Anda di halaman 1dari 14

MAKALAH

PENETAPAN PERATURAN PEMERINTAH NOMOR 55 TAHUN 2022


TENTANG PENYESUAIAN PENGATURAN
DI BIDANG PAJAK PENGHASILAN

Dosen Pengampu :
Sir Frankie J. H. Taroreh, S.E., M.M.

Disusun Oleh :
Maria Novela Mua (21041005)
Ribka Wongkar (21041006)
Novena Sahabati (21041008)

PRODI AKUNTANSI
FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS
UNIVERSITAS KATOLIK DE LA SALLE MANADO
2023
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami haturkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, yang telah
melimpahkan rahmat dan kasih-Nya sehingga kami bisa menyelesaikan makalah
“Penetapan Peraturan Pemerintah Nomor 55 Tahun 2022 Tentang Penyesuaian
Pengaturan di Bidang Pajak Penghasilan” ini dengan segala baik.
Kami hendak menyampaikan ucapan terima kasih kepada semua pihak yang
telah membantu kami dalam pembuatan makalah ini. Besar kecilnya bantuan yang
diberikan sangat berguna bagi kami.
Sebagai penyusun, kami menyadari bahwa masih terdapat kekurangan, baik
dari penyusunan maupun tata bahasa penyampaian dalam makalah ini. Oleh karena
itu, kami dengan rendah hati menerima saran dan kritik dari pembaca agar kami dapat
memperbaiki makalah ini.
Kami berharap semoga makalah yang kami susun ini memberikan manfaat dan
juga inspirasi untuk pembaca.

Manado, 13 Maret 2023


BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Pajak merupakan hal yang melekat dalam diri seorang warga negara,
khususnya Warga Negara Indonesia (WNI). Di Indonesia sendiri ada banyak
peraturan mengenai pajak yang ditetapkan oleh pemerintah. Peraturan-
peraturan ini juga terus mengalami perubahan seiring berjalannya waktu,
sesuai dengan kebutuhan dan tujuan dari aturan itu sendiri.
Perubahan dalam peraturan pajak dikenal dengan istilah Harmonisasi
Pajak. Pada tahun 2022 lalu, Harmonisasi Pajak kembali dilakukan berupa
Peraturan Pemerintah Nomor 55 Tahun 2022 Tentang Penyesuaian Pengaturan
Di Bidang Pajak Penghasilan.

B. Permasalahan
 Bagaimana kondisi sebelum dan sesudah dikeluarkannya Peraturan
Pemerintah No. 55 Tahun 2022 ?
 Apa kelemahan Peraturan Pemerintah No. 55 Tahun 2022 ?
 Apa risiko dan beban diterbitkannya Peraturan Pemerintah No.55 Tahun
2022 ?
BAB II
LANDASAN TEORI

A. Pengertian Pajak
Pajak adalah kontribusi wajib kepada negara yang terutang oleh orang
pribadi atau badan yang bersifat memaksa berdasarkan Undang-Undang,
dengan tidak mendapatkan imbalan secara langsung dan digunakan untuk
keperluan negara bagi sebesar-besarnya kemakmuran rakyat.

