Anda di halaman 1dari 14

ASPEK-ASPEK DALAM PRINSIP EKONOMI

Mata Kuliah : Perbandingan Sistem Ekonomi

Dosen Pembimbing : Sinta Ardhilatul Jannah, S.E.,M.E.

Kelompok 4

Bayu Prasetyo
Dwi Melinda
Ekky Marthin
Fatoni
Ketri Dwi Agustina
Lasmita
Putty Marlin Handini
Heriyanti

SEKOLAH TINGGI EKONOMI DAN BISNIS ISLAM

MUARA ENIM TAHUN AJARAN 2021/2022


KATA PENGANTAR

Dengan memanjatkan puji syukur kehadirat Allah ‫ﷻ‬, atas segala


limpahan rahmat dan karuniaNya kepada kami sehingga dapat menyelesaikan
tugas mata kuliah
” Perbandingan Sistem Ekonomi”.
Kami menyadari bahwa didalam pembuatan tugas makalah ini berkat
pertolongan Allah‫ ﷻ‬serta bahwa dalam proses penulisan tugas kelompok ini
masih jauh dari kesempurnaan baik materi maupun cara penulisannya. Namun
demikian, kami telah berupaya dengan segala kemampuan dan pengetahuan yang
dimiliki sehingga dapat selesai dengan baik dan oleh karenannya, kami dengan
rendah hati dan dengan tangan terbuka menerima masukan, saran dan usul guna
penyempurnaan makalah ini.
Akhirnya kami berharap semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi
seluruh pembaca.

ii
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR...................................................................................ii
DAFTAR ISI..................................................................................................iii

BAB I PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang Masalah...........................................................................1

1.2. Rumusan Masalah....................................................................................1

BAB II PEMBAHASAN

2.1 Aspek Kepemilikan Dalam Sistem Ekonomi............................................2


2.2 Aspek Konsumsi Dalam Sistem Ekonomi ...............................................7
2.3 Aspek Distribusi Dalam Sistem Ekonomi.................................................8
BAB III PENUTUP
3.1 Kesimpulan................................................................................................10

3.2 Saran..........................................................................................................10

DAFTAR PUSTAKA ...................................................................................11

iii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Sistem ekonomi yang dikenal oleh masyarakat secara global adalah sistem ekonomi
kapitalis dan sosialis. Sistem kapitalis dipengaruhi oleh semangat mendapatkan
keuntungan semaksimal mungkin dengan sumber daya yang terbatas. Usaha kapitalis ini
didukung oleh nilai-nilai kebebasan untuk memenuhi kebutuhan. Kebebasan ini
mengakibatkan tingginya persaingan diantara sesamanya untuk bertahan. Sistem
ekonomi kapitalis memiliki beberapa kecenderungan antara lain: kebebasan memiliki
harta secara perorangan, kebebasan ekonomi dan persaingan bebas, serta ketimpangan
ekonomi.
Sedangkan sistem ekonomi sosialis mempunyai tujuan kemakmuran bersama.
Filosofi ekonomi sosialis, adalah bagaimana bersama-sama mendapatkan kesejahteraan.
Ciri-ciri ekonomi sosalis diantaranya: pemilikan harta oleh negara, kesamaan ekonomi,
dan disiplin politik.
Selain dikenal dua sistem ekonomi tersebut yaitu kapitalis dan sosialis, masyarakat
juga mengenal sistem ekonomi lainnya, yaitu sistem ekonomi islam, yang sebenarnya
telah ada sejak 14 abad yang lalu. Pemikiran ekonomi islam diawali
sejak Nabi Muhammad SAW dipilih sebagai seorang Rasul. Sistem ekonomi islam, lebih
berkaitan dengan bangunan masyarakat yang perilakunya lebih didasarkan atas sumber
islam, al-Qur’an dan al-Hadits. Sistem ekonomi islam dapat dipraktekan oleh
masyarakat manapun juga. Prinsip dasar ekonomi islam adalah kebebasan individu, hak
terhadap harta, ketidaksamaan ekonomi dalam batas yang wajar, jaminan sosial,
distribusi kekayaan, larangan menumpuk kekayaan, dan kesejahteraan individu dan
masyarakat.
Perbedaan antara Ekonomi Islam dengan Konvensional bukan hanya pada hal-hal
yang aplikatif, namun terdapat pebedaan yang mendasar secara falsafah yang digunakan
pun telah berbeda. Oleh sebab itu, pemahaman tentang perbedaan kedua sistem ini sangat
diperlukan, untuk mengetahui dan menentukan sistem ekonomi yang paling baik untuk
diaplikasikan dalam kehidupan kita. Karena kehidupan manusia selalu berkaitan dengan
permasalahan ekonomi, baik untuk memenuhi kebutuhan dan kesejahteraan, maupun
sebagai media untuk melakukan ibadah.

