PENDAHULUAN
peserta didik agar peserta didik mendapatkan pengalaman belajar dari kegiatan
tersebut. Proses komunikasi yang terjadi tidak selamanya berjalan dengan lancar,
ataupun salah konsep. Untuk itu guru harus mampu memberikan alternatif
pembelajaran bagi peserta didiknya agar dapat memahami konsep yang telah
diajarkan.
menyampaikan informasi kepada peserta didik tetapi harus menjadi fasilitator yang
dan sumber belajar dengan baik, dan melihat model pembelajaran yang tepat.
tematik integratif, menambah jam pelajaran dan bertujuan untuk mendorong peserta
didik atau siswa, mampu lebih baik dalam melakukan observasi, bertanya, bernalar,
ketahui setelah menerima materi pembelajaran dan diharapkan siswa kita memiliki
1
E. Mulyasa, Standar Kompetensi dan Sertifikasi Guru, (Bandung: PT Remaja Rosdakarya. 2007). hal
56
1
kompetensi sikap, keterampilan, dan pengetahuan jauh lebih baik. Mereka akan lebih
kreatif, inovatif, dan lebih produktif, sehingga nantinya mereka bisa sukses dalam
Sebagai sebuah inovasi yang sedang disemaikan, perjalanan kurikulum 2013 ini
pasti tidak akan serta-merta berjalan secara sempurna. Oleh karena itu, upaya
dilakukan, baik yang difasilitasi sekolah, dinas pendidikan, dan terutama pemerintah
rangka perbaikan proses pembelajaran yang dilakukanya dan untuk memastikan diri
sebagai seorang pembelajar yang terus berusaha belajar mengasah kemampuan diri.
belajar dan memperbaiki hasil belajar peserta didik. Salah satu model pembelajaran
kooperatif.
adanya kerjasama antar siwa dalam kelompoknya untuk mencapai tujuan belajar.
Model pembelajarn kooperatif sangat berkaitan dengan konsep- konsep yang rumit
dan strategi kognitif, serta bersifat analisis sintesisi yang mengacu pada pemecahan
peserta didik untuk mencapai tujuan bersama, 2) interaksi langsung antar peserta
2
didik satu dengan peserta didik yang lain, 3) tanggung jawab masing-masing peserta
kesempatan beriteraksi secara kooperatif dan tidak dangkal kepada para peserta didik
dari latar belakang etnik yang berbeda.3 Pembelajaran kooperatif merupakan salah
dan pemahaman peserta didik karena pembelajarn ini berorientasi pada peserta didik.
dengan peserta didik lain. Pembelajaran kooperatif juga dapat memberikan dukungan
bagi peserta didik saling tukar menukar ide, memecahkan masalah, berfikir alternatif,
yang mengatur interaksi peserta didik seperti ilustrasi kehidupan sosial peserta didik
heterogenitas peserta didik dengan acuan nilai dari masing-masing peserta didik.
sebagai pembaca dan pendengar. Mereka membaca satu bagian teks, kemudian
2
Dimiyati dan Mudjiono, Belajar dan Pembelajaran, (Jakarta: PT Rineka Cipta. 2006), hal. 98
3
Slavin, R.E,Cooperative Learnin: theory, research, and practice (London:Allyman bacon,2005), hal
142
4
Ibid, hal. 144
3
pembaca merangkum informasinya sementara pendengar mengoreksi kesalahan,
mengisi materi yang hilang, dan memikirkan cara bagaimana kedua peserta didik
dapat mengingat gagasan utamanya. Pada bagian berikutnya para peserta didik
bertukar peran.
