TEMPO
MEMBACA AL-QUR’AN
1. At-Tahqiq ()ﺍﻟﺗﺣﻘﻳﻖ
2. Al-Hadr ()ﺍﻟﺣﺩﺭ
3. At-Tadwir ()ﺍﻟﺗﺩﻭﻳﺭ
At-Tartil ( )ﺍﻟﺗﺭﺗﻳﻝbukanlah tempo bacaan melainkan sifat yang harus selalu melekat pada ketiga
tempo di atas.
(Al-Burhan Fii Tajwidil Qur’an, hal. 19)
1
7/26/2021
AT-TAHQIQ
Membaca dengan pelan dan tenang maksudnya tidak tergopoh-gopoh namun tidak pula terseret-seret.
Huruf diucapkan satu per satu dengan jelas dan tepat menurut makhroj dan sifatnya. Ukuran panjang
pendeknya terpelihara dengan baik serta berusaha mengerti kandungan maknanya. Tempo dipakai untuk
belajar mengajar. Dianjurkan tidak dipakai pada saat sholat atau pada saat menjadi imam.
(Ilmu Tajwid Plus, hal. 9)
AL-HADR
Membaca dengan cepat maksudnya dengan menggunakan ukuran terpendek dalam batas kaidah Ilmu
Tajwid, bukan keluar dari kaidah yang sudah tentukan. Biasanya dipergunakan ketika kita hendak
mengulang-ngulang hafalan Al-Qur’an. Hendaknya hati-hati dalam bacaan yang cepat ini karena cenderung
merusak ketentuan membaca Al-Qur’an sebagaimana yang telah diajarkan oleh Rasulullah ﷺ.
(Ilmu Tajwid Plus, hal. 9)
2
7/26/2021
AT-TADWIR
Bacaan At-Tadwir ini dikenal dengan bacaan sedang, tidak terlalu cepat dan juga tidak terlalu pelan, tetapi
pertengahan antara keduanya. (Ilmu Tajwid Plus, hal. 9)
، ﺁﻟﻡ ﺣﺭﻑ: ﻭﺍﻟﺣﺳﻧﺔ ﺑﻌﺷﺭ ﺃﻣﺛﺎﻟﻬﺎ ﻻ ﺃﻗﻭﻝ،ﻣﻥ ﻗﺭﺃ ﺣﺭﻓﺎ ﻣﻥ ﻛﺗﺎﺏ ﷲ ﻓﻠﻪ ﺑﻪ ﺣﺳﻧﺔ
ﻭﻟﻛﻥ ﺃﻟﻑ ﺣﺭﻑ ﻭﻣﻳﻡ ﺣﺭﻑ
“Siapa yang membaca satu huruf dari Kitabullah, maka baginya satu kebaikan. Satu kebaikan itu dibalas
dengan sepuluh yang semisal. Aku tidak katakan alif laam miim itu satu huruf. Namun alif itu satu huruf,
laam itu satu huruf, dan miim itu satu huruf.” (HR. Tirmidzi, no. 2910)
(Nihayatul Qouli Mufid, hal. 14-17)
ILMU TAJWID ASHABUL HIJRAH - REV 00 24
3
7/26/2021
2. Jumhur ulama berpendapat bahwa membaca dengan tartil walaupun sedikit lebih baik daripada jumlah
yang banyak tetapi dengan cepat. Jumhur ulama berpendapat bahwa tujuan membaca Al-Qur’an selain
sebagai ibadah juga untuk dimengerti dan diterapkan dalam amal perbuatan sebagaimana yang dituntut
oleh Al-Qur’an. Membaca Al-Qur’an dengan tenang dan pelan adalah salah satu cara untuk mencapai
tujuan tersebut.
ﻭﺳﺋﻝ ﻣﺟﺎﻫﺩ ﻋﻥ ﺭﺟﻠﻳﻥ ﻗﺭﺍ ﺍﺣﺩﻫﻣﺎ ﺍﻟﺑﻘﺭﺓ ﻭﺍﻻﺧﺭ ﺍﻟﺑﻘﺭﺓ ﻭﺍﻝ ﻋﻣﺭﺍﻥ ﻓﻰ ﺍﻟﺻﻼﺓ
ﺍﻟﺫﻱ ﻗﺭﺍء ﺍﻟﺑﻘﺭﺓ ﻭﺣﺩﻫﺎ ﺍﻓﺿﻝ: ﺍﻳﻬﻣﺎ ﺍﻓﺿﻝ ؟ ﻓﻘﺎﻝ،ﻭﺭﻛﻭﻋﻬﻣﺎ ﻭﺳﺟﻭﺩﻫﻣﺎ ﻭﺍﺣﺩ
“Mujahid pernah ditanya tentang dua orang yang sedang sholat. Orang pertama membaca Surat Al-Baqarah
dan yang kedua membaca Surat Al-Baqarah dan Ali Imran, sedangkan ruku’ dan sujud keduanya sama, mana
yang lebih utama ? Mujahid menjawab: yang lebih utama adalah yang membaca Al-Baqarah saja.”
(Nihayatul Qouli Mufid, hal. 14-17)
3. Imam Malik berpendapat bahwa setiap orang kemampuannya tidak sama. Ada yang baik bila membaca
Al-Qur’an dengan pelan dan banyak salahnya bila membaca Al-Qur’an dengan cepat. Ada pula
sebaliknya, baik bila membaca Al-Qur’an dengan cepat dan rusak bacaannya bila membaca Al-Qur’an
dengan pelan. Oleh karena itu, yang lebih utama adalah yang lebih mudah bagi yang bersangkutan.
Cepat atau lambat, sedikit atau banyak bacaannya yang penting adalah baik dan benar dengan mengikuti
petunjuk kaidahnya.
4. Imam Abu Hamid Al-Ghozali mengatakan bahwa membaca Al-Qur’an dengan tartil Sunnah hukumnya,
baik pembaca mengerti artinya atau tidak. Bacaan yang tartil selain memang diperintahkan Allah juga
akan terasa lebih hormat dan meresap ke dalam hati.
(Nihayatul Qouli Mufid, hal. 14-17)
4
7/26/2021
At-Tahqiq : Imam Hamzah, Asim dan Warsyi selalu menggunakan ukuran yang terpanjang.
Al-Hadr : Ibnu Katsir, Abu Amr dan Qolun dengan memakai ukuran terpendek.
At-Tadwir : Imam Al-Kisa’iy terkenal dengan qiro’at pertengahannya.
(Nihayatul Qouli Mufid, hal. 14-17)