Anda di halaman 1dari 15

MAKALAH

“VALUTA ASING (VALAS)”

(Makalah ini dibuat untuk memenuhi tugas mata kuliah Masail Fiqhiyah Program Studi
Manajemen Keuangan Syariah Semester V)

DISUSUN OLEH:

(KELOMPOK 6)

Weni Rosalina
Felisia Syahda
Nur Alisa

DOSEN PENGAMPU: Muhammad Ilham, MH

PROGRAM STUDI MANAJEMEN KEUANGAN SYARIAH


SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM NEGERI (STAIN) BENGKALIS
T.A 2022/2023
A. Pendahuluan
Seiring dengan adanya era globalisasi dan kemajuan teknologi informasi
dewasa ini menjadikan dunia seakan-akan tanpa batas dan perekonomian antar negara
menjadi semakin saling terintegrasi dan terkait. Hal ini menyebabkan perkembangan
perekonomian suatu negara tidak hanya ditentukan oleh perekonomian negara itu
sendiri, tetapi juga akan selalu terkait dengan sistem perekonomian global, khususnya
dalam bidang perdagangan internasional.
Kegiatan perdagangan Internasional selalu memerlukan transfer dan konversi
mata uang dari satu negara ke negara lain. Hal ini disebabkan setiap negara merdeka
didunia ini mempunyai wewenang untuk menentukan mata uang yang digunakan dan
nilai kursnya (nilai tukar mata uang suatu negara dengan negara lain). Seandainya di
dunia ini ada mata uang tunggal internasional, barangkali konversi mata uang yang
satu dengan mata uang yang lain tidak diperlukan dalam melakukan perdagangan
internasional. Dengan kata lain, terdapat kebutuhan untuk mengkonversi mata uang
yang satu dengan mata uang yang lain dalam lalu lintas perdagangan internasional
tersebut. Inilah yang akan mendorong terjadinya penawaran dan permintaan akan
valuta asing, yang pada gilirannya akan melahirkan transaksi (jual beli) valuta asing
di pasar valas. Transaksi valuta asing akan selalu tergantung oleh nilai kurs mata uang
suatu negara dan dapat saja berubah sewaktu-waktu, sesuai dengan kondisi
perekonomian negara tersebut.
Bagi kaum muslimin, transaksi valuta asing sangat diperlukan dalam rangka
efisiensi dengan berdasarkan prinsip-prinsip syari’ah. Berkenaan dengan hal ini,
dalam ‘urf tijari (tradisi perdagangan) transaksi valuta asing dikenal pula beberapa
bentuk transaksi yang status hukumnya dalam pandangan Islam berbeda-beda antara
satu bentuk dengan bentuk yang lainnya. Dengan kata lain, tidak semua jenis tansaksi
valuta asing dibenarkan oleh hukum Islam.
Adanya fluktuasi nilai kurs dan kebutuhan akan konversi mata uang tersebut
akan menarik pihak-pihak yang berkepentingan terhadap valuta asing seperti investor,
exportir, importir atau bahkan spekulan untuk melakukan transaksi valuta asing. Yang
menarik sekarang untuk dikaji adalah bagaimana transaksi jual beli valuta asing

