NADIA SAFIRA
2102361201209
FAKULTAS EKONOMI
Puji syukur atas kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, yang telah memberikan
kemudahan bagi kami sebagai penyusun untuk dapat menyelesaikan tugas ini tepat pada
waktunya. Makalah ini merupakan tugas dari mata kuliah ini, yang mana dengan tugas ini
kami sebagai mahasiswa dapat mengetahui lebih jauh dari materi yang diberikan dosen.
Dengan harapan makalah ini dapat bermanfaat, maka kami sebagai penulis
mengucapakan terima kasih kepada semua pihak yan telah membantu menyelesaikan
makalah ini.
Akhir kata kami ucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu
kami dalam penyelesaian makalah ini.Saran dan kritik yang membangun dengan terbuka
kami terima untuk meningkatkan kualitas makalah ini.
ii
DAFTAR ISI
iii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Penerimaan pemerintah daerah yang digunakan untuk membiayai pembangunan berasal
dari beberapa sumber, salah satu sumber penerimaan tersebut adalah pajak. Untuk dapat
membiayai dan memajukan daerah dapat ditempuh suatu kebijaksanaan dengan mengoptimalkan
penerimaan pajak, dimana setiap orang wajib membayar pajak sesuai dengan kewajibannya.
Penerimaan pemerintah yang berasal dari pajak diperlukan untuk membiayai pengeluaran
telah menetapkan suatu kebijakan untuk membeli barang dan jasa, pengeluaran pemerintah
mencerminkan biaya yang harus dikeluarkan oleh pemerintah untuk melaksanakan kebijakan
tersebut.
Sistem perpajakan yang lama ternyata sudah tidak sesuai lagi dengan tingkat kehidupan
sosial ekonomi masyarakat Indonesia, baik dari segi kegotong-royongan nasional maupun dari
laju pembangunan nasional yang telah dicapai. Disamping itu, sistem perpajakan yang lama
tersebut belum dapat menggerakkan peran dari semua lapisan subjek pajak yang besar
peranannya dalam menghasilkan penerimaan dalam negeri yang sangat diperlukan guna
mewujudkan kelangsungan dan peningkatan pembangunan nasional. Oleh karena itu, pemerintah
menciptakan sistem perpajakan yang baru yaitu dengan lahirnya Undang-undang perpajakan
baru, yang terdiri atas: 2 UU No.6 tahun 1983 tentang Ketentuan Umum dan Tata Cara
Perpajakan, UU No.7 tahun 1983 tentang Pajak Penghasilan dan UU No.8 tahun 1983 tentang
Pajak Pertambahan Nilai Barang dan Jasa dan Pajak Penjualan atas Barang Mewah, UU No.12
1
tahun 1985 tentang Pajak Bumi dan Bangunan dan UU No.13 tahun 1985 tentang Bea Materai
(Mardiasmo; 2013).
Undang-undang tentang Ketentuan Umum dan Tata Cara Perpajakan dilandasi falsafah
Pancasila dan Undang-undang Dasar 1945, yang di dalamnya tertuang ketentuan yang
menjunjung tinggi hak warga negara dan menempatkan kewajiban perpajakan sebagai kewajiban
kenegaraan. Undangundang ini memuat ketentuan umum dan tata cara perpajakan yang pada
pajak yang bersangkutan telah mengatur sendiri mengenai ketentuan umum dan tata cara
Pajak adalah pungutan yang ditarik dari masyarakat yang tidak menimbulkan kewajiban
bagi pemerintah terhadap pihak pembayar pajak. (Prawoto; 2011). Pajak yang diterima
yang sudah sangat maju pajak adalah sumber utama dari perbelanjaan pemerintah. Sebagian dari
pengeluaran pemerintah adalah untuk membiayai administrasi pemerintah dan sebagian lainnya
pemerintah, membiayai sistem pendidikan dan kesehatan rakyat, membiayai perbelanjaan untuk
angkatan bersenjata, dan membiayai berbagai jenis infrastruktur artinya 3 dalam pembangunan
adalah beberapa bidang penting yang akan dibiayai pemerintah (Sukirno; 2010).
barang modal, barang konsumsi dan ke atas jasajasa (Sukirno; 2010). Peacock dan Wiseman
adalah dua orang yang mngemukakan teori mengenai perkembangan pengeluaran pemerintah
yang terbaik. Teori mereka didasarkan pada suatu pandangan bahwa pemerintah senantiasa
berusaha untuk memperbesar pengeluaran sedangkan masyarakat tidak suka membayar pajak
2
yang semakin besar untuk membiayai pengeluaran pemerintah yang semakin besar tersebut,
sehingga teori Peacock dan Wiseman merupakan dasar dari teori pemungutan suara. Peacock dan
Wiseman mendasarkan teori mereka pada suatu teori bahwa masyarakat mempunyai suatu
tingkat toleransi pajak, yaitu suatu tingkat dimana masyarakat dapat memahami besarnya
pungutan pajak yang dibutuhkan oleh pemerintah untuk membiayai pengeluaran pemerintah.
