Anda di halaman 1dari 19

MATA KULIAH PENGANTAR PERPAJAKAN

Dosen Pengampu : Nurcahyaning Dwi Kusumaningrum S.E


MAKALAH
“PENGHINDARAN PAJAK BERGANDA”

Disusun oleh :

Silfi Nia Ramadani 220903101046


Aditya Budi Setyawan 220903101048
Neng Sabilla Nurul Azizah 220903101050
Nararia Maywana Putri Mulidina 220903101051
Viska Diana Pratiwi 220903101053
Rika Aprilia Putri 220903101055
Hany Prilianti 220903101056
Illa Ramadhani 220903101058
Alisyah Sri Ayu Kumala Dewi 220903101061
Devi Kusnanda Putri 220903101066
Aprilia Intan Nuraini 220903101067
Clara Citra Rukmana 220903101074
Dea Silvia Ardiana 220903101078

PROGRAM STUDY DIPLOMA III PERPAJAKAN


FACULTY OF SOCIAL AND POLITICAL SCIENCES
UNIVERSITY OF JEMBER
2022
KATA PENGANTAR

Puji syukur kita panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa yang mana telah
memberikan rahmat serta kenikmatanya kepada kita semua, sehingga kami dapat
menyelesaikan makalah ini yang berjudul "Penghindaran Pajak Berganda" dengan
tepat pada waktunya.

Tidak lupa kami ucapkan terima kasih kepada dosen ibu Nurcahyaning Dwi
Kusumaningrum S.E selaku dosen pengampu mata kuliah Perpajakan yang telah
memberikan tugas kepada kami berupa vidio analisis, sehingga dapat menambah
wawasan yang lebih luas kepada kami selaku anggota kelompok. Penulis juga
mengucapkan terima kasih kepada para anggota yang telah bersedia untuk ikut
kontribusi dalam penyelesaian makalah ini.

Dengan pengetahuan yang kami miliki, penulis menyadari bahwa terdapat


kesalahan serta kekurangan yang tidak kami ketahui serta jauh dari kata
sempurna. Oleh karena itu, kritik dan saran yang sifatnya membangun senantiasa
penulis harapkan demi kesempurnaan pembuatan makalah selanjutnya.

Jember, 7 November 2022

Penulis

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR.............................................................................................i
DAFTAR ISI..........................................................................................................ii
BAB I PENDAHULUAN.....................................................................................1
1.1 Latar Belakang..........................................................................................1
1.2 Rumusan Masalah.....................................................................................2
1.3 Tujuan........................................................................................................2
BAB II PEMBAHASAN.......................................................................................3
2.1 Definisi Pajak Berganda............................................................................3
2.2 Unsur-unsur Pajak Berganda.....................................................................3
2.3 Tipe-tipe Pajak Berganda..........................................................................5
2.4 Asas-asas Pengenaan Pajak Berganda.......................................................6
2.6 Contoh Bentuk Pajak Berganda................................................................8
2.7 Perjanjian Pajak Berganda.........................................................................9
2.8 Metode Penghindaran Pajak Berganda....................................................10
BAB II PENUTUP..............................................................................................13
3.1 Kesimpulan..............................................................................................13
3.1 Saran........................................................................................................13
DAFTAR PUSTAKA...........................................................................................14

