Anda di halaman 1dari 16

PERJANJIAN PENGHINDARAN PAJAK BERGANDA (P3B) TERHADAP

INVESTOR ASING

MAKALAH

Diajukan Sebagai Persyaratan Untuk Memenuhi Tugas Kelompok Dari Mata Kuliah
Hukum Pajak

Disusun Oleh:

Gilang Tri Buana 20210090036

Rula Zalfaa Tsabita 20210090037

Fikir Seringan Hulu 20210090093

Hilda Fitriyani 20210090100

Guna Harta 20210090101

Leviana Rosmery Sembiring 20210090106

PROGRAM STUDI ILMU HUKUM

UNIVERSITAS NUSA PUTRA

2022
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur saya panjatkan ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa yang telah
melimpahkan Rahmat, Karunia, Taufik, beserta Hidayah-Nya, sehingga kami dapat
menyelesaikan tugas kelompok ini. Tidak lupa kami mengucapkan terimakasih kepada
teman-teman yang telah memberikan kontribusi baik secara langsung maupun tidak langsung
dalam pembuatan makalah ini.

Penyusunan makalah ini adalah salah satu syarat untuk memenuhi tugas kelompok mata
kuliah Hukum Pajak. Kami menyelesaikan makalah ini dengan judul “PERJANJIAN
PENGHINDARAN PAJAK BERGANDA (P3B) TERHADAP INVESTOR ASING”.

Kami menyadari bahwa penyusunan makalah ini terdapat banyak kelemahan,


baik dari isi, penyajian, serta pembahasan, Hal ini tentu tidak terlepas dari kekurangan dan
ketidaksempurnaan. Besar harapan kami semoga makalah ini memenuhi kriteria dari tugas
mata kuliah Hukum Pajak Program Studi Ilmu Hukum.

Sukabumi, 20 Desember 2022

KELOMPOK 4

ii
DAFTAR ISI

MAKALAH...............................................................................................................................................i
KATA PENGANTAR................................................................................................................................ii
DAFTAR ISI............................................................................................................................................iii
BAB I......................................................................................................................................................4
PENDAHULUAN.....................................................................................................................................4
A. Latar Belakang...........................................................................................................................4
B. Rumusan Masalah.....................................................................................................................7
C. Tujuan Rumusan Masalah.........................................................................................................8
BAB II.....................................................................................................................................................9
PEMBAHASAN.......................................................................................................................................9
1. Upaya Untuk Mencegah Penghindaran Pajak Oleh Investor Asing.........................................9
2. Negara-negara yang Mengadakan Persetujuan Pajak Dengan Negara Indonesia yang
Berlaku Efektif di amandemen, dihentikan, dan juga belum berlaku.......................................11
3. Metode Hak Pemajakan di Berbagai Negara Untuk Meghindari Pemajakan Berganda (P3B)
13
BAB III..................................................................................................................................................14
PENUTUP.............................................................................................................................................14
A. Kesimpulan..............................................................................................................................14
DAFTAR PUSTAKA...............................................................................................................................16

iii
BAB I

PENDAHULUAN
A. Latar Belakang

Diera globalisasi saat ini kegiatan ekonomi telah melampaui batas-batas


negara, yang menjadi penyebab masalah perpajakan tersendiri. Setiap pemerintah
bertanggung jawab untuk mengenakan pajak baik bagi warga negara maupun
bukan warga negaranya. Pajak berganda internasional dapat timbul sebagai akibat
dari standar perpajakan yang berbeda di setiap negara. Pengenaan pajak berganda
tentu saja akan melumpuhkan kegiatan ekonomi, terutama dalam transaksi lintas
batas. Padahal, di era globalisasi perdagangan antar negara dipandang sebagai
sarana untuk meningkatkan ekonomi, sehingga masalah pajak berganda harus
ditangani oleh semua pemerintah .