dalam perspektif perdagangan hukum Islam. Permasalahan dalam tulisan ini, akan
difokuskan pada transaksi valuta asing yang berbasis syaria’ah dan konvensional
sebagai studi kompratif, kemudian memahami landasan hukum Islam tentang valuta
asing dan penerapannya pada legislasi di Indonesia yang dalam hal ini melalui fatwa
Dewan Syari’ah Nasional Majelis Ulama Indonesia, sehingga dari sini akan diketahui
konstrusi rancang bangun sebagai pedoman dalam transaksi valuta asing ( valas ) pada
lembaga keuangan yang berbasis syariah.
B. Pembahasan
1. PENGERTIAN VALUTA ASING KONVENSIONAL DAN MENURUT
SYARI’AH.
a. Valuta Asing Konvensional.
Valuta atau yang biasa disebut dengan valas, atau dalam bahasa asing
dikenal dengan foreign exchange ( Forex ) merupakan mata uang yang
dikeluarkan sebagai alat pembayaran yang sah di negara lain. Valuta asing
akan mempunyai suatu nilai apabila valuta tersebut dapat ditukarkan dengan
valuta lainnya tanpa pembatasan. Dan tempat bertemunya penawaran dan
permintaan valuta asing disebut dengan bursa valuta asing atau foreign
exchange market.1
Pertukaran valuta untuk mempermudah transaksi-transaksi keuangan
perdagangan internasional dapat dilakukan di pasar valuta asing. Pasar uang
adalah suatu kelompok pasar dimana instrumen-instrumen jangka pendek yang
umumnya berkualitas tinggi diperjualbelikan. Fungsi pasar uang adalah
sebagai sarana alternatif bagi lembaga-lembaga keuangan, perusahaan-
perusahaan non keuangan untuk memenuhi kebutuhan dana jangka pendek
maupun untuk menempatkan dana atas kelebihan likuaditasnya. Seperti yang
kita ketahui disetiap negara memiliki mata uang yang berbeda-beda antara
negara yang satu dengan negara yang lain, sehingga dalam melakukan
transaksi perdagangan dengan negara lain dibutuhkan suatu perhitungan, suatu
nilai tukar antar mata uang suatu negara terhadap negara lain. Perhitungan ini
lebih dikenal dengan kurs valuta asing. Kurs ini bisa memberikan patokan
berapa nilai mata uang asing dilihat dari rupiah kita.
Dari pengertian pasar uang dan valuta asing diatas dapat dimengerti
sebagai bentuk mempermudah masyarakat memperoleh dana-dana jangka
pendek untuk membiayai modal kerja atau keperluan jangka pendek lainnya.
Mekanisme pasar uang ini ditekankan untuk mempertemukan pihak yang
mempunyai kelebihan dana dan yang membutuhkan dana.
1
Zainul Arifin, Dasar-Dasar Manajemen Bank Syari’ah, (jakarta : Alvabet, 2002 hal. 199.
b. Valuta Asing Menurut Syari’ah.
Dalam Islam valuta asing dapat diibaratkan dengan pertukaran antara
emas dan perak ( al-sharf ). Secara harfiah al–sharf berarti penambahan,
penukaran, penghindaran, pemalingan atau transaksi jual beli.2 Adapun
dalam referensi keuangan syari’ah, bai’al-sharf didefinisikan sebagai jual beli,
atau pertukaran mata uang asing dengan mata uang yang lain, seperti antara
rupiah dan dolar, dolar dengan yen dan sebagainya. 3 Sebagai dalil dalam
transaksi valuta asing, dapat merujuk pada Al Qur’an surah An Nahal ayat 14,