ii
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Mobilisasi dunia usaha akhir-akhir ini sangat pesat dengan adanya
globalisasi modal dan perdagangan internasional. Transaksi internasional yang
dilakukan setiap negara menjadi peluang untuk meningkatkan pertumbuhan
ekonomi negara tersebut namun dapat juga menyebabkan iklim perekonomian
internasional menjadi tidak kondusif dikarenakan setiap negara memiliki hukum
untuk mengatur nenegaranya sendiri. Undang undang domestik yang ada di tiap
negara memicu permasalahan pemajakan secara berganda sehingga dapat
menghambat perdagangan hingga menimbulkan distorsi ekonomi dan
memperlambat pertumbuhan ekonomi negara.
Undang – undang perpajakan suatu negara selalu mempunyai aspek
internasional, baik mengenai subjek maupun objek pajak (Rachmanto Surahmat,
2001:11). Aspek internasional dari suatu perundang – undangan pajak
mencerminkan sejauh mana suatu negara menentukan hak perpajakanya diluar
wilayahnya. Berpegang atas dasar hak masing – masing negara maka pengenaan
pajak terhadap aspek internasional akan dapat berdampak antara lain merugikan
masyarakat pelaku bisnis internasional dikarenakan pengenaan pajak dapat
dilakukan oleh dua atau lebih negara sehingga pajak yang dikenakan terhadap
suatu objek pajak menjadi ganda. Adanya perbedaan azas-azas perpajakan yang
dianut menimbulkan adanya pemungutan pajak yang lebih dari satu kali di negara
yang berbeda. Pajak berganda akan memberatkan pengusaha dari masing-masing
negara, yang mana akan mengakibatkan berkurangnya investasi, bisnis, dan
perdagangan Internasional.
Oleh karena itu, disusunlah suatu perjanjian penghindaran pajak berganda
(Tax Treaty) yang dimaksudkan untuk membantu para pengusaha agar tidak
dikenakan pajak berganda dengan cara yang legal di mata hukum.
Berdasarkan pemahaman atas fenomena yang dijelaskan di atas, maka
focus makalah ini akan membahas tentang "Penghindaran Pajak Berganda.

1
1.2 Rumusan Masalah
Berdasarkan uraian yang dipaparkan dalam latar belakang masalah, maka
rumusan masalah yang akan penulis angkat pada makalah ini adalah sebagai berikut:
1. Jelaskan mengenai pajak berganda dan penghindaran pajak berganda?
2. Jelaskan mengenai apa sajakah unsur-unsur dalam pajak berganda?
3. Jelaskan mengenai apa sajakah tipe-tipe dalam pajak berganda?
4. Jelaskan bagaimana penyebab pajak berganda internasional?
5. Jelaskan apa sajakah contoh bentuk dari pajak berganda?
6. Jelaskan mengenai perjanjian pajak berganda?\
7. Jelaskan mengenai apa sajakah asas-asas dalam pajak berganda?
8. Jelaskan mengenai metode penghindaran pajak berganda?
1.3 Tujuan
Selain untuk memenuhi tugas dalam perkuliahan Pajak Berganda tujuan lainya
adalah agar mampu memahami tentang Penghindaran Pajak Berganda (P3B) antar
negara, memahami juga tentang penyebab, contoh bentuk hingga metode
penghindaran pajak berganda.

1
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Definisi Pajak Berganda


Knechtle memberi penjelasan secara rinci dalam bukunya yang berjudul
”Basic Problems in Internasional Fiscal Law” (1979). Secara luas pajak berganda
meliputi setiap bentuk pembebanan pajak dan pungutan yang lainnya lebih dari
satu kali, yang dapat berganda atau lebih terhadap suatu fakta fiskal. Secara
sempit pajak berganda diamggap terjadi pada semua kasus pemajakan beberapa
kali terhadap suatu subjek dan/atau objek pajak dalam satu administrasi pajak
yang sama, yang mengesampingkan pembebanan pajak oleh pemerintah daerah.
Setiap Negara memiliki peraturan perundang-undangan perpajakan
nasional sendiri-sendiri atau yang disebut dengan yurisdiksi nasional, yang
masing-masing peraturan perundang-undangan dimaksud memiliki landasan dan
filosofi hukum yang berbeda dengan Negara-negara lainnya. Dalam rangka
melakukan investasi di Negara lain maupun dalam rangka suatu Negara menerima
investasi dari Negara lain pasti akan terjadi beberapa konflik kepentingan.

2.2 Unsur-unsur Pajak Berganda


Menurut Prof. Rochmat Soemitro (1977), ada beberapa unsur-unsur agar
suatu pajak dapat dikatakan sebagai pajak berganda internasional. Adapun yang
menjadi unsur-unsur dari pajak berganda internasional adalah :
1. Penguasa yang Memungut Pajak
Sesuai dengan pendapat Spitaler, pajak berganda internasional hanya dapat
terjadi apabila sekurang-kurangnya terdapat dua negara pemungut pajak
(Abgabengewalt), yang masing-masing berdiri sendiri sebagai negara yang
berdaulat. Negara yang berdaulat mempunyai wewenang untuk membuat
undang-undang, antara lain undang-undang pajak, sehingga negara yang
berdaulat mempunyai wewenang memungut pajak dari obyek dan subyek
yang ada di wilayahnya atau yang ada hubungan dengan wilayahnya tanpa
dicampuri oleh negara lain manapun juga. Apabila terdapat bentrokan antara