1.2 Rumusan Masalah


1. Apa Saja Aspek Kepemilikan Dalam Sistem Ekonomi ?
2. Apa Saja Aspek Konsumsi Dalam Sistem Ekonomi ?
3. Apa Saja Aspek Distribusi Dalam Sistem Ekonomi ?

1
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Aspek Kepemilikan Dalam Sistem Ekonomi

A. Kepemilikan Pribadi Perspektif Islam

Ekonomi Islam adalah ilmu ekonomi yang dilaksanakan dalam praktek (penerapan
ilmu ekonomi) sehari-harinya bagi individu, keluarga, kelompok masyarakat, maupun
pemerintah/penguasa dalam rangka mengorganisasi faktor produksi, distribusi, dan
pemanfaatan barang dan jasa yang dihasilkan tunduk dalam peraturan perundang-undangan
Islam5 . Sistem Ekonomi Islam, menurut Suroso Imam Zadjuli & Achmad Ramzy 6 tidak
sama/berbeda dengan sistem ekonomi lain karena :

1. Asumsi dasar/norma pokok atau aturan main dalam proses maupun interaksi
kegiatan ekonomi yang dilakukan adalah Syari’at Islam. Syari’at Islam tersebut
diberlakukan secara kaffah/totalitas baik kepada individu, keluarga, kelompok,
masyarakat, usahawan, maupun penguasa/ pemerintah dalam memenuhi kebutuhan
hidupnya baik untuk keperluan jasmani maupun rokhaniah.

2. Prinsip Ekonomi Islam adalah penerapan asas effisiensi dan manfaat dengan tetap
menjaga kelestarian lingkungan alam.

3. Motif ekonomi Islam mencari ”keberuntungan“ di dunia dan di akhirat selaku


khafitullah dengan jalan beribadah dalam arti luas.

Milik yang berasal dari bahasa Arab yaitu milk, secara bahasa dalam pandangan Islam
dapat diartikan sebagai : “Memiliki sesuatu dan sanggup bertindak secara bebas
terhadapnya”. Secara istilah, dapat didefinisikan sebagai: “Suatu ikhtisas yang menghalangi
yang lain, menurut syari’at, yang membenarkan pemilik ikhtisas itu bertindak terhadap
barang miliknya sekehendaknya, kecuali ada penghalang”. Untuk dapat kepemilikan pribadi,
sistem ekonomi Islam mensyaratkan setiap Muslim ikut aktif dan terlibat dalam semua
macam kegiatan ekonomi7 . Artinya lapangan usaha dalam pandangan Islam sangat beragam

2
karena Allah telah menghamparkan bumi ini dengan segala isinya untuk manfaat
makhluknya, sepanjang tidak bertentangan dengan syari’at Islam.

Sifat Kepemilikan dalam Islam tidak absolut, karena kepemilikan pribadi pada
dasarnya hanya bersifat “pemilikan hak pembelanjaan dan pemanfaatan”. Sehingga meskipun
pemegang hak milik mempunyai hak eksklusif yang dapat menahan orang lain menggunakan
harta bendanya tanpa ijin, tetap diakui bahwa Allah adalah pemilik mutlak seluruh harta
benda di dunia ini.

Individu dalam sistem ekonomi Islam dianggap sebagai wakil masyarakat ketika
menggunakan dan memanfaatkan harta benda miliknya. Akibatnya ia tidak lepas dari
kendali-kendali/pembatasan. Islam memandang pemilikan pribadi tidak lepas dari dimensi
fungsi sosial, manakala kepentingan masyarakat menghendaki, ia sebagai wakil masyarakat
harus mengesampingkan kepentingan pribadi.

Allah berfirman : “berimanlah kamu kepada Allah dan Rasul-Nya dan nafkahkanlah
sebagian dari hartamu yang Allah telah menjadikan kamu menguasainya (Q.57;7). Prinsip
lain dari kepemilikan sebagaimana dikemukakan oleh Sayyid Quthub adalah bahwa: “harta
benda tidak boleh hanya berada di tangan pribadi (sekelompok) anggota masyarakat”.

