Kelompok 4
Bayu Prasetyo
Dwi Melinda
Ekky Marthin
Fatoni
Ketri Dwi Agustina
Lasmita
Putty Marlin Handini
Heriyanti
ii
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR...................................................................................ii
DAFTAR ISI..................................................................................................iii
BAB I PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang Masalah...........................................................................1
BAB II PEMBAHASAN
3.2 Saran..........................................................................................................10
iii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Sistem ekonomi yang dikenal oleh masyarakat secara global adalah sistem ekonomi
kapitalis dan sosialis. Sistem kapitalis dipengaruhi oleh semangat mendapatkan
keuntungan semaksimal mungkin dengan sumber daya yang terbatas. Usaha kapitalis ini
didukung oleh nilai-nilai kebebasan untuk memenuhi kebutuhan. Kebebasan ini
mengakibatkan tingginya persaingan diantara sesamanya untuk bertahan. Sistem
ekonomi kapitalis memiliki beberapa kecenderungan antara lain: kebebasan memiliki
harta secara perorangan, kebebasan ekonomi dan persaingan bebas, serta ketimpangan
ekonomi.
Sedangkan sistem ekonomi sosialis mempunyai tujuan kemakmuran bersama.
Filosofi ekonomi sosialis, adalah bagaimana bersama-sama mendapatkan kesejahteraan.
Ciri-ciri ekonomi sosalis diantaranya: pemilikan harta oleh negara, kesamaan ekonomi,
dan disiplin politik.
Selain dikenal dua sistem ekonomi tersebut yaitu kapitalis dan sosialis, masyarakat
juga mengenal sistem ekonomi lainnya, yaitu sistem ekonomi islam, yang sebenarnya
telah ada sejak 14 abad yang lalu. Pemikiran ekonomi islam diawali
sejak Nabi Muhammad SAW dipilih sebagai seorang Rasul. Sistem ekonomi islam, lebih
berkaitan dengan bangunan masyarakat yang perilakunya lebih didasarkan atas sumber
islam, al-Qur’an dan al-Hadits. Sistem ekonomi islam dapat dipraktekan oleh
masyarakat manapun juga. Prinsip dasar ekonomi islam adalah kebebasan individu, hak
terhadap harta, ketidaksamaan ekonomi dalam batas yang wajar, jaminan sosial,
distribusi kekayaan, larangan menumpuk kekayaan, dan kesejahteraan individu dan
masyarakat.
Perbedaan antara Ekonomi Islam dengan Konvensional bukan hanya pada hal-hal
yang aplikatif, namun terdapat pebedaan yang mendasar secara falsafah yang digunakan
pun telah berbeda. Oleh sebab itu, pemahaman tentang perbedaan kedua sistem ini sangat
diperlukan, untuk mengetahui dan menentukan sistem ekonomi yang paling baik untuk
diaplikasikan dalam kehidupan kita. Karena kehidupan manusia selalu berkaitan dengan
permasalahan ekonomi, baik untuk memenuhi kebutuhan dan kesejahteraan, maupun
sebagai media untuk melakukan ibadah.
1
BAB II
PEMBAHASAN
Ekonomi Islam adalah ilmu ekonomi yang dilaksanakan dalam praktek (penerapan
ilmu ekonomi) sehari-harinya bagi individu, keluarga, kelompok masyarakat, maupun
pemerintah/penguasa dalam rangka mengorganisasi faktor produksi, distribusi, dan
pemanfaatan barang dan jasa yang dihasilkan tunduk dalam peraturan perundang-undangan
Islam5 . Sistem Ekonomi Islam, menurut Suroso Imam Zadjuli & Achmad Ramzy 6 tidak
sama/berbeda dengan sistem ekonomi lain karena :
1. Asumsi dasar/norma pokok atau aturan main dalam proses maupun interaksi
kegiatan ekonomi yang dilakukan adalah Syari’at Islam. Syari’at Islam tersebut
diberlakukan secara kaffah/totalitas baik kepada individu, keluarga, kelompok,
masyarakat, usahawan, maupun penguasa/ pemerintah dalam memenuhi kebutuhan
hidupnya baik untuk keperluan jasmani maupun rokhaniah.
