Anda di halaman 1dari 3

TUGAS KELOMPOK III

AGENDA II (NASIONALISME)

Nama Coach : Drs. Ali Sadikin M, M.Pd.


Judul : Kisah Guru SD Mengajar di Tapal Batas Indonesia-Malaysia
Link Video : https://youtu.be/I-3EfNu0HQ0 Durasi 00:56:54

1. Deskripsi Video
Video ini menceritakan semangat mengabdi untuk negeri dari seorang ASN,
guru yang bernama Martini yang mengabdi di SDN No. 14 di Dusun Badat (dusun
terluar Indonesia), Kecamatan Entikong Kabupaten Sanggau, Kalimantan Barat
yang berbatasan dengan Malaysia.
Keinginan Martini mengabdi di SDN tersebut bukan tanpa alasan, tetapi
karena merasa terpanggil, rasa kepedulian terhadap pendidikan di daerah
perbatasan yang benar-benar membutuhkan seorang guru. SDN tersebut telah
berdiri selama 8 tahun namun tidak ada yang bertahan. Hanya Martini seorang diri
saja yang mengajar dari kelas 1 sampai kelas 6. Tugasnya tidaklah mudah, peran
gandapun harus dijalaninya, sebagai tenaga pengajar, kepala sekolah, pesuruh dan
juru kunci. Martini hanya dibantu oleh satu orang guru bantu saja untuk menjaga
kelas. Pekerjaan yang terlihat kecil, namun bermakna sangat besar yaitu
Nasionalisme.
Perjuangan Martini tidaklah mudah, untuk mencapai sekolahpun harus
membutuhkan perjuangan menyeberangi sungai. Transportasi yang sulit dengan
jarak tempuh 8-12 jam. Bukan hanya jarak, namun juga dapat mengancam jiwa.
Listrik juga menjadi kendala. Sarana dan prasarana yang tidak mendukung.
Keinginan Martini untuk pemerintah hanyalah pengadaan guru dan rumah dinas
guru yang kayak di dekat sekolah, serta fasilitas listrik.
Martini juga memiliki rasa peduli terhadap masyarakat sekitar, bersosialisasi
dan bekerja sama dengan pemerintah di dusun tersebut. Martini sangat
menyayangkan ketidaktahuan sebagian besar masyarakat pedalaman di dusun
tersebut terhadap lambang negara, bendera, dan nilai rupiah dari negara mereka
sendiri. Mereka adalah warga Indonesia tapi tak mengenal negara Indonesia.
Martini mengharapkan anak didiknya mencintai negerinya sendiri yaitu Indonesia
dan tidak menginginkan mereka menjadi mencari nafkah di usia dini. Mereka
harus bisa mendapatkan pendidikan yang layak dari negara Indonesia.
Pada video ini juga ada kisah Kusnadi sebagai seorang mantri yang
mengabdi di dusun tersebut. Kisah yang dialami pun sama dengan Martini.
Keinginan yang sama, menjadikan masyarakat yang sehat, mengabdi untuk negeri
tercinta negara Indonesia.
2. Nilai-nilai Nasionalisme
Nilai-nilai nasionalisme yang terkandung dalam video “ Kisah Guru SD
Mengajar di Tapal Batas Indonesia-Malaysia” yaitu:
a. Ketuhanan berupa etos kerja, tangung jawab dan amanah dalam menjalankan
tugasnya sebagai seorang PNS. Walaupun lokasi tempat tugas cukup jauh yang
melewati sungai dan jalan yang panjang serta penuh rintangan. Seorang Martini
tetap berjiwa besar sebagai seorang abdi negara; Sikap berjiwa besar dan sabar
juga ditunjukkan oleh seorang Martini saat sekolah memperoleh bantuan semen
untuk pembangunan perpustakaan sekolah sementara rumah dinas guru yang
ditempati oleh Martini sudah tidak layak huni.
b. Kemanusiaan berupa tenggang rasa, saling menghormati dan tidak diskriminatif
karena seorang PNS Guru bersama warga dengan memyelesaikan masalah dan
memberikan solusi untuk kemajuan desa dan sekolah yang dijadikan tempat
mengabdi dan Indonesia secara umum;
c. Persatuan berupa cinta tanah air yang ditunjukkan dengan sikap Martini memilih
profesi sebagai Guru karena merasa terpanggil untuk membangun Pendidikan di
daerah terpencil tersebut lebih maju; sikap cinta tanah air ditunjukkan pula oleh
kepala dusun Badat yang tetap mengharapkan agar bu Martini tetap menjadi Guru
di Dusun Badat agar bisa membantu mengajarkan Pendidikan bagi anak-anak di
dusun tersebut. Sehingga SDM mereka bisa lebih baik. Meskipun pemerintah
Indonesia sendiri tidak memperhatikan kesejahteraan ekonomi, Pendidikan dan
infrastruktur di daerah tersebut; rela berkorban, dan gotong royong yaitu Martini
sebagai seorang PNS Guru lebih memilih memajukan Indonesia bersama
masyarakat dibandingkan menerima pinangan negara tetangga yang memberikan
pelayanan serta keuntungan yang lebih banyak; serta sikap tetap tinggal di rumah
dinas sekolah yang sudah tidak layak dihuni; sikap manjunjung tinggi
kehormatan bangsa dan negara sebagai wujud nasionalisme ditunjukkan pula oleh
Martini dan Kusnadi dengan tetap mencintai tanah air Indonesia dengan penuh
ikhlas dan tanpa pamrih mengabdikan diri di daerah perbatasan dan terpencil.
Meskipun Pemerintah Indonesia kurang memberikan perhatian terhadap
kesejahteraan masyarakat Entikong itu sendiri. Sebagai warga Indonesia mereka
tetap tidak mau mengaku sebagai warga Malaysia sekalipun negara Malaysia
memberikan keindahan.
d. Kerakyatan berupa musyawarah mufakat, kekeluargaan, menghargai pendapat,
dan bijaksana yang dilakukan dalam rapat warga untuk mencari solusi untuk
menanggulangi banjir karena luapan air sungai secara bersama-sama; dan
e. Keadilan berupa tidak serakah, tolong menolong, dan kerja keras dalam
membangun SDN sebagai pintu pertama untuk membuka cakrawala anak-anak
Indonesia yang merupakan tempat PNS tersebut mengabdi. Tidak hanya itu sikap
kebersamaan dan memperhatikan nasib orang lain juga ditunjukkan oleh Kusnadi
sebagai PNS tenaga kesehatan yang tiap hari menyisir sungai untuk berkunjung ke
rumah warga di setiap kampung memberikan pelayanan kesehatan. Meski medan
yang ditempuh sulit dan banyak rintangan

Anda mungkin juga menyukai