Surah Al Anbiya ayat 107, dan surah Al- Jatsiyah ayat 13. Berdasarkan ayat-
ayat ini, Ali Anwar menyimpulkan bahwa tujuan ekonomi Islam adalah
sebagai berikut :
1. Mewujudkan ekonomi umat yang makmur dengan cara melaksanakan
produksi barang dan jasa dengan kualitas dan kuantitas yang cukup, guna
memenuhi kebutuhan jasmani dan rohani serta menumbuhkan
kesejahteraan duniawi dan ukhrawi secara serasi dan seimbang.
2. Mewujudkan kehidupan ekonomi yang adil dan merata.
3. Mewujudkan kehidupan ekonomi yang menjamin kemerdekaan, baik
dalam
memilih jenis barang dan jasa maupun sistem distribusi.
4. Mewujudkan kehidupan ekonomi yang tidak menimbulkan mafsadah.
5. Mewujudkan kehidupan ekonomi yang mandiri.4
2. MEKANISME KERJA PASAR VALUTA ASING KONVENSIONAL DAN
MENURUT SYARI’AH.
A. Praktek Transaksi Valuta Asing Konvensional.
Dibursa valas ini orang dapat membeli ataupun menjual mata uang yang
diperdagangkan secara objektif untuk mendapatkan propil atau keuntungan dari
posisi transaksi yang dilakukan. Dibursa valas dikenal istilah Lot dan Pip. 1 lot
nilainya adalah $ 1.000 dan 1 pip nilainya $ 10. Sedangkan nilai dolar dibursa
valas berbeda dengan nilai dolar yang kita kenal di bank-bank. Nilai dolar dibursa
valas sangat bervariasi, yaitu kisaran 6000/8000 dan Rp 10.000,-.
2
Heri Sudarsono, Bank dan Lembaga Keuangan Syari’ah, Diskripsi dan ilustrasi, ( Yokyakarta : Ekonosia
Kampus Ekonomi UII Yokya, 2005 ) hal. 5.
3
Zainul Arifin, 0p cit, hal. 24.
4
Ali Anwar Yusuf, Wawasan Islam, ( Bandung : Pustaka Setia, 2002 ), hal. 135-137.
Transaksi valuta asing dapat dilakukan dengan dua arah dalam mengambil
keuntungan. Seseorang dapat membeli dahulu ( open buy ), lalu ditutup dengan
menjual ( sell ) ataupun sebaliknya, melakukan penjualan dahulu kemudian
ditutup dengan membeli. Pergerakan pasar valuta asing berputar mulai dari pasar
Selandia Baru dan Australia yang berlangsung pukul 05.00-14.00 WIB, terus ke
pasar Asia
yaitu Jepang, Singapura dan Hongkong yang berlangsung pukul 07.00-16.00
WIB, ke pasar Eropa yaitu Jerman dan Inggris yang berlangsung pukul 13.00-
22.00 WIB, sampai ke pasar Amerika Serikat yang berlangsung pukul 20.30-
10.30 WIB.
Dalam perkembangan sejarah, bank sentral milik negara-negara dengan
cadangan mata uang asing yang terbesar sekalipun dapat dikalahkan oleh kekuatan
pasar valuta asing yang bebas. Menurut hasil survei BIS ( Bank International for
Settement, bank sentral dunia ), yang dilakukan pada akhir tahun 2004, nilai
transaksi pasar valuta asing mencapai lebih dari USD$ 1,4 triliun perharinya.
Mengingat tingkat likuiditas dan percepatan pergerakan harga yang tinggi
tersebut, valuta asing juga menjadi salah satu alternatif yang paling populer karena
ROI (retum on investment atau tingkat pengembalian investasi) serta laba yang
akan
didapat bisa melebihi rata-rata perdagangan pada umumnya.
Akibat dari pergerakan yang cepat tersebut, maka pasar valuta asing juga
memiliki resiko yang tinggi. Karena hal ini wajar ketika tahun 1997 terjadi krisis
keuangan di Negara Asia begitu pula tahun 1991 di Amerika. Dalam pasar valas
tidak ada keseragaman. Dengan adanya transaksi diluar bursa perdagangan (over
the counter) sebagai pasar tradisional dari perdagangan valuta asing yang saling
berhubungan satu sama lainnya dimana mata uang yang berbeda diperdagangkan,
sehingga secara tidak langsung artinya bahwa “tidak ada kurs tunggal mata uang
dolar melainkan kurs yang berbeda-beda tergantung pada bank mana atau pelaku
pasar mana yang bertransaksi’’. Namun dalam prakteknya perbedaan tersebut
seringkali sangat tipis.
Sebagai pihak pelaku transaksi di pasar uang itu adalah bank, yayasan, Dana
pensiun, perusahaan asuransi, perusahaan-perusahaan besar, lembaga keuangan
dan individu masyarakat. Jenis-jenis pasar uang tersebut, dibagi kedalam beberapa
sub jenis seperti :
1. Pasar Modal yang terdiri dari pasar premer dan pasar sekunder, yang
terbagi lagi menjadi :
a. Pasar Saham, yang merupakan sarana pembiayaan melalui penerbitan
saham dan merupakan saranan perdagangan saham.
b. Pasar obligasi, yang merupakan sarana pembiayaan melalui penerbitan
obligasi dan merupakan sarana perdagangan obligasi.
c. Pasar Keuangan yang merupakan sarana pembiayaan utang jangka
pendek dan investasi.
d. Pasar derivatif yang merupakan sarana untuk menyediakan instrumen
guna mengelola resiko keuangan.
e. Pasar berjangka yang merupakan sarana untuk menyediakan
standarisasi kontrak berjangka bagi perdagangan suatu produk pada
suatu tanggal dimasa mendatang.
f. Pasar Asuransi yang memfasilitasi redistribusi dari berbagai resiko.