Jadi apabila dimaknai lebih lanjut prinsip-prinsip kepemilikan Islam ternyata Islam
tidak mengenal kepemilikan yang mengarah atau menyebabkan monopoli, oligopli, kartel,
dan sejenisnya. Islam sangat mengutamakan keselarasan dalam masyarakat atas kepemilikan
harta benda, kepemilikan individu yang merupakan bagian dari masyarakatnya jangan malah
merugikan kepentingan yang lebih luas. Kepemilikan pribadi yang mutlak, dianggap
merupakan sikap mental pengingkaran nurani kemanusiaan dan jelas-jelas menyimpang
aturan Islam.

Sistem ekonomi Islam mengandung beberapa prinsip dan unsur penting sebagai
berikut:

1. Hanya Allah Swt. yang memiliki kedaulatan penuh terhadap semua ciptaannya di
bumi. Quran dan Hadist.
2. Rasa persaudaraan di antara Muslim dari semua ras, suku, dan warna kulit. Oleh
karenanya sistem ekonomi Islam mendorong lebih kuat semua Muslim untuk

3
bekerja sama guna meningkatkan kualitas hidup. Jadi konsep persaudaraan dalam
Islam bertujuan untuk menyumbang eksploitasi masyarakat bebas dan ekonomi.
3. Karena Islam juga mendorong hubungan sosial-ekonomi dengan non ekonomi
Islam, juga mencakup sikap-sikap yang menunjukkan bahwa mereka bukan
ancaman bagi Muslim.
4. Setiap individu harus bekerja keras untuk mencapai ekonomi yang mapan dan
pendapatan yang memadai melalui batas-batas moral dan nilai-nilai Islam.
5. Ekonomi harus dibangun di atas fondasi keadilan yang kokoh bagi semua anggota
masyarakat.
6. Kebebasan ekonomi terbuka luas bagi individu, sesuai dengan batas-batas norma
dan nilai Islam dan kebiasaan yang baik dalam masyarakat.
7. Moralitas Islam yang tinggi harus berlaku di dalam setiap aktifitas ekonomi.

Tujuan utama dari sistem ekonomi Islam adalah sebagai berikut:

1. Menjamin distribusi pendapatan yang adil dan seimbang untuk kepentingan :


a. kebutuhan dasar hidup bagi individu dan masyarakat
b. mencegah konsentrasi kendali ekonomi pada sekelompok manusia
c. sebanyak mungkin kekayaan dipergunakan ke dalam aktivitas ekonomi
yang produktif
2. Mencapai pengembangan yang konsisten antara materi dan spiritual,
perkembangan ekonomi dan tujuan kemanusiaan.
3. Menciptakan kesempatan yang sama untuk menabung pada setiap individu dan
memiliki kekayaan pribadi dan untuk menyadari akan potensi pribadi yang
berdasarkan kemampuan masing-masing. Hak individu agar dapat berpartisipasi
aktif dalam ekonomi sehingga mampu menabung menjadi sangat penting dalam
Islam.
4. Islam membatasi produksi hanya untuk barang-barang dan jasa yang benar-benar
dibutuhkan dan bermanfaat bagi individu maupun masyarakat.
5. Untuk menjamin Muslim menjalankan semua aktifitas ekonomi dengan tujuan
mendapat ridha Allah, dengan cara ini Insya Allah dapat bermanfaat bagi muslim
lainnya.

4
Untuk menjamin Sistem Ekonomi Islam dapat berjalan dengan adil dan patut, Islam
menetapkan beberapa batasan yaitu:

1. Meskipun tujuan pelaku usaha adalah mendapat keuntungan, Islam tidak


mengakui keuntungan yang setingi-tingginya sebagai suatu yang utama dalam
pelaku usaha muslim.
2. Meskipun Islam sangat percaya akan ekonomi pasar, Islam mengakui bahwa sifat
manusia adalah tidak sempurna, oleh karenanya manusia harus selalu bertindak
rasional. Misalnya membiarkan beberapa aspek dalam ekonomi pasar untuk diatur
oleh pihak penguasa yang tujuannya untuk melindungi dan mengembangkan
minat dari semua anggota masyarakat.
3. Sistem pengupahan yang merupakan faktor terpenting dalam produksi; upah
sumber daya manusia sebaiknya tidak semata-mata dihitung berdasarkan nilai
produktifitasnya, tapi juga harus memperhatikan kebutuhan agar dapat menikmati
secara layak kebutuhan dasar hidupnya.