B. Fungsi Pajak Secara Umum


1. Fungsi Anggaran (Budgetair)
Pajak merupakan sumber pendapatan negara dan memiliki fungsi untuk
membiayai pengeluaran-pengeluaran yang berkaitan dengan negara. Pada
dasarnya, negara membutuhkan biaya untuk dapat menjalankan tugas-
tugas rutin negara dan melaksanakan pembangunan. Biaya yang diperlukan
negara ini dapat diperoleh melalui penerimaan pajak yang dibayarkan oleh
warga negara yang terdaftar sebagai Wajib Pajak kepada negara. Pajak
dapat digunakan oleh negara untuk pembiayaan rutin seperti belanja
pegawai, belanja barang, pemeliharaan, dan sebagainya. Untuk hal yang
berkaitan dengan pembiayaan pembangunan, biaya yang digunakan dapat
berasal dari tabungan pemerintah, yaitu dari penerimaan dalam negeri yang
dikurangi dengan pengeluaran rutin.
Untuk tabungan pemerintah, perlu ditingkatkan setiap tahunnya
menyesuaikan dengan kebutuhan pembiayaan pembangunan yang semakin
meningkat, dan peningkatan akan tabungan pemerintah ini diharapkan juga
dapat berasal dari sektor pajak. Contohnya adalah pembiayaan kegiatan
rutin, belanja negara, belanja pegawai, anggaran pembangunan, dan lain
sebagainya.
2. Fungsi Mengatur (Regulerend)
Melalui kebijaksanaan pajak, dapat membantu pemerintah dalam
mengatur pertumbuhan ekonomi. Melalui fungsi mengatur ini, pajak
diharapkan dapat digunakan sebagai alat untuk mencapai sebuah tujuan,
yaitu kesejahteraan rakyatnya. Fungsi mengatur tersebut antara lain:
 Pajak bisa digunakan untuk menghambat laju inflasi
 Pajak bisa digunakan sebagai alat untuk mendorong dan meningkatkan
kegiatan ekspor, seperti pajak ekspor barang
 Pajak bisa memberikan perlindungan terhadap barang produksi dari
dalam negeri, seperti PPN
 Pajak bisa mengatur dan menarik investasi modal guna membantu
perekonomian semakin produktif
3. Fungsi Stabilitas
Pajak juga berfungsi dalam membantu pemerintah berkaitan dengan
kepemilikan dana yang dapat digunakan untuk menjalankan kebijakan
yang berhubungan dengan stabilitas harga sehingga hal-hal yang berkaitan
dengan inflasi dapat dikendalikan dengan baik. Untuk dapat menjaga
stabilitas perekonomian negara, dapat dilakukan dengan mengatur
peredaran uang yang ada di masyarakat, pemungutan pajak, hingga
penggunaan pajak yang efektif dan efisien.
Contohnya adalah bila suatu negara mengalami inflasi, maka negara
akan menetapkan nominal pungutan wajib yang relatif lebih tinggi.
Sedangkan, apabila negara mengalami deflasi maka negara akan
menetapkan nominal pungutan yang relatif rendah.
4. Fungsi Redistribusi Pendapatan
Pajak yang telah dipungut oleh pemerintah atau negara, nantinya akan
digunakan untuk membiayai semua kepentingan umum, termasuk ke
dalamnya adalah membiayai pembangunan sehingga dapat membuka
kesempatan kerja yang dapat dimanfaatkan oleh warga negaranya yang
membutuhkan pekerjaan yang pada akhirnya berujung pada peningkatan
pendapatan masyarakat.
Contohnya adalah pendapatan negara digunakan untuk keperluan
pembukaan lapangan pekerjaan baru di suatu daerah atau wilayah.
Nantinya, masyarakat di daerah tersebut akan mendapat sumber
penghasilan baru sehingga pendapatan masyarakat ikut meningkat.
C. Jenis Jenis Pajak Yang Berlaku Di Indonesia
Berikut jenis pajak di Indonesia :
1. Pajak Penghasilan (PPh)
Jenis pajak pertama harus dibayarkan oleh setiap wajib pajak dengan
kriteria khusus dengan penghasilan diatas Penghasilan Tidak Kena Pajak
(PTKP). Setiap penghasilan wajib pajak mulai dari gaji, keuntungan usaha
dan masih banyak lagi. Pajak PTKP sendiri telah diatur pada PMK
No.101/PMK.010/2016. Untuk wajib pajak pribadi belum kawin, akan
dikenai pada seorang yang memiliki penghasilan 54 juta rupiah per
tahunnya. Untuk wajib pajak pribadi sudah kawin, akan dikenai pada
seorang yang memiliki penghasilan 58,5 juta rupiah per tahunnya.
Sementara itu, untuk pelaporan pajak penghasilan dapat dilakukan dengan