yang terlalu luas cakupannya dapat dibagikan kepada peserta didik untuk
baik yang berupa konsep maupun aplikasinya sehingga dapat meningkatkan hasil
mengeluarkan ide-ide pokok dalam suatu kelompok, karena siswa setelah membaca
dan mendiskusikan akan menganalisis artikel atau bahan bacaan tersebut, kemudian
kegiatan menyampaiakn ide pokok ke sesama teman, dapat melatih siswa untuk
berbicara dengan orang lain, selain itu juga siswa yang berfungsi sebagai pendengar
akan mencatat ide pokok dan membantu melengkapi ide poko tersebut jika masih
kurang lengkap.5 Biasanya siswa tidak berani untuk mengeluarkan pendapat kepada
5
Agus Suprijono, Cooperative Learning Teori dan Aplikasi Paikem. (Yogyakarta: Pustaka Belajar. 2010),
hal. 78
4
Berdasarkan uraian di atas, peneliti ingin mengetahui pengaruh penerapan model
pembelajaran Cooperative Script terhadap hasil belajar peserta didik dalam pelajaran
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang di atas, maka dapat dirumuskan masalah sebagai berikut:
C. Tujuan Penelitian
Berdasarkan dengan rumusan masalah di atas, maka tujuan penelitian ini yaitu untuk:
Indonesia.
D. Manfaat Penelitian
1. Lembaga (Sekolah)
5
2. Guru
Penggunaan model Cooperative Script ini diharapkan bermanfaat bagi para guru
3. Siswa
4. Peneliti
E. Sistematika Penulisan
Bagian awal laporan Penelitian Tindakan Kelas ini berisi halaman judul, kata
Bagian inti laporan Penelitian Tindakan Kelas ini terdiri dari lima bab, yaitu:
BAB I : Pendahuluan, dalam bab ini peneliti menguraikan mengenai latar belakang
sistematika penulisan.
BAB II : Tinjauan Pustaka, dalam bab ini akan dibahas mengenai kajian teori,
BAB III : Metodologi Penelitian, dalam bab ini akan dibahas mengenai tempat dan
data, prosedur penelitian tindakan kelas (PTK), dan teknik analisa data.
BAB IV : Hasil Penelitian dan Pembahasan, bab ini membahas hasil penelitian dan
pembahasan.
6
BAB V : Penutup, bab ini berisi kesimpulan dan saran yang merupakan jawaban
bab sebelumnya.
Bagian akhir laporan Penelitian Tindakan Kelas ini berisi daftar pustaka dan
lampiran-lampiran.
7
BAB II
KAJIAN PUSTAKA
A. Hasil Belajar
Hasil belajar merupakan puncak dari suatu proses belajar mengajar. Hasil
belajar juga dapat diartikan sebagai tingkat keberhasilan yang telah dicapai peserta
Proses penilaian terhadap hasil belajar dapat memberikan informasi kepada guru
melalui kegiatan belajar. Selanjutnya dari informasi tersebut guru dapat menyusun
dan membina kegiatan-kegiatan peserta didik lebih lanjut, baik untuk keseluruhan
kelas maupun individu. Sudjana mengatakan bahwa ada empat unsur utama proses
belajar mengajar, yakni tujuan, bahan, metode, dan alat penilaian. (1) Tujuan
sebagai arah dari proses belajar mengajar pada hakikatnya adalah rumusan tingkah
laku yang diharapkan dapat dikuasai oleh peserta didik setelah menerima atau
ilmiah yang dijabarkan dari kurikulum untuk dapat disampaikan atau dibahas
dalam proses belajar- mengajar agar sampai kepada tujuan yang telah ditetapkan.
(3) Metode adalah cara atau teknik yang digunakan dalam mencapai tujuan.