B. Kepemilikan Pribadi Perspektif Kapitalis.

Adam Smith dalam bukunya The Wealth of Nations (1776) menyebutkan masyarakat
makmur adalah masyarakat yang menerapkan aturan pasar bebas dan pengakuan terhadap
hak milik pribadi. Inilah yang disebut dengan ekonomi ala liberalisme atau kapitalisme.
Capitalism/kapitalisme adalah suatu sistem ekonomi yang mengizinkan dimilikinya alat-alat
produksi oleh pihak swasta. Sistem ekonomi yang didasarkan atas hak milik swasta atas
macam-macam barang dan kebebasan individu untuk mengadakan perjanjian dengan pihak
lain (freedom to contract) (kursif penulis), dan untuk berkecimpung dalam aktivitas-aktivitas
ekonomi yang dipilihnya sendiri berdasarkan kepentingan sendiri serta untuk mencapai laba
guna diri sendiri. Tampak jelas dalam ekonomi kapitalisme kebebasan individu mendapat
tempat yang penting sehingga prinsip yang dianut adalah individualistis, semata-mata
mengedepankan kepentingan individu.

Carla memberikan ciri-ciri pokok dari sitem ekonomi kapitalis :


1) Orang bebas memiliki sendiri alat-alat produksi atau barang modal
2) Orang bebas memilih lapangan pekerjaan dan bidang usaha sendiri
3) Produsen bebas menentukan jumlah produksi
4) Harga ditetapkan pasar

5
5) Campur tangan pemerintah atau Negara dibatasi pada hal-hal yang tidak dapat
diusahakan oleh swasta dan menjaga tertib hukum.

Lebih lanjut Carla mengatakan ciri-ciri kapitalisme adalah:

1. Modal yang digunakan secara besar-besaran dalam produksi


2. Kebebasan relatif besar dalam aktivitas ekonomi
3. Makin pentingnya peranan perusahaan berbentuk PT.
Hukum Inggris mengenal 3 elemen pada konsep kepemilikan yaitu :
a. Hak untuk mengelola sesuatu
b. Hak untuk menikmati atau menggunakannya
c. Hak untuk mengalihkan selama hidup atau setelah kematian
Sistem ekonomi kapitalis mengakui kepemilikan pribadi bukan saja terhadap benda-
benda yang berwujud tetapi juga kepemilikan atas hak dari benda-benda yang tidak berwujud
seperti kepemilikan atas kekayaan intelektual seperti, hak cipta dan merek, dan hak-hak lain
yang timbul dari kepemilikan saham-saham dalam perusahaan. Kepemilikan dalam perpektif
kapitalis/liberal diserahkan kepada semua warga Negara secara bebas dan bersaing, individu
yang mampu menguasai harta benda karena modal yang dimiliki dapat menguasai semua
barang produksi.
Carla menjelaskan 3 hal yang merugikan dari sistem perekonomian kapitalis, yaitu:
1. ketidakmerataan pembagian pendapatan
2. ketidakstabilan kehidupan ekonomi
3. konsentrasi kekuasaan ekonomi pada suatu kelompok tertentu sehingga
memungkinkan pembentukan posisi monopoli.

C. Kepemilikan Pribadi Perspektif Sosialis

Socialism atau sosialisme adalah: sebuah sistem ekonomi dimana pemerintah atau
gilde-gilde pekerja memiliki serta mengelola semua alatalat produksi, hingga demikian usaha
swasta dibatasi dan mungkin kadangkadang dihapuskan sama sekali. Dalam sistem ekonomi
sosialis ini penggunaan alat-alat produksi secara kolektif biasanya dilakukan oleh pemerintah.

Carla menguraikan 5 ciri pokok dari sistem ekonomi sosialis:

1. semua sumber ekonomi dimiliki dan dikuasai oleh Negara atas nama pemerintah

6
2. seluruh kegiatan ekonomi dan produksi harus diusahakan bersama
3. adanya penentuan jumlah dan jenis barang yang harus diproduksi oleh Badan
Perencana Pusat yang dibentuk oleh pemerintah
4. harga dan penyaluran barang ditentukan dan dikendalikan oleh pemerintah
5. semua warga negara masyarakat adalah karyawan yang wajib ikut berproduksi
sesuai kemampuan.