Indonesia yang merupakan negara berdaulat mempunyai kewenangan


untuk membentuk peraturan perpajakan. Peraturan perpajakan sebagai peraturan
perundang-undangan yang positif di negara Indonesia yang memiliki keterkaitan
dan interdependensi interaksi anatar negara-negara, seperti pertukaran barang dan
jasa, pergerakan sumber daya manusia, transaksi layanan lintas batas, aliran uang,
pembiayaan antarnegara, dan aliran informasi. Peningkatan produksi barang dan
jasa harus seimbang untuk mendorong pertumbuhan ekonomi Indonesia serta
memiliki dampak yang menguntungkan. Sehingga peningkatan belanja
pemerintah dalam penyediaan atau perbaikan infrastruktur akan menghasilkan
produk dan jasa berjalan lebih lancar . Sebuah penelitian World Bank yang
diterbitkan pada April 1995 menyatakan bahwa ada dua isu penting yang akan
menghambat pertumbuhan negara berkembang, yang pertama adalah harga
komoditas, pertanian, dan pertambangan tidak akan menguntungkan dalam jangka
panjang. Kedua, pasokan global berbagai jenis modal di seluruh dunia di batasi,
sementara permintaan global akan modal meningkat, baik dari negara maju
maupun negara berkembang .

4
Pesatnya perkembangan sistem perekonomian dunia saat ini melibatkan
banyaknya transaksi bisnis lintas batas (cross borders) negara atau yurisdiksi yang
memunculkan isu tersendiri dari sisi perpajakan.Transaksi tersebut memberikan
konsekuensi adanya benturan dalam mengklaim pajak antarnegara. Perbedaan
prinsip pemajakan berdasarkan kedaulatan masing-masing negara memungkinkan
terjadinya pemajakan berganda (double taxation).

Selain itu, tarif pajak yang dikenakan atas objek pajak yang sama juga
berbeda tergantung dari pajak tersebut berdasarkan asas domisili atau tidak. Hal
lain yang perlu dipertimbangkan adalah bahwa suatu negara memiliki hak untuk
pengenaan pajak berdasarkan pendapatannya, tetapi di sisi lain negara tersebut
juga memiliki hak yang sama untuk memungut pajak sesuai dengan sumber
pendapatannya. Hal inilah yang menyebabkan terjadinya international double
taxation, yaitu wajib pajak yang dikenakan pajak berganda oleh beberapa negara
atas penghasilan yang sama dalam periode yang sama oleh negara yang berbeda.

Pajak berganda internasional terjadi ketika perpajakan dua negara atau


lebih tumpang tindih, sehingga negara yang dikenakan pajak lebih dari satu
negara memikul beban lebih tinggi daripada orang yang dikenai pajak di satu
negara. Peningkatan biaya tidak hanya terkait dengan perbedaan tarif antara
negara-negara yang terlibat, tetapi juga fakta bahwa dua atau lebih negara
mengenakan pajak komoditas yang sama pada waktu yang sama.

Indonesia menyetujui Penghindaran Pajak Berganda (P3B) dengan


menggunakan teknik bilateral yang didasarkan pada untuk negara maju
menggunakan model OECD, untuk negara berkembang, dan model United State
untuk Amerika menggunakan model UN. Membuat perjanjian penghindaran pajak
berganda dengan negara asing merupakan salah satu cara untuk menghindari
pajak berganda. Perjanjian penghindaran pajak berganda (P3B) memiliki 27-30
pasal yang masing-masing mendefinisikan atau membatasi tindakan perpajakan
yang telah disepakati kedua negara.

5
Undang-Undang Nomor 7 Tahun 1983 tentang Pajak Penghasilan
membentuk Perjanjian Penghindaran Pajak Berganda (P3B), yang sejak saat itu
telah mengalami beberapa kali perubahan, yang terakhir adalah Undang-Undang
Nomor 36 Tahun 2008 tentang Perubahan Atas Undang-Undang Nomor 7 Tahun
1983 tentang Pajak Penghasilan. Pasal 32A Konstitusi secara tegas mengizinkan
pemerintah untuk mengadakan perjanjian dengan pemerintah asing untuk
menghindari pengenaan pajak berganda dan penghindaran pajak Jika ketentuan 5
Undang-undang tersebut bertentangan dengan kebijakan Perjanjian Penghindaran
Pajak Berganda (P3B),Dari pasal 32A UU PPh ini, jelas bahwa dilakukannya
perundingan dengan negara lain untuk membuat perjanjian perpajakan ini emiliki
dua tuan utama yaitu: pertama; menghindari pengenaan pajak berganda
(avoidance of double taxaction) dan yang kedua: adalah mencegah pengelakan
pajak (prevention of fiscalevasion) disamping dua tujuan utama tersebut, terdapat
pula tujuan lain yang sebenarnya merupakan akibat bila tujuan utama diatas
dicapai. Dalam penjelasan pasal 32A UU PPh juga ditegaskan bahwa perjanjian
perpajakan yang dilakukan pemerintah ini adalah dalam rangka peningkatan
hubungan ekonomi dan perdagangan dengan negara lain. Suatu perjanjian
perpajakan atau tax treaty bertujuan pula untuk mendorong arus modal, teknologi,
dan keahlian ke suatu negara. P3B juga akan memberikan kepastian hukum
kepada wajib pajak, memperlancar transaksi ekonomi antar negara dan
meningkatkan kerjasama antar negara. maka kebijakan Perjanjian Penghindaran
Pajak Berganda (P3B) diutamakan. Dalam pembentukan P3B, mulai dari
pendekatan, negosiasi, dan ratifikasi hingga implementasi harus mengacu pada
Undang-Undang Nomor 24 Tahun 2000 tentang Perjanjian Internasional