(4) Alat penilaian merupakan upaya atau tindakan untuk mengetahui sejauh mana
Hasil belajar yang diperoleh peserta didik adalah sebagai akibat dari proses
belajar yang dilakukan oleh peserta didik, harus semakin tinggi hasil belajar yang
6
Nana Sudjana, Penilaian Hasil Proses Belajar Mengajar, (Bandung: PT Remaja Rosdakarya. 2009),
hal. 163
8
diperoleh peserta didik. Menurut Dimyati dan Mudjiono, hasil belajar merupakan
hasil dari suatu interaksi tindak belajar dan tindak mengajar. Hasil belajar yang
baik akan menjadi balikan yang menyenangkan dan berpengaruh baik bagi usaha
belajar peserta didik selanjutnya. Peserta didik akan belajar lebih giat apabila
mendapatkan hasil belajar yang baik. Hasil belajar merupakan realisasi atau
seseorang.7
kognitif, afektif, dan psikomotor. Ranah kognitif berkaitan dengan daya pikir,
Pada penelitian ini, hasil belajar hanya mengacu pada hasil belajar
pembelajaran berkenaan dengan proses mental yang berawal dari tingkatan paling
rendah (pengetahuan) sampai ketingkat yang paling tinggi (evaluasi). Hasil belajar
yang berupa ranah kognitif menurut Bloom dalam Anderson dan Krathwolh
terdapat dalam ingatan siswa. pada tingkat kognitif terdapat dua kategori
7
Dimiyati dan Mudjiono, Belajar dan Pembelajaran, (Jakarta: PT Rineka Cipta. 2006), hal. 22
9
kognitif, yaitu: a) Mengenal (termasuk didalamnya mengidentifikasikan), b)
b. Pemahaman
Pada tingkat ini siswa dituntut untuk dapat membangun pengertian dari
c. Penerapan
10
d. Analisis
bagian tersebut dapat berhubungan satu sama lain. Pada tingkat analisis
penerapan.
e. Evaluasi
analisis.
f. Mencipta
syruktur yang baru. Pada tingkat mencipta terdapat kategori kognitif, yaitu:
11
Merencanakan (termasuk didalamnya memikirkan atau merencanakan suatu
Jadi hasil belajar yang dimaksud adalah suatu hasil yang telah dicapai
(dilakukan) oleh peserta didik setelah adanya aktifitas belajar suatu mata pelajaran
yang telah ditetapkan dalam waktu yang telah ditentukan pula. Hasil belajar dapat
diketahui setelah dilakukan evaluasi hasil belajar. Setiap orang yang melakukan
suatu kegiatan ingin tahu hasil dari kegiatan yang dilakukannya. Untuk
mengetahui tentang baik dan buruknya dan proses hasil dari kegiatan
Perilaku yang digariskan dalam tujuan pengajaran telah dicapai oleh peserta didik,
1) Faktor internal
Faktor yang berasal dari dalam diri individu dan dapat mempengaruhi hasil
8
Anderson, L.W., dan Krathwolh D. R., ATaxonomy For Learning, Teaching, And Assesing: A
Revision Of Bloom’s Taxonomy Of Educatinoal. New York: Addison Wesley Longman, 2001, hal 145
9
Nana Sudjana, Penilaian Hasil Belajar Mengajar, Bandung: Remaja Rosdakarya, 2002, hal. 22
10
Syaiful Bahri Djamarah, dkk, Metode Belajar Mengajar, hal. 106
12
a. Faktor fisiologis
fisik yang sehat dan bugar akan memberikan pengaruh positif bagi kegiatan
belajar seseorang.
b. Faktor psikologis
2. Motivasi
belajar.
3. Minat
terhadap sesuatu.
4. Sikap
dengan cara yang relatif tetap terhadap orang, peristiwa, dan sebagainya.
13
5. Bakat
akan datang.11
2) Faktor eksternal
a. Lingkungan Sosial
diantaranya:
kegiatan belajar.
peserta didik.
11
Baharuddin, dkk, Teori dan Pembelajaran, Yogyakarta : Ar-ruzz Media, 2010, hal 19-25
14
4. Lingkungan non sosial
suasana yang tenang akan membawa pada kondisi belajar yang baik.
3) Faktor instrumental
peserta didik, begitu juga dengan model mengajar guru disesuaikan dengan
1) Aspek kognitif
a) Pengetahuan (knowledge)
ini menuntut peserta didik untuk mampu mengingat (recall) atau menghafal
12
Ibid, hal. 26-28
13
Mudhofir, Teknologi Instruksional, Bandung: Remaja Rosdakarya, 1999, hal. 42
15
kota dan sebagainya. Tipe hasil belajar pengetahuan termasuk kognitif yang
paling rendah. Namun, tipe hasil belajar ini menjadi prasyarat bagi tipe hasil
alam, ilmu sosial, maupun bahasa. Misalnya, hafal suatu rumus akan
b) Pemahaman (comprehension)
sesuatu yang dibaca atau didengarnya, member contoh lain dari yang telah
c) Penerapan (application)
d) Analisis (analysis)
komprehensif.17
14
Nana Sudjana, Penilaian Hasil Proses Belajar Mengajar, (Bandung: PT Remaja Rosdakarya. 1980), hal.