Sistem ekonomi sosialis –Marxist ini mempunyai prinsip pembagian/distribusi


produksi dan kekayaan yang sama atau adil di antara anggotanya. Kepemilikan pribadi dalam
sistem ekonomi sosialis tidak atau hampir tidak ada, sebaliknya keberadaan atau eksistensi
perusahaan negara menjadi bagian terpenting dalam memenuhi kebutuhan hidup
masyarakatnya.

Carla menjelaskan sistem ekonomi sosialis memiliki dua (2) dampak negatif yaitu:

1. Masyarakat tidak merasa memiliki atas barang-barang hasil produksi

2. adanya motivasi kerja yang sempit

2.2 Aspek Konsumsi Dalam Sistem Ekonomi

Aspek konsumsi sebagai kelanjutan dari aspek kepemikikan yang menekan kebebasan
pemilikan individu dalam sistem ekonomi kapitalis, sehingga menyebabkan kebebasan
individu dalam aspek konsumsi sepuas-puasnya dalam membelanjakan harta kekayaan,
sedangkan dalam sistem ekonomi sosialis karena kepemilikan itu merupakan pemilikan yang
kolektif, maka dalam aspek konsumsi pun berdasarkan pembelajaran yang berdasarkan
kepuasan orang banyak.

Dalam ekonomi modern, konsep kepuasan ini tidak mengacu kepada berbagai jenis
kepuasan, baik spiritual maupun kebendaan. Namun dalam makna kepuasan ini tidak
diterima dalam kajian kita, fakta bahwa konsumen memiliki sifat yang dipengaruhi
olehsemangat islam ternyata memberi pengaruh tertentu terhadap motivasi tersebut.

Pemaksimumkan kepuasaan itu sendiri merupakan suatu norma yang tidak terikat yang
disanjung oleh peradaban material, dan selanjutnya digantikan oleh norma baru agama islam
walaupun tidak secara menyeluruh, bagaimanapun juga konsumen masih tetap cenderung

7
mencoba memaksimumkan kepuasannya dalam setiap kesempatan. Hal ini diperjelas
ALLAH SWT dalam Al-Qur’an surat Al-Isra’ ayat (29) yang artinya :

“ Dan janganlah kamu jadikan tanganmu terbelenngu pada lehermu dan janganlah
kamu terlalu mengeluarkannya, karena itu kamu menjadi tercela dan menyesal
( jangan bathil & boros ).

Ringkasnya, islam mengakui hak setiap orang untuk memiliki semua harta benda
yang diperolehnya dengan cara yang halal, tetapi islam tidak membenarkan penggunaan harta
yang diperolehnya itu dengan cara yang serwenang-wenang dan membatasi penggunaaannya.

Menurut islam, jalan terbaik yang perlu dikuti ialan membelanjakan semua harta yang
dimiliki menurut keperluan yang wajar dan halal, dan jika terdapat kelebihan sebaiknya
disumbangkan kepada orang lain supaya keperluan (pokoknya) dapat terpenuhi, islam
mengganggap hal tersebut sebagai salah satu akhlak yang luhur dan diutamakan supaya
menyesuaiankandengan keperluan masyarakat.

2.3 Aspek Distribusi Pendapatan Dalam Sistem Ekonomi

Sejak dahulu sampai sekarang masih berlangsung kontrovesi yang luas tentang
persoalan distribusi pendapatan anatara berbagai golongan rakyat disetiap negara demokrasi
didunia. Tidak diragukan lagi bahwa pendapatan sangat penting dan perlu, tetapi yang lebih
penting lagi adalah cara distribusi. Jika para penghasil itu rajin dan mau bekerja keras,
mereka akan dapat meningkatkan kekayaan negara, demikian menurut Sosialis. Akan tetapi
jika tidak tepat, maka sebagian besar kekayaan itu akan masuk ke dalam kantong kapitalis.