g. Pasar valuta asing yang memfasilitasi perdagangan valuta asing.
2. Pasar Komoditi yang memfasilitasi perdagangan komoditi.
Jenis-jenis Pasar Valas/ Valuta Asing Kegiatan transaksi valuta asing, yang
menjual belikan berbagaii produk atau pinjam meminjam dengan nilai tukar
mata uang untuk meraih keuntungan bagi pemilik modal dalam prakteknya
bermacam-macam. Ada beberapa jenis transaksi yang terdapat pada pasar
valuta asing tersebut yaitu :
a. Transaksi Spot.
Menurut Koncoro transaksi spot ini terdiri dari transaksi valas yang
biasanya selesai maksimal 2 hari kerja, dan terdapat tiga macam
jenis transaksi spot yaitu : Cash, dimana pembayaran satu mata uang
dan pengiriman mata uang lain diselesaikan dalam hari yang sama.
Tom (tomorrow/besok) dimana pengiriman dilakukan hari berikutnya.
Spot, dimana pengiriman diselesaikan dalam tempo 24 jam setelah
perjanjian.
Contohnya.
Pada tanggal 22 Desember 1996 seorang ayah membutuhkan US$
10.000 untuk uang saku anaknya yang akan sekolah diluar negeri,
maka seorang ayah tersebut dapat menghubungi dan membuat kesepakatan
selling price pada tanggal tersebut. Apabila telah tercapai kesepakatanm
selling price pada tanggal 22 Desember 1996 adalah US$1 = Rp 5.500
maka perhitungannya : Jumlah Rupiah yang dibutuhkan = US$ yang
dibutuhkan x selling price = US$ 10.000 x Rp 5.500 = Rp 55.000.000,-
Maka untuk mendapatkan US$ 10.000 diperlukan Rp 55.000.000,- yang
harus diserahkan paling lambat tanggal 24 Desember 2004 ( 2 x 24 jam ).
b. Transaksi Forward.
Transaksi forward merupakan transaksi valas dimana pengiriman mata
uang dilakukan pada suatu tanggal tertentu dimasa akan datang. Kurs
dimana transaksi forward akan diselesaikan/ditentukan pada saat
kedua belah pihak menyetujui kontrak untuk membeli dan menjual.
Waktu anatara ditetapkannya kontrak dan pertukaran mata uangmyang
sebenarnya terjadi dapat bervariasi dari dua minggu hingga satu tahun.
Jatuh tempo kontrak forward biasanya satu, dua, tiga atau enam bulan.
Transaksi forward biasanya terjadi apabila eksportir, importir, atau
pelaku ekonomi lain yang terlibat dalam pasar valas harus membayar
atau menerima sejumlah mata uang asing pada suatu tanggal tertentu
dimasa mendatang.
Contohnya.
Apabila suatu perusahaan akan membutuhkan 1 juta mark Jerman, 90
hari dari sekarang untuk mengimpor barang dari Jerman. Asumsikan
bahwa perusahaan tersebut dapat langsung membeli mark Jerman
untuk pengiriman langsung ( yaitu dari pasar spot ) dengan kurs spot
$0,50 per mark. Berdasarkan kurs spot ini, maka perusahaan
membutuhkan $500.000 ($0,50 per mark x 1.000.000), namun
perusahaan belum memiliki dana saat ini juga untuk membeli Mark.
Perusahaan dapat menunggu 90 hari dan kemudian menukarkan US
dolar dengan mark menurut kurs yang berlaku saat itu, tetapi
perusahaan tidak mengetahui berapa kurs spot 90 hari dari sekarang.
Jika naik menjadi $0.60 per Mark, perusahaan akan membutuhkan
$600.000 ( $0.60 per Mark x 1.000.000 Mark ). Dengan adanya ini,
maka perusahaan akan merugi sebesar $100.000 akan lebih baik
perusahaan mengunci kurs untuk 90 hari dari sekarang. Dimana kurs
forward 90 hari sekarang adalah $0,51 per mark, maka perusahaan
dapat melakukan perjanjian kontrak forward dengan menggunakan kurs
forward 90 hari dari sekarang, sehingga dana yang dibutuhkan
perusahaan sebesar $510.000 ($0.51 per mark x 1.000.000 mark).
Maka dengan mengunci kurs, perusahaan tidak perlu khawatir dengan
adanya perubahan kurs spot 90 hari ke depan.
c. Transaksi Currency Futures/ Swap.
Menurut Madura (2000:67-68) Pasar Currency Futures adalah pasar
yang memfasilitasi perdagangan kontrak currency futures. Suatu
kontrak currency futures menetapkan sutu volume standar suatu valuta
tertentu yang akan dipertukarkan pada tanggal penyelesaian
(settiement date) tertentu di masa depan. Sebuah MNC (multi national
corporation) yang ingin meng-hedge hutangnya akan membeli kontrak
corrency futures untuk mengunci harga suatu valuta di masa depan.
Contohnya.
Transaksi Currency Futures yaitu sebuah korporasi AS yang pada
tanggal 2 Januari menyadari kebutuhan akan 450.000 mark untuk
tanggal 11 Pebruari ( 40 hari kemudian ). Jika korporasi tersebut
berupaya untuk mengunci harga pembellian mark di masa depan
dengan kontrak futures, tanggal penyelesaian kontrak adalah hari Rabu
ketiga bulan Maret. Selain itu, jumlah mark yang dibutuhkan ( 450.000 )
lebih tinggi dari jumlah standarnya ( 125.000). Hal yang terbaik yang
bisa dilakukan korporasi adalah membeli tiga kontrak futures mark (
dengan total 375.000 mark) atau 4 kontrak futures mark ( 500.000 ).
Asumsi pada tanggal 11 Januari, harga futures mark untuk bulan Maret