23
15
Ibid, hal. 24
16
Ibid, hal. 25
17
Ibid, hal. 27
16
e) Sintesis (synthesis)
f) Evaluasi (evaluation)
mungkin dilihat dari segi tujuan, gagasan cara kerja, pemecahan dan metode
materil. Dilihat dari tersebut maka dalam evaluasi perlu adanya suatu
2) Aspek afektif
Ranah afektif berkenaan dengan sikap dan nilai. Tipe hasil belajar
afektif tampak pada siswa dalam berbagai tingkah laku seperti perhatiannya
sekelas, kebiasaan belajar dan hubungan sosial. Ada beberapa jenis kategori
a) Penerimaan (receiving)
luar yang datang kepada siswa dalam bentuk masalah, situasi atau gejala.
b) Tanggapan (responding)
18
Ibid, hal. 28
17
c) Penilaian (valuing)
d) Organisasi (organization)
hubungan satu nilai dengan nilai lain, pemantapan, dan prioritas nilai yang
telah dimilikinya.
e) Karakteristik (characterization)
3) Aspek psikomotorik
ketepatan.
kompleks.
18
e) Kemampuan yang berkenaan dengan komunikasi non-decursive seperti
Ketiga ranah tersebut menjadi obyek penilaian hasil belajar. Diantara ketiga
ranah itu, ranah kognitiflah yang paling banyak dinilai guru di sekolah karena
pengajaran.
pengertian dan bentuk yang sedikit berbeda antara satu dengan yang lainnya, namun
interaksi peserta didik seperti ilustrasi kehidupa sosial peserta didik dengan
belajar yang eksplisit antara guru dan peserta didik dan peserta didik dengan peserta
acuan nilai dari masing-masing peserta didik. Kemudian dalam kelompok tersebut,
19
Ibid, hal. 31
19
terbagi menjadi sub kelompok, dimana setiap sub kelompok ditentukan siapa yang
Masalah yang dipecahkan bersama akan disimpulkan bersama, peran guru hanya
sebagai fasilitator yang mengarahkan peserta didik untuk mencapai tujuan belajar.
Pada interaksi sswa terjadi kesepakatan, diskusi, menyampaikan pendapat dari ide-
ide pokok materi, saling mengingatkan dari kesalahan konsep yang disimpulkan,
dominan peserta didik dengan peserta didik. Aktivitas peserta didik selama
benar sangat sesuai dengan pendekatan konstruktivis yang dikembangkan saat ini.
peserta didik. Peserta didik memperoleh sesuatu yang lebih dari aktivitas kooperatif
lain yang diberikan penjelasan secara rinci. Peserta didik juga mendapatkan
berikut:
a. Bekerja sama dengan orang lain bisa membantu peserta didik mengerjakan
20
R.E. Slavin, Educational Psychology: Theory Into Practice. 6 th Edition. Buston: Allyn and Bacon.
1994, hal 76
20
c. Dengan mengidentifikasi ide-ide pokok yang ada pada materi dapat
kehidupan nyata.
kembali.21
1) Dapat meningkatkan keefektifan pembelajaran, dalam hal ini bahwa materi yang
Cooperative Script.
21
G.M, Lee, G.S, & Ball, Jacobs, Learning Cooperative Learning Via Cooperative Learning: A
Sourcebook of Lesson Plants for Teacher Education on Cooperative Learning. Singapore: SEAMEO
Regional Language Center. 1996, hal 147
21
3. Langkah-langkah Metode Pemeblajaran Cooperative Script
b) Guru membagikan wacana atau materi kepada tiap peserta didik untuk dibaca
c) Guru dan peserta didik menetapkan siapa yang pertama berperan sebagai
f) Bertukar peran, yang semula sebagai pembicara ditukar menjadi pendengar dan
sebaliknya.
h) Penutup.22
menyampaikan ide-ide pokok seperti menepuk bahu atau dengan isyarat suara atau
dengan yang lainnya, (2) Understand merupakan tahap membaca untuk memahami
22
Agus Suprijono, Cooperative Learning Teori dan Aplikasi Paikem, (Yogyakarta: Pustaka Belajar.
