Anda di halaman 1dari 19

MAKALAH MANAJEMEN KEUANGAN SYARIAH

“Pengaruh Utang Pajak dan Uang Muka Penjualan Terhadap Liabilitas Jangka Pendek
Terhadap Perusahaan”

DiSusun Oleh:

Lena Mardiany : 182520544

Muhammad Nur aziz : 182520546

Siti Nurhalimah : 182520558

Veti Farisya : 182520561

Dosen Pengampu: Zuneka, MM

Mata Kuliah : Manajemen Keuangan Syariah

JURUSAN SYARIAH DAN EKONOMI ISLAM

PROGRAM STUDI MANAJEMEN KEUANGAN SYARIAH

SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM NEGERI (STAIN)

BENGKALIS T.A 2022/2023


KATA PENGANTAR

Puji syukur kepada ALLAH SWT yang telah memberikan Rahmat dan hidayah-Nya
sehingga kam dapat menyelesaikan tugas makalah yang berjudul “Pengaruh utang pajak dan
uang muka penjualan terhadap liabilitas jangka pendek terhadap perusahaan”. Kami
mengucapkan terimakasih kepada Ibu Zuneka, MM, yang telah memberikan tugas ini
sehingga dapat menambah pengetahuan dan wawasan sesuai dengan bidang studi yang kami
tekuni.

Shalawat serta salam semoga tetap terlimpahkan kepada junjungan kita Rasulullah
SAW yang mana telah membawa kita semua dari zaman jahiliyah menuju zaman yang terang
benderang seperti saat ini.

Kami juga mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah membagi
iebagian pengetahuannya sehingga kami dapat menyelesaikan makalah ini. Kami menyadari,
makalah yang kami tulis ini masih jauh dari kata sempurna. Oleh sebab itu, kami
mengharapkan kritik dan juga saran dari para pembaca.

Bengkalis, 30 Agustus 2022

Kelompok 3

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ........................................................................................................... i


DAFTAR ISI .......................................................................................................................... ii
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang ...................................................................................................... 1
1.2 Rumusan Masalah ................................................................................................. 2
1.3 Tujuan..................................................................................................................... 2

BAB II PEMBAHASAN
2.1 Utang Pajak........................................................................................................... 3
A. Pengertian Utang Pajak................................................................................... 3
B. Pemicu Timbulnya Utang Pajak..................................................................... 4
C. Beberapa Sifat dari Utang Pajak..................................................................... 5
D. Berakhirnya Utang Pajak................................................................................ 8
2.2 Uang Muka Penjualan........................................................................................... 9
2.3 Utang Jangka Pendek...........................................................................................10
2.4 Perbedaan Utang Jangka Pendek dan Utang Jangka Panjang..............................10
2.5 Ciri-ciri Utang Jangka Pendek.............................................................................10
2.6 Jenis-Jenis Utang Jangka Pendek.........................................................................11
2.7 Faktor yang Mempengaruhi Adanya Hutang (Kewajiban)..................................12

BAB III PENUTUP


3.1 Kesimpulan ...................................................................................................... 15

DAFTAR PUSTAKA........................................................................................................... 16

ii
BAB I

PEDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Memasuki era globalisasi dan pasar bebas dewasa ini, muncul berbagai pendapat
bahwa kemampuan ekonomi nasional harus dapat meningkatkan kualitas hidup dalam setiap
aspek kehidupan, sehingga dengan meningkatkan kemampuan potensi bagi pelaku ekonomi
dalam kesiapan untuk memasuki masa itu serta kontribusi yang nyata bagi pembangunan
regional maupun pembangunan nasional. Pengertian persaingan global di bidang ekonomi,
tidak lain adalah suatu sistem perniagaan antar bangsa yang bebas dinamis, dan kompetitif
tidak lagi terjadi kebijaksanaan proteksi untuk melindungi produk dalam negeri. Semua
produk dan jasa yang dipasarkan mendapat perlakuan yang sama, sehingga kemampuan
bersaing suatu bangsa atau perusahaan adalah modal utama untuk meraih sukses.

Pada masa perekonomian saat ini banyak pengusaha baik usaha besar maupun kecil
yang dalam permodalannya menggunakan sumber dana dari luar seperti kredit atau hutang.
Hutang adalah kewajiban untuk menyerahkan uang, barang, atau jasa kepada pihak lain
dimasa yang akan datang sebagai akibat dari transaksi yang telah terjadi dimasa yang lalu
atau sebelumnya. Ditinjau dari jangka waktu pelunasan atau alat pelunasan hutang dapat di
bagi menjadi dua kelompok yaitu hutang jangka pendek (hutang lancar) dan hutang jangka
panjang.

