TUGAS I
https://youtu.be/1PQqOMoHAIg
TUGAS II
Film “Tanah Surga Katanya” rilis pada tanggal 15 Agustus 2012 dengan Executive
Produser: Deddy Mizwar, Gatot Brajamusti. Produser: Bustal Nawawi dan disutradarai oleh
Herwin Novianto. Pemeran utamanya antara lain Osa Aji Santoso, Fuad Idris, Ence Bagus,
Astri Nurdin, Tissa Biani Azzahra, Ringgo Agus Rahman dan Norman Akyuwen. Dengan
naskah cerita yang ditulis oleh Danial Rifki.
Film ini membahas tentang struktur kehidupan masyarakat yang berada di daerah
perbatasan negara Indonesia – Malaysia dari segi ekonomi. Film ini berkisah mengenai
masalah kehidupan yang dialami oleh Hasyim ketika ia diajak oleh anaknya, Haris untuk
meninggalkan desanya yang berada di daerah pinggiran perbatasan Indonesia – Malaysia di
Kalimantan Barat dan berpindah ke Malaysia. Pilihan ini diberikan oleh Haris karena selama
ini ia telah mendapatkan rezeki yang melimpah dengan bekerja di Malaysia sekaligus
mengingat fakta bahwa kehidupan masyarakat di daerah pinggiran tersebut sama sekali tidak
mendapatkan perhatian yang layak dari pemerintah Republik Indonesia. Sebagai seorang
mantan pejuang kemerdekaan yang masih menggenggam nilai-nilai nasionalisme yang tinggi,
Hasyim menolak ajakan tersebut. Akhirnya, Haris hanya mengajak puterinya, Salina untuk
berangkat ke Malaysia dan meninggalkan ayah beserta puteranya, Salman yang tidak ingin
meninggalkan sang kakek sendirian.
Masalah kehidupan di daerah perbatasan Indonesia – Malaysia tidak hanya dialami
oleh Hasyim dan keluarganya tetapi juga menyinggung mengenai masalah pendidikan
melalui guru bernama Astuti yang harus berjuang mengajar sendirian di desa tersebut karena
keterbatasan tenaga guru yang mengajar disana. Ada juga Anwar, seorang dokter yang
berasal dari Bandung yang baru saja tiba disana setelah ditugaskan dari kota asalnya di
Bandung. Melalui kehidupan yang dijalani oleh karakter-karakter tersebut film ini berusaha
menunjukkan bahwa tanah air Indonesia tidak seindah dan semakmur bayangan
masyarakatnya selama ini, khususnya ketika pemerintah sama sekali bersikap acuh kepada
nasib keseharian para warganya.
Film ini mengangkat isu - isu yang dihadapi oleh Indonesia selama ini dengan
Malaysia. Membandingkan secara langsung bagaimana kesejahteraan kehidupan yang saling
bertolak belakang antara masyarakat Indonesia dan masyarakat Malaysia yang hidup di garis
perbatasan, dan bagaimana masyarakat Indonesia mengais-ngais rezeki di wilayah negara
tetangganya akibat kurangnya kepedulian pemerintah yang berujung pada hilangnya pula
rasa kecintaan dan nasionalisme masyarakat di daerah tersebut terhadap negeri kelahiran
mereka sendiri dan usaha mereka untuk mengatasi permasalahan tersebut.
Sudah menjadi pemandangan umum bila banyak warga negara Indonesia merantau
dan bekerja di Malaysia bahkan pindah dan menjadi warga negara di sana. Sebuah fenomena
yang sering terdengar namun tidak pernah teratasi.
Di sana tidak ada listrik dan penerangan masih memakai obor tetapi di Serawak sudah
ada listrik dan lampu. Di sana jalanan masih bebatuan tetapi di Serawak jalanan sudah
beraspal. Disana tidak ada toko yang berdagang tetapi di Serawak banyak toko yang
menyediakan segala keperluan. Bahkan mata uang disana memakai ringgit mengikuti mata
uang Malaysia.
Film ini berpesan bahwa apapun yang terjadi pada kita jangan sampai kita
kehilangan kecintaan terhadap Negeri ini. Katakan pada dunia dengan bangga, Kami
Bangsa Indonesia.
2. Nilai – nilai nasionalisme apa saja yang dimiliki oleh tokoh utama film tersebut?
a. Nilai Ketuhanan
Hasyim tetap menjalankan ibadah meski sarung robek, dia memakai seprei
c. Nilai persatuan
Saat kakek (Hasyim) menceritakan kepada cucunya bagaimana perjuangan sang kakek
bertempur di perbatasan Indonesia-Malaysia demi mempertahankan Tanah Airnya
Indonesia. Memberikan pengetahuan dari dini mengenai perjuangan akan menimbulkan
rasa cinta dan nasionalisme kepada negara Indonesia.
Saat ibu guru (Astuti) mengajarkan kepada murid-muridnya tentang Indonesia. Identitas
Indonesia, Bendera Nega Indonesia, Sang Saka Merah Putih.
Salman merasa keberatan ketika bendera Merah Putih dijadikan sebagai alas dagangan
menukarkan sarungnya dengan bendera Merah Putih yang dijadikan sebagai alas
dagangan
Salman berlari sambil mengibarkan bendera Merah Putih
Guru Astuti ketika mengajarkan lagu “Indonesia Raya” kepada murid-muridnya
Astuti dan Dokter Intel beserta murid bergotong royong menyiapkan Upacara Bendera di
Hari Senin
Hasyim berdiri tegak dan hormat saat melihat Bendera Merah Putih Dikibarkan
Hasyim menasehati Salman, bahwa apapun yang terjadi padamu jangan sampai kita
kehilangan kecintaan terhadap Negeri ini. Katakan pada dunia dengan bangga, Kami
Bangsa Indonesia