adalah $0,5900 per mark pada hari ketiga bulan Maret. Dilain pihak,
siapapun yang menjual kontrak futures ini pada tanggal 11 Januari
wajib mengirimkan (menjual) Mark dengan harga $0,5900 per mark
pada hari Rabu ketiga bualn Maret. Karena satu unit kontrak futures
mark bernilai $125.000 Mark, maka perusahaan harus membeli 3 atau 4
unit kontrak futures mark. Maka jumlah dolar yang dibutuhkan adalah
$221.500 (3 unit kontrak futures mark x $125.000 x $0,5900) atau
295.000 ( 4 unit kontrak futures mark x $125.000 x $0,5900 ).
d. Transaksi Currency 0ptions.
Currency 0ptions adalah merupakan pasar yang memfasilitasi
perdagangan kontrak currency options. Kontrak currency options dapat
diklasifikasikan sebagai call atau put. Suatu currency call options
menyediakan hak untuk membeli l suatu valuta tertentu dengan harga
tertentu dalam suatu pride tertentu. Currency call options digunakan untuk
meng-hedge hutang-hutang valas yang harus dibayarkan dimasa depan.
Currency put options memberikan hak untuk menjual suatu valuta asing
dengan harga tertentu dalam suatu priode waktu tertentu. Currency put
options digunakan untuk meng-hedge piutang-piutang valas yang akan
diterima dimasa depan.
Contohnya.
Transaksi currency call options yaitu ada kemungkinan sebuah perusahaan
akan membutuhkan valuta asing dimasa depan, tetapi perusahaan tidak
begitu yakin. Misalnya anggaplah sebuah perusahaan AS terlibat dalam
tender sebuah proyek di Jerman. Jika proyek tersebut jatuh kepada
perusahaan tersebut, maka perusahaan akan membutuhkan kira-kira
DM625.00 untuk membeli bahan baku dan jasa di Jerman, namun
perusahaan tidak tahu apakah tawaran akan diterima atau tidak sampai tiga
bulan kedepan.
Asumsikan bahwa exercise price bagi mark adalah $0,50 dan premium
call options-nya adalah $ 0,02 per unit. Perusahaan akan membayar
$1250 per opsi ( 62.500 x $0,02 ) atau $12.500 untuk 10 kontrak. Dengan
adanya opsi tersebut, jumlah maksimum pengeluaran US Dolar untuk
membeli mark adalah $312.500 ( 62.500 x $0,5 ).
B. Praktek Transaksi Valuta Asing Berdasarkan Prinsip-Perinsip Syari’ah.
Sebagaimana telah dikemukakan penulis, aspek ekonomi sangat penting
peranannya dalam meningkatkan kesejahteraan hidup manusia. Perdagangan
merupakan salah satu jenis usaha untuk meningkatkan kesejahteraan hidup.
Allah SWT dan Rasulnya telah menetapkan pertukaran barang dengan
persetujuan antara kedua belah pihak dalam suatu transaksi perdagangan sebagai
suatu yang halal atau dibolehkan dan melarang mengambil benda orang lain
secara batil.
Selain untuk menjaga perdamaiandan ketertiban dalam masyarakat, hal ini
juga
sangat penting untuk memelihara hubungan baik dan harmonis dikalangan
anggota masyarakat. Nabi Muhammad SAW telah meletak dasar-dasar
hukum dan peraturan guna melakukan transaksi-transaksidan juga telah
memberikan hak untuk meneruskan atau membatalkan transaksi dengan
syarat-syarat tertentu.5
Dalam bagian ini, penulis mencoba memfokuskan masalah pada beberapa hal
yang harus diperhatikan dalam aktivitas transaksi valuta asing dengan berbasis
pada prinsip-prinsip syari’ah. Heri Sudarsono dalam bukunya “ Bank dan
Lembaga Keuangan Syari’ah Deskripsi dan Ilustrasi “ menyebutkan beberapa
ketentuan umum dalam al- sharf sebagai berikut :
1) Nilai tukar yang diperjualbelikan harus tetap dikuasai, baik oleh pembeli
maupun oleh penjual, sebelum berpisah. Penguasaan tersebut dapat
berbentuk penguasaan secara material maupun hukum. Penguasaan
secara material. Misalnya pembeli langsung menerima dolar AS yang
dibeli dan penjual langsung menerima uang rupiah. Adapun penguasaan
secara hukum, misalnya pembayaran dengan menggunakan cek.
2) Transaksi valuta asing dari jenis yang sama harus dilakukan dengan mata
uang sejenis yang memiliki kuantitas dan kualitas yang sama, sekalipun
model mata uang itu berbeda.
3) Dalam sharf tidak dipersyaratkan dalam akadnya hak khiyar syarat bagi
pembeli. Khiyar syarat adalah hak pilih bagi pembeli untuk dapat
melanjutkan jual beli tersebut setelah selesai berlangsungnya transaksi
terdahulu tersebut.
4) Tidak ada tenggang waktu antara penyerahan mata uang yang
dipertukarkan, bagi sahnya sharf, penegasan objek akad harus
dilaksanakan secara tunai dan perbuatan saling menyerahkan itu harus
berlangsung sebelum kedua pihak yang melakukan jual beli valuta
berpisah.6
3. Analisis Transaksi Valuta Asing (Al-Sharf) Berdasarkan Norma-Norma
Hukum Islam
Pada prinsipnya praktek jual beli seperti al-sharf diperbolehkan dalam
Islam bedasarkan firman Allah dalam surat al-Baqarah ayat 275: "...Dan Allah
telah menghalalkan jual beli dan mengharamkan riba....",. Disamping firman