Perlu diketahui bahwa tingginya tingkat penanaman modal oleh para


Investor dirasakan di kota – kota besar di Indonesia. Meningkatnya transaksi
investasi lintas batas memiliki konsekuensi positif dan negatif. Investasi lintas
batas mengakibatkan pajak berganda oleh dua negara yang sama dalam hal
perpajakan. Pengenaan pajak berganda dapat membebankan beban keuangan yang
besar pada subjek pajak lintas batas. Hal tersebut telah disepakati oleh dua negara
yang bersangkutan dalam rangka meningkatkan perekonomian dan perdagangan
antar negara, serta menghindari terhambatnya penanaman modal asing dengan

6
masalah pengenaan pajak berganda menyulitkan wajib pajak yang berdomisili di
kedua negara yang melakukan transaksi internasional.

Foreign Direct Investment atau FDI merupakan suatu media atau sebagai
alat di dalam sistem ekonomi yang dimana dinamika ekonomi di dunia sudah
mengglobal, FDI adalah jenis investasi secara langsung oleh luar negeri .
Infestasi asing (FDI ) dianggap pendorong pentingnya pertumbuhan ekonomi,
dimana FDI ini sebagai  paket gabungan sumber daya investasi, pengetahuan
teknologi dan keahlian manajerial.Menyadari pentingnya adanya Investasi
asing untuk meningkatkan perekonomian banyak negara yang berlomba-
lomba menarik FDI dengan memberikan Insentif yang menguntungkan bagi
investor asing. Perjanjian ekonomi antar negara ini akan membuat perjanjian
pajak, perjanjian investasi, dan perjanjian perdagangan preferensial untuk
meyakinkan investor asing bahwa negara yang melakukan perjanjian telah
mematuhi norma-norma global dalam praktik perdagangan dan investasi .

Berdasarkan latar belakang yang telah kami paparkan di atas, Perjanjian


Pajak Berganda (P3B) adalah perjanjian antara dua negara atau lebih yang
mengatur tentang perusahaan pemerosesan pajak penghasilan atas penghasilan
yang diterima oleh wajib pajak dalam negeri dari dua negara perpajakan yang
berbeda. Pendapatan pasif pemilik manfaat adalah sunjek dari perjanjian ini,
Negara asal wajib pajak dan negara penerima penghasilan adalah dua otoritas
yang berkepentingan dalam pengenaan pajak terkait dengan pemilik manfaat.

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang diatas maka kami membuat suatu


penyelesaian masalah sebagai berikut:

1. Bagaimana upaya untuk mencegah penghindaran pajak oleh


investor asing?

7
2. Negara-negara manakah yang telah mengadakan persetujuan
pajak dengan Negara Indonesia yang berlaku efektif, di
amandemen, dihentikan, dan juga belum berlaku ?
3. Apa saja metode untuk menghindari pemajakan di berbagai
negara?

C. Tujuan Rumusan Masalah

1. Untuk mengetahui upaya yang dilakukan untuk mencegah


penghindaran pajak oleh investor asing.
2. Untuk mengetahui negara-negara yang telah mengadakan
persetujuan pajak dengan Negara Indonesia di amandemen,
dihentikan, dan juga belum berlaku.
3. Untuk mengetahui metode di berbagai negara untuk menghindari
pemajakan berganda.