2010), hal. 56
22
isi teks dalam waktu tertentu, (3) Recall merupakan tahap membuat ringkasan ide-
ide pokok dari materi dan selanjutnya menyampaikan kepada pasangannya, (4)
kepada pasangannya, (6) Review merupakan tahap kedua pasangan mencari ide-ide
pokok materi.
sebagai berikut:
c) Guru dan siswa menentukan siapa yang pertama bertidak menjadi pembicara dan
pendengar.
23
Kelebihan Kekurangan
Melatih pendengaran, ketelitian, dan
Waktu yang dibutuhkan lebih banyak
kecermatan
Hanya dapat digunakan untuk mata
Setiap peserta didik mendapat peran
pelajaran tertentu
Melatih mengungkapkan kesalahan Koreksi hanya di lakukan oleh kelompok
orang lain (tidak dilakukakan koreksi seluruh kelas)
C. Kerangka Berfikir
diperlukan metode mengajar tetentu pula. Hal ini disebabkan metode yang dianggap
baik untuk suatu materi pelajaran belum tentu cocok untuk mengajarkan materi
pembelajaran dengan baik, jika tidak yang akan terjadi akan sama dengan apa yang
telah peneliti paparkan pada sub latar belakang masalah di bab 1. Suasana kelas yang
monoton atau bahkan tidak terkontrol dengan baik oleh guru menjadikan suasana
belajar menjadi tidak efektif itulah yang memicu kondisi emosional siswa menjadi
tidak stabil. Diantara mereka lebih memilih untuk mengobrol, bercanda dan bermain
dengan anggota atau teman mereka selama perlajaran dengan metode diskusi
berlangsung.
Salah satu cara yang digunakan dalam mengatasi permasalahan tersebut adalah
diharapakan akan tercipta suasana nyaman, menarik dan ceria dimana siswa bisa
24
sedikitpun eksistensi dan substansi dari mata pelajaran yang sedang disampaikan oleh
guru.
D. Hipotesis
Berdasarkan tinjauan pustaka dan kerangka berpikir di atas, maka hipotesis dari
Script dalam pembelajaran Bahasa Indonesia, dapat meningkatkan hasil belajar siswa
pada mata pelajaran Bahasa Indonesia Kelas IX.A MTs Al Al-Falah Jakarta.
25
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
1. Tempat Penelitian
2019/2020 untuk mata pelajaran Bahasa Indonesia siswa kelas IX.A pada semester
ganjil.
B. Metode Penelitian
Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah penelitian kualitatif dengan
pendekatan tindakan kelas (action class room), yaitu suatu penelitian tindakan yang
sebagai upaya guru dalam meningkatkan motivasi belajar Bahasa Indonesia siswa
C. Sumber Data
Dalam penelitian ini informan penelitiannya adalah siswa Kelas IX.A MTs Al-
Falah Jakarta berjumlah 20 orang dan seorang guru yang kompeten mengajar dengan
26
D. Teknik Pengumpulan data
1) Observasi
observasi, yang memang merupakan teknik pengumpulan data yang terkuat dalam
jenis penelitian ini dan juga untuk memperkaya data, maka peneliti melakukan
wawancara kepada siswa kelas IX.A dan seorang guru yang mengajar dengan
tersebut.
2) Wawancara
Sesuai pendapat Denzin dalam Wiriaatmadja bahwa, wawancara adalah suatu cara
untuk mengetahui situasi tertentu di dalam kelas di lihat dari sudut pandang lain.23
beberapa teman sejawat, dan lain-lain. Mereka disebut informan kunci (key
berkomunikasi.
Dalam rangka untuk memperoleh data atau informasi yang lebih terperinci dan
untuk melengkapi data hasil observasi, maka tim peneliti dapat melakukan
wawancara kepada guru, siswa, kepala sekolah, dan fasilitator yang berkolaborasi.