3
kaedah pajak suatu negara dengan kaedah pajak negara yang lain lazimnya
masih digolongkan dalam pajak berganda internasional.
2. Identitas Subyek (Kesamaan Subyek)
Salah satu syarat yang harus dipenuhi untuk pajak berganda internasional
ialah kesamaan subyek (identitas subyek). Subyek pajak adalah orang atau
badan yang menurut undang-undang dikenakan pajak dan bertanggung jawab
untuk memenuhi segala syarat formil serta pembayaran. Subyek dapat terdiri
dari orang pribadi, badan, dan kesatuan ekonomi.
3. Kesamaan Obyek (Identitas Obyek)
Obyek pajak adalah keadaan lahiriah yang menjadi dasar pengenaan pajak
terhadap peraturan perpajakan suatu negara dapat diterapkan. Yang menjadi
pertimbangan dalam suatu negara terdapat kesamaan obyek adalah
berdasarkan pertanyaan apakah batasan dari obyek pada dua negara tersebut
ditentukan menurut cara yang sama atau tidak.
4. Kesamaan Pajak
Pajak yang sama jarang sekali dijumpai sekalipun masing-masing negara
menggunakan istilah yang sama (misalnya income tax atau Einkommen
Steuer atau inskomsten belasting), yang di Indonesia disebut sebagai pajak
penghasilan) karena mungkin isi materilnya tidak sama, yaitu apa obyeknya
dan siapa subyeknya. Sehingga istilah yang lebih disukai adalah "pajak yang
sifatnya sama". Sehingga walaupun pengertian dari nama pajak secara harfiah
sama, namun sifat dari pajak itu bisa berbeda. Menurut Markull ia
menyimpulkan sesuai dengan Mahkamah Agung (Verfassungsgerichtschof)
Austria bahwa untuk menentukan kesamaan sifat pajak kita harus berpangkal
pada hukum tertulis dari kedua pajak yang bersangkutan, yaitu apa yang
menjadi hakekatnya, artinya apa sasaran dan apa yang merupakan dasar
pengukurannya (Bemessungsgrundlage)

4
2.3 Tipe-tipe Pajak Berganda
Knechtle, dalam buku "Basic Problems in International Fiscal Law" menyebut
beberapa tipe pajak berganda internasional. Tipe-tipe pajak berganda tersebut yaitu:
1. Tipe Faktual dan Potensial
Pajak berganda terjadi karena benturan klaim pemajakan beberapa otoritas
fiskal sesuai dengan yuridiksi mereka. Tipe faktual dari pajak berganda
terjadi apabila ada klaim pemajakan yang dilakukan oleh beberapa negara
sesuai dengan yurisdiksi pemajakan yang mereka miliki. Sedangkan, tipe
potensial dari pajak berganda terjadi apabila dari dua negara atau lebih yang
mempunyai yurisdiksi pemajakan hanya satu negara saja yang melakukan
klaim pemajakan tersebut
2. Yuridis dan Ekonomi
Pajak berganda yuridis terjadi apabila suatu penghasilan atau modal yang
sama dikenakan pajak pada subyek yang sama oleh lebih dari satu negara.
Pajak berganda ekonomis terjadi apabila 2 (dua) orang yang secara yuridis
berbeda dikenakan pajak atas penghasilan yang sama oleh lebih satu negara.
Dalam pajak berganda internasional, yurudis melihat bahwa pemajakan oleh
lebih dari satu negara tersebut dilakukan terhadap satu subjek legal yang
sama. Di pihak lain, pajak berganda internasional ekonomis meliputi
pemajakan atas objek yang sama terhadap legal subjek yang berbeda, namun
secara ekonomis identik atau setidaknya merupakan para wajib pajak yang
terdapat hubungan.
Pajak berganda yuridis dapat timbul karena tiga penyebab:
a. Source-source conflict
Dua negara mengklim pendapatan yang sama
b. Residence-residence conflict
Dua negara sama-sama mengklaim seseorang sebagai penduduknya
c. Source residence conflict
Kondisi dimana negara A memajaki seseorang karena orang tersebut
merupakan penduduknya dan negara B juga memajaki orang tersebut
karena pendapatannya berasal dari negara