Timbulnya utang pajak berdasarkan, Pertama, Ajaran Formil. Timbulnya utang pajak
berdasarkan ajaran formil adalah wujud dari sistem pemungutan pajak yang berdasarkan
Oficial Assesment System. Menurut ajaran ini utang pajak timbul karena diterbitkannya
penetapan dan ketetapan pajak. Penetapan dan ketetapan pajak ini dapat berupa: Surat
Tagihan Pajak (SPT), Surat Ketetapan Pajak Kurang Bayar (SKPKB), Surat Ketetapan Pajak
Kurang Bayar Tambahan (SKPKBT). Kedua, timbulnya utang pajak berdasarkan ajaran
materiil adalah wujud dari sistem pemungutan pajak berdasarkan Self Assesment System.
Jadi utang pajak timbul karena berlakunya hukum pajak.

wajib pajak adalah individu atau badan yang berdasarkan ketentuan peraturan
perundang-undangan perpajakan dan sudah ditentukan untuk melakukan kewajiban pajak,
termasuk di dalamnya pemungut pajak atau pemotongan pajak tertentu.

1
1.2 Rumusan Masalah

1. Apa Itu Utang Pajak dan Uang Muka Penjualan?


2. Apa yang dimaksud Liabilitas jangka pendek?
3. Apa pengaruh Liabilitas Jangka Pendek?

1.3 Tujuan

Agar bisa lebih memahami tentang utang pajak dan uang muka penjualan serta pengaruh
liabilitas jangka pendek.

2
BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Utang Pajak

A. Pengertian Utang Pajak

Sebelum membahas tentang pengertian utang pajak, maka harus lebih dulu mengerti
apa yang dimaksud dengan pajak dan apa yang dimaksud dengan utang. Menurut hukum
perdata, utang adalah perikatan yang mengandung kewajiban bagi salah satu pihak (baik
perorangan maupun badan sebagai subjek hukum) untuk melakukan sesuatu (prestasi) atau
untuk tidak melakukan sesuatu yang menjadi hak pihak lainnya. Artinya adalah, bila pihak
yang wajib melakukan suatu prestasi tidak melakukan hal itu atau jika pihak yang wajib tidak
melakukan sesuatu, maka akan terjadi suatu “contact breuk” sehingga pihak yang dirugikan
dapat melakukan penuntutan kepada pihak lain di pengadilan.11 1

Secara yuridis dalam hal utang harus ada 2 pihak, yakni pihak kreditor yang
mempunyai hak dan debitor yang mempunyai kewajiban. Kedudukan debitor dan kreditor
menurut hukum pajak dan hukum perdata berbeda.Perbedaan antara utang pajak dan utang
perdata dapat dilihat dari penyebab timbulnya utang dan sifat utangnya.

Utang pajak adalah suatu kewajiban pihak wajib pajak, baik itu yang berbentuk sanksi
administrasi, denda, ataupun bunga dan juga kenaikan yang tertulis di dalam surat ketetapan
pajak yang berdasarkan undang-undang perpajakan di Indonesia.

Utang pajak adalah pajak yang harus dibayar termasuk sanksi administrasi
berupabunga, denda atau kenaikan yang tercantum dalam surat ketetapan pajak atau surat
sejesisnyaberdasarka peraturan perundang-undangan perpajakan. Utang pajak akan timbul
sesudahfiskus menerbitkan Surat Ketetapan Pajak (SKP). Akan tetapi prinsip tersebut tidak
mutlak.

Utang pajak dapat timbul apabila keadaan si wajib pajak menjadikan wajib pajak
mempunyaiutang pajak sesuai dengan undang-undang. Sebagai contoh, misal si A adalah
seorang wajibpajak. Dia telah betempat tinggal atau berada di daerah Indonesia lebih dari 183
hari dalamjangka waktu 12 bulan dan si A telah memiliki penghasilan melebihi PTKP. Dalam

1 Rochmat Soemitro, Asas dan Dasar Perpajakan, PT. Eresco, Bandung, 1987, h.1
3
keadaantersebut, maka secara otomatis akan timbul Utang pajak bagi si A tanpa harus
menunggufiskus menerbitkan SKP kepada A.

