJARAN
Kegiatan – kegiatan yang dilakukan guru dalam pelaksanaan kurikulum di sekolah meliputi :
a) Penyusunan program pengajaran semester/catur wulan Tujuan penyusunan program
pengajaran semesteran atau caturwulan ini adalah untuk :
1) Menjabarkan bahan pelajaran yang akan disajikan guru dalam proses belajar mengajar.
2) Mengarahkan tugas yang harus ditempuh guru agar pengajaran dapat dilakukan secara
bertahap dan tepat.

Fungsi program pengajaran semester atau catur wulan ini adalah :

1. Pedoman bagi guru dalam penyelenggaraan pembelajran selama satu semester dan catur
wulan.
2. Bahan oleh kepala sekolah dan pengawas dalam melakukan pembinaan terhadap guru.
Langkah – langkah yang ditempuh dalam menyusun program pengajaran semester/catur
wulan yaitu :

1. Mempelajari GBPP mata pelajaran yang dibina.

2. Mengelompokkan bahan pengajaran yang tercantum dalam GBPP menjadi beberapa


satuan bahasan.

3. Menghitung banyaknya satuan bahasan yang terdapat selama satu semester/catur wulan.

4. Menghitung banyaknya minggu efektif sekolah (belajar) Selama satu semester/catur


wulan dengan melihat kalender pendidikan sekolah yang bersangkutan.

5. Mengalokasikan waktu yang dibutuhkan untuk setiap satuan bahasan sesuai dengan hari
efektif sekolah.

a. Mengatur pelaksanaan proses belajar mengajar sesuai dengan banyaknya minggu efektif
sekolah yang tersedia berdasarkan kalender pendidikan.

b. Penyusunan persiapan mengajar yang akan digunakan dan dipedomani oleh guru dalam
melaksanakan proses belajar mengajar dikelas.

Ningsih, K., & Afriansyah, H. (2020). Administrasi Kurikulum.

Anda mungkin juga menyukai