5
3. Tipe Langsung dan Tidak Langsung Dalam
Neumark Report dibuat pembedaan anatara pajak berganda internasional
langsung dan tidak langsung. Pajak berganda internasional langsung terjadi
apabila ada aplikasi dari dua atau lebih ketentuan dengan struktur yang sama
atau berbeda terhadap satu hak yang sama pada satu wajib pajak yang sama.
Pajak berganda tidak langsung terjadi apabila ada pemajakan yang sama
terhadap satu hal yang sama. Jadi setara dengan pajak berganda ekonomis,
hanya saja pajak berganda tidak langsung lebih komprehensif dan luas dari
pajak bergand aekonomis.

2.4 Asas-asas Pengenaan Pajak Berganda


Dalam mengenakan pajak terhadap wajib pajak, institusi pemungut
pajak harus memerhatikan berbagai faktor terkait sumber penghasilan atau
manfaat (objek pajak) dan penerima penghasilan atau manfaat (subjek
pajak) yang selanjutnya dikenal sebagai asas pengenaan pajak. Pada uraian
di bawah ini disajikan berbagai asas pengenaan pajak.
1. Asas Domisili (Domicile, Residence Principle)
Berdasarkan asas ini, negara akan mengenakan pajak atas suatu penghasilan
yang diterima atau diperoleh orang pribadi atau badan, apabila untuk
kepentingan perpajakan, orang pribadi tersebut merupakan penduduk atau
berdomisili di negara itu atau badan yang berkedudukan di negara itu. Dalam
kaitan ini, tidak dipersoalkan dari mana penghasilan yang akan dikenakan
pajak itu berasal. Itulah sebabnya bagi negara yang menganut asas ini, dalam
sistem pengenaan pajak terhadap penduduknya akan menggabungkan asas
domisili (kependudukan) dengan konsep pengenaan pajak atas penghasilan
baik yang diperoleh di negara itu maupun penghasilan yang diperoleh di luar
negeri (world wide income).
2. Asas Sumber (Source Principle)
Negara yang menganut asas sumber akan mengenakan pajak atas suatu
penghasilan yang diterima atau diperoleh orang pribadi atau badan hanya
apabila penghasilan yang akan dikenakan pajak itu diperoleh atau diterima

6
oleh orang pribadi atau badan yang bersangkutan dari suatu negara. Dalam
asas ini, tidak menjadi persoalan mengenai siapa dan apa status dari orang
atau badan yang memperoleh penghasilan tersebut sebab yang menjadi
landasan pengenaan pajak adalah objek pajak yang timbul atau berasal dari
negara itu. Contoh: Tenaga kerja asing bekerja di Indonesia maka dari
penghasilan yang didapat di Indonesia akan dikenakan pajak oleh pemerintah
Indonesia.
3. Asas Kebangsaan, Nasionalitas, Kewarganegaraan (Nationality, Citizenship
Principle)
Dalam asas ini, yang menjadi landasan pengenaan pajak adalah status
kewarganegaraan dari orang atau badan yang memperoleh penghasilan.
Berdasarkan asas ini, tidaklah menjadi persoalan dari mana penghasilan yang
akan dikenakan pajak berasal. Seperti halnya dalam asas domisili, sistem
pengenaan pajak berdasarkan asas kebangsaan ini dilakukan dengan cara
menggabungkan asas kebangsaan dengan konsep pengenaan pajak atas
penghasilan yang diperoleh di luar negeri.
Pemerintah Indonesia pada dasarnya menganut asas pengenaan pajak atas
seluruh penghasilan, termasuk penghasilan dari luar negeri. Untuk wajib pajak
dalam negeri, pengenaan pajak didasarkan atas asas domisili. Sedangkan bagi
warga negara asing yang tinggal dan memperoleh penghasilan di Indonesia,
dilakukan pengecekan batas waktu untuk menentukan apakah orang pribadi atau
badan termasuk wajib pajak dalam negeri (tinggal di Indonesia lebih dari 183 hari
dalam 12 bulan), atau termasuk wajib pajak luar negeri (tinggal di Indonesia
maksimal 183 hari dalam 12 bulan). Nah, bagi wajib pajak luar negeri, hanya
dikenakan terhadap penghasilan yang diperoleh di Indonesia saja. Selanjutnya,
sebagaimana lazimnya praktik perpajakan di berbagai negara, diatur perjanjian
perpajakan antar negara untuk menghindari pemajakan berganda. 