2. Prinsip Ekonomi Islam adalah penerapan asas effisiensi dan manfaat dengan tetap
menjaga kelestarian lingkungan alam.
Milik yang berasal dari bahasa Arab yaitu milk, secara bahasa dalam pandangan Islam
dapat diartikan sebagai : “Memiliki sesuatu dan sanggup bertindak secara bebas
terhadapnya”. Secara istilah, dapat didefinisikan sebagai: “Suatu ikhtisas yang menghalangi
yang lain, menurut syari’at, yang membenarkan pemilik ikhtisas itu bertindak terhadap
barang miliknya sekehendaknya, kecuali ada penghalang”. Untuk dapat kepemilikan pribadi,
sistem ekonomi Islam mensyaratkan setiap Muslim ikut aktif dan terlibat dalam semua
macam kegiatan ekonomi7 . Artinya lapangan usaha dalam pandangan Islam sangat beragam
2
karena Allah telah menghamparkan bumi ini dengan segala isinya untuk manfaat
makhluknya, sepanjang tidak bertentangan dengan syari’at Islam.
Sifat Kepemilikan dalam Islam tidak absolut, karena kepemilikan pribadi pada
dasarnya hanya bersifat “pemilikan hak pembelanjaan dan pemanfaatan”. Sehingga meskipun
pemegang hak milik mempunyai hak eksklusif yang dapat menahan orang lain menggunakan
harta bendanya tanpa ijin, tetap diakui bahwa Allah adalah pemilik mutlak seluruh harta
benda di dunia ini.
Individu dalam sistem ekonomi Islam dianggap sebagai wakil masyarakat ketika
menggunakan dan memanfaatkan harta benda miliknya. Akibatnya ia tidak lepas dari
kendali-kendali/pembatasan. Islam memandang pemilikan pribadi tidak lepas dari dimensi
fungsi sosial, manakala kepentingan masyarakat menghendaki, ia sebagai wakil masyarakat
harus mengesampingkan kepentingan pribadi.
Allah berfirman : “berimanlah kamu kepada Allah dan Rasul-Nya dan nafkahkanlah
sebagian dari hartamu yang Allah telah menjadikan kamu menguasainya (Q.57;7). Prinsip
lain dari kepemilikan sebagaimana dikemukakan oleh Sayyid Quthub adalah bahwa: “harta
benda tidak boleh hanya berada di tangan pribadi (sekelompok) anggota masyarakat”.
Jadi apabila dimaknai lebih lanjut prinsip-prinsip kepemilikan Islam ternyata Islam
tidak mengenal kepemilikan yang mengarah atau menyebabkan monopoli, oligopli, kartel,
dan sejenisnya. Islam sangat mengutamakan keselarasan dalam masyarakat atas kepemilikan
harta benda, kepemilikan individu yang merupakan bagian dari masyarakatnya jangan malah
merugikan kepentingan yang lebih luas. Kepemilikan pribadi yang mutlak, dianggap
merupakan sikap mental pengingkaran nurani kemanusiaan dan jelas-jelas menyimpang
aturan Islam.
Sistem ekonomi Islam mengandung beberapa prinsip dan unsur penting sebagai
berikut:
1. Hanya Allah Swt. yang memiliki kedaulatan penuh terhadap semua ciptaannya di
bumi. Quran dan Hadist.
2. Rasa persaudaraan di antara Muslim dari semua ras, suku, dan warna kulit. Oleh
karenanya sistem ekonomi Islam mendorong lebih kuat semua Muslim untuk
3
bekerja sama guna meningkatkan kualitas hidup. Jadi konsep persaudaraan dalam
Islam bertujuan untuk menyumbang eksploitasi masyarakat bebas dan ekonomi.
3. Karena Islam juga mendorong hubungan sosial-ekonomi dengan non ekonomi
Islam, juga mencakup sikap-sikap yang menunjukkan bahwa mereka bukan
ancaman bagi Muslim.
4. Setiap individu harus bekerja keras untuk mencapai ekonomi yang mapan dan
pendapatan yang memadai melalui batas-batas moral dan nilai-nilai Islam.
