Anda di halaman 1dari 3

TUGAS KELOMPOK

AGENDA II
BAGIAN III (ETIKA PUBLIK)

NAMA COACH (WI) : Drs. Ali Sadikin, M.M.Pd.


JUDUL MATERI : PIDATO PENGUNDURAN PM JEPANG SHINZO ABE
LINK SUMBER : https://youtu.be/O9p3lJKnJBY

1. SINOPSIS VIDEO
Video ini berisi mengenai pengunduran diri Perdana Menteri Jepang, Shinzo Abe. Beliau
resmi mengundurkan diri pada Jumat (28/8/2020) melalui konferensi pers yang disiarkan
Reuters dari kantor perdana menteri di daerah Chiyoda, Tokyo, Jepang. Dalam video tersebut
terlihat PM Jepang Shinzo Abe memasuki ruangan konferensi dengan mengenakan masker..
Shinzo Abe duduk dalam ruangan berbentuk persegi yang juga dihadiri oleh para pejabat
Jepang.
PM Abe mengundurkan diri karena sakit radang usus besar atau kolitis ulseratif kronis
yang sudah dia alami sejak remaja. Beliau menyampaikan "Tiga belas tahun yang lalu, penyakit
kronis saya muncul dalam satu tahun. Tiba-tiba saya harus mengundurkan diri sebagai PM, tapi
kemudian (hal itu) bisa menyebabkan masalah besar kepada masyarakat," ungkap PM Abe
dalam konferensi persnya seusai membahas penanganan wabah virus corona di Jepang.
PM Abe mengaku telah menjalani serangkaian pengobatan, namun pengobatannya
mengharuskan beliau untuk fokus pada perawatan kesehatannya. Ia mengatakan tidak ingin
penyakitnya mengganggu dalam mengambil keputusan dan ia meminta maaf kepada rakyat
Jepang karena tidak bisa menyelesaikan masa jabatannya. Setelah melakukan konferensi pers,
PM Abe berjalan keluar ruangan diikuti oleh para ajudannya.

2. NILAI-NILAI ETIKA PUBLIK

Etika publik merupakan penuntun perilaku yang paling mendasar dalam menentukan
pola tindakan organisasi pemerintah terkait dengan perumusan kebijakan. Tujuannya untuk
menghindari segala bentuk penyalahgunaan kekuasaaan dan wewenang seorang maupun
sekelompok pejabat publik. Menurut Frederickon & Hart (1985:551), “public servants must be
both moral philosophers and moral activity, which would require: first, an understanding of, an
belief in, regime values and second, a sens of extensive benevolence for the people of the nation”.
Artinya sebagai pejabat publik wajib menaati prosedur, tata kerja dan peraturan yang telah
ditetapkan oleh organisasi pemerintah termasuk mengutamakan aspirasi masyarakat dan peka
terhadap kebutuhannya. Disisi lain, sebagai manusia yang bermoral, pejabat publik harus
memiliki kewaspadaan profesional (fungsi dan kedudukan) serta spiritual (nilai kearifan,
kejujuran, sikap sederhana, tanggung jawab dan perilaku baik).
Merujuk pada video ini, setidaknya terdapat beberapa poin terkait nilai etika publik
yang perlu digarisbawahi antara lain:

1. Jujur
Sebagai seseorang yang memiliki legitimasi tertinggi dalam lembaga pemerintahan,
pengakuannya menderita sebuah penyakit dan memilih untuk mundur patut
diapresiasi. Padahal dampak yang mengintai secara pribadi sangat besar yaitu
kehilangan jabatan dan pengaruh beserta fasilitas yang melekat padanya. Dari sudut
pandang lain, yang terjadi adalah konflik kepentingan antara pemenuhan kepentingan
mana yang harus didahulukan apakah kepentingan diri secara pribadi ataukah
kepentingan umum. Jika kasus tersebut dikaitkan dengan sistem perundang-undangan
yang mengikat dan mengatur para ASN di Indonesia, dalam hal pengutamaan
kepentingan dapat merujuk pada Peraturan Pemerintah Nomor 21 Tahun 1975 tentang
sumpah/Janji PNS poin ke lima yang berbunyi, “bahwa dalam menjalankan
jabatan/pekerjaan, saya akan senantiasa mementingkan kepentingan negara diatas
kepentingan sendiri, seseorang atau golongan. Lebih lanjut, dalam Peraturan
Pemerintah Nomor 53 Tahun 2010 tentang Disipin PNS dalam pasal 10 disebutkan,
hukuman disiplin berat diberlakukan jika sasaran kerja pegawai kurang dari 25%.
Merujuk pada kedua peraturan perundang-undangan ini, dalam etika publik jika
diperhadapkan pada upaya pemenuhan kepentingan negara/umum dan kepentingan
pribadi, efektifitas kinerja dapat dijadikan dasar pertimbangan logis. Masalah utamanya
bukan pada siapa yang didahulukan tapi lebih pada seberapa besar dampak yang
diberikan. Dengan demikian, dari aksi pengunduran ini, PM Jepang sebagai pejabat
publik dinilai tepat dalam mengambil keputusan.