Dalam islam, prinsip utama yang menentukan dalam distribusi (kekayaaan) ialah
keadilan dan kasih sayang, yang tujuan pendistribusian pendapatan tersebut ada 2 yaitu :

1. Agar kekayaan tidak menumpuk pada segolongan kecil masyarakat tetapi selalu
berada dalam masyarakat.

2. Faktor produksi yang ada perlu mempunyai pembagian yang adil dalam
kemakmuran negara.

8
Islam memberikan penekanan terhadap penyucian dan pembersihan jiwa manusia
untuk mewujudkan suatu sistem kehidupan yang sejahtera, tetapi ia tidak pernah
mengenyampingkan pertimbangan-pertimbangan yang praktis. Dalam upayanya mencapai
tujuan pendistribusian harta yang adil kepada masyarakat melalui pendidikan dan
pengamalan, untuk itu memerlukan tahapan-tahapan hukum tertentu. Bagaimana pun juga
islam jelas-jelas tidak menyetujui atau menganjurkan penyamarataan dalan distribusi
kekayaan.

Ekonomi Kapitalis dan Sosialis merupakan system ekonomi yang memisahkan antara praktik
distribusi dengan agama.

Ekonomi Kapitalis dan sosialis tidak terdapat aturan yang memuat agar para pemilik
kekayaan untuk mendistribusikan pendapatan kepada orang-orang yang berhak dan prilaku
pemiliknya cenderung materialistic hedonistic yang mengakibatkan kekayaan terfokus pada
sekelompok orang saja (kaum feodalisme), sedangkan dalam ekonomi islam terdapat anjuran
untuk mendistribusikan hartanya kepada orang-orang yang membutuhkan.

9
BAB III
PENUTUP

3.1 KESIMPULAN

1. Sistem ekonomi kapitalis adalah sistem ekonomi yang aset-aset


produktif dan atau faktor-faktor produksinya sebagian besar dimiliki
oleh sektor individu/swasta. Dipelopori oleh Adam Smith dengan
buku The Wealth of Nations –nya. Beberapa pemikirannya ialah,
swasta dibebaskan dalam hak kepemilikan, adanya The Invisible
Hand (mekanisme pasar). Peran pemerintah hampir ditiadakan
(Lasiezz-Faire), dan pasar bebas (Free Market).
2. Sistem ekonomi sosialis merupakan bentuk resistensi dari sistem
ekonomi kapitalis yang dituding sebagai penyebab tidak tercapainya
kesejahteraan yang merata. Dalam sistem ini, pemerintah mempunyai
andil besar dalam mengatur roda perekonomian di sebuah negara.
Mulai dari perencanaan, pelaksanaan, sampai pengawasan terhadap
rantai perekonomian masyarakat. Melalui tokoh terkemukanya, Karl
Marx, sosialis bercirikan, mengedepankan kebersamaan dan peran
pemerintah sangatlah kuat.
3. Secara umum, sistem ekonomi Islam didefinisikan sebagai suatu
cabang ilmu pengetahuan yang berupaya untuk memandang, meneliti,
dan akhirnya menyelesaikan permasaahan-permasalahan ekonomi
dengan cara Islami yang bersumber dari Al-Quran, As-
Sunnah. ijma’ dan qiyas. Nilai-nilai ekonomi islam, telah ada sejak
jaman Rasulullah. Kerangka bangunan ekonomi Islam terdiri dari lima
nilai universal, yakni Tauhid, ‘Adl, ‘Nubuwwah, Khilafah dan Ma’ad.
Tiga nilai derivatif, yakni Multitype Ownership, Freedom to Act dan
Social Justice. Lalu, kesemuanya dipayungi oleh Akhlak al-Karimah.

3.2 SARAN
Diharapkan makalah ini mampu memberikan informasi mengenai aspek-
aspek dalam sistem ekonomi. Yang nantinya dapat menambah wawasan
pengetahuan diantara para mahasiswa. Serta di harapkan lebih mengkaji
dan memahami materi mengenai perbandingan sistem ekonomi ini.

10
DAFTAR PUSTAKA

https://mahasiswasuksesmulia.blogspot.com/2015/11/perbandingan-sistem-
ekonomi.html (diakses pada tanggal 14 Okt 2021).

Masykuroh, Nihayatul. 2008. Jurnal. Kajian Perbandingan system eknomi


kapitalis, sosialis, dan islam.

Ramli, Tatty Aryani. 2005. Jurnal. Kepemilikan Pribadi Perspektif Islam,


Kapitalis, Sosialis. Universitas Islam Bandung

11

Anda mungkin juga menyukai