Pihak pemerintah bisa memaksa pembayaran utang pada setiap wajib pajak. Negara
dan juga rakyatnya tidak ada perikatan sama sekali yang mendasari terkait utang tersebut.
Hak dan juga kewajiban antar negara dan juga rakyat tidaklah sama.2

Berdasarkan pasal 1 ayat 8 Undang-Undang Nomor 19 Tahun 2000 yang membahas


tentang Penagihan Pajak dengan Surat Paksa, utang pajak adalah pajak yang sifatnya harus
dibayar, termasuk didalamnya sanksi administrasi berbentuk denda, bunga ataupun
peningkatan yang tertulis di dalam surat ketetapan pajak ataupun surat sejenisnya dengan
berdasarkan peraturan perundang-undangan perpajakan.

B. Pemicu Timbulnya Utang Pajak

Mengenai timbulnya utang pajak terdapat perbedaan pendapat atau persepsi di


kalangan ahli hukum pajak karena sudut pandang yang dijadikan sebagai pokok bahasan yang
berbeda pula. Perbedaan itu sebagai wacana terbaik dalam perkembangan hukum pajak di
masa kini maupun di masa mendatang. Perbedaan pendapat atau persepsi mengenai
timbulnya utang pajak dikategorikan sebagai salah satu sumber hukum pajak yang berada
pada tataran doktrin di kalangan ahli hukum pajak sepanjang pendapat tersebut diterima
sebagai suatu perkembangan positif di bidang perpajakan.

Dikatakan bahwa timbulnya utang pajak tidaklah selalu dinyatakan dengan jelas di
dalam undang-undangnya, pada saat manakah terjadi suatu utang pajak, melainkan
dicurahkannyalah semua perhatian kepada timbulnya keharusan untuk membayarnya.
Demikian itu adalah karena dalam praktik sehari-hari, saat yang disebut ini jauh lebih
penting.

Pada dasarnya, ada dua ajaran mengatur tentang timbulnya utang pajak yaitu:3

1. Kondisi Material

Utang pajak timbul karena berlakunya undang-undang. Sehingga, ajaran ini


diterapkan pada sistem self assessment (self assessment system adalah suatu sistem

2 Erly Suandy, Hukum Pajak, Salemba Empat, Jakarta, 2011, h. 126


3Erly Suandy, Hukum Pajak, Salemba Empat, Jakarta, 2011, h. 126
4
pemungutan yang memberi wewenang kepada wajib pajak untuk menentukan besarnya
pajak yang terutang oleh wajib pajak).

Contoh kondisi material yang bisa memicu adanya utang adalah pihak wajib pajak
memperoleh hadiah undian, mendirikan suatu bangunan, melakukan kegiatan ekspor dan
impor, sampai dengan mempunyai tanah ataupun bumi serta bangunan yang mampu
menghasilkan pendapatan.

Peristiwa-peristiwa yang dapat menimbulkan utang pajak adalah sebagai berikut :

1. Perbuatan – perbuatan, misalnya : pengusaha melakukan impor barang


2. Keasaan - keadaan, misalnya : memiliki harta bergerak dan harta tidak bergerak
Peristiwa, misalnya : mendapat hadiah undian

Saat timbulnya utang pajak mempunyai peranan yang menentukan dalam:

a. Pembayaran / penagihan pajak


b. Memasukkan surat keberatan
c. Penentuan saat dimulai dan berakhirnya jangka waktu daluwarsa
d. Menerbitkan Surat Ketetapan Pajak Kurang Bayar, Surat Ketetapan Pajak Kurang
Bayar

2. Kondisi Formil

Pada kondisi ini, utang pajak bisa terjadi karena pihak petugas pajak sudah
mengeluarkan suatu ketetapan. Jumlah nominal utang tersebut menganut pada kebijakan
fiskal yang telah ditetapkan pada saat itu.

Contoh dari kondisi formil yang mampu memicu utang adalah kasus pelunasan
pajak bumi dan bangunan atau PBB, kantor pelayanan pajak akan menerbitkan surat
ketetapan pajak yang berisi nominal pajak terutang di setiap tahunnya.