5
Nik Mustafa Hj Nil Hasan, Prinsip-prinsip Ekonomi Islam, dalam M.Rusli Karim (E.d), Berbagai
aspek Ekonomi Islam, ( Yokyakarta : Tiara Wacana dan P3EI UII, 1992 ), hal.15.
6
Heri Sudarsono, op cit, hal.79.
Allah diatas, ada beberapa hadist Rosulullah yang berkaitan dengan transaksi
al-sharf, antara lain :
1. Hadits Nabi riwayat al-Baihaqi dan Ibnu Majah dari Abu Sa'id al-Khudri:
Rasulullah SAW bersabda, "Sesungguhnya jual beli itu hanya boleh
dilakukan atas dasar kerelaan (antara kedua belah pihak)" (HR. al-Baihaqi
dan Ibnu Majah, dan dinilai shahih oleh Ibnu Hibban),
2. Hadits Nabi riwayat Muslim, Abu Daud, Tirmizi, Nasa'i, dan Ibn Majah,
dengan teks Muslim dari „Ubadah bin Shamit, Nabi s.a.w. bersabda:
“(Juallah) emas dengan emas, perak dengan perak, gandum dengan
gandum, sya'ir dengan sya'ir, kurma dengan kurma, dan garam dengan
garam (dengan syarat harus) sama dan sejenis serta secara tunai. Jika
jenisnya berbeda, juallah sekehendakmu jika dilakukan secara tunai.”
3. Hadits Nabi riwayat Muslim, Tirmidzi, Nasa'i, Abu Daud, Ibnu Majah, dan
Ahmad, dari Umar bin Khatthab, Nabi s.a.w. bersabda: “(Jual beli) emas
dengan perak adalah riba kecuali (dilakukan) secara tunai.” Hadits Nabi
riwayat Muslim dari Abu Sa‟id al-Khudri, Nabi s.a.w. bersabda:
“Janganlah kamu menjual emas dengan emas kecuali sama (nilainya) dan
janganlah menambahkan sebagian atas sebagian yang lain; janganlah
menjual perak dengan perak kecuali sama (nilainya) dan janganlah
menambahkan sebagian atas sebagian yang lain; dan janganlah menjual
emas dan perak tersebut yang tidak tunai dengan yang tunai.” Hadits Nabi
riwayat Muslim dari Bara‟ bin „Azib dan Zaid bin Arqam: “Rasulullah
saw melarang menjual perak dengan emas secara piutang (tidak tunai).”
Pada prinsip syariahnya, praktek jual beli valuta asing dapat dianalogikan
dan dikategorikan dengan pertukaran antara emas dan perak atau dikenal
dalam terminologi fiqih
dengan istilah (al-sharf) yang disepakati para ulama tentang keabsahannya.
Dari beberapa hadist diatas, dapat dijelaskan sebenarnya praktek al-sharf
diperbolehkan jika dilakukan atas dasar kerelaan antara kedua belah pihak
dan secara tunai, serta tidak boleh adanya penambahan antara suatu barang
yang sejenis (emas dengan emas atau perak dengan perak), karena
kelebihan antara dua barang yang sejenis tersebut merupakan riba al-fadl
yang jelas-jelas dilarang oleh Islam.
Namun bila berbeda jenisnya, seperti emas dengan perak atau dalam
mata uang sekarang misalnya Rupiah dengan Dolar atau sebaliknya maka
dapat ditukarkan (exchange) sesuai dengan market rate (harga pasar)
dengan catatan harus kontan/spot. Adapun kriteria „tunai‟ atau „kontan‟
dalam jual beli yang dikembalikan kepada kelaziman pasar yang berlaku
meskipun hal itu melewati beberapa jam penyelesaian (settelment-nya)
karena proses teknis transaksi.
Harga atas pertukaran itu dapat ditentukan berdasarkan kesepakatan
antara penjual dan pembeli atau harga pasar (market rate). Kriteria tunai
(kontan) dalam praktek al-sharf seperti hadits diatas adalah untuk
menghindari terjadinya riba nasi’ah. Adapun berdasarkan fatwa Dewan
Syariah Nasional Nomor: 28/DSN-MUI/III/2002 tentang Al - Sharf,
transaksi jual beli mata uang pada prinsipnya boleh dengan ketentuan
sebagai berikut:
1) Tidak untuk spekulasi (untung-untungan).
2) Ada kebutuhan transaksi atau untuk berjaga-jaga (simpanan).
3) Apabila transaksi dilakukan terhadap mata uang sejenis maka nilainya
