Film ini bercerita tentang kehidupan seorang guru yang sederhana akan tetapi sangat bersahaja, yang hidup disebuah desa kecil perbatasan Indonesia dan Malaysia dengan fasilitas pendidikan yang sangat minim, bahkan Sekolah yang mereka tempati kadang diterjang banjir, akan tetapi kondisi tersebut tidak sedikit pun mengurangi semangat kerja guru tersebut, akan tetapi kondisi tersebut mengundang perdebatan di tengah-tengah masyarakat, ditengah keterbatasan Pak Guru beserta masyarakat berinisiatif untuk membangun tanggul mengantisipasi banjir yang sering menggenangi sekolah tersebut sambil terus mengupayakan bantuan dari pemerintah.
Analisis nilai-nilai Nasionalisme dalam Film Guru Teladan
Nasionalisme sangat penting dimiliki oleh setiap pegawai ASN. Bahkan tidak sekedar wawasan saja tetapi kemampuan mengaktualisasikan nasionalisme dalam menjalankan fungsi dan tugasnya merupakan hal yang lebih penting. Diharapkan dengan nasionalisme yang kuat, maka setiap pegawai ASN memiliki orientasi berpikir mementingkan kepentingan publik, bangsa dan negara. Pegawai ASN akan berpikir tidak lagi sektoral dengan mental block-nya, tetapi akan senantiasa mementingkan kepentingan yang lebih besar yakni bangsa dan negara. Dalam film Guru teladan apabila dianalisis menggunakan Indikator Nasionalisme maka dapat dijabarkan sebagai berikut : 1. Bangga sebagai bangsa Indonesia, walaupun dengan segala keterbatasan sebagai guru di daerah perbatasan Indonesia – Malaysia, Pak Guru tetap bangga sebagai Warga Negara Indonesia dengan terus mengabdi mencerdaskan bangsa, walaupun dengan kondisi ekonomi yang memprihatinkan pah guru tetap mencintai Bangsa dan Negaranya, hal ini merupakan contoh yang layak diitiru oleh para PNS sebagai perwujudan nilai Nasionalisme 2. Cinta tanah air dan bangsa, Pak Guru sangat mencintai tanah air dan bangsanya hal ini terlihat dari sikap beliau yang rela hidup di daerah perbatasan dengan kehidupan ekonomi yang sangat memprihatinkan, dan tentunya sekolah yang ditempati bekerja juga jauh dari kata layak, akan tetapi demi tanah air dan bangsa pak guru rela tetap bekerja walaupun dengan berbagai kekurangan, bahkan tawaran dari untuk menjadi guru di Malaysia juga ditolak padahal Malaysia menjajikan berbagai fasilitas yang memadai, akan tetapi demi tanah air dan bangsa pak guru menolak tawaran tersebut. 3. Rela berkorban demi bangsa, salah satu masalah yang dihadapi Sekolah tempat pak guru mengajar adalah, sekolah tersebut tergenang banjir akibat luapan sungai di daerah tersebut, selain berupaya untuk meminta bantuan pemerintah, pak guru bersama masyarakat berinisiatif membangun tanggul secara swadaya. 4. Bangga pada budaya yang beragam, walaupun dengan berbagai kelebihan yang ditawarkan negara tetangga, baik fasilitas maupun pembangunan yang jauh lebih maju di banding di daerahnya, pak guru tetap berkomitmen untuk mengabdi pada negaranya. 5. Menghargai jasa para pahlawan, semua tawaran yang diberikan negara tetangga di tolak pak guru demi menghargai jasa para pahlawan yang telah mempersembahkan kemerdekan bagi generasi penerus, bagi pak guru perjuangan dengan keterbatasan saat ini tidak ada apa-apanya dibanding perjuangan dengan darah dan air mata para pejuang bangsa ini, maka dari itu pak guru berprinsip bahwa “perjuangan tidak dapat dibeli dan ditukar dengan apapun”. 6. Mengutamakan kepentingan umum, pak guru dan tokoh masyarakat terus berupaya meminta bantuan pemerintah untuk pembangunan tanggul yang akan mengantisipasi banjir yang selalu merendam sekolah tempatnya mengajar, walaupun kehidupan keluarga pak guru juga jauh dari kata layak akan tetapi pak guru terus mementingkan kepentingan umum dan cenderung mengabaikan kehidupannya sendiri yang juga memprihatinkan.