8
BAB II

PEMBAHASAN

1. Upaya Untuk Mencegah Penghindaran Pajak Oleh Investor Asing


Dalam upaya mencegah pengelakan pajak (tax evasion) dilakukan
cara-cara yang lebih substantif, Yakni dengan menerapkan persyaratan untuk
membuktikan bahwa pihak yang memperoleh manfaat dari tarif P3B itu
adalah pihak yang sebenarnya berhak (benefial ownership, BO). Adanya BO
ini memperkuat kedudukan perusahaan dalam treaty partner tidak hanya
sekedar sebagai perusahaan yang terdaftar (berdasarkan certificate of
domicile, COD) namun juga dinyatakan sebagai perusahaan yang aktif
(berdasarkan sekadar nominee company). Syarat pembuktian BO ini, dianggap
cukup efektif untuk menghindari adanya tax evasion dalam bentuk treaty
shoping ( memanfaatkan Ketentuan dan tarif tax treaty yang tidak
Semestinya) dalam rangka pengelakan pajak yang dilakukan dengan berbagai
cara "mengakali" ketentuan hukum pajak nasional/internasional seperti:

Membuat modal sebagai pinjaman dengan harapan dividen bisa disebut


bunga sehingga bisa dibiayakan, kemudian praktik menggeser laba ke negara
dengan low tax rate (transfer pricing), atau menggunakan perusahaan
perantara (nominee company, conduit company, paperbox company/special
purpose vechile) di negara-negara treaty partner Untuk memanfaatkan tarif
rendah (sebagai benefit) dari suatu tax treaty, atau menggunakan perusahaan
perantara di negara-negara tax heaven country untuk melakukan transaksi
legal artifisial agar tidak dikenakan pajak atau dikenakan pajak yang lebih
rendah dari tarif domestik dan/atau tax treaty. Tujuan dilakukannya treaty
shoping adalah untuk mengambil manfaat demi penghematan pajak (tax
saving), pengaturan keuangan (cashflow) dan efisiensi pengadilan struktur
bisnis, karena jika transaksi dilakukan dengan cara semestinya maka berbagai
manfaat di atas tidak akan didapatkannya.

9
Pemerintah Indonesia dalam upaya pencegahan terhadap
penyalahgunaan ketentuan penghindaran pajak berganda (P3B), dengan
menerbitkan peraturan DJP PER NO 61/PJ/2009, yang diubah dengan PER
NO. 24/PJ/2010, di mana syarat pemberlakuan P3B mengharuskan adanya
surat keterangan domisili (SKD, certificate of domicile) dan persyaratan
beneficial ownership (BO) sebagai bukti diterapkannya P3B Indonesia dengan
negara treaty partner-nya. Kemudian dalam PER NO. 62/PJ/2009, yang
diubah dengan PER-25/PJ/2010, yang menyatakan bahwa pemilik yang
sebenarnya atas manfaat ekonomis dari penghasilan (beneficial ownership)
adalah menerima penghasilan yang:

a) bertindak tidak sebagai agen


b) Bertindak tidak sebagai nominee
c) Bukan perusahaan conduit.

Sementara, ketentuan tentang pertukaran informasi yang diatur dalam


surat edaran DJP NO. SE-51/PJ/2009. Dalam peraturan-peraturan tersebut,
dapat disimpulkan bahwa fasilitas (objek pajak) dalam tax treaty hanya dapat
dimanfaatkan bagi treaty partner apabila memenuhi syarat SKD dan BO. Tax
treaty merupakan perjanjian pajak internasional yang bersifat bilateral, yang
mempunyai kekuatan hukum mengikat bagi sebagai hukum domestik bagi
para pihak (treaty partner)

Dampak P3B terhadap penanaman modal asing

Foreign Direct Investment atau FDI merupakan suatu media atau


sebagai alat di dalam sistem ekonomi yang dimana dinamika ekonomi di
dunia sudah mengglobal. FDI adalah jenis investasi secara langsung oleh luar
negeri . Infestasi asing (FDI ) dianggap pendorong pentingnya pertumbuhan
ekonomi, dimana FDI ini sebagai paket gabungan sumber daya investasi,
pengetahuan teknologi dan keahlian manajerial (de Mello,1997). Menyadari
pentingnya adanya Investasi asing untuk meningkatkan perekonomian banyak
negara yang berlomba-lomba menarik FDI dengan memberikan Insentif yang
menguntungkan bagi investor asing. Perjanjian ekonomi antar negara ini akan
membuat perjanjian pajak, perjanjian investasi, dan perjanjian perdagangan

10
preferensial untuk meyakinkan investor asing bahwa negara yang melakukan
perjanjian telah mematuhi norma-norma global dalam praktik perdagangan
dan investasi .