3. Referensi
Referensi merupakan kajian teori dari para pakar sesuai keahliannya yang
berkaitan erat dengan permasalahan penelitian yang dikutip dan tertulis dalam
23
Rohiati Wiriaatmadja, Metode Penelitian Tindakan Kelas untuk Meningkatkan Kinerja Guru dan
Dosen, Bandung: Remaja Rosdakarya, 2005, hal. 187
27
catatan kaki (foot note) sebagai teori pendukung sesuai dengan permasalahan yang
di bahas dalam penelitian ini untuk memperkuat temuan relevansi penelitian ini dan
diteliti.
4. Tindakan kelas
Penelitian tindakan kelas adalah suatu bentuk penelitian yang dilakukan oleh guru
awal hingga akhir. Adapun prosedur penelitian ini terdiri dari beberapa tahapan
kegiatan, yaitu:
b) Menganalisis permasalahan yang timbul dengan mengacu pada teori yang relevan.
28
a) Penyusunan jadwal penelitian tindakan kelas.
Tindakan disusun dalam 2 siklus, di mana masing-masing siklus terdiri dari 4 tahap
Dalam tahap ini peneliti melakukan hipotesis tindakan, yaitu untuk meningkatkan
5) Tahap pengamatan
Pada tahap ini peneliti menyusun laporan dari semua kegiatan yang telah dilakukan
pendekatan Penelitian Tindakan Kelas (PTK). Analisis data diwakili oleh momen
refleksi putaran Penelitian Tindakan Kelas (PTK). Dengan melakukan refleksi peneliti
akan memiliki wawasan autentik yang akan membantu dalam menafsirkan datanya.
29
Dalam menganalisis data yang kompleks ini peneliti menggunakan teknis analisis
kualitatif yang salah satu modelnya adalah teknik analisis interaktif yang
Analisis interaktif tersebut terdiri atas tiga komponen kegiatan yang saling terkait
satu sama lain, yaitu: “reduksi data, paparan data (display), dan penarikan
menyederhanakan, meringkas, dan mengubah bentuk data mentah yang ada dalam
data yang kurang bermakna dan menatanya sedemikian rupa, sehingga kesimpulan
30
BAB IV
HASIL PENELITIAN
1. Profil Sekolah
untuk mata pelajaran Bahasa Indonesia. MTs Al-Falah Jakarta berlokasi di Jl.
2. Kondisi Siswa
Keadaan Siswa Kelas IX.A MTs Al-Falah Jakarta Kota Jakarta Timur
berjumlah 20 orang siswa secara umum dalam kondisi yang wajar dan berjalan
3. Ekstrakurikuler
lain:
1. Pramuka
2. Hadroh
3. Futsal
31
B. Hasil Penelitian
1. Siklus I
a. Perencanaan I (Planning)
pelajaran dengan metode Cooperative Script, dalam hal ini peneliti harus
bahasan yang akan dibahas sebagai bahan tugas siswa. Dalam menjelaskan materi,
peneliti memerlukan alat tulis untuk menuliskan hal-hal penting yang menjadi
b. Tindakan I (Acting)
Pelaksanaan tindakan ini dilakukan pada minggu pertama dan kedua bulan
32
3) Guru dan siswa menentukan siapa yang pertama bertidak menjadi
7) Penutup
Saat bel pergantian jam pelajaran, proses pembelajaran belum selesai, jadi
banyak anak belum menyelesaikan pertukaran peran dan belum sempat sampai ke
tahap kesimpulan. Pada waktu diwawancarai, jawaban para siswa berbeda satu
c. Observasi I (Observing)
Dari hasil pengamatan, nilai hasil belajar siswa dalam proses belajar
Dari tabel di atas tergambar hasil hasil belajar Bahasa Indonesia yang telah
diperoleh bahwa dari 20 siswa rata-rata 57,65, baru ada 2 orang siswa atau 10,00%