mudah melalui layanan e-Filing.
2. Pajak Pertambahan Nilai (PPN)
Jenis pajak di Indonesia selanjutnya adalah Pajak Pertambahan Nilai
(PPN), pajak ini dikenakan atas perdagangan barang maupun jasa yang
dilakukan wajib pajak. Kebanyakan wajib pajak adalah Pengusaha Kena
Pajak (PKP). Walaupun pada dasarnya pelaku usaha adalah penyetor pajak,
namun kebanyakan pajak akan ditangguhkan pada pembeli. PPN ini
biasanya berkisar 11% dari harga produk yang dijual. Maka dari itu jika
Anda perhatikan pajak ini sering Anda jumpai saat membeli produk.
Meskipun PPN dikenakan atas perdagangan barang, hal ini tidak berlaku
pada objek restoran. Restoran memiliki pajak restoran tersendiri diluar dari
objek pajak PPN.
3. Pajak Penjualan Barang Mewah (PPnBM)
PPnBM merupakan pajak dari penjualan barang mewah dengan banyak
kriteria. Berikut beberapa kriteria barang mewah yang diwajibkan
membayar PPnBM.
 Barang mewah yang bukan kebutuhan pokok.
 Barang mewah yang dikonsumsi oleh masyarakat tertentu.
 Barang mewah untuk kebutuhan eksistensi atau menunjukkan status.
 Barang mewah yang beresiko merusak kesehatan, mengganggu
ketertiban, dan mengganggu kenyamanan masyarakat.
 Kendaraan Mewah.
 Hunian atau properti, dan masih banyak lagi.
4. Bea Meterai (BM)
BM termasuk salah satu pajak yang masuk dalam jenis jenis pajak yang
berlaku di Indonesia. Pajak ini dibebankan atas pemanfaatan dokumen
yang memerlukan meterai. Berbagai contoh dokumen dengan meterai
seperti akta notaris, surat kuasa, bukti transaksi, perjanjian jasa dan masih
banyak lagi. Nilai BM sendiri memiliki ragam nominal untuk ketentuan
masing masing, seperti meterai Rp 6000 untuk transaksi dengan nilai diatas
250 ribu hingga 5 juta. Ada juga meterai dengan nilai Rp 10.000 untuk nilai
transaksi diatas 10 juta rupiah.
5. Pajak Bumi dan Bangunan (PBB)
Setiap kepemilikan properti seperti rumah, ruko dan bangunan lain
beserta tanahnya akan diwajibkan membayar pajak ini. Pajak ini
merupakan biaya yang harus disetorkan atas kepemilikan objek PBB yang
memberikan keuntungan maupun kedudukan sosial bagi individu atau
badan. PBB sendiri dibagi atas dua sektor yaitu PBB sektor P2 berupa PBB
bangunan perdesaan dan PBB bangunan perkotaan yang diadministrasi
oleh PemKot / Pemkab. Ada juga PBB sektor P3 berupa PBB bangunan
perhutanan, pertambangan, dan perkebunan yang diadministrasi oleh
pemerintah pusat melalui Direktorat Jenderal Pajak. Selain hunian ada
objek pajak lain seperti sawah, ladang, kebub, tanah, pekarangan, tambang,
dan peternakan. Anda dapat mengetahui seberapa besar jumlah pajak
PBB dengan cara menghitung Pajak Bumi dan Bangunan (PBB) secara
mandiri.
6. Pajak Daerah
Jenis pajak selanjutnya berbeda dengan jenis jenis pajak sebelumnya.
Karena pajak sebelumnya kebanyakan disetorkan untuk pusat. Sedangkan
pajak daerah adalah sebuah kontribusi wajib untuk daerah dan keperluan
daerah. Dalam administrasi negara, khususnya pemda terbagi menjadi
pemerintahan provinsi dan pemerintahan kabupaten/kota. Pajak ini diatur
dalam UU 28/2009 pasal 2. Berikut beberapa pemisahan pajak daerah,
diantaranya :
a. Pajak Daerah Provinsi
Untuk jenis pajak provinsi beberapa contoh, diantaranya :
 Pajak Kendaraan Bermotor
 Bea Balik Nama Kendaraan Bermotor
 Pajak Bahan Bakar Kendaraan Bermotor (BBM)
 Pajak Air Permukaan
 Pajak Rokok
b. Pajak Daerah Kabupaten/Kota
Jenis pajak Kabupaten / Kota terdiri atas :
 Pajak Hotel
 Pajak Restoran
 Pajak Hiburan
 Pajak Reklame
 Pajak Penerangan Jalan
 Pajak Mineral Bukan Logam dan Batuan
 Pajak Parkir
 Pajak Air Tanah
 Pajak Bumi dan Bangunan Pedesaan dan Perkotaan
 Bea Perolehan Hak Atas Tanah dan/atau Bangunan
 Pajak Sarang Burung Walet
Untuk daerah setingkat provinsi, namun tidak terbagi atas
kabupaten/kota seperti daerah khusus Ibukota Jakarta, jenis pajaknya
menjadi pajak gabungan provinsi dan kabupaten/kota.
BAB III
PEMBAHASAN