harus sama dan secara tunai (at-taqabudh).
4) Apabila berlainan jenis maka harus dilakukan dengan nilai tukar (kurs)
yang berlaku pada saat transaksi dilakukan dan secara tunai.
Berdasarkan fatwa Dewan Syariah Nasional Nomor:
28/DSN-MUI/III/2002 tentang Al - Sharf, jelas sekali dapat disimpulkan
bahwa dari beberapa jenis tipe transaksi valuta asing di pasar valas hanya
tipe transaksi spot yang diperbolehkan. Sedangkan untuk tipe transaksi
forward, swap, dan option tidak diperbolehkan karena tidak dilakukan
secara tunai dan mengandung unsur maisir (spekulasi). Tujuan dari
keharusan tunai dalam akad al-sharf ini adalah untuk menghindari adanya
gharar yang terdapat dalam riba fadl.
Dengan adanya transaksi valuta asing dilaksanakan secara tunai, maka
gharar dalam akad al-sharf ini akan hilang karena time of settlement-nya
dilaksanakan pada saat itu juga secara tunai. Sedangkan dalam akad yang
obyeknya berupa barang, maka selain masa penyerahannya yang harus
tunai, juga harus sama dalam hal kualitas dan kuantitasnya. Oleh karena itu
harus dilakukan secara simultan (taqabud) dalam melakukan transaksi jual
beli valuta asing.
Sebagai salah satu variasi jual beli, al-sharf juga tentu saja harus
memenuhi persyaratan sebagaimana halnya variasi jual beli yang lain
seperti bai’ mutlak dan muqayyadah. Karena agar jual beli itu terbentuk dan
sah diperlukan sejumlah syarat, yaitu syarat adanya aqad jual beli
dan syarat sahnya jual beli. Sedangkan aqad jual beli itu tidak saja ada dan
terbentuk, akan tetapi juga sah secara hukum.
Dengan demikian hukum tentang al-sharf yang biasa diartikan
dengan jual beli valuta asing tidak diragukan lagi kebolehannya dari sudut
fiqh Islam. Berdasarkan pada norma–norma hukum islam diatas yang
dijadikan dasar diperbolehkannya kegiatan transaksi jual beli valuta asing,
maka ada beberapa batasan yang perlu diperhatikan dalam melakukan
transaksi jual beli valuta asing tersebut antara lain :
1. Pertukaran tersebut harus dilakukan secara tuani (bai’naqd), artinya
masing-masing pihak harus menerima atau menyerahkan masing-
masing mata uang secara bersamaan.
2. Motif pertukaran adalah raagka mendukung transaksi komersil, yaitu
transaksi perdagangan barang dan jasa antar bangsa, bukan dalam
rangka spekulasi.
3. Harus dihindari jual beli bersyarat. Misalnya A setuju membeli barang
dari B hari ini, dengan syarat B harus membelinya kembali pada tanggal
tertentu di masa mendatang. Hal ini tidak diperbolehkan karena selain
untuk menghindari riba. Juga karena jual beli barsyarat itu membuat
hukum jual beli menjadi belum tuntas.
4. Transaksi berjangka harus dilakukan dengan pihak-pihak yang diyakini
mampu menyediakan valuta asing yang dipertukarkan.
5. Tidak dibenarkan menjual barang yang belum dikuasai, atau dengan
kata lain tidak dibenarkan jual beli tanpa hak kepemilikan (bai’
ainiyah).
Akhirnya para partisipan yang melakukan transaksi jual beli valuta
asing harus memperhatikan ketentuan tersebut diatas dan hendaknya
menjauhkan diri dari pasar gelap karena dalam pasar gelap umumnya
akan banyak terjadi penyimpangan-penyimpangan dalam melakukan
transaksi valuta asing tersebut. Jika mereka melakukan penyimpangan
dalam melakukan aktivitas transaksi valuta asing seperti melakukan
pemerasan dan sejenisnya, maka yang semula halal akan menjadi
terlarang kegiatan transakasi valuta asing tersebut karena dapat
merugikan salah satu pihak yang lain.