7
7
2.5 Penyebab Penghindaran Pajak Berganda
Menurut Angharad Miller dan Lynne Oats Principles pada buku
“Principles of International Taxation, Bloomsbury Professional” bahwa ada dua
penyebab terjadinya pajak berganda internasional, yaitu secara ekonomis dan
secara yuridis Pajak berganda internasional yang disebabkan secara ekonomis
terjadi ketika suatu penghasilan yang sama dikenakan pajak lebih dari satu kali di
negara tersebut dan/atau oleh lebih dari satu negara, contohnya pengenaan atas
keuntungan perusahaan. Keuntungan perusahaan (net income) dikenakan pajak
penghasilan atas badan yang kemudian net income after tax dibagikan kepada
pemilik saham perusahaan tersebut. Apabila pemilik saham.
Selanjutnya Prof rochmat Soemitro menjelaskan bahwa ada beberapa sebab yang
menimbulkan pajak berganda internasional, yaitu:
a. Subjek pajak yang sama dikenakan pajak yang sama dibeberapa Negara yang
dapat terjadi karena:
a. Domisili rangkap
b. Kewarganegaraan rangkap
c. Bentrokan asas domisili dan asas kewarganegaraan
b. Objek pajak yang sama dikenakan pajak yang sama di beberapa Negara
Subjek pajak yang sama dikenakan pajak di negara tempat tinggal
berdasarkan asas world wide income, sedangkan di negara domisili
dikenakan pajak berdasarkan asas sumber.

2.6 Contoh Bentuk Pajak Berganda


1. Pajak penjualan Pajak berganda dapat terjadi apabila Negara. pengekspor
menganut prinsip Negara asal (original principle), sedang Negara pengimpor
menganut prinsip Negara tujuan (destination principle). Tapi umumnya
negara-negara menganut prinsip Negara tujuan. Eliminasi Pajak berganda
internasional dalam prinsip Negara tujuan dilakukan dengan penerapan tarif
pajak 0% pada Negara ekspor dan mengenakan pajak denh-gan tarif normal
di Negara impor.

8
2. Pajak Penghasilan : Dalam pajak penghasilan dikenal dua pendekatan
perpajakan yaitu
a. Tidak terbatas atau penuh(worldwide, global, universal, unlimited tax
liability); merupakan hasil dari pemajakan berdasarkan pertalian
subjektif (subjective allegiance) yang dapat berupa nasionalitas atau
tempat pendirian (untuk badan) dan residensi (tempat tinggal, tempat
keberadaan atau temppat kedudukan)
b. Terbatas (territorial, limited tax liability); merupakan hasil dari
pemajakan berdasarkan pertalian objektif (objective allegiance) yang
dapat berupa lokasi aktivitas ekonomi dan sumber penghasilan

2.7 Perjanjian Pajak Berganda


Perjanjian perpajakan (Tax Treaty) atau lebih dikenal dengan Persetujuan
Penghindaran Pajak Berganda adalah suatu istilah yang dikenal dalam UU Pajak
Penghasilan (PPh). Persetujuan Penghindaran Pajak Berganda yang selanjutnya
disebut P3B adalah perjanjian antara Pemerintah Indonesia dengan pemerintah
negara lain dalam rangka penghindaran pajak berganda dan pencegahan
pengelakan pajak. Suatu implementasi dari pasal 32A UU PPh yang mengatakan
pemerintah berwenang untuk melakukan perjanjian dengan pemerintah negara
atau yuridiksi mitra dalam rangka penghindaran pajak berganda dan pencegahan
pengelakan pajak. Selain itu, perjanjian pajak ini dilakukan antar dua Negara atau
antar beberapa Negara dalam upaya menghindari pajak berganda. Hal-hal yang
ada didalamnya meliputi Negara mana saja yang menjadi peserta dan terikat
dalam perjanjian tersebut dan objek apa yang tercakup dalam perjanjian tersebut.
Menurut Mohammad Zain (2007), perjanjian penghindaran pajak
berganda merupakan pengaturan agar pelaksanaan undang-undang
domestik dari dua negara atau lebih yang melakukan pungutan atas
penghasilan yang sama tidak mengakibatkan munculnya pajak berganda.
Dengan kata lain, perjanjian penghindaran pajak berganda hanyalah
pengaturan yang diadakan untuk mencegah timbulnya pajak berganda