Perjanjian pajak dirancang untuk menangani pajak terutama dengan


membatasi pengenaan pajak negara sumber tujuan dari persetujuan
penghindaran pajak berganda adalah mempunyai tujuan yaitu :

1) Memfasilitasi perdagangan internasional dan arus investasi antar


negara, antara lain dengan cara :
a) Menghindarkan pengenaan pajak berganda
b) Memberikan pengurangan tarif pajak di negara sumber atas
beberapa bentuk penghasilan tertentu
2) merupakan alat bagi kedua negara pihak persetujuan untuk lebih dapat
menerapkan aturan-aturan domestiknya sehingga dapat mengurangi
adanya praktek penghindaran pajak, misalnya dengan memungkinkan
masing- masing negara pihak persetujuan untuk saling tukar informasi,
konsultasi bersama atau mengadakan mutual agreement.

2. Negara-negara yang Mengadakan Persetujuan Pajak Dengan Negara Indonesia


yang Berlaku Efektif di amandemen, dihentikan, dan juga belum berlaku
Hingga saat ini telah banyak yang telah mengadakan persetujuan pajak
dengan Negara Indonesia. Persetujuan Penghindaran Pajak Berganda Indonesia
dengan negara lain yang berlaku efektif yaitu sebagaimana dicantumkan ditabel
sebagai berikut:

N Negara Judul Penandatanganan Berlaku Status


o Efektif
1 Afrika Agreement 15 Juli 1997 01 Januari Berlaku
Selatan 1999
(sounth
Africa)
2 Aljazair Agreement 28 April 1995 01 Januari Berlaku

11
(Algeria) 20001
3 Amerika Covention 11 juli 1998 01 februari Berlaku
(United Protocol 24 juli 1996 1991
States Of Convention 11 juli 1998 01 februari
America) 1997
4 Australia Agreement 2 April 1992 01 Juli Berlaku
(Australia) 1993
5 Austria Agreement 24 Juli 1986 01 Januari Berlaku
( Austria) 1989

6 Belanda Agreement 05 Maret 1973 01 Januari Dihentikan


(Netherlands) 1971
7 Belgia Agreement 13 Novermber 01 Januari Dihentikan
(Belgium) 1973 1975
8 Inggris Agreement 13 Maret 1974 01 Januari Dihentikan
(united 1976
kingdom)
9 Mauritius Agreement 10 Desember 01 Juli Dihentikan
1996 1998
10 Thailand Agreement 25 Maret 1981 01 Januari Dihentikan
(Thailand) 1983

Beberapa peneliti telah secara empiris menyelidiki hubungan pajak -


FDI tetapi gagal memberikan bukti konklusif bahwa pajak meningkatkan
aliran FDI misalnya Blogigen dan Davis (2004) melaporkan bahwa perjanjian
pajak memiliki dampak kecil atau bahkan dampak negatif terhadap FDI masuk
dan keluar AS antara tahun 1980 dan 1999

Dalam artikelnya Siwok lee (Sekolah Kebijakan dan Manajemen


Publik KDI) Daeyong Kim ( Institut Pengembangan Korea ) menguji
hubungan antara tax treaty dan investasi asing langsung, menggunakan FDI
keluar AS ke 78 negara salama perode 2007-2018 hasilnya menemukan

12
dampak positif dari perjanjian pajak antar sampel non-OECD, tetapi tidak ada
dampak yang signifikan secara statistic dari perjanjian pajak diantara sampel
non-OECD .

