Anda di halaman 1dari 4

Adaptasi Keberagaman Daerah

Penulis : Novena Brigita Sahabati


Editor : Rashika Nabila Hamid

Indonesia terdiri dari beragam suku, budaya, agama dan bahasa yang tersebar di seluruh
pelosok daerah. Daerah yang dimaksud yaitu berupa provinsi, kabupaten/kota, hingga ke desa-
desa. Masing-masing daerah memiliki budaya, kebiasaan maupun tradisi yang berbeda-beda.
Misalnya, berbicara dengan volume suara yang keras/kencang dianggap lazim oleh orang
Timur, tapi tidak dengan orang Jawa. Orang Jawa yang terkenal dengan cara bicaranya yang
halus dan lembut merasa bahwa bicaranya orang Timur menunjukkan bahwa ia sedang marah,
padahal tidak.

Di pertemuan Modul Nusantara kali ini (Sabtu, 24/09/22), kami 20 mahasiswa


Pertukaran Mahasiswa Merdeka 2 di bawah bimbingan Bpk. Yohanes Widodo, S.Sos, M.Si
mengunjungi 3 asrama daerah yang berada di Yogyakarta. Asrama-asrama tersebut adalah
Asrama Putri Aceh Cut Nyak Dhien, Asrama Putra Kersik Luwai Kalimantan Timur, dan
Asrama Pelajar Mahasiswa NTT Pa Radja. Di sana kami mendapat informasi tentang sejarah
dari masing-masing asrama, kegiatan kebersamaan yang dilakukan, dan cara beradaptasi
dengan lingkungan sekitar.

Asrama Putri Aceh Cut Nyak


Dhien
Asrama pertama yang kami kunjungi
adalah Asrama Putri Aceh Cut Nyak Dhien yang
didirikan pada tahun 7 Juli 1956 dan berada di
bawah naungan Yayasan Tjuk Nyak Dhien.
Asrama ini berlokasi di Jl.Kartini No. 1A Sagan,
Kel. Terban, Kec. Gondokusuman, Yogyakarta,
dan ditempati oleh 13 mahasiswi dari total 33
kamar yang tersedia di gedung Timur dan Barat.
Beberapa budaya Aceh yang dibawa ke asrama
dan masih dipertahankan hingga sekarang yaitu
:
1. Yang diperbolehkan tergabung dalam
asrama hanyalah wanita muslim dan wajib
berhijab sesuai dengan Qanun yang berlaku di
Aceh. Qanun adalah peraturan perundang-
undangan sejenis peraturan daerah provinsi/kabupaten/kota yang mengatur
penyelenggaraan pemerintahan dan kebutuhan masyarakat Aceh. Qanun dikenal juga
dengan Hukum Syari’at Islam.
2. Harus mengikuti sanggar tari Ratoh Jaroe, Ranup Lampuan, dan Tarek Pukat yang
dilaksanakan setiap malam Rabu dan Sabtu di Balai Gading. Balai gading sendiri adalah
bangunan tempat pertemuan atau perkumpulan anak-anak asrama jika ada kegiatan.
Sanggar tari di asrama ini sering diundang untuk mengisi acara-acara para orangtua
Aceh yang sekarang berada di Yogyakarta.
3. Setiap malam Jumat ada pengajian atau shalat berjamaah
Teman-teman mahasiswa dari Aceh memiliki suatu perkumpulan atau organisasi yang
bernama Taman Pelajar Aceh. Taman Pelajar Aceh (TPA) adalah paguyuban untuk seluruh
mahasiswa Aceh yang ada di Yogyakarta, yang sekarang memiliki lebih dari 200 anggota. Ada
beberapa kegiatan tahunan di TPA yaitu :

 Setiap bulan Ramadhan ada shalat tarawih berjamaah di Balai Gading. Terakhir kali
dilaksanakan seminggu sekali dikarenakan adanya pandemi
 Setiap tahun baru Islam (1 Muharram) ada kegiatan masak bubur Asyura
 Ada tradisi Meugang yang dilaksanakan sehari sebelum Ramadhan dan Hari Raya
lainnya. Meugang adalah tradisi memasak daging dan menikmatinya bersama keluarga,
kerabat, dan yatim piatu oleh masyarakat Aceh.
 Setiap Maulid Nabi memasak Kuah Beulangong dan lontong
 Membuka donasi jika di Aceh terdapat bencana alam ataupun musibah
Sampai saat ini, teman-teman dari Aceh tidak pernah menerima perlakuan tidak
mengenakkan dari teman kampus mereka, karena masing-masing orang dipersilahkan untuk
berekspresi maupun berpakaian sebas-bebasnya sesuai dengan kemauan mereka. Ini
merupakan sikap toleransi di lingkungan kampus yang patut diapresiasi dan dipertahankan.

