Herdi Syam*
ABSTRAK
Pelayanan Prima atau Service Excellent merupakan salah satu indikator yang
menjadi tolak ukur keberhasilan sebuah organisasi khususnya bagi yang bergerak
dibidang jasa, Perbankan merupakan salah satu Organisasi bisnis yang sangat
memperhatikan kualitas pelayanan yang diberikan pada nasabahnya, hal ini
menjadi salah satu faktor yang layak dipasarkan, pelayanan yang baik dan
memuaskan berpengaruh langsung pada loyalitas nasabah dan keinginan
masyarakat yang belum menjadi nasabah untuk melakukan transaksi keuangan
pada bank tersebut karena mendengar kesan nasabah yang telah telebih dahulu
menjadi nasabah.
Berbagai upaya telah dilakukan Perbankan untuk menjawab tantangan bahwa
tuntutan masyarakat akan pelayanan publik yang prima semakin kompleks, bukan
hanya ketersediaan layanan, akan tetapi ketepatan waktu, kepastian layanan,
kepastian prosedur dan empati merupakan sedikit dari banyak poin tuntutan
masyarakat yang harus terus dibenahi oleh Perbankan guna memuaskan nasabah
karena mengingat persaingan di dunia perbankan yang sangat ketat.
Membandingkan kualitas layanan publik yang dilakukan perbankan dengan
kantor-kantor Pemerintah jika dilihat secara umum dimana kantor-kantor
pemerintah masih perlu ditingkatkan, membandingkan kualitas pelayanan bank
dengan kantor dinas, ataupun mini market dengan kantor kelurahan merupakan
hal yang sangat mudah, mulai dari penataan tempat parkir, sambutan petugas,
kebersihan kantor, sikap ramah menjadi hal yang sangat mudah di nilai pada
perbankan dan mini market, walaupun sektor bisnis dan pemerintah mempunyai
tujuan organisasi yang berbeda dimana bisnis bertujuan menghasilkan keuntungan
sedangkan organisasi pemerintah bertujuan untuk menyediakan layanan yang
dapat diakses semua kalangan masyarakat tanpa berhitung keuntungan dan
kerugian akan akan tetapi dalam Pasal 5 Undang-undang no 25 tahun 2009
tentang Pelayanan Publik Perbankan termasuk dari salah satu ruang lingkup
pelayanan publik.
Pelayanan prima bukanlah hal yang dapat dihasilkan dengan mudah bahkan pada
sektor bisnis, berbagai metode dilakukan guna meningkatkan kualitas layanan
misalnya pelatihan untuk staf, penggunaan tekhnologi dan aplikasi yang
mempermudah layanan dan salah satu yang paling menarik adalah metode
mystery shopping, sesuai namanya metode ini adalah metode yang bersifat
misterius atau rahasia dalam prakteknya ada pihak yang berperan sebagai
konsumen yang membutuhkan layanan pada sebuah organisasi bisnis, konsumen
yang berperan ini bisa berasal dari luar institusi ataupun dalam institusi yang
berperan sealamiah mungkin untuk memperoleh gambaran obyektif dari
pelayanan dalam institusi tersebut, berbagai hal dinilai mulai dari kebersihan,
sikap, penampilan, waktu layanan dan sikap empati petugas, yang kemudian
memberikan laporan mengenai penilaian tersebut kepada pihak institusi mengenai
aspek-aspek pelayanan yang dinilai.
Penilaian pelayanan dengan menggunakan metode Mystery Shopping pada sektor
bisnis sering dirangkaikan dengan sebuah kompetisi pelayanan, apabila penilaian
dilakukan oleh internal perusahaan maka kompetisi yang dilakukan biasanya
kompetisi antar cabang atau antar unit, dan jika dilakukan pihak eksternal maka
kompetisi yang dilakuan tingkat perusahaan atau antar perusahaan dengan bidang
usaha sejenis, institusi yang paling populer dengan metode Mystery Shopping
adalah bank, salah kompetisi yang paling populer dikalangan Banker adalah Bank
Service Excellent yang dihelat tiap tahun, kompetisi ini adalah ajang bergengsi
yang diadakan oleh sebuah lembaga independen yaitu MRI (Marketing Research
Indonesia) dimana hasil yang diperoleh kemudian dipublikasikan secara luas dan
menjadi salah satu faktor yang dapat dijual pihak bank guna tujuan pemasaran
karena dianggap sangat bergengsi, metode yang digunakan dalam penilaian adalah
Mystery Shopping.