C. Beberapa sifat dari utang pajak


1. Dapat dipaksakan

Artinya sebagaimana sifat dari pajak yaitu pungutannya dapat dipaksakan,


pengertiannya adalah bahwa pemaksaan tersebut di lakukan berdasarkan peraturan
perundang-undangan. Jadi utang pajak yang tidak dibayar oleh penanggung pajak pada waktu

5
yang telah ditentukan (saat jatuh tempo), penagihannya dapat dilakukan dengan cara paksa
melalui “Surat Paksa” (SP, Surat Perintah melaksanakan penyitaan (SPMP), dan pelelangan
harta penanggung pajak melalui kantor Lelang Negara, berdasarkan undangundang
Penagihan Pajak Dengan Surat Paksa ( UU No.19/1997 yang telah dan ditambah terakhir
dengan UU No.19/2000).

2. Dapat menunjuk orang lain untuk ikut membayarnya

Dalam hal ini pengertiannya adalah bahwa utang pajak yang seharusnya ditanggung
oleh Wajib Pajak, maka berdasarkan ketentuan peraturan perundang-undangan penagihan
pajak, dapat menunjuk pihak lain yang ada hubungannya dengan wajib pajak tersebut. Yang
dimaksud dengan pihak lain tersebut adalah :

a. Badan pengurus dan atau orang yang nyata-nyata mempunyai wewenang ikut
menentukan kebijaksanaan dan atau mengambil keputusan dalam menjalankan
perusahaan.
b. Badan dalam pembubaran atau pailit oleh orang pribadi atau badan yang dibebani
untuk melakukan pemberesan.
c. Suatu warisan yang belum terbagi, oleh seorang ahli warisnya, pelaksana wasiatnya
atau pengurus harta peninggalannya.
d. Anak belum dewasa atau orang yang berada dalam pengampunan oleh wali atau
pengampunannya
e. Kuasa yang ditunjuk secara khusus untuk menjalankan hak dan memenuhi kewajiban
menurut ketentuan peraturan perundang undangan.
3. Dapat ditagih seketika

Kasus-kasus yang dapat dipakai alasan penagihan pajak seketika dan sekaligus yaitu:

a. Penanggung pajak akan meninggalkan Indonesia untuk selama lamanya atau berniat
untuk itu
b. Penanggung pajak menghentikan secara nyata, mengecilkan kegiatannya di Indonesia,
ataupun memindahkan barang bergerak atau barang tidak bergerak yang dimilikinya
atau dikuasainya.
c. Pembubaran badan atau niat untuk membubarkannya, pernyataan pailit ataupun
penyitaan harta Penanggung pajak oleh pihak lain.
d. Perusahaan dibubarkan oleh pemerintah.
6
4. Mempunyai hak mendahulu terhadap utang yang lain

Maksudnya yaitu Negara melalui utang pajak memiliki hak mendahulu (preferen)
untuk tagihan pajak atas barang-barang milik penanggung pajak, di atas utang-utang yang
lain. Dalam hal ini ada dua hal yang harus diperhatikan, yaitu :

a. Pengertian utang pajak di sini adalah meliputi pokok pajak, bunga, denda
administrasi, kenaikan dan biaya penagihan
b. Hak mendahulu meliputi harta wajib pajak dan penanggung pajak
c. Saat hak mendahulu adalah pada saat penjualan melalui sita lelang, bukan pada saat
penyitaan

Jangka waktu hak mendahulu tersebut adalah dua tahun sejak diterbitkannya surat
ketetapan pajak atau apabila telah ada penagihan dengan Surat Paksa maka dua tahun
tersebut dihitung sejak diberitahukannya Surat Paksa

5. Dapat dilakukan pencegahan atau penyanderaan terhadap penanggung pajak.


Surat paksa adalah bersifat eksekutoriol, yaitu dapat dilaksanakaneksekusi
tanpa adanya putusan hakim. Eksekusi ini dapat dilaksanakan pada harta dan juga
fisik Penanggung Pajak. Eksekusi ini dapat dilakukan pada seorang atau seluruh
penanggung pajak.
Yang dimaksud dengan fisik yaitu :
a. Pencegahan adalah langkah sementara (selama-lamanya enam bulan dan dapat
diperpanjang selama enam bulan lagi) terhadap penanggung jawab tertentu untuk
keluar dari wilayah Negara Republik Indonesia berdasarkan alasan tertentu sesuai
dengan peraturan perundang undangan yang berlaku.
b. Penyanderaan adalah pengekangan sementara waktu kebebasan penanggung pajak
dengan menempatkannya di tempat tertentu (tempat penyanderaan). Syarat-syarat
yang harus dipenuhi dalam pelaksanaan tindakan pencegahan dan penyanderaan
adalah :
a. Utang pajak paling sedikit adalah Rp 100.000,
b. Diragukan itikad baiknya dalam pelunasan utang pajak