Asrama Putra
Kersik Luwai
Kalimantan Timur
Asrama kedua yang kami
kunjungi yaitu Asrama Putra
Kersik Luwai Kalimantan Timur,
yang berlokasi di Jl. Hayam
Wuruk No. 10, Bausasran, Kec.
Danurejan, Yogyakarta. Asrama
ini pada mulanya adalah asrama
putri. Namun, pasca bencana
gempa bumi pada tahun 2006,
para mahasiswi yang mendiami
asrama tersebut meminta untuk tukar lokasi asrama dengan asrama putra. Alhasil, asrama ini
dialihkan sebagai asrama putra pada tahun 2008 hingga sekarang, dengan memiliki 20 unit
kamar yang masing-masingnya dapat diisi 2 orang. Syarat memasuki asrama ini adalah harus
mahasiswa yang berasal dari Kalimantan Timur, yang dibuktikan dengan keterangan dari KTP.
Asrama Kersik Luwai membentuk pengurus asrama untuk membuka ruang interaksi
antar anggota asrama. Pengurus asrama ini melaksanakan rapat tiap bulan untuk membahas
rencana kegiatan intelektual, olahraga, dan rekreasi. Dalam pembuatan aturan asrama, semua
anggota asrama turut terlibat dalam musyawarah besar sehingga aturan dapat diterima dan
dijalankan dengan tanpa adanya paksaan. Kegiatan asrama dikontrol langsung oleh bidang
Kesra (kesejahteraan rakyat) dari pemerintah Kaltim setiap setahun sekali. Untuk
mempertahankan kebudayaan daerah Kaltim, anggota asrama menggunakan bahasa daerah
masing-masing saat berinteraksi, dan memasak masakan khas Kaltim bersama (Mandai,
Cacapan, Pakasam). Setiap bulan, anggota asrama wajib membayar iuran untuk biaya listrik,
air, dan wifi, serta fasilitas lainnya. Untuk anggota sementara dikenakan iuran 200 ribu, dan
untuk anggota aktif sebesar 165 ribu.

Asrama Pelajar Mahasiswa NTT


Pa Radja
Asrama ketiga yang kami kunjungi
adalah Asrama Pelajar Mahasiswa NTT Pa
Radja. Berbeda dari dua asrama sebelumnya,
asrama ini hanya dihuni oleh 7 orang dari 10
kamar yang tersedia. Tetapi ternyata bangunan
di asrama ini merupakan salah satu aset sejarah
untuk rakyat NTT. Asrama ini dahulu
merupakan markas pasukan Sunda Kecil yang
dipimpin oleh Martin Pa Radja, salah satu
pahlawan nasional yang berasal dari NTT.
Martin diberi tugas untuk mengamankan
dokumen negara yang berkaitan dengan susunan
rencana kemerdekaan Indonesia. Beliau dikejar
oleh pasukan Belanda dan dalam pelariannya ia
meninggal di perairan Sumatera dengan kondisi
kapal yang dibom. Sebagai tanda balas jasa dan untuk mengenang Martin Pa Radja, Sri Sultan
Hamengkubono XI menghibahkan markas Pa Radja kepada sesepuh NTT dan kemudian
ditetapkan sebagai Asrama Putra Pa Radja NTT yang dikenal hingga sekarang.
Om Joyden sebagai pengurus asrama Pa Radja mengatakan bahwa ruangan depan
bangunan direnovasi pertama kali pada tahun 70an untuk mengganti genteng, dan dilakukan
renovasi kedua dengan menambah bangunan serta ubin di tahun 2000an. Bangunan dapat
direnovasi dengan syarat tidak boleh merubah bentuk asli dari bangunan tersebut. Persayaratan
untuk tergabung dalam asrama yaitu harus orang yang berasal dari daerah NTT. Asrama
dikelola secara mandiri tanpa ada campur tangan pemerintah, sehingga perlu adanya iuran per
orang yang harus dibayarkan setiap bulan. Salah satu kegiatan rutin yang dilaksanakan di
asrama yaitu kerja bakti setiap hari Minggu, dan untuk mempertahankan kebudayaan NTT
mereka tetap menggunakan bahasa khas daerah dalam keseharian mereka. Untuk kendala
penyesuaian diri yang dihadapi yaitu tentang volume suara seperti yang sudah saya singgung
di pengantar tadi, yaitu perbedaan volume suara dalam berbicara antara orang Timur dengan
orang Jawa. Selain dari itu, teman-teman di asrama ini dapat menyesuaikan diri dengan baik.
Itulah beberapa hasil diskusi dan tukar pendapat kami dengan mahasiswa dan
mahasiswi yang ada di asrama Aceh, Kalimantan Timur, dan Nusa Tenggara Timur. Semoga
dengan mendengar sharing pengalaman dari mereka, kami pun termotivasi untuk
mengembangkan diri lebih baik lagi dalam hal beradaptasi dengan lingkungan sekitar kami,
khusunya di kota Yogyakarta ini.
Salam PMM2 : Bertukar Sementara, Bermakna Selamanya !
Terima kasih dan sampai jumpa di kegiatan Modul Nusantara selanjutnya

Anda mungkin juga menyukai