9
dengan cara membatasi hak 8 pemajakan dari sumber penghasilan yang
diperoleh di wilayah tersebut. Perjanjian ini digunakan oleh

9
penduduk dua negara untuk menentukan aspek perpajakan yang timbul dari suatu
transaksi di antara mereka. Penentuan aspek perpajakan tersebut dilakukan
berdasarkan klausul-klausul yang terdapat dalam tax treaty yang bersangkutan
sesuai jenis transaksi yang sedang dihadapi.
Kedudukan hukum P3B dalam undang-undang domestik terkait
dengan pembagian hak pemajakan antara dua negara. P3B tidak
memberikan hak pemajakan baru kepada P3B melainkan hak masing-
masing negara tersebut dihilangkan atau dibatasi berdasarkan persetujuan
dalam hak pemajakan yang tercantum di P3B. Penerapan ketentuan P3B
dan Undang-undang domestik terlihat dalam Tabel :
Ketentuan yang diterapkan antara P3B dan Undang-undang Domestik
(Sumber : Kurniawan 2012)

Tujuan utama suatu perjanjian penghindaran pajak berganda adalah untuk


meniadakan atau mengurangi pemajakan berganda (avoid double taxation). Selain
hal tersebut, perjanjian pajak berganda juga bertujuan untuk mencegah
penghindaran pajak dan penyelundupan pajak (avoid double non taxation).

2.8 Metode Penghindaran Pajak Berganda


1. Metode Pembebasan Pajak (Tax Exemption Method) metode ini berupaya
untuk secara total mengaliminasi pajak berganda internasional. Metode ini
menghendaki suatu Negara pemegang yurisdiksi pemajakan untuk rela
melepaskan hak pemajakannya dan sepertinya mengakui pemajakaan eksklusif
di Negara lain (Negara sumber). Diantaranya ialah:

10
a. Full Exemption Method: Menurut metode ini penghasilan dari luar negeri
bukan merupakan penghasilan yang dikenai pajak di dalam negeri.
b. Tax Exemption at the Top: Menurut metode ini penghasilan dari luar negeri
tetap merupakan objek pajak di dalam negeri. Namun, terhadap penghasilan
tersebut diberikan pembebasan pajak yang dihitung dimulai dari lapisan
pajak tertinggi.
c. Tax Exemption at the Bottom: Menurut metode ini penghasilan dari luar
negeri tetap merupakan objek pajak di dalam negeri. Namun, terhadap
penghasilan tersebut diberikan pembebasan pajak yang dihitung dimulai dari
lapisan pajak terendah.
d. Proportional Tax Exemption: Menurut metode ini penghasilan dari luar
negeri tetap merupakan objek pajak di dalam negeri. Namun, terhadap
penghasilan tersebut diberikan pembebasan pajak yang dihitung secara
proporsional berdasarkan perbandingan antara penghasilan luar negeri
dengan pajak yang terutang.
Selain itu metode pembebasan eksemsi meliputi beberapa aspek seperti:
Subjek: Umunya diberlakukan terhadap anggota korps diplomatic, konsuler dan
organisasi internasional. Para duta besar, anggta korps diplomatic dan konsuler,
yang sesuai dengan hukum internasional mendapat privilege pemajakan. Mereka
hanya dikenakan pajak oleh Negara pengirimnya saja (sending state). Ketentuan
pemberian privilege (hak istimewa) tersebut diikuti oleh (hampir) semua Negara
secara universal.
2. Metode Pembebanan Pajak Sebagai Biaya (Tax Deduction Method), yaitu
metode yang memandang bahwa penghasilan dari luar negeri merupakan
objek Pajak dan harus digabungkan dengan penghasilan dari dalam negeri.
Namun, pajak yang telah dibayar oleh Wajib Pajak di luar negeri atas
penghasilan dari luar negeri tersebut diperlakukan sebagai biaya untuk
menghitung PPh terutang.