Jadi masyarakat menyadari bahwa pemerintah membutuhkan dana untuk membiayai aktivitas
pemerintah sehingga mereka mempunyai suatu tingkat kesediaan masyarakat untuk membayar
pajak. Tingkat toleransi pajak ini merupakan kendala bagi pemerintah untuk menaikkan
pemungutan pajak yang semakin meningkat walaupun tarif pajak tidak berubah; dan
penerimaan pemerintah menjadi semakin besar. Di Indonesia pajak merupakan sumber utama
B. Rumusan Masalah
Bagaimana teori pengeluaran pemerintah di Indonesia
C. Tujuan
Untuk mengetahui teori pengeluaran pemerintah di Indonesia.
3
BAB II
PEMBAHASAN
1. Teori Makro
Pengeluaran pemerintah dalam arti riil dapat dipakai sebagai indikator besarnya
kegiatan pemerintah yang dibiayai oleh pengeluaran pemerintah. Semakin besar dan banyak
kegiatan pemerintah semakin besar pula pengeluaran pemerintah yang bersangkutan. Dalam
teori ekonomi makro, pengeluaran pemerintah terdiri dari tiga pos utama yang dapat
digolongkan sebagai berikut : (Boediono,1999)
4
dalam kegiatan dan kehidupan ekonomi masyarakat sebagai suatu keseluruhan. Wagner
menyatakan bahwa dalam suatu perekonomian apabila pendapatan per kapita meningkat
maka secara relatif pengeluaran pemerintah pun akan meningkat terutama disebabkan
karena pemerintah harus mengatur hubungan yang timbul dalam masyarakat, hukum,
pendidikan, rekreasi, kebudayaan dan sebagainya.
Berkaitan dengan hukum Wagner, dapat dilihat beberapa penyebab semakin
meningkatnya pengeluaran pemerintah, yakni meningkatnya fungsi pertahanan keamanan
dan ketertiban, meningkatnya fungsi kesejahteraan, meningkatnyaa fungsi perbankan dan
meningkatnya fungsi pembangunan.
5
sehingga setelah perang selesai tingkat pajak tidak menurun kembali pada tingkat sebelum
terjadi perang.
6
2. Teori Mikro
Tujuan dari teori mikro mengenai perkembangan pengeluaran pemerintah adalah untuk
menganalisis faktor-faktor yang menimbulkan permintaan akan barang publik dan faktor-
faktor yang mempengaruhi tersedianya barang publik. Interaksi antara permintaan dan
penawaran untuk barang publik menentukan jumlah barang publik yang akan disediakan
melalui anggaran belanja. Jumlah barang publik yang akan disediakan tersebut selanjutnya
akan menimbulkan permintaan akan barang lain.
B. Pajak
Pajak adalah pungutan yang ditarik dari masyarakat yang tidak menimbulkan kewajiban
bagi pemerintah terhadap pihak pembayar pajak. Pajak yang diterima pemerintah akan
digunakan untuk membiayai berbagai kegiatan pemerintah. Di negara-negara yang sudah sangat
maju pajak adalah sumber utama dari perbelanjaan pemerintah. Sebagian dari pengeluaran
pemerintah adalah untuk membiayai administrasi pemerintah dan sebagian lainnya adalah untuk
membiayai sistem pendidikan dan kesehatan rakyat, membiayai perbelanjaan untuk angkatan
bersenjata, dan membiayai berbagai jenis infrastruktur artinya 3 dalam pembangunan adalah
7
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Pengeluaran Pemerintah adalah pengeluaran (perbelanjaan) pemerintah ke atas barang-
barang modal, barang konsumsi dan ke atas jasajasa. Sedangkan Pajak adalah pungutan yang
ditarik dari masyarakat yang tidak menimbulkan kewajiban bagi pemerintah terhadap pihak
pembayar pajak. (Prawoto; 2011). Pajak yang diterima pemerintah akan digunakan untuk
membiayai berbagai kegiatan pemerintah. Di negara-negara yang sudah sangat maju pajak
B. Saran
Untuk membuat pemerintahan yang baik membutuhkan orang-orang cerdas dalam
kejujuran. Sehingga bisa mengefesienkan dan mengefektifkan apa saja yang keuar dalam hal ini
pengeluaran pemerintah.
8
DAFTAR PUSTAKA
http://eprints.ums.ac.id/31668/2/BAB_I.pdf