A. Sebelum Terbitnya Peraturan Pemerintah Nomor 55 Tahun 2022


Undang-Undang Nomor 7 Tahun 2021 tentang Harmonisasi Peraturan
Perpajakan (HPP), menegaskan pemberian imbalan dalam bentuk natura
dan/atau kenikmatan dari perusahaan ke karyawan sebagai objek pajak
penghasilan. Penggantian atau imbalan berkenaan dengan pekerjaan atau jasa
yang diterima atau diperoleh termasuk gaji, upah, tunjangan, honorarium,
komisi, bonus, gratifikasi, uang pensiun, atau imbalan dalam bentuk lainnya,
termasuk natura dan/atau kenikmatan, kecuali ditentukan lain dalam undang-
undang ini.
UU HPP juga menegaskan, biaya pengganti atau imbalan yang
diberikan dalam bentuk natura dan/atau kenikmatan yang secara langsung atau
tidak langsung berkaitan dengan usaha, dapat dikurangkan dari penghasilan
bruto pemberi kerja.
Dengan demikian, nilai natura atau kenikmatan merupakan komponen
penghasilan bruto karyawan yang menjadi dasar penghitungan PPh 21 atau
PPh 26. Nilai natura itu juga menjadi komponen biaya yang dapat dikurangkan
dari penghasilan bruto pemberi kerja atau perusahaan.

B. Sesudah Terbitnya Peraturan Pemerintah Nomor 55 Tahun 2022


Di penghujung tahun 2022, pemerintah mengeluarkan petunjuk
pelaksana ketentuan pajak atas natura menyusul terbitnya PP Nomor 55/2022
tentang Penyesuaian Pengaturan di Bidang Pajak Penghasilan.
Efektif per 1 Januari 2023, pemberi kerja wajib menghitung,
melaporkan, dan membayarkan PPh atas imbalan berupa natura /kenikmatan
yang diberikan ke karyawan mulai tahun 2022. Namun, untuk
natura/kenikmatan yang belum dipotong PPh oleh pemberi kerja di tahun 2022,
menjadi kewajiban karyawan yang menerima untuk menghitung dan
membayarkan sendiri pajaknya, serta melaporkan secara self-assessment di
SPT Tahunan 2022.
Untuk bisa menghitung nilainya, wajib pajak harus memahami dulu
definisi dari "penggantian atau imbalan dalam bentuk natura/kenikmatan". Ada
dua definisi imbalan yang diatur dalam PP Nomor 55 tahun 2022.
Pertama, imbalan dalam bentuk natura adalah imbalan dalam bentuk
barang selain uang. Dalam hal ini yang dimaksud uang meliputi pula cek, saldo
tabungan, uang elektronik, atau saldo dompet digital.
Kedua, imbalan dalam bentuk kenikmatan adalah imbalan dalam
bentuk hak atas pemanfaatan suatu fasilitas dan/atau pelayanan. Fasilitas
dan/atau pelayanan yang diberikan pemberi kepada penerima dapat bersumber
dari aktiva pemberi atau aktiva pihak ketiga yang disewa dan/atau dibiayai
pemberi.
Intinya, untuk menghitung besaran natura mengacu pada nilai pasar.
Sedangkan untuk kenikmatan, dihitung berdasarkan jumlah biaya yang
dikeluarkan atau seharusnya dikeluarkan pemberi imbalan.
Namun, PP Nomor 55/2022 membuat pengecualian pengenaan PPh
atas natura dan/atau kenikmatan tertentu yang diterima karyawan. Meski
dikecualikan dari objek PPh karyawan, natura/kenikmatan tertentu tersebut
tetap dapat dibiayakan sebagai pengurang penghasilan bruto perusahaan
(deductible expense). Untuk lebih detil, simak daftar natura bebas pajak
penghasilan berikut.

C. Kelemahan dalam PP No. 55 Tahun 2022


Walaupun PP Nomor 55/2022 telah menjelaskan beberapa hal terkait
tata cara penilaian natura/kenikmatan sebagai obyek pajak, namun masih
diperlukan penjelasan yang lebih detail agar tidak membingungkan Wajib
Pajak, baik pemberi kerja maupun karyawan.
Misalnya terkait natura/kenikmatan di daerah tertentu, yang
kategorisasi dan definisinya terlalu luas dan masih meninggalkan tanda tanya.
PP Nomor 55/2022 menjelaskan "daerah tertentu" yang dimaksud adalah
wilayah yang secara ekonomis mempunyai potensi layak dikembangkan, tetapi
secara umum prasarana kurang memadai dan sulit dijangkau transportasi
umum, baik melalui darat, laut, maupun udara.
Salah satunya adalah natura yang diberikan perusahaan kepada
karyawan yang mendapatkan penugasan tertentu, sepanjang lokasi usaha
pemberi kerja mendapatkan penetapan daerah tertentu dari Direktur Jenderal
Pajak. Catatan di akhir kalimat tersebut dapat diartikan bahwa perusahaan yang
tinggal di daerah terpencil yang tidak memiliki surat ketetapan "daerah
tertentu" dari DJP, tidak dapat memanfaatkan fasilitas bebas PPh.
Begitu juga dengan non-objek PPh berupa natura dengan jenis dan
batasan tertentu, yang masih belum jelas. Terutama terkait jenis dan nilai
natura, serta kriteria penerimanya seperti apa. Penjelasannya tampaknya masih
harus menunggu terbit Peraturan Menteri Keuangan (PMK) terkait.