11
3. Metode Pengurangan Tarif Pajak (Tax Rate Reduction Method), yaitu metode
yang menganggap penghasilan dari luar negeri merupakan objek Pajak dan
harus digabungkan dengan penghasilan dari dalam negeri. Namun,
penghasilan dari luar negeri dikenakan tarif yang lebih rendah.
-Kredit pajak metode kredit memberi keringanan atau eliminasi pajak
berganda internasional dengan cara mengkreditkan (mengurangkan) pajak
luar negeri terhadap pajak penghasilan global yang merupakan porsi
penghasilan luar negeri (tax against tax). Atau dengan kata lain negara
domisili memperkenankan pajak yang dibayar di negara sumber untuk
dikreditkan. Jenis pengurangan dalam metode ini antara lain:
a. Full Tax Credit Method: Seluruh pajak yang dibayar di luar negeri
dapat dikreditkan dari jumlah pajak yang terutang atas seluruh
penghasilan.
b. Ordinary Tax Credit Method: Jumlah pajak yang dibayar di luar
negeri dapat dikurangkan tidak boleh melebihi jumlah pengurangan
pajak yang dihitung berdasarkan undang-undang domestik.
c. Tax Sparing Credit Method: Penghasilan dari negara sumber yang
mendapat fasilitas pembebasan pajak (tax holiday) dianggap tetap
terutang pajak di negara sumber untuk menghindari penghasilan
tersebut dikenai pajak di dalam negeri (negara domisili).

12
BAB III
PENUTUP

3.1 Kesimpulan
Transaksi internasional menyebabkan berlakunya sistem pemajakan
dimasing-masing negara karena adanya perbedaan azas-azas perpajakan yang
menimbulkan pemungutan pajak yang lebih dari satu kali di negara yang berbeda.
Oleh karena itu, disusunlah suatu perjanjian penghindaran pajak berganda (Pajak
Perjanjian) yang akses untuk membantu para pengusaha agar tidak dikenakan
pajak berganda dengan cara yang legal di mata hukum. Pajak berganda
merupakan suatu pajak yang dikenakan karena adanya transaksi lintas negara.
Dalam pajak berganda ini terdapat juga penghindaran pajak berganda yaitu secara
ekonomis ketika suatu penghasilan yang sama yang dikenakan pajak terjadi lebih
dari satu kali di negara tersebut dan/atau oleh lebih dari satu negara, contohnya
pengenaan atas keuntungan perusahaan.
Disamping itu pajak berganda juga mempunyai penyebab yang terdiri atas
source-source conflict, residence-residence conflict, dan Source residence
conflict. Contoh dari pajak berganda ini dapat dilihat pada contoh bentuk sepihak:
dimana bentuk sepihak ini merupakan pencantuman ketentuan penghindaran pajak
berganda internasional di dalam undang – undang domestiknya untuk setiap
negara yang mengenakan pajak atas penghasilan luar negeri yang diperoleh atau
subyek yang diterima dalam negeri, seperti pajakatas penghasilan luar negeri atau
mengecualikan dari pajak atas penghasilan luar negeri. Dekat ini cenderung hanya
memberikan keringanan pajak berganda internasional secara sepihak. Dan agar
penghindaran pajak dapat terlaksana, terdapat beberapa metode yang dapat
dilakukan seperti dengan metode pembebasan atau mengungkap, metode
pembebanan pajak sebagai biaya, serta metode pengurangan tarif pajak.
3.1 Saran
Dalam pembahasan mengenai pajak berganda yang telah diuraikan diatas,
dibutuhkan hubungan timbal balik antar negara, sehingga dalam pemungutan
pajak dapat dilakukan sesuai dengan keadaan yang terjadi pada Wajib Pajak.

13
DAFTAR PUSTAKA

Inggrid Gizela T, Melisa.2017.Analisis Pajak Internasional.Makalah


Liza Muzayana Afifa.2014. Pajak Berganda Internasional Dan Cara
Penghindarannya.Makalah
Salsa Adhisty Putri.2018.Penghindaran Pajak Berganda.Makalah
https://www.pajak.go.id/id/asas-pengenaan-pajak
Irina Mandaku.2019. Perpajakan Internasional Penghindaran pajak berganda

14

Anda mungkin juga menyukai