33
Setelah mengikuti proses pembelajaran Bahasa Indonesia melalui metode
Cooperative Script pada siklus I diperoleh hasil nilai hasil penelitian sebagai
berikut:
No Pencapaian Siklus I
1 Nilai terendah 50
2 Nilai tertinggi 80
3 Nilai rata-rata 67,50
4 Prosentase ketuntasan 40,00 %
Dari tabel di atas tergambar hasil belajar Bahasa Indonesia yang telah
diperoleh dari 20 siswa rata-rata 67,50, baru ada 8 orang siswa atau 40,00% yang
berdasarkan penilaian hasil belajar siswa pada siklus I dapat diartikan bahwa
belajar Bahasa Indonesia yang dapat ditunjukkan dengan peningkatan nilai rata-
d. Refleksi I (Reflecting)
metode ini tidak berakhir tepat waktu karena sulitnya mengkondisikan suasana
telah dicapai pada siklus pertama, maka pada pelaksanaan siklus kedua, dibuat
34
perencanaan kembali dengan tujuan untuk dapat memberikan motivasi kepada
siswa agar lebih aktif lagi dalam pembelajaran, dan guru bisa lebih
Pada akhir siklus pertama dari hasil pengamatan peneliti dan kolaborasi
dengan temen sejawat serta hasil wawancara, dapat disimpulkan siswa mulai
terbiasa dengan metode Cooperative Script yang diberikan oleh guru, motivasi
siswa dalam menyelesaikan tugas yang diberikan guru masih terlihat kurang.
Begitu juga dengan hasil evaluasi pada nilai hasil belajar Bahasa Indonesia siswa
pada tugas awal siklus I ini penguasaan siswa terhadap materi pembelajaranpun
2. Siklus II
a. Perencanaan II (Planning)
Berdasarkan refleksi pada siklus I, maka tindakan II sebagai tahap awal guru
menyiapkan RPP II sebagai acuan dalam proses pembelajaran lebih optimal lagi,
disamping itu pula untuk meningkatkan motivasi belajar dan partisipasi dalam
keseriusan siswa mengikuti pembelajaran dengan metode ini, maka guru memberi
reward, bonus nilai, dan pujian kepada siswa agar lebih aktif lagi dalam
dari itu peneliti membuat perangkat pembelajaran yang lebih mudah dipahami
oleh siswa.
35
b. Tindakan II (Acting)
maka peneliti menyiapkan catatan untuk mencatat perilaku siswa agar dapat
6. Guru dan siswa menentukan siapa yang pertama bertidak menjadi pembicara
dan pendengar.
10. Penutup
36
menggunakan metode Cooperative Script. Terlihat banyak anak yang dapat
saja yang belum selesai mengerjakannya. Sebagian besar siswa selesai dan
c. Observasi II (Observing)
siswa selama siklus II, diperoleh hasil nilai hasil atas penilaian tugas siswa
No Pencapaian Siklus II
1 Nilai terendah 68
2 Nilai tertinggi 90
3 Nilai rata-rata 73,95
4 Prosentase ketuntasan 95,00%
Dari tabel di atas tergambar hasil belajar Bahasa Indonesia yang telah
diperoleh dari 20 siswa rata-rata 73,95, sudah ada 19 orang siswa atau sekitar
40,00%, menjadi 95,00%. Berdasarkan penilaian hasil belajar siswa pada siklus II
d. Refleksi II (Reflecting)
hasil belajar siswa dalam proses belajarpun meningkat. Siswa mampu memahami
37
tugas yang diberikan guru. Siswa juga mulai mampu berpartisipasi dalam kegiatan
aktifitas dan hasil belajar siswa dalam melaksanakan evaluasi karena kemampuan
harian.
kesimpulan sudah ada peningkatan para siswa tidak perlu dibimbing lagi oleh
gurunya.