Berdasarkan uraian tersebut maka dilakukan penelitian untuk mengetahui
bagaimana implementasi Mystery Shopping terhadap kualitas pelayanan Bank
Danamon Cabang Sengkang Kabupaten Wajo
METODE PENELITIAN
Penelitian ini dilakukan pada Bank Danamon Cabang Sengkang yang berlokasi di
Jalan R.A. Kartini No. 124-126 Sengkang Kelurahan Teddaopu, Kecamatan
Tempe Kabupaten Wajo, Waktu pelaksanaan penelitian yaitu 3 bulan yakni
Februari 2018 sampai dengan April 2018.
Penelitian yang dilakukan adalah penelitian lapangan (Field Research) adalah
penelitian yang menekankan pada hasil pengumpulan data dari informan yang
telah ditentukan, selain itu disebut juga dengan penelitian deskriptif kualitatif
yang berupaya memberikan data yang seteliti mungkin tentang manusia, keadaaan
dan gejala-gejala lainnya.
Pendekatan yang dilakukan adalah pendekatan kualitatif yang pendekatan yang
bermaksud untuk memahami fenomena tentang apa yang dialami subjek
penelitian misalnya perilaku, persepsi, motivasi, tindakan secara holistic dengan
cara deskripsi dengan dalam bentuk kata-kata dan bahasa, pada suatu konteks
khusus yang alamiah dan dengan memanfaatkan berbagai metode ilmiah.
Penelitian dilakukan dengan mengumpulkan informasi mengenai mystery
shopping melalui kumpulan peraturan ataupun regulasi kemudian, melakukan
wawancara dengan pimpinan dan karyawan Bank Danamon Cabang Sengkang
mengenai implementasi metode tersebut dan bagaimana dampak yang dirasakan
oleh pimpinan, karyawan dan nasabah yang mengunjungi Bank Danamon Cabang
Sengkang.
HASIL
Hasil penelitian akan kami tampilkan dalam bentuk matriks yang berisi daftar
pertanyaan dan jawaban dari informan dimana pertanyaan ini dirancang
berdasarkan aspek-aspek yang dinilai oleh Mystery Shopping yaitu kehadiran,
keramahan, kebersihan, dan kecepatan pelayanan.
Tabel 1. Pertanyaan Kehadiran Karyawan
No. Informan Pertanyaan Jawaban
1. Arisanti Ruddin Bagaimana dengan Ketidakhadiran dengan alasan
(Pimpinan kondisi karyawan yang yang sangat penting dapat
Cabang) tidak hadir. dimaklumi, misalnya sakit,
keluarga sakit, keluarga
meninggal dunia, kecelakaan,
akan tetapi ketidakhadiran
dengan alasan yang tidak jelas
dapat dikenakan sanksi hingga
pemecatan.
PEMBAHASAN
Dalam penelitian ini kami menggunakan dimensi pelayanan menurut Parasuraman
(1985) untuk mengukur bagaimana implementasi Mystery Shopping dapat
memberi manfaat pada kualitas pelayanan secara komprehensif, adapun lima
dimensi pelayanan tersebut adalah :
1. Reliability yaitu kehandalan karyawan untuk memberikan layanan secara tepat,
akurat dan pasti dalam penilain mystery shopping faktor kehadiran erat
kaitannya dengan Reliability karena disiplin karyawan berpengaruh langsung
pada kualitas layanan, jika salah satu karyawan tidak hadir maka ada layanan
atau ada tahapan layanan yang terhambat, pada lokasi penelitian ditemukan
bahwa pihak Bank Danamon memberikan perhatian penting mengenai
kehadiran Karyawan jika bukan karena hal yang sangat penting karyawan tidak
dibenarkan untuk tidak hadir, jika ditemukan memberikan keterangan palsu
akan kehadirannya maka karyawan tersebut diberi sanksi.