5. Ekonomi harus dibangun di atas fondasi keadilan yang kokoh bagi semua anggota
masyarakat.
6. Kebebasan ekonomi terbuka luas bagi individu, sesuai dengan batas-batas norma
dan nilai Islam dan kebiasaan yang baik dalam masyarakat.
7. Moralitas Islam yang tinggi harus berlaku di dalam setiap aktifitas ekonomi.
4
Untuk menjamin Sistem Ekonomi Islam dapat berjalan dengan adil dan patut, Islam
menetapkan beberapa batasan yaitu:
Adam Smith dalam bukunya The Wealth of Nations (1776) menyebutkan masyarakat
makmur adalah masyarakat yang menerapkan aturan pasar bebas dan pengakuan terhadap
hak milik pribadi. Inilah yang disebut dengan ekonomi ala liberalisme atau kapitalisme.
Capitalism/kapitalisme adalah suatu sistem ekonomi yang mengizinkan dimilikinya alat-alat
produksi oleh pihak swasta. Sistem ekonomi yang didasarkan atas hak milik swasta atas
macam-macam barang dan kebebasan individu untuk mengadakan perjanjian dengan pihak
lain (freedom to contract) (kursif penulis), dan untuk berkecimpung dalam aktivitas-aktivitas
ekonomi yang dipilihnya sendiri berdasarkan kepentingan sendiri serta untuk mencapai laba
guna diri sendiri. Tampak jelas dalam ekonomi kapitalisme kebebasan individu mendapat
tempat yang penting sehingga prinsip yang dianut adalah individualistis, semata-mata
mengedepankan kepentingan individu.
5
5) Campur tangan pemerintah atau Negara dibatasi pada hal-hal yang tidak dapat
diusahakan oleh swasta dan menjaga tertib hukum.
Socialism atau sosialisme adalah: sebuah sistem ekonomi dimana pemerintah atau
gilde-gilde pekerja memiliki serta mengelola semua alatalat produksi, hingga demikian usaha
swasta dibatasi dan mungkin kadangkadang dihapuskan sama sekali. Dalam sistem ekonomi
sosialis ini penggunaan alat-alat produksi secara kolektif biasanya dilakukan oleh pemerintah.
1. semua sumber ekonomi dimiliki dan dikuasai oleh Negara atas nama pemerintah
6
2. seluruh kegiatan ekonomi dan produksi harus diusahakan bersama
3. adanya penentuan jumlah dan jenis barang yang harus diproduksi oleh Badan
Perencana Pusat yang dibentuk oleh pemerintah
4. harga dan penyaluran barang ditentukan dan dikendalikan oleh pemerintah
5. semua warga negara masyarakat adalah karyawan yang wajib ikut berproduksi
sesuai kemampuan.
Carla menjelaskan sistem ekonomi sosialis memiliki dua (2) dampak negatif yaitu:
Aspek konsumsi sebagai kelanjutan dari aspek kepemikikan yang menekan kebebasan
pemilikan individu dalam sistem ekonomi kapitalis, sehingga menyebabkan kebebasan
individu dalam aspek konsumsi sepuas-puasnya dalam membelanjakan harta kekayaan,
sedangkan dalam sistem ekonomi sosialis karena kepemilikan itu merupakan pemilikan yang
kolektif, maka dalam aspek konsumsi pun berdasarkan pembelajaran yang berdasarkan
kepuasan orang banyak.
Dalam ekonomi modern, konsep kepuasan ini tidak mengacu kepada berbagai jenis
kepuasan, baik spiritual maupun kebendaan. Namun dalam makna kepuasan ini tidak
diterima dalam kajian kita, fakta bahwa konsumen memiliki sifat yang dipengaruhi
olehsemangat islam ternyata memberi pengaruh tertentu terhadap motivasi tersebut.