PENUTUP
Transaksi jual beli valuta asing pada dasarnya timbul karena adanya kebutuhan
konversi mata uang mata uang yang satu dengan mata uang yang lain dalam lalu lintas
perdagangan internasional. Ini dikarenakan setiap negara yang melakukan aktivitas
perdagangan internasional (Ekspor-Impor) tentu akan memerlukan alat bayar yaitu mata uang
dari negara yang menjadi mitra dagangnya dan masing-masing negara mempunyai ketentuan
sendiri dan berbeda satu sama lainnya dalam menentukan jenis dan nilai mata uangnya..
Nilai mata uang suatu negara dengan negara lainnya akan berubah (berfluktuasi) setiap
saat sesuai volume permintaan dan penawaran dari mata uang tersebut di bursa atau pasar
yang bersifat internasional. Adanya permintaan dan penawaran akan valuta asing inilah yang
akhirnya menimbulkan transaksi jual beli valuta asing.
Pada prinsip syariahnya, yang didasarkan pada norma-norma hukum islam bahwa
praktek jual beli valuta asing (al-sharf) diperbolehkan jika dilakukan atas dasar kerelaan
antara
kedua belah pihak dan secara tunai, serta tidak boleh adanya penambahan antara suatu
barang yang sejenis (emas dengan emas atau perak dengan perak). Tetapi apabila berbeda
jenisnya, seperti emas dengan perak atau dalam mata uang sekarang misalnya Rupiah dengan
Dolar atau sebaliknya maka dapat ditukarkan sesuai dengan market rate (harga pasar) dengan
catatan harus kontan (spot).
Hal ini juga sejalan dengan fatwa Dewan Syariah Nasional Nomor: 28/DSN-
MUI/III/2002 yang memperbolehkan transaksi jual beli mata uang dengan ketentuan antara
lain: tidak untuk spekulasi (untung-untungan), ada kebutuhan transaksi atau untuk berjaga-
jaga (simpanan), dan apabila transaksi dilakukan terhadap mata uang sejenis maka nilainya
harus sama dan secara tunai (at-taqabudh), serta apabila berlainan jenis maka harus dilakukan
dengan nilai tukar (kurs) yang berlaku pada saat transaksi dilakukan dan secara tunai.
Akhirnya hendaknya para pelaku jual beli valuta asing dapat menghindari penyimpangan-
penyimpangan yang dilarang dalam melakukan transaksi valuta asing sehingga jual beli
valuta
asing yang dilakukannya diperbolehkan menurut syariah Islam.

DAFTAR PUSTAKA

Zainul Arifin, Dasar-Dasar Manajemen Bank Syari’ah, (jakarta : Alvabet, 2002 hal. 199.

Heri Sudarsono, Bank dan Lembaga Keuangan Syari’ah, Diskripsi dan ilustrasi,
( Yokyakarta : Ekonosia Kampus Ekonomi UII Yokya, 2005 ) hal. 5.
Zainul Arifin, 0p cit, hal. 24.

Ali Anwar Yusuf, Wawasan Islam, ( Bandung : Pustaka Setia, 2002 ), hal. 135-137.

Nik Mustafa Hj Nil Hasan, Prinsip-prinsip Ekonomi Islam, dalam M.Rusli Karim
(E.d), Berbagai aspek Ekonomi Islam, ( Yokyakarta : Tiara Wacana dan P3EI UII, 1992 ),
hal.15.

Heri Sudarsono, op cit, hal.79.

Anda mungkin juga menyukai