7
c. Surat Keputusan Pencegahan diterbitkan oleh Menteri Keuangan atas permintaan
Pejabat atau Atasan Pejabat (Kepala KPP / Kepala KP.PBB / Kepala Dinas Pendapatan
Daerah / Kanwil / Dirjen Pajak /Bupati/Walikota)
d. Surat Keputusan Penyanderaan diterbitkan oleh Pejabat (Kepala KPP/ Kepala
KP.PBB / Kepala Dinas Pendapatan Daerah) atas izin Menteri Keuangan atau Gubernur
(untuk pajak-pajak daerah).

D. Berakhirnya Utang Pajak

Utang pajak dapat berakhir karena hal-hal berikut ini :4

1) Pembayaran / Pelunasan Pembayaran / pelunasan pajak dapat dilakukan Wajib Pajak


dengan menggunakan Surat Setoran Pajak (SSP) atau dokumen lain yang
dipersamakan. Pembayaran atau pelunasan pajak dapat dilakukan di Kantor Kas
Negara, Kantor Pos dan Giro, dan Bank Persepsi.Pembayaran pajak hanya dapat
dilakukan dengan uang dan bukan dengan bentuk lainnya.
2) Kompensasi Kompensasi dapat dilakukan antara jenis pajak yang berbeda dalam
tahun pajak yang sama, misalnya antara kelebihan pembayaran pph dengan
kekurangan pembayaran PPN, ataupun antara jenis pajak yang sama dalam tahun
yang berbeda misalnya kelebihan pembayaran pph tahun lalu dengan kekurangan
pembayaran pph tahun berjalan.
3) Penghapusan Utang Penghapusan Utang pajak dilakukan karena kondisi dari Wajib
Pajak yang bersangkutan, misalnya Wajib Pajak dinyatakan bangkrut oleh pihak-
pihak yang berwenang. Utang pajak pada prinsipnya dapat dihapuskan karena tidak
dapat atau tidak mungkin ditagih lagi dengan beberapa alasan seperti yang diatur
dalam Peraturan Menteri Keuangan Republik Indonesia Nomor 73/PMK.03/2012,
yaitu :
a. Wajib Pajak orang pribadi meninggal dunia dengan tidak meninggalkan warisan
dan tidak mempunyai ahli waris atau ahli waris tidak dapat ditemukan; atau
b. Wajib Pajak tidak mempunyai harta kekayaan.
4) Daluwarsa
Daluwarsa Utang pajak terjadi karena terlampaunya waktu penetapan pajak
(penertiban surat ketetapan pajak) maupun karena lampaunya waktu proses penagihan

4 Erly Suandy, Hukum Pajak, Salemba Empat, Jakarta, 2011, h. 127


8
pajak. Daluwarsa dimaksudkan untuk memberikan kepastian hukum baik bagi Wajib
Pajak maupun fiskus maka diberikan kebebasan batas waktu tertentu untuk penagihan
pajak. Batas daluwarsa yang berlaku saat ini adalah :
a. Untuk pajak pusat adalah 5 tahun
b. Untuk pajak daerah adalah 5 tahun
c. Untuk retribusi daerah adalah 3 tahun d. Untuk Wajib Pajak yang terlibat tindak
pidana pajak tidak diberikan batas waktu
5) Pembebasan
Pembebasan pajak biasanya dilakukan berkaitan dengan kebijakan
pemerintah.Misal dalam rangka meningkatkan penanaman modal maka pemerintah
memberikan pembebasan pajak untuk jangka waktu tertentu atau pembebasan pajak di
wilayah-wilayah tertentu

2.2 Uang Muka Penjualan

Uang Muka Penjualan (Prepaid Income) atau Pendapatan Yang Diterima Dimuka
adalah Pendapatan atau Penjualan yang sesungguhnya belum merupakan hak perusahaan
pada periode yang bersangkutan, tetapi pembayarannya sudah terlebih dahulu diterima oleh
perusahaan. 

Karena jumlah yang telah diterima itu belum merupakan pendapatan atau penjualan
untuk periode yang bersangkutan, maka jumlah ini merupakan suatu uang muka yang
diterima oleh perusahaan dan termasuk dalam kategori Kewajiban Jangka Pendek (Current
Liabilities).