Pemaksimumkan kepuasaan itu sendiri merupakan suatu norma yang tidak terikat yang
disanjung oleh peradaban material, dan selanjutnya digantikan oleh norma baru agama islam
walaupun tidak secara menyeluruh, bagaimanapun juga konsumen masih tetap cenderung
7
mencoba memaksimumkan kepuasannya dalam setiap kesempatan. Hal ini diperjelas
ALLAH SWT dalam Al-Qur’an surat Al-Isra’ ayat (29) yang artinya :
“ Dan janganlah kamu jadikan tanganmu terbelenngu pada lehermu dan janganlah
kamu terlalu mengeluarkannya, karena itu kamu menjadi tercela dan menyesal
( jangan bathil & boros ).
Ringkasnya, islam mengakui hak setiap orang untuk memiliki semua harta benda
yang diperolehnya dengan cara yang halal, tetapi islam tidak membenarkan penggunaan harta
yang diperolehnya itu dengan cara yang serwenang-wenang dan membatasi penggunaaannya.
Menurut islam, jalan terbaik yang perlu dikuti ialan membelanjakan semua harta yang
dimiliki menurut keperluan yang wajar dan halal, dan jika terdapat kelebihan sebaiknya
disumbangkan kepada orang lain supaya keperluan (pokoknya) dapat terpenuhi, islam
mengganggap hal tersebut sebagai salah satu akhlak yang luhur dan diutamakan supaya
menyesuaiankandengan keperluan masyarakat.
Sejak dahulu sampai sekarang masih berlangsung kontrovesi yang luas tentang
persoalan distribusi pendapatan anatara berbagai golongan rakyat disetiap negara demokrasi
didunia. Tidak diragukan lagi bahwa pendapatan sangat penting dan perlu, tetapi yang lebih
penting lagi adalah cara distribusi. Jika para penghasil itu rajin dan mau bekerja keras,
mereka akan dapat meningkatkan kekayaan negara, demikian menurut Sosialis. Akan tetapi
jika tidak tepat, maka sebagian besar kekayaan itu akan masuk ke dalam kantong kapitalis.
Dalam islam, prinsip utama yang menentukan dalam distribusi (kekayaaan) ialah
keadilan dan kasih sayang, yang tujuan pendistribusian pendapatan tersebut ada 2 yaitu :
1. Agar kekayaan tidak menumpuk pada segolongan kecil masyarakat tetapi selalu
berada dalam masyarakat.
2. Faktor produksi yang ada perlu mempunyai pembagian yang adil dalam
kemakmuran negara.
8
Islam memberikan penekanan terhadap penyucian dan pembersihan jiwa manusia
untuk mewujudkan suatu sistem kehidupan yang sejahtera, tetapi ia tidak pernah
mengenyampingkan pertimbangan-pertimbangan yang praktis. Dalam upayanya mencapai
tujuan pendistribusian harta yang adil kepada masyarakat melalui pendidikan dan
pengamalan, untuk itu memerlukan tahapan-tahapan hukum tertentu. Bagaimana pun juga
islam jelas-jelas tidak menyetujui atau menganjurkan penyamarataan dalan distribusi
kekayaan.
Ekonomi Kapitalis dan Sosialis merupakan system ekonomi yang memisahkan antara praktik
distribusi dengan agama.
Ekonomi Kapitalis dan sosialis tidak terdapat aturan yang memuat agar para pemilik
kekayaan untuk mendistribusikan pendapatan kepada orang-orang yang berhak dan prilaku
pemiliknya cenderung materialistic hedonistic yang mengakibatkan kekayaan terfokus pada
sekelompok orang saja (kaum feodalisme), sedangkan dalam ekonomi islam terdapat anjuran
untuk mendistribusikan hartanya kepada orang-orang yang membutuhkan.
9
BAB III
PENUTUP
3.1 KESIMPULAN
3.2 SARAN
Diharapkan makalah ini mampu memberikan informasi mengenai aspek-
aspek dalam sistem ekonomi. Yang nantinya dapat menambah wawasan
pengetahuan diantara para mahasiswa. Serta di harapkan lebih mengkaji
dan memahami materi mengenai perbandingan sistem ekonomi ini.
10
DAFTAR PUSTAKA
https://mahasiswasuksesmulia.blogspot.com/2015/11/perbandingan-sistem-
ekonomi.html (diakses pada tanggal 14 Okt 2021).
11