2. Empathy yaitu Kemampuan memberikan perhatian dengan penuh penjiwaan.
Empathy tergambar dari salah satu poin penilaian mystery shopping yaitu
Keramahan Karyawan, senyum, mempersilahkan masuk, menanyakan
kebutuhan, berterima kasih dan meminta nasabah untuk datang kembali
merupakan hal yang wajib dilakukan oleh karyawan Bank Danamon Cabang
Sengkang, menurut salah satu karyawan awalnya mereka melakukan hal-hal
tersebut karena adanya aturan, akan tetapi karena sudah menjadi kebiasaan
akhirnya menjadi aneh ketika mereka tidak bersikap ramah terhadap nasabah.
3. Efisiensi yaitu berkaitan dengan tepat waktu, dalam salah satu penilaian
mystery shopping waktu tunggu dan kecepatan pelayanan menjadi ukuran
efisiensi pelayanan, pihak Bank Danamon memiliki standar waktu dalam
memberikan pelayanan baik itu waktu tunggu di antrian maupun waktu dalam
memberikan layanan, hal ini juga diatur sangat ketat waktu tunggu 2 menit dan
waktu transaksi untuk setoran dan penarikan di bawah 20 juta rupiah juga 2
menit.
4. Assurance yaitu kepastian akan layanan yang diberikan, atau kemudahan untuk
menerima layanan yang dapat dipercaya, Bank merupakan organisasi resmi
yang berbadan hukum, kendala yang dihadapi perbankan saat ini adalah
banyaknya penipuan yang menggunakan media bank sebagai sarana untuk
menipu korbannya, Bank terus melakukan upaya untuk meminimalisir hal ini,
selain terus menambah pengetahuan karyawan bank juga semakin memperketat
prosedur dalam transaksi, salah satu poin penilaian mystery shopping adalah
ketaatan karyawan dalam proses transaksi, misalnya bagaimana pengetahuan
karyawan tentang mekanisme dan syarat pembukaan rekening, surat kuasa
penarikan dan lain-lain
5. Responsiveness yaitu daya tanggap atau kemampuan menolong, pelayanan
yang responsif atau tanggap dipengaruhi oleh sikap karyawan yang sigap dan
tulus, sikap ini harus didukung oleh kemampuan sumber daya manusia yang
yang berkompeten, Bank merupakan sebuah industri yang sangat ketat dalam
proses penerimaan karyawan, proses training dan pendidikan dilakukan
berkesinambungan sehingga para karyawan harus selalu mampu menjawab
tantangan yang semakin kompleks dari tuntutan pelayanan nasabah, mystery
shopping mengukur responsibilitas karyawan dari kemampuan mereka
menanyakan kebutuhan nasabah hingga memberikan bantuan ketika nasabah
terlihat kebingungan.
KESIMPULAN
Berdasarkan hasil dan pembahasan yang telah dikemukakan maka dapat ditarik
kesimpulan bahwa implementasi mystery shopping pada Bank Danamon Cabang
Sengkang dalam upaya untuk meningkatkan kualitas pelayanan berdasarkan
dimensi, Reliability, Empathy, Efisiensi, Assurance, Responsiveness dinilai
memberikan dampak yang sangat positif pada kualitas pelayanan Bank Danamon,
hal ini terlihat dari item yang dinilai mystery shopping dijawab dengan sangat
tepat oleh pihak manajemen Bank Danamon dengan menggunakan aturan dan
sanksi yang ketat apabila karyawan tidak mau atau tidak mampu
melaksanakannya. Tidak ditemukan kendala berarti dalam implementasi mystery
shopping hanya secara umum karyawan merasa tertekan pada awal penerapannya
akan tetapi akhirnya menjadi kebiasaan sehingga menjadikan standar pelayanan
yang diharapkan dicapai dengan penerapan mystery shopping menjadi kebiasaan
dan dilakukan secara konsisten.
DAFTAR PUSTAKA
Alwi, Hasan. 2007. Kamus Besar Bahasa Indonesia. Jakarta: Balai Pustaka