Uang muka penjualan atau deposit penjualan dicatat sesuai kondisi atau transaksi
yang terjadi. Dibalik transaksi yang terjadi, terdapat kesepakatan kedua belah pihak antara
perusahaan sebagai penjual dan pembeli atau pelanggan. Kesepakatan penjualan yang dibuat
cara pembayaran dan jangka waktu pembayaran. Dan pastinya ada uang muka penjualan
sebagai tanda jadi atas transaksi dan niat baik untuk menyelesaikan pelunasan atas pesanan.

Beberapa kesepakatan cara pembayaran yang umumnya banyak terjadi diantara kedua
belah pihak yaitu:

1. Uang muka penjualan dan pelunasan tunai, akan diselesaikan sebelum barang dikirim
dan diterima.

9
2. Uang muka penjualan dan pelunasan kredit, akan jatuh tempo setelah barang dikirim
dan diterima.
3. Uang muka penjualan dan pelunasan dengan cara dicicil atau termin sebelum barang
atau jasa dikirim dan diterima.

2.3 Utang Jangka Pendek

Utang jangka pendek adalah suatu pinjaman uang sebagai kewajiban yang wajib
dibayarkan dan sifatnya untuk keperluan dana darurat. Selain itu, utang ini juga mempunyai
jatuh tempo dalam jangka waktu kurang dari 12 bulan.

Berdasarkan ilmu akuntansi, utang jangka pendek adalah seringkali disebut liabilitas
lancar. Sedangkan dalam dunia bisnis, tambahan dana dari utang sudah biasa dilakukan oleh
para pemilik usaha baik itu perusahaan kecil, menengah, hingga berskala besar.

Untuk melunasi utang jangka pendek, langkah pertama yang biasanya dilakukan
perusahaan adalah melakukan perhitungan atas kepemilikan aset atau aktiva perusahaan. Di
sisi lain, bila pemilik bisnis suatu saat tidak mampu melunasi utangnya, maka perusahaan
akan mengambil keputusan untuk memotong dividen atas profit dari para pemegang saham
atau investor.

2.4 Perbedaan Utang Jangka Pendek dan Utang Jangka Panjang

Perbedaan antara kedua jenis utang ini sangat terlihat dari segi cara pelunasan, fungsi,
dan bentuk pinjamannya. Utang jangka panjang memiliki jangka waktu pelunasan yang
cukup panjang yaitu bisa lebih dari 1 tahun.

Sementara untuk utang jangka pendek, seperti yang sudah dijelaskan sebelumnya
memiliki jangka waktu pelunasan cenderung singkat. Dalam kasusnya, perusahaan yang
memiliki utang jangka pendek mempunyai kewajiban untuk sesegera mungkin melunasinya
kepada lembaga atau orang yang memberikan pinjaman.

Selain itu, dalam utang jangka panjang terdapat banyak syarat yang wajib diberikan
terlebih dahulu sebagai bentuk jaminan. Sementara itu, untuk utang jangka pendek, tidak
diperlukan berbagai macam syarat yang spesifik.

2.5 Ciri-ciri Utang Jangka Pendek

10
1. Utang pendek biasanya mengacu pada kewajiban atau pinjaman uang yang harus
dibayarkan dan bersifat dana darurat. Pada umumnya, jenis utang ini memiliki tanggal
jatuh tempo kurang dari 12 bulan. Suatu transaksi dapat disebut sebagai utang jangka
pendek, jika memenuhi ciri-ciri sebagai berikut:
2. Pembayaran jenis utang ini harus segera dilunasi, oleh karena itu, utang ini juga
mempunyai jatuh tempo yang telah disepakati bersama antara perusahaan dan
pemberi pinjaman dalam waktu kurang dari 1 tahun. Utang jangka pendek memiliki
jumlah nominal yang jelas.

Utang jenis ini tersedia dalam 2 macam yaitu

1. Memiliki bunga
2. Tidak berbunga

Tergantung kebijakan yang diberlakukan oleh pemberi pinjaman. Utang jangka pendek
biasanya tidak perlu disertakan dengan jaminan.