2. Sadar Diri
Baru-baru ini pertanggal 28 Februari 2021 pengunduran diri juga dilakukan oleh
seorang juru bicara PM Jepang “ Makiko Yamada” terkait isu mendapatkan pelayanan
makan malam mewah. Kasus ini terkait dengan pengaruh buruk dari konflik
kepentingan dalam bentuk self dealing, menerima suap dan menyalahgunakan pengaruh
serta pemanfaatan lembaga untuk kepentingan pribadi. Aksi ini kemudian dilakukan
atas desakan pihak oposisi karena dinilai permintaan maaf tidak cukup. Berbeda dengan
kasus tersebut, keputusan pengunduran diri yang dilakukan oleh PM Jepang atas dasar
sukarela. Pengakuan jujur akan kondisi yang tidak prima sehingga dapat mempengaruhi
profesionalitas kerja dalam pengambilan keputusan sebagai pejabat publik. Dampak lain
secara luas adalah merosotnya kredibilitas seorang pemimpin dimata masyarakat.
Menyadari dari besarnya dampak ini, sehingga keputusan pengunduran diri secara
terhormat menjadi pilihan yang tepat sekaligus bernilai moral. Dalam budaya Jepang,
mengundurkan diri secara terhormat merupakan bentuk dari budaya malu yang telah
mengakar dalam diri penduduknya atau dikenal dengan istilah “Bushido”. Awalnya
Bushido merupakan kode etik samurai yang terdiri dari nilai integritas, keberanian,
hormat, kejujuran serta menghargai tradisi. Salah satu nilai dalam Bushido adalah
“Meiyo” yaitu nilai dalam menjaga nama baik atau menjaga harga diri dengan memiliki
perilaku terhormat yang dipegang dalam tatanan kehidupan bernegara.
Kaitannya dengan sistem peraturan yang mengikat ASN indonesia, kasus tersebut dapat
ditinjau dari Peraturan Pemerintah Nomor 30 Tahun 1980 tentang Peraturan Disiplin
PNS yang berisi tentang ajakan dan peringatan untuk para PNS melaksanakan etika
publik dalam tugas-tugasnya. Berlandas pada peraturan ini, diketahui dalam
melaksanakan tugasnya seorang pejabat publik harus selalu mengedepankan etika dan
moral. Aksi PM Jepang ini mengajarkan kita agar dapat secara sadar menilai
kemampuan diri dalam melakukan pelayanan publik sehingga dapat memutuskan untuk
bertahan atau berhenti secara etis. Nilai etika ini perlu dipupuk oleh setiap jiwa ASN
sebagai bentuk kearifan lokal dari budaya “ketimuran”

3. Tanggung Jawab
Menelusuri fakta sejarah Jepang, sebagaimana dilansir dari rri.com, selama 3 masa
kepemimpinan PM Jepang selalu diwarnai aksi pengunduran diri. Pertama, PM Jepang
Yukio Hatoyama mengundurkan diri lantaran gagal memenuhi janji kampanye pemilu
untuk memindahkan sebuah pangkalan militer Amerika Serikat keluar dari wilayah
Okinawa (2010). Setelah itu, Tahun 2011 posisi PM Jepang digantikan oleh Naoto Kan
yang kemudian mengundurkan diri tahun 2012 karena merasa gagal memulihkan
Jepang setelah dihantam Tsunami dan berakibat terjadinya krisis nuklir. Selanjutnya
Shinzo Abe, yang melanjutkan masa kepemimpinan hingga Maret 2021 dalam kurun
waktu 2 periode meskipun tidak dapat mengakhiri masa jabatannya. Pada masa
pemerintahan Abe, ekonomi Jepang membaik melalui program percepatan ekonomi
yang dikenal dengan “abenomics”. Keberhasilan program ini dinilai karena besarnya
peran dari PM Jepang dalam mengemban beban tugas dan tanggungjawab sebagai
pejabat publik. Seiring berjalannya waktu hingga 28 februari 2021, PM Jepang
mengalami penurunan kondisi fisik yang berujung pada pidato pengunduran diri.
Pengunduran diri ini dilatarbelakangi oleh kesadaran pribadi tidak dapat melakukan
tugas strategis kenegaraan secara optimal dan besarnya tanggung jawab ditengah
hantaman pandemi Covid-19 yang berujung pada krisis ekonomi. Dari kasus ini, jika
dilihat dan dinilai dari Peraturan Pemerintah Nomor 42 Tahun 2004 tentang Pembinaan
Jiwa Korps dan Kode etik PNS, point ke empat “Kami anggota Korps Pegawai Republik
Indonesia menjunjung tinggi kehormatan bangsa dan negara, bersikap jujur,
bersemangat, bertanggungjawab, serta menghindarkan diri dari perbuatan tercela.
Pointt ke lima “Kami anggota Korps Pegawai Republik Indonesia senantiasa
mengutamakan pelayanan kepada masyarakat berdisiplin, serta memegang teguh
rahasia negara dan rahasisa jabatan. Kemudian dalam Undang-Undang No 5 Tahun 2014
tentang ASN, yang diantaranya memuat tentang sistem sanksi yang bisa dibebankan
kepada seorang PNS melanggar hukum, menyalahhgunakan wewenang dan terlibat
dalam konflik kepentingan. Berdasarkan ketentuan peraturan ini, dapat ditarik
kesimpulan bahwa ASN harus bertanggungjawab penuh atas tugas-tugas yang diemban
dengan mengedepankan kehormatan sebagai nilai diri. Dengan demikian dapat
mencegah potensi maupun dampak buruk dari konflik kepentingan yang selalu
mengintai. Oleh karenya, menjaga integritas diri menjadi krusial ditengah gerusan moral
yang marak terjadi dari berbagai media dan sumber yang dapat mencederai kedudukan
ASN dalam kehidupan berbangsa dan bernegara.

Anda mungkin juga menyukai