meningkatkan hasil belajar Bahasa Indonesia siswa. Untuk lebih jelasnya dapat
dengan nilai rata-rata setelah adanya tindakan dapat dilihat pada tabel di bawah
ini:
38
siswa yang belum siswa yang
Observasi siswa Rerata Keterangan
tuntas tuntas
Sebelum dilakukan
Pra siklus 20 18 2 57,65
tindakan
Setelah dilakukan
Siklus I 20 2 8 67,50
tindakan
Setelah dilakukan
Siklus II 20 1 19 73,95
tindakan
C. Pembahasan
Penelitian tindakan kelas ini dilakukan sebanyak dua siklus. Hal tersebut
terlihat dari data yang diperoleh menunjukkan adanya peningkatan hasil belajar
Bahasa Indonesia siswa melalui model Cooperative Script. Selama proses belajar
pembelajaran. Siswa juga sudah mulai aktif berbicara baik itu menanggapi
pendapat dari siswa yang lain ataupun bertanya bila ada sesuatu hal yang tidak
dimengerti.
ini dapat dilihat dari seriusnya siswa mengikuti proses berjalannya tugas yang
diberikan oleh guru. Siswa sudah dapat menciptakan suasana kondusif dalam
mengerjakan tugas. Dalam menyelesaikan tugas yang diberikan guru, siswa dapat
sudah memahami materi yang diberikan oleh guru, sehingga pada waktu diberikan
tugas pada siklus I, dan siklus II terdapat adanya peningkatan yang signifikan
Cooperative Script. Hal ini dapat dilihat hasil belajar Bahasa Indonesia siswa,
nilai rata-rata pada pra siklus = 57,65, siklus I = 67,50 dan siklus II = 73,95.
39
BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
yang dijadikan objek penelitian, yaitu siswa Kelas IX.A MTs Al-Falah Jakarta dapat
dicapai dengan kategori tinggi dan berhasil, karena nilai rata-rata yang telah dicapai
siswa sesuai dengan target dan sesuai dengan perencanaan metodologi pada bab
sebelumnya dengan siklus I, dan II penelitian tindakan kelas. Kesimpulan PTK ini
berarti setelah melalui dua siklus, yaitu hasil belajar Bahasa Indonesia yang
dicapai dari 20 siswa nilai rata-rata pada pra siklus, siklus I, dan II berturut-turut
: 57,65, 67,50 dan 73,95 atau siswa yang telah lulus 2 orang (10,00%) ; 8 orang
guru dalam meningkatkan hasil belajar Bahasa Indonesia yang dicapai siswa
tindakan penelitian melalui metode Cooperative Script ini dari pra siklus ke siklus
I nilai ketuntasan siswa dari 10,00% meningkat 10,00% menjadi 40,00 %, dan dari
siklus I ke siklus II meningkat sebesar 55,00% menjadi 95,00 %. Hal ini dapat
40
merupakan metode yang tepat untuk diterapkan dalam menigkatkan hasil belajar
2. Berdasarkan hasil observasi siswa setelah indikator dari hasil belajar siswa
dianalisis dari pra siklus, siklus I, dan II mengalami peningkatan yang baik.
yang baik, terutama pada kuatnya motivasi belajar siswa dalam mendapatkan hasil
belajar Bahasa Indonesia dan siswa memiliki tanggung jawab yang kuat terhadap
tugas yang diberikan guru terutama membuat hasil laporan dari hasil diskusinya
antara guru, orang tua, maupun masyarakat dalam upaya mengoptimalkan upaya
Script, sedangkan yang menjadi faktor penentu peningkatan hasil belajar Bahasa
Indonesia, ini adalah upaya guru dalam mengoptimalkan tugas pokoknya sebagai
pengajar dalam pelaksanaan proses pembelajaran di dalam Kelas IX.A MTs Al-
B. Saran
sebagai berikut:
1. Diupayakan adanya hubungan (interaksi) antara guru dan siswa di kelas agar dapat
41
2. Guru hendaknya memahami tingkat perkembangan dan kemampuan siswa
sehingga akan mudah menyampaikan bahan ajar atau mendidik siswanya. Oleh
3. Adanya kerjasama antara guru dan wali murid (siswa) agar menerima dan
memberikan informasi secepatnya bila ada masalah atau kesulitan yang dihadapi,
pemecahannya.
dasar PTK untuk mengikuti pelatihan atau diklat khusus mengenai PTK, karena
masih minimnya kemampuan guru dalam melakukan kegiatan ini yang pada
umumnya menjadi kurang tertarik, padahal banyak peluang guru untuk melakukan
42