2.6 Jenis-Jenis Utang Jangka Pendek

Selanjutnya, kamu juga perlu mengetahui beberapa jenis dari utang jenis ini, berikut 5
jenis yang termasuk utang jangka pendek contohnya:

1. Utang wesel

Utang wesel adalah sebuah pinjaman yang dilakukan oleh seseorang atau perusahaan
dengan menggunakan sebuah bukti secara tertulis yaitu surat wesel. Dalam surat tersebut,
debitur dan kreditur tidak memerlukan syarat apapun serta jaminan yang akan digunakan.

2. Utang dagang

Utang dagang adalah salah satu jenis pinjaman uang dimana pelunasannya
dilakukan dalam waktu yang cukup singkat. Jenis utang ini terjadi bila suatu perusahaan
atau seseorang melakukan pinjaman atau kredit untuk mendapatkan jasa atau barang
tertentu.

3. Dividen

11
Selanjutnya ada dividen yang merupakan jenis utang yang akan diberikan bagi
investor. Investor tersebut adalah seseorang yang modalnya dihutangi untuk
kebutuhan perusahaan. Sistem pelunasannya yaitu berupa pembagian keuntungan.

4. Pendapatan diterima di muka


Pendapatan diterima dimuka adalah perusahaan mendapatkan sebagian
pelunasan sebelum barang atau jasa ada di tangan konsumen. Jenis utangnya
merupakan barang atau jasa yang harus dikirimkan sesuai dengan pesanan.

Perusahaan harus menentukan tanggal kesepakatan dengan konsumen untuk


pengirimannya. Nantinya saat barang atau jasa tersebut sudah diterima konsumen,
barulah konsumen akan melunasi sisa utang kepada perusahaan.

2.7 Faktor yang Mempengaruhi Adanya Hutang (Kewajiban)

Hartono (2007:254) menyebutkan bahwa hutang itu mengandung resiko. Semakin


tinggi resiko suatu perusahaan, semakin tinggi tingkat profitabilitas yang diharapkan sebagai
imbalan terhadap tingginya resiko dan sebaliknya semakin rendah resiko perusahaan semakin
rendah tingkat profitabilitas yang diharapkan sabagai imbalan terhadap rendahnya risiko.

Ada beberapa faktor yang menyebabkan hutang, yaitu :5

a. Hutang legal/ kontrak Hutang legal adalah hutang yang timbul karena adanya
ketentuan formal berupa peraturan hukum untuk membayar kas atau menyerahkan
barang/ jasa kepada entitas tertentu.
b. Hutang konstruktif Hutang konstruktif terjadi karena kewajiban tersebut sengaja
diciptakan untuk tujuan/kondisi tertentu, meskipun secara formal tidak dilakukan
melalui perjanjian tertulis untuk membayar sejumlah tertentu dimasa yang akan
datang.
c. Hutang ekuitabel Hutang ekuitabel adalah hutang yang timbul karena adanya
kebijakan yang diambil oleh perusahaan karena alasan moral/ etika dan perlakuannya
diterima oleh praktik secara umum. Hutang ekuitabel dapat dianggap sebagai

5 Rahma dan Prasetyo, Pengaruh Liabilitas Jangka Pendek, Hal 134


12
kewajiban/ hutang oleh kedua belah pihak yang terlibat meskipun terjadinya tidak
melalui proses hukum.

Mengukur Kebijakan Hutang Menurut Horne & John (2012:308) yang dialihbahasakan oleh
Dewi Fitriasari dan Deny Arnos ada beberapa rasio hutang, diantaranya ialah :

a. Rasio hutang terhadap ekuitas (Debt to Equity Ratio)

Rasio hutang terhadap ekuitas dihitung hanya dengan membagi total hutang
perusahaan (termasuk kewajiban jangka pendek) dengan ekuitas pemegang saham.
Para kreditor secara umum lebih menyukai rasio ini rendah, semakin rendah rasio ini,
semakin tinggi tingkat pendanaan perusahaan yang disediakan oleh pemegang saham,
dan semakin besar perlindungan bagi kreditor jika terjadi penyusutan nilai aktiva atau
kerugian besar.