D. Risiko dan Beban diterbitkannya PP No. 55 Tahun 2022


Selanjutnya, ketentuan pelaporan self-assessment bagi karyawan yang
menerima natura kenikmatan di tahun 2022 tetapi belum dipotong PPh oleh
pemberi kerja. Hal ini tidak hanya merepotkan bagi karyawan penerima natura,
tetapi juga perusahaan selaku pemberi kerja.
Sebab, perusahaan harus menilai dan menghitung secara detail nilai
natura/kenikmatan yang diberikan ke masing-masing karyawan, untuk
kemudian dan menginformasikan ke karyawan satu per satu. Prosedur
administrasi ini juga harus diperjelas lebih lanjut.
Berdasarkan penilaian penulis, implementasi dari penetapan
natura/kenikmatan sebagai objek pajak bisa membebani neraca keuangan
(cashflow) perusahaan, terutama jika PPh atas natura ditanggung perusahaan
seluruhnya. Sebaliknya, jika PPh atas natura dipotong dari gaji karyawan maka
akan menggerus penghasilan bersih karyawan.
Oleh karenanya, perlu dibuka ruang diskusi yang transparan antara
perusahaan dengan karyawan terkait penetapan natura/kenikmatan sebagai
obyek pajak.
Alangkah lebih baik jika melibatkan Otoritas Pajak sebagai narasumber
dan mediator sehingga bisa menghasilkan solusi yang sama-sama baik bagi
karyawan maupun perusahaan. Jangan lupa, sebelum aturan ini terbit karyawan
tidak memiliki kewajiban tambahan untuk melaporkan, menghitung, dan
membayarkan pajak atas natura/kenikmatan yang diterima dari pemberi kerja.
BAB IV
PENUTUP

A. Kesimpulan
Penyempurnaan aturan mengenai pajak akan selalu dilakukan sesuai
dengan perkembangan zaman. Hal tersebut tidak dapat dipungkiri, mengingat
banyak faktor yang akan selalu mempengaruhi proses penetapan pengenaan
pajak di Indonesia, terlebih khusus Pajak Penghasilan. Perubahan-perubahan
yang terjadi ini diharapkan tidak mempengaruhi kualitas para wajib pajak
untuk membayar pajak tepat waktu. Segala cara dilakukan pemerintah untuk
memudahkan proses para wajib pajak untuk membayar pajak.
B. Saran
Sebagai seorang Warga Negara Indonesia (WNI) terlebih khusus Wajib
Pajak, sebaiknya kita selalu bersikap fleksibel terhadap segala perubahan
peraturan pajak yang terjadi. Dengan catatan, perubahan tersebut masih masuk
akal dan tidak merugikan kita sendiri.
DAFTAR PUSTAKA

Pengertian Pajak : https://jdih.kemenkeu.go.id/fulltext/2007/28tahun2007uu.htm

Fungsi Pajak secara Umum :


https://www.pajakku.com/read/60d2be0558d6727b1651ac01/Mengenal-Fungsi-
Pajak-di-Indonesia

Jenis - Jenis Pajak yang Berlaku di Indonesia : https://mekari.com/blog/jenis-jenis-


pajak/

Sebelum dan Sesudah Terbitnya Peraturan Pemerintah Nomor 55 Tahun 2022 :

https://www.cnbcindonesia.com/opini/20230104154820-14-402780/aturan-pajak-
natura-kado-akhir-tahun-atau-beban-tahun-baru

Kelemahan dalam PP No. 55 Tahun 2022 :

https://www.cnbcindonesia.com/opini/20230104154820-14-402780/aturan-pajak-
natura-kado-akhir-tahun-atau-beban-tahun-baru

Risiko dan Beban diterbitkannya PP No. 55 Tahun 2022 :

https://www.cnbcindonesia.com/opini/20230104154820-14-402780/aturan-pajak-
natura-kado-akhir-tahun-atau-beban-tahun-baru

Anda mungkin juga menyukai