3. Metode Hak Pemajakan di Berbagai Negara Untuk Meghindari Pemajakan


Berganda (P3B)
a. Metode Pemajakan Unilateral
Metode ini mengatur bahwa negara Republik Indonesia mempunyai kekuatan
hukum didalamnya yang mengatur masyarakat atau badan internasional dan
ditetapkan sepihak oleh negara Indonesia sendiri, dengan kata lain tidak ada yang
bisa mengatur negara karena hal itu merupakan kewibawaan dan kedaulatan
negara kita.

b. Metode Pemajakan Bilateral


Metode ini dalam penghitungan pengenaan pajaknya harus mempertimbangkan
perjanjian kedua negara (Tax Treaty) Indonesia tidak dapat sesuka hati
menerapkan pajak terutang penduduk asing atau badan internasional dua negara
yang telah mengadakan perjanjian. Justru peraturan perpajakan Indonesia tidak
berlaku bilamana terdpaat Tax Treaty.

c. Metode Pemajakan Multilataral

Metode ini didasarkan pada konversi internasional yang ketentuan atau


ketetapan atau keputusan yang dihasilkan untuk kepentingan banyak negara
yang ditandatangani oleh berbagai negara, misalnya konversi Wina.

13
BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan
Dalam upaya mencegah pengelakan pajak dilakukan cara-cara yang
lebih substantif, Yakni dengan menerapkan persyaratan untuk
membuktikan bahwa pihak yang memperoleh manfaat dari tarif P3B itu
adalah pihak yang sebenarnya berhak . Adanya BO ini memperkuat
kedudukan perusahaan dalam treaty partner tidak hanya sekedar sebagai
perusahaan yang terdaftar namun juga dinyatakan sebagai perusahaan yang
aktif . Pemerintah Indonesia dalam upaya pencegahan terhadap
penyalahgunaan ketentuan penghindaran pajak berganda , dengan
menerbitkan peraturan DJP PER NO 61/PJ/2009, yang diubah dengan PER
NO. 62/PJ/2009, yang diubah dengan PER-25/PJ/2010, yang menyatakan
bahwa pemilik yang sebenarnya atas manfaat ekonomis dari penghasilan
Bukan perusahaan conduit.

Sementara, ketentuan tentang pertukaran informasi yang diatur dalam


surat edaran DJP NO. Tax treaty merupakan perjanjian pajak internasional
yang bersifat bilateral, yang mempunyai kekuatan hukum mengikat bagi
sebagai hukum domestik bagi para pihak Dampak P3B terhadap
penanaman modal asing Foreign Direct Investment atau FDI merupakan
suatu media atau sebagai alat di dalam sistem ekonomi yang dimana
dinamika ekonomi di dunia sudah mengglobal. Beberapa peneliti telah
secara empiris menyelidiki hubungan pajak -FDI tetapi gagal memberikan
bukti konklusif bahwa pajak meningkatkan aliran FDI misalnya Blogigen
dan Davis melaporkan bahwa perjanjian pajak memiliki dampak kecil atau
bahkan dampak negatif terhadap FDI masuk dan keluar AS antara tahun
1980 dan 1999 Dalam artikelnya Siwok lee Daeyong Kim menguji
hubungan antara tax treaty dan investasi asing langsung, menggunakan
FDI keluar AS ke 78 negara salama perode 2007-2018 hasilnya

14
menemukan dampak positif dari perjanjian pajak antar sampel non-
OECD, tetapi tidak ada dampak yang signifikan secara statistic dari
perjanjian pajak diantara sampel non-OECD . Metode Pemajakan
Unilateral Metode ini mengatur bahwa negara Republik Indonesia
mempunyai kekuatan hukum didalamnya yang mengatur masyarakat atau
badan internasional dan ditetapkan sepihak oleh negara Indonesia
sendiri, dengan kata lain tidak ada yang bisa mengatur negara karena hal
itu merupakan kewibawaan dan kedaulatan negara kita.

Metode Pemajakan Bilateral Metode ini dalam penghitungan pengenaan


pajaknya harus mempertimbangkan perjanjian kedua negara Indonesia
tidak dapat sesuka hati menerapkan pajak terutang penduduk asing atau
badan internasional dua negara yang telah mengadakan perjanjian. Metode
Pemajakan Multilataral Metode ini didasarkan pada konversi internasional
yang ketentuan atau ketetapan atau keputusan yang dihasilkan untuk
kepentingan banyak negara yang ditandatangani oleh berbagai
negara, misalnya konversi Wina.

15
DAFTAR PUSTAKA

16

Anda mungkin juga menyukai