Debt to equity ratio menunjukkan persentase penyediaan dana oleh pemegang


saham terhadap pemberi pinjaman. Semakin tinggi debt to equity ratio, semakin
rendah pendanaan perusahaan yang disediakan oleh pemegang saham. Dari perspektif
kemampuan membayar kewajiban jangka panjang, semakin rendah rasio akan
semakin baik kemampuan perusahaan dalam membayar kewajiban jangka
panjangnya. Semakin tinggi debt to equity ratio menunjukkan komposisi total utang
(jangka pendek dan jangka panjang) semakin besar dibanding total modal sendiri,
sehingga berdampak semakin besar beban perusahaan terhadap pihak luar(kreditur).
Meningkatnya beban terhadap kreditur menunjukkan sumber modal perusahaan
sangat tergantung dengan pihak luar.6 Selain itu, besarnya beban utang yang
ditanggung perusahaan dapat mengurangi jumlah laba yang diterima perusahaan.

b. Rasio hutang terhadap total aktiva (Debt to Total Asset Ratio)

Rasio hutang terhadap total aktiva didapat dari membagi total hutang
perusahaan dengan total aktivanya. Rasio ini berfungsi dengan tujuan yang hampir
sama dengan rasiodebt to equity. Rasio ini menekankan pada peran penting
perusahaan hutang bagi perusahaan dengan menunjukan aktiva perusahaaan yang
didukung oleh pendanaan hutang. Debt to assets ratio (debt ratio) menunjukkan
seberapa besar total aset yang dimiliki perusahaan yang didanai oleh seluruh

6Rahma dan Prasetyo, Pengaruh Liabilitas Jangka Pendek, Hal 138


13
krediturnya. Semakin tinggi debt ratio akan menunjukkan semakin beresiko
perusahaankarena semakin besar utang yang digunakan untuk pembelian asetnya.

c. Rasio hutang terhadap total kapitalisasi (Debt-to Total Capitalization Ratio)

Dengan total permodalan mewakili semua hutang jangka panjang dan ekuitas
pemegang saham, rasio ini mengukur peran penting hutang jangka panjang dalam
struktur modal perusahaan. Dalam rasio ini jika persentase semakin tinggi, ini berarti
bahwa proporsi hutang yang lebih tinggi digunakan untuk pembiayaan permanen bagi
perusahaan dibandingkan dengan dana investor (equity financing). Harus memiliki
data historis dari data perusahaan atau industri untuk perbandingan. Seiring dengan
proporsi hutang yang semakin tinggi, begitu juga risiko dan kemungkinan
kebangkrutan. Penurunan rasio ini mengindikasikan bahwa terjadi peningkatan
ekuitas.

Sebagaimana yang dilakukan oleh Ewayed (2014) dalam penelitiannya yang


mengukur tingkat hutang jangka pendek dan hutang jangka panjang yang digunakan
oleh perusahaan dengan membandingkan antara hutang jangka panjang dan hutang
jangka pendek dengan ekuitas perusahaan tersebut.

14
BAB III

PENUTUP

3.1 Kesimpulan

Utang pajak adalah suatu kewajiban pihak wajib pajak, baik itu yang berbentuk sanksi
administrasi, denda, ataupun bunga dan juga kenaikan yang tertulis di dalam surat ketetapan
pajak yang berdasarkan undang-undang perpajakan di Indonesia.

Uang Muka Penjualan (Prepaid Income) adalah Pendapatan atau Penjualan yang
sesungguhnya belum merupakan hak perusahaan pada periode yang bersangkutan, tetapi
pembayarannya sudah terlebih dahulu diterima oleh perusahaan.

Ciri-ciri Utang pendek biasanya mengacu pada kewajiban atau pinjaman uang yang harus
dibayarkan dan bersifat dana darurat. Pada umumnya, jenis utang ini memiliki tanggal jatuh
tempo kurang dari 12 bulan.

Pengaruh adanya hutang kewajiban, Hutang itu mengandung resiko Semakin tinggi resiko
suatu perusahaan, semakin tinggi tingkat profitabilitas yang diharapkan sebagai imbalan
terhadap tingginya resiko dan sebaliknya semakin rendah resiko perusahaan semakin rendah
tingkat profitabilitas yang diharapkan sabagai imbalan terhadap rendahnya risiko.

15
Daftar Pustaka

Bohari, 1995, Pengantar Singkat Hukum Pajak, Jakarta : Rajawali Persada.


Brotodihardjo, Santoso, 2003, Pengantar Ilmu Hukum Pajak, Bandung: Refika Aditama.
Harrison, Walter T, 2012. Akuntansi Keuangan, Edisi 8, Jakarta: Erlangga
Kasmir, 2014. Pengantar Manajemen Keuangan, Edisi 2, Jakarta: Prenada Media

